Isra Mikraj

Isra mikraj adalah peristiwa paling menakjubkan dalam riwayat Islam. Hingga sekarang ini, peristiwa tersebut diperingati oleh sebagian besar kaum muslimin di seluruh dunia.

Allah swt berfirman:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Artinya: “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada satu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang kami berkahi di sekelilingnya untuk kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Isra: 1).

Ayat tersebut dimulai dengan bacaan tasbih. Apabila Al-Qur’an menyebut kalimat ini menunjukkan bahwa kejadian yang terjadi adalah menakjubkan dan luar biasa.

Selama ini, mungkin kamu termasuk orang yang sering memperingati isra mikraj Nabi.

Namun, apakah kamu sudah memahami dan memaknainya dengan tepat? Tentang apa arti peristiwa itu? Kapan terjadinya? Bagaimana kejadiaannya? Dan lain-lain tentang isra mikraj.

Padahal peristiwa ini sangat penting untuk dipahami kamu, umat Islam. Agar kamu, dapat mengambil ibrah atau pelajaran dari keagungan kisah dan mukjizat Nabi Muhammad saw ini.

Oleh karena itu, kali ini hasana.id akan membawa kamu untuk mendalami kisah perjalanan agung ini yaitu isra mikraj Nabi Muhammad saw.

Apa Itu Isra Mikraj?

Kamu sudah tahu arti isra mikraj? Mungkin ada yang sudah, ada yang belum, ya? Mari kita pahami terlebih dahulu arti isra mikraj.

Sebenarnya, isra mikraj adalah dua kata yang terpisah. Hal ini berbeda dengan pemahaman sebagian orang yang menganggap isra mikraj sebagai satu istilah dengan satu arti.

Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Yerussalem, Palestina.

Sedangkan, mikraj adalah perjalanan beliau dari mesjid Aqsha menuju langit ketujuh. Lalu, dilanjutkan ke Sidratul Muntaha.

Jika digabungkan isra mikraj berarti perjalanan Nabi Muhammad saw dari Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian lanjut ke Sidratul Muntaha.

Apabila kamu pernah membaca kisah Nabi Muhammad saw dalam Sirah Nabawiyah, akan didapati bahwa isra mikraj merupakan kejadian yang paling istimewa dalam perjalanan hidup Nabi saw.

Persitwia ini terjadi di saat beliau ditimpa kesedihan dan duka cita yang sangat mendalam.

Awal Mula Peristiwa Isra Mikraj

Istri tercintanya, Khadijah al-Kubra yang selalu setia menghibur dan menemani Nabi, serta membantu dan mendukung perjuangan Rasul saw dalam mendakwahkan Islam kepada kaum-kaumnya telah meninggal dunia untuk selama-lamanya.

Selain meninggalnya Ibunda Khadijah, Nabi saw juga harus merelakan kepergian pamannya sendiri yakni Abi Thalib, satu sosok yang sangat menyayangi dan selalu melindungi Nabi dari kejahatan kafir Quraisy.

Atas kepergian dua sosok ini, tahun tersebut disebut dengan ‘amul huzni’ atau tahun kesedihan.

Pada saat itu orang-orang kafir Quraisy begitu gembira, karena mereka semakin leluasa melancarkan kejahatannya kepada Nabi saw. Sehingga, mereka berani sampai melemparkan kotoran unta ke atas pundak beliau yang mulia.

Kesedihannya, memperberat beban Nabi saw dalam mengemban pangkat kerasulan untuk berdakwah kepada kaumnya.

Untuk menghibur Nabi saw, maka Allah memanggilnya sebagai bentuk kemuliaan untuk menemui-Nya pada malam Mikraj, dan menerima ibadah paling mulia yaitu shalat.

Sehingga bisa disebut peristiwa isra mikraj merupakan salah satu mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw sebagai wujud pelipur lara, setelah istri dan paman beliau meninggal dunia, dan sebagai penghormatan pada ibadah shalat.

Karena ibadah-ibadah lain tidak dijemput sebagaimana shalat.

Kapan Isra Mikraj Terjadi?

Pertanyaan ini cukup menarik. Bagaimana tidak, ketika mengetahui kisah yang begitu agung ini, tentu timbul pertanyaan mengenai kapan sebenarnya isra mikraj itu terjadi.

Terlebih, jika melihat dalam kultur masyarakat saat ini yang sering memperingati isra mikraj pada malam 27 Rajab. Lantas apakah isra mikraj terjadi pada malam 27 Rajab? Untuk menjawab ini, hasanah.id merujuk beberapa kitab ulama-ulama terdahulu (turast).

Pendapat Ulama

Dalam kitab Fathul Bari karya Syekh Ibnu Hajar al-Asqalani beliau menyebutkan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang waktu isra mikraj.

Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menyatakan bahwa ada enam pendapat terkait waktu isra mikraj Nabi saw:

  1. Pendapat Imam al-Thabari, isra mikraj terjadi pada tahun Allah memberi pangkat kenabian kepada Nabi saw.
  2. Menurut Imam al-Nawawi dan al-Qurtubi isra mikraj terjadi lima tahun setelah Nabi diutus menjadi rasul.
  3. Pandangan Syekh al-Manshurfuri isra mikraj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun ke-sepuluh kenabian.
  4. Satu pendapat menyebutkan bahwa isra mikraj terjadi enam bulan sebelum hijrah Nabi ke Madinah tahun ke-tiga belas hijriah.
  5. Pendapat lain menyebutkan isra mikraj terjadi dua bulan sebelum hijriah, yaitu bulan Muharram tahun ke-tiga belas hijriah.
  6. Pandangan yang lain menyebutkan isra mikraj terjadi setahun sebelum hijriah, atau pada bulan rabiul awal tahun ke-tiga belas kenabian.

Pendapat pertama, kedua, dan ketiga bertolak dari alasan istri Nabi saw yaitu Khadijah al-Kubra meninggal dunia pada tahun ke-10 masa kenabian.

Selain itu, pada masa awal kenabian belum ada kewajiban shalat lima waktu yang diterima oleh Nabi pada malam mikraj.

Namun, alasan ini ditolak dengan pendapat lain yang mengatakan bahwa isra mikraj terjadi sebelum masa kenabian. Pendapat tersebut merupakan pendapat yang aneh dan tidak dapat diterima.

Memang perkara waktu terjadinya isra mikraj ini adalah perkara khilafiyah (kontrovesrsial), artinya tidak diketahui secara pasti kapan peristiwa itu terjadi.

Walaupun demikian pendapat yang masyhur dan yang dipilih ulama adalah isra mikraj terjadi pada malam 27 Rajab sehingga seluruh ummat Islam memperingatinya pada malam tersebut.

Kisah Lengkap Isra Mikraj

Pada suatu malam, Rasulullah saw didatangi Jibril dan membelah dada Nabi untuk keempat kalinya dengan air zamzam.

Sebelumnya, pembelahan dada Nabi pertama kali dilakukan oleh Jibril pada saat Nabi berusia empat tahun dan dalam masa persusuan oleh Sayyidah Halimah al-Sa’diyah.

Kedua, pada saat Nabi berusia 10 tahun. Ketiga, pada saat Jibril membawa wahyu pengangkatan Nabi menjadi rasul (bi’tsah) pada usia 40 tahun.

Kendaraan Itu Adalah Buraq

Kisah keberangkatan Nabi disebutkan dalam satu hadis riwayat Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Aku diberi Buraq, yakni seekor hewan putih yang lebih besar dari Himar dan lebih kecil dari keledai. Aku pun mengendarainya. Dia membawaku sampai ke Baitul Maqdis (Palestina). Lalu aku mengikatnya pada tempat para nabi (sebelumku) mengikatnya.”

Perlu diketahui bahwa perjalanan dari Mekkah ke Palestina pada saat itu memakan waktu berbulan-bulan. Bahkan, apabila kamu membuka google maps, kamu bisa melihat bahwa jarak antara Mekkah dan Palestina 1500 KM.

“Aku masuk ke Baitul Maqdis, lalu aku melaksanakan shalat dua rakaat. Kemudian, aku keluar dan malaikat Jibril menghampiriku dengan membawa satu wadah berisi khamar dan satu wadah berisi susu da satu lagi berisikan madu. Aku memilih susu. Lantas Jibril berkata: Engkau telah memilih sesuai fitrah. Setelah itu ia membawaku naik ke langit”.

Buraq dalam hadis ini memiliki dua arti tergantung asal masa yang ingin di ambil. Buraq bisa berarti “bariq” yaitu putih. Warna puith adalah warna bulu buraq yang menunjukkan kepada kesucian.

Buraq juga bisa berarti “barqun” yang berarti kilat. Karena Buraq berlari sengan cepat bagaikan kilat. Ahli tafsir menyebutkan bahwa Buraq adalah kendaraan dari surga yaitu burung berkaki empat dan berbulu putih.

Tingginya melebihi keledai tetapi lebih kurang dari kuda. Perlu kamu ketahui, bahwa isra mikraj dilakukan dengan jasad dan ruh Nabi saw. Hal ini seperti dikatakan Qadhi al-Iyadh bahwa telah shahih Nabi saw diisrakan dengan jasad dan ruhnya.

Begitulah yang dijelaskan dalam hadis-hadis yang shahih dan bisa diterima. Karena dalam Q.S al-Isra ayat 1:

Allah swt menyebutkan telah meng-isra-kan “hamba-Nya bukan menyebut ruh hamba-Nya.”

Qadhi al-Iyadh menambahkan:

“Kalau memang isra mikraj terjadi dengan ruh artinya beliau sedang bermimpi dalam tidur, maka itu bukan mukjizat dan beliau tidak sampai diingkari oleh kafir Quraisy sertaa mendustakannya. Karena orang-orang tidak akan mengingkari kejadian dalam mimpi.”

Perjalanan Mikraj

Nabi Muhammad saw kemudian dibawa naik melewati beberapa lapisan langit. Pada setiap lapisan, terdapat pintu langit.

Jibril meminta agar pintu langit dibukakan. Ia ditanya: “Siapa bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad”. Penghuni langit itu pun menyambutnya.

Di langit dunia (langit pertama), Nabi berjumpa dengan Nabi Adam as, pada langit kedua berjumpa dengan Nabi Isa as dan Nabi Yahya as. Langit ketiga berjumpa dengan Nabi Yusuf as, dan langit keempat dengan Nabi Idris as.

Di langit kelima Nabi bertemu dengan Nabi Harun as, pada langit keenam dengan Nabi Musa as, dan di langit ketujuh berjumpa dengan Nabi Ibrahim as yang sedang bersandar pada baitil makmur yaitu tempat thawaf para malaikat.

Setelah itu Rasulullah melanjutkan perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha.

Disebutkan dalam kitab Muraqi al-Ubudiyyah karya Syekh Nawawi al-Bantani bahwa Sidratul Muntaha adalah pohon yang sangat besar di langit tujuh di samping kanan Arsy.

Lebar daunnya seperti telinga gajah dan besar buahnya seperti tempayan-tempayan besar.

Pada Sidratul Muntaha, Nabi berdiri pada satu bagiannya kemudian berdialog dengan Allah Swt, tetapi tidak berarti Allah berada di sana. Allah tetap tiada bertempat seperti sebelum tempat tempat-tempat itu diciptakan.

Sidratul Mntaha hanya tempat mulia sebagai tempat berdiri rasul. Tidak ada yang mampu mencapai tempat itu termasuk malaikat-malaikat dan juga oleh para arwah-arwah. Nabi berdiri di sana sendirian tanpa ditemani Jibril.

Perintah Shalat

Dalam dialog Nabi bersama Allah swt, diperintahkan kepada Nabi saw serta ummatnya untuk mengerjakan shalat 50 waktu dalam sehari. Nabi menerima tanpa menyanggah sedikitpun.

Namun, dalam perjalanan kembali beliau sampai pada langit keenam, Musa as bertanya, “Apa yang telah diwajibkan Rabbmu atas ummatmu?” Rasulullah saw menjawab sebagaimana diterimanya dari Allah swt.

Lalu Nabi Musa as meminta beliau untuk kembali menghadap Allah dan meminta keringanan.

Rasulullah pun menerima saran itu dan kembali kepada Allah untuk meminta keringanan. Ternyata Allah swt berkenan dengan permintaan Nabi itu lantas meringankan kewajiban shalat dengan mengurangkan beberapa waktu beberapa kali.

Setiap kali Nabi kembali menemui Allah jumlah shalat dikurangi lima waktu, menjadi 45, 40, 35 hingga seterusnya.

Ketika jumlah shalat tersisa lima waktu, Nabi Musa tetap menyarankan agar Rasulullah meminta dikurangi lagi, tetapi Rasulullah saw menjawab, “Saya malu dengan Rabbku”.

Perjalanan Nabi di Alam Akhirat

Selain untuk menerima perintah shalat, Nabi juga diperlihatkan gambaran akhirat. Rasulullah diperlihatkan siksa bagi orang yang pandai mengajak orang lain untuk beramal, tapi lupa terhadap dirinya sendiri.

Hal ini sebagaimana dalam hadis riwayat Anas bin Malik Rasulullah bersabda:

“Pada malam aku di-isra-kan, aku melihat beberapa orang lelaki digunting bibirnya dengan gunting api. Aku bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka?” Ia menjawab: “Mereka adalah para khatib dari kalangan ummatmu yang mengajak orang lain berbuat kebajikan, namun lupa akan dirinya sendiri. Padahal mereka membaca Al-Qur’an, apakah mereka tidak memikirkannya”. (HR. Ahmad).

Selanjutnya Nabi melihat orang yang suka memakan hasil riba. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Pada malam aku di-isra-kan, tatkala sampai langit ketujuh, aku melihat ke atasku dan ternyata aku melihat halilintar, kilat, dan petir. Aku pun diperlihatkan satu kaum yang perutnya seperti rumah yang penuh dengan ular-ular dan ular-ular itu dapat dilihat dari luar. Aku bertanya: “Siapakah mereka, Jibril?” Ia menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang suka memakan hasil daripada riba”. (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah).

Wujud Pemakan Harta Anak Yatim

Rasulullah juga diperlihatkan gambaran orang yang memakan harta anak yatim, Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Pada malam aku di-isra-kan, aku melihat suatu kaum bibir mereka seperti bibir unta. Di antara mereka ada yang menarik bibir tersebut. Mulut mereka dimasukkan batu dari neraka hingga keluar dari bawah mereka. Aku bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka?” Ia menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang suka memakan harta anak yatim secara dhalim.

Rasulullah juga diperlihatkan gambaran kaum yang suka bebuat baik tapi juga rajin berbuat jahat (ibadah rajin maksiat tekun). Mereka dipakaikan pakaian berwarna abu-abu (tsiyab ramad).

Hal ini sebagaimana dalam hadis Abu Said al-Khudri daripada Rasulullah saw beliau bersabda:

“Aku melihat ummatku menjadi dua golongan. Satu golongan yang mengenakan pakaian seperti kertas putih dan segolongan lagi memakai pakaian abu-abu. Lalu aku bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka?” Ia menjawab: “Kalangan yang memakai baju abu-abu adalah mereka yang suka mencampuradukkan amal baik dengan amal buruk”.

Di Surga

Setelah melihat gambaran Neraka, Nabi diajak oleh malaikat Jibril melihat-lihat ke dalam surga. Pada pintu surga, Nabi langsung merasa bahagia tatkala ada sebuah tulisan tentang keutamaan sedekah.

Diriwayatkan daripada Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda:

Pada malam aku di-isra-kan, aku melihat tulisan di pintu surga tertulis: Sedekah itu sepuluh kali kelipatannya, sedangkan memberi utang delapan belas kelipatannya”. Lantas aku bertanya: “Wahai Jibril, kenapa memberi utang lebih utama dari bersedekah?” Ia menjawab: “Orang mengemis meminta sesuatu yang ada pada dirinya, sedangkan orang yang berhutang tidak akan meminta kecuali yang dia butuhkan”. (HR. Ibnu Majah).

Hikmah Isra Mikraj

Hikmah dan tujuan isra mikraj ditunjukkan jelas pada bagian ayat:

لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ

Artinya: “Supaya Kami memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kebesaran Kami)”.

Sangat jelas bahwa hikmah Allah meng-isra mikraj-kan Nabi terutama untuk memperlihatkan kepadanya tanda dan kekuasaan Allah swt yang Maha Hebat.

Selain itu, hikmah isra mikraj menunjukkan keagungan ibadah shalat. Dimana ibadah lain hanya diperintahkan Allah swt dengan wahyu melalui Jibril, sedangkan perintah shalat dijemput oleh Rasulullah saw.

Juga sebagai penghibur Nabi yang sedang ditimpa kesedihan. Maka dari hikmah ini dibenarkan bagi kamu untuk sejenak berekreasi, melepas kegundahan dan kesedihan untuk melihat nikmat Allah yang begitu besar sehingga kamu bahagia kembali.

Pentingnya Kisah Isra Mikraj

Mengetahui kisah lengkap isra mikraj sangat penting bagi ummat Islam.

Sebab apabila ditinjau dari ilmu tauhid, maka ditemukan bahwa isra mikraj adalah bukti qudrah dan kekuasaan Allah swt kepada manusia agar mereka sadar akan kekurangan dan kelemahannya.

Sehingga keyakinan dan keimanan bertambah dengan mengingat dan merenungi kisah yang menakjubkan ini. Selain itu mengetahui dan mengingat kisah isra mikraj sangat penting dalam rangka menggelorakan shalat 5 waktu.

Dimana dalam kisah isra mikraj kita sudah mengetahui bahwa ibadah shalat begitu agung sehingga Allah sendiri mengundang Nabi untuk menerimanya, tidak melalui wahyu dari Jibril.

Penting bagi ummat Islam untuk memposisikan shalat lima waktu dan mengutamakannya dari aktivitas-aktivitas duniawi. Lagi pula jumlahnya hanya lima rakaat sehari semalam dan sudah dikurangi dari jumlah dasar 50 rakaat.

Atas pengurangan ini juga, kamu hendaknya perlu merenungi bagaimana dengan berat hati dan dipenuhi rasa malunya Nabi berbolak-balik meminta keringanan kepada Allah swt.

Coba memposisikan diri sebagi Nabi. Kamu bertemu dengan seorang pimpinan seperti presiden atau gubernur. Ketika diberi sebuah mandat apakah berani bolak-balik meminta diringankan?

Sangat beratkan untuk tidak dikatakan, tetapi juga sangat memalukan meminta keringankan. Tapi begitulah Nabi yang telah rela memberanikan dirinya demi kecintaannya kepada umat.

Menalar Kisah Isra Mikraj

Isra mikraj merupakan mukjizat, artinya sesuatu yang berbeda dengan adat atau kebiasaan yang tidak dapat dipercaya tanpa naungan iman.

Perjalanan dari Mekkah ke Palestina kemudian ke Sidratul Muntaha dalam waktu satu malam adalah masa yang sangat singkat pada saat itu.

Namun, bukan berarti kejadian ini tidak bisa dinalar secara logika. Karena itu, kekuasan Allah yang dilakukan melebihi dari kemampuan manusia.

Nabi saw tidak berangkat dengan sendirinya tapi diberangkatkan oleh Allah sebagaimana pada ayat menyebut “asra”, yang artinya memberangkatkan bukan “sara” atau “zahaba”, yang artinya berangkat.

Coba kamu bandingkan dengan sebuah contoh bahwa ada seekor semut masuk ke dalam kantong baju pengendara motor.

Motor itu menempuh perjalanan dari rumahnya ke suatu tempat dalam waktu tempuh 20 menit hingga melewati perjalanan puluhan kilometer. Lalu pengendara motor kembali ke rumahnya dan semut pun berkumpul bersama teman-temannya.

Lalu berceritalah semut bahwa dirinya sudah menempuh perjalanan puluhan kilometer dalam waktu 20 menit. Dapat dibayangkan bagaimana semut itu didustai dan ditertawakan atas cerita itu, padahal sebenarnya dapat dibenarkan secara logika.

Penutup

Isra mikraj merupakan perjalanan agung dan suci bagi Nabi Muhammad saw. Peristiwa yang sangat besar dalam sejarah Islam.

Isra adalah perjalanan dari Mekkah ke Palestina dan Mikra perjalanan dari Palestina ke Sidratul Muntaha.

Pada malam isra mikraj Rasulullah menerima kewajiban shalat bagi dirinya dan bagi ummat Islam yang jumlahnya 5 waktu dari pengurangan jumlah dasarnya 50 waktu.

Sangat penting mengingat kisah isra mikraj untuk menggelorakan kewajiban shalat kepada ummat Islam, sehingga dengan memperingati isra mikraj mereka akan memahami penting dan agungnya ibadah ini.