Sejarah dan Peran Wali Songo dalam Perkembangan Islam [PEMAPARAN LENGKAP]

Nama Wali Songo tentunya sudah tak asing di telinga. Mereka adalah sembilan orang yang dianggap memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Islam di Indonesia.

Maka pada artikel ini, hasana.id berusaha mencari keberkahan dengan menyelami samudra sejarah yang berkaitan dengan Wali Songo. Simak ulasan yang saya rangkum berikut ini.

Islam Sebagai Agama Pembawa Rahmat

Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin. Artinya, kehadiran Islam di atas muka bumi ini menjadi rahmat untuk seluruh alam.

Nabi dan Rasul Sebagai Utusan Allah

Salah satu bentuk diturunkannya rahmat kepada manusia adalah Allah mengutus nabi-nabi yang menyampaikan risalah-Nya. Dengan demikian, seluruh makhluk ciptaan Allah, baik jin dan manusia akan memiliki petunjuk untuk bisa berjalan pada arah yang diridai-Nya.

Namun, nabi dan rasul yang diutus oleh Allah berakhir dengan dilahirkannya Nabi Muhammad saw. Beliau menjadi nabi terakhir yang risalahnya tersebar merata ke seluruh dunia.

wali songo ada berapa

Rasulullah sendiri memiliki misi untuk memperbaiki akhlak umat akhir zaman. Sepeninggal beliau, perjuangan ini kemudian dilanjutkan oleh para sahabat, sehingga rantai keilmuan dari Rasulullah tidak pernah terputus.

Ilmu yang diperoleh Rasulullah melalui wahyu dari malaikat Jibril atau langsung dari Allah, terus menyebar hingga sampai ke setiap wilayah dan belahan negara. Rantai keilmuan ini membuat islam dan ajarannya yang mulia terus bertahan hingga sekarang.

Maka, siapapun manusia yang bersungguh-sungguh berada pada jalan yang diridai oleh Allah dengan belajar ilmu dan mengamalkanya, Allah akan mengangkat derajat dan menjadikannya waliyullah di muka bumi.

Kedudukan dan Keistimewaan Wali Allah

Menjadi waliyullah bukanlah hal yang mudah, syarat utamanya adalah mengerti ilmu agama yang sesuai dengan generasi shalafus shalih dan mengamalkannya.

Rintangan–rintangan untuk mencapai tempat tertinggi di sisi-Nya juga tidak gampang ditakhlukkan. Salah satu yang terbesar adalah harus menundukkan nafsu dan menjadikannya radhiah, yaitu hasrat yang senang dan ridha dengan takdir Allah untuknya.

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam surat Yunus yang artinya:

“Ingatlah bahwa para wali Allah tidak memiliki rasa takut pada diri mereka dan mereka tidak bersedih hati.”

Petikan ayat tersebut adalah bukti bahwa wali-walinya Allah di muka bumi merupakan orang yang tidak memiliki rasa takut menghadapi hari akhir.

Alasannya karena mereka telah memantapkan hatinya kepada Allah. Mereka juga tidak merasa sedih ketika tak mendapatkan apapun bentuk kesenangan yang penuh tipuan di muka bumi.

Waliyullah tersebar di seluruh penjuru bumi. Indonesia juga memiliki sejarah sendiri dengan waliyullah. Misalnya, Abah Guru Sekumpul Martapura, Abu Ibrahim Woyla Aceh, dan lain-lain.

Salah satu sejarah wali yang paling populer di Indonesia adalah Wali Songo, yaitu sembilan orang wali yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Berikut penjelasan lengkapnya:

Apa dan Siapa Wali Songo?

Berdasarkan sumber babad, Wali Songo dikenal sebagai penyebar agama Islam. Tokoh yang juga populer disebut Wali Sanga ini memiliki peran dan posisi penting di kalangan muslim Pulau Jawa, terutama di kawasan tempat mereka dikebumikan.

Adapun jumlah dan nama-nama mereka berbeda menurut beberapa referensi dan sumber-sumber tradisional. Meski demikian, yang paling populer dikatakan jumlah mereka ada sembilan orang.

Kata wali songo terdiri dari dua kata, yaitu wali dan songo. Wali merupakan penggalan dari kalimat bahasa Arab, dan songo dari bahasa Jawa.

Di sini dapat kita lihat bagaimana umat Islam terdahulu mengkombinasikan antara agama dengan budaya, sehingga dakwah mereka lebih mudah diterima oleh masyarakat setempat.

Kata wali dalam bahasa Arab memiliki makna berdekatan. Dalam hal ini, maksudnya adalah orang-orang yang selalu beriman dan bertakwa kepada Allah.

Para wali menyampaikan risalah yang telah dibawa oleh Rasulullah dan terkadang menghadapi rintangan dalam dakwahnya. Karenanya, Allah memberikan kekuatan kepada mereka lewat karomah.

Hal yang membedakan wali dengan nabi dan rasul adalah adanya wahyu. Nabi dan rasul mendapatkan wahyu dari Allah, sedangkan para wali tidak.

Karomah dan mukjizat juga menjadi hal lain yang membedakan wali dengan nabi dan rasul. Kedua istilah tersebut sebenarnya memiliki makna yang sama, yaitu suatu perkara yang menyalahi adat dan kemampuan manusia.

Bedanya kalau untuk wali dinamakan karomah, sedangkan untuk nabi dinamakan mukjizat. Di Jawa, wali memiliki makna orang khusus atau orang yang suci.

Kemudian, songo merupakan bahasa Jawa yang berarti sembilan. Dengan demikian, wali songo bisa diartikan sebagai wali yang (jumlahnya) sembilan atau sembilan orang yang mencintai Allah.

Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Wali Songo merupakan sembilan orang wali yang berdakwah di tanah Jawa dan mengajak orang menuju jalan yang diridai Allah.

Pengertian Wali Songo

Nama-Nama Wali Songo

  1. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
  2. Raden Rahmat atau Sunan Ampel
  3. Ja’far Shadiq atau Sunan Kudus
  4. Raden Makhdum Ibrahim Sunan Bonang
  5. Sunan Drajat atau Raden Qasim
  6. Sunan Giri atau Raden Paku
  7. Raden Syahid atau Sunan Kalijaga
  8. Sunan Muria atau Raden Umar Said
  9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Sejarah Wali Songo

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim

Maulana Malik Ibrahim merupakan keturunan yang ke-22 dari Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan catatan as-Sayyid Bahruddin Ba’alawi al-Husain yang dikumpulkan dan dibukukan dalam ensiklopedia Nasab Ahlu Bait.

Di dalamnya disebutkan nasab Sunan Gresik adalah As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Bin Sayyid Barakat Zainal Alam Bin Husain Jamaluddin Bin Ahmad Jalaluddin Bin Abdullah Bin Abdul Malik Azmakhtan Bin Alwi Amil Faqih Bin Muhammad Shahid Mirbath Bin Khali’ Qasam Bin Alwi Bin Muhammad Bin Alwi Bin Ubaidillah Bin Ahmad Al-Muhajir Bin Isa Bin Muhammad Bin Ali Al-Uradhi Bin Ja’far Shadiq Bin Muhammad Al-Baqir Bin Ali Zainal Abidin Bin Al-Imam Husain Bin Sayyidah Fathimah Binti Muhammad Rasulullah.

Beliau datang ke Pulau Jawa pada tahun 1404 M, bertepatan dengan masa khalifah Turki Utsmani. Namun, beliau bukan orang pertama yang menyebarkan Islam di wilayah tersebut.

Hal tersebut terbukti dengan adanya makam Fathimah binti Maimun yang bertuliskan angka tahun 1082 pada nisannya.

Disebutkan di dalam buku ‘Wali Songo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa’ karangan Rahmad Abdullah, Syeikh Maulana Malik memiliki tiga orang istri, yaitu :

  1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Ismail, dan beliau memiliki dua anak, yaitu Maulana Moqfaro dan Syarifah Sarah.
  2. Siti Maryam binti Syeikh Subakir, darinya beliau memiliki empat putra, yaitu Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghofur dan Ahmad.
  3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zinuddin al-Akbar as-Samarqandi, darinya memiliki dua anak, yaitu Abbas dan Yusuf.

Sunan Gresik merupakan sosok yang sangat terkenal di masyarakat, terutama rakyat jelata. Beliau menjelaskan bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah. Hal yang membedakan seseorang dengan lainnya adalah ketakwaan di sisi-Nya.

Selain itu, Sunan Gresik juga memiliki pengaruh yang kuat dalam meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

Salah satu gagasan beliau adalah mengalirkan air dari gunung ke sawah dan ladang. Syeikh Maulana Malik Ibrahim wafat di Gresik pada tahun 882 H atau 1419 M.

Sunan Ampel atau Raden Ahmad

Raden Ampel merupakan putra Syeikh Maulanana Malik Ibrahim dan nama istri beliau adalah Dewi Candrawulan. Aktivitasnya dimulai dengan mendirikan sebuah pesantren di Ampel Denta, dekat dengan Surabaya.

Beliau menghasilkan banyak generasi yang bisa melanjutkan dakwahnya, yaitu Sunan Giri, Raden Fatah, Raden Makdum Ibrahim, Sunan Drajat, dan lain-lain.

Sunan Ampel

Menurut babad Diponegoro, Sunan Ampel termasuk orang yang paling berpengaruh di Majapahit. Putrinya yang bernama Dewi Murtasih menikah dengan Raden Fatah, salah satu pangeran Majapahit. Bahkan raja di negeri tersebut juga menjadi murid beliau.

Berdasarkan catatan sejarah, beliau termasuk orang mendirikan kerajaan Islam di Pulau Jawa. Kemudian beliau mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama Kerajaan Demak.

Salah satu yang menjadi peninggalan beliau adalah Masjid Agung Demak yang didirikannya dengan wali-wali yang lain pada tahun 1497 M.

Karena perannya yang sangat besar dalam penyebaran islam di Pulau Jawa, dan banyak lahirnya generasi-generasi Islam yang berbobot darinya, Sunan Ampel di anggap sebagai sesepuh di antara Wali Songo. Beliau wafat pada tahun 1478 M.

Sunan Bonang atau Raden Makdum Ibrahim

Sunan Bonang merupakan putra dari Sunan Ampel. Menurut sejarah, beliau kira-kira lahir pada tahun 1465 M dari Nyai Ageng Manilla.

Perlu diketahui bahwa Sunan Bonan merupakan ulama yang sangat alim dalam ilmu kalam dan ilmu tauhid. Rihlah keilmuannya dimulai dari kerajaan Pasai, Aceh.

Setelah ilmunya dirasa sudah mapan, beliau kembali ke Pulau Jawa dan mengembangkan Islam di Tuban, Jawa Timur. Di daerah inilah beliau mendirikan pesantren yang didatangi murid-murid dari berbagai wilayah.

Sunan Bonang termasuk wali yang menyebarkan Islam dengan menyelaraskan diri dengan corak budaya masyarakat Jawa, misalnya wayang. Di dalam wayang inilah beliau menyisipkan dakwah dan ajaran Islam.

Budaya-budaya daerah juga dimanfaatkan oleh beliau dan wali-wali lainya sebagai media agar lebih mudah diterima oleh masyarakat. Sunan Bonang wafat di Bawean pada tahun 1525 M.

Sunan Giri

Inilah wali yang disebut punya peran besar dalam mendirikan kerajaan islam pertama di Demak. Sunan Giri merupakan anak dari Maulana Ishak dan putri Menak Samboja yang bernama Dewi Sekardadu.

Bukan hanya itu, Sunan Giri juga ikut andil dalam penyerangan ke kerajaan Majapahit dan menjabat sebagai penasehat militer.

Sunan Giri

Beliau juga terkenal sebagai orang yang sangat dermawan. Salah satunya adalah ketika dirinya membagikan seluruh dagangannya ke rakyat Banjar yang saat itu sedang diterpa musibah.

Sunan Giri pernah bertafakkur ke dalam sebuah gua selama empat puluh hari. Di sana beliau bermunajat kepada Allah.

Setelahnya, beliau memutuskan untuk mendirikan pesantren di daerah Margonoto, yang dinamakan Pesantren Giri. Hanya dalam waktu tiga tahun pesantren tersebut terkenal ke seluruh penjuru Nusantara.

Sunan Drajat

Nama asli beliau adalah Raden Syarifuddin. Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel dan Dewi Candrawati. Dengan demikian, beliau merupakan saudara dari Sunan Bonang.

Sunan Drajat mendapat tugas dakwah dari ayahnya ke daerah barat Gresik, yaitu antara gresik dan Tuban. Di daerah inilah beliau mendirikan pesantren sebagai ladang dakwahnya.

Setelah setahun berada di daerah tersebut, beliau mendapatkan ilham dari Allah untuk berpindah ke daerah sebelah selatan, kira-kira satu kilometer dari daerah Jalag.

Kemudian, setelah tiga tahun berada di situ dan mendirikan surau, beliau mendapatkan ilham lagi untuk berpindah ke sebuah bukit.

Di daerah ini, Sunan Drajat berdakwah dengan memanfaatkan kesenian daerah, yaitu gamelan, untuk menyisipkan ceramah agama di dalamnya. Gamelan tersebut hingga sekarang tersimpan dengan sangat rapi di dekat makamnya.

Sunan Kalijaga

Nama kecil beliau adalah Raden Syahid. Sunan Kalijaga merupakan Putra Raden Sahur Temanggung Wilatikta Adipati Tuban. Terrdapat beberapa versi yang berkaitan dengan asal-usul nama Kalijaga.

Menurut masyarakat nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Memang berdasarkan sejarah, Sunan Kalijaga pernah tinggal di kawasan tersebut dan bersahabat dengan Sunan Gunung Jati.

Sunan Kalijaga merupakan seorang pemuda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua. Namun beliau tidak bisa menerima keadaan sekeliling, di mana telah terjadi di banyak ketimpangan dalam masyarakat.

Sunan Kalijaga

Oleh karena itu, beliau pergi ke gudang Kadipaten untuk mencuri makanan dan membagikannya kepada rakyat. Namun, aksinya ini ketahuan ayahnya sehingga Raden Syahid dihukum hingga 100 kali cambukan dan diusir dari kampung halamannya.

Setelah diusir dari kampung halaman, beliau memutuskan untuk mengembara dan bertemu dengan seorang pria berjubah putih. Pria tersebut tak lain adalah Sunan Bonang yang akhirnya menjadi guru Raden Syahid.

Raden Syahid belajar ilmu agama selama berbulan-bulan sampai menjadi alim. Jalan dakwah beliau adalah dengan menggunakan kesenian daerah seperti wayang. Dia dikenal sebagai tokoh wayang yang masyur di kalangan masyarakat.

Sunan Kudus

Sunan Kudus adalah seorang tokoh agama yang menyiarkan agama di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau adalah seorang yang sangat ahli dalam bidang agama terutama ilmu fiqih tauhid hadits tafsir serta ilmu logika.

Karenanya, hanya beliau yang mendapatkan julukan Wali Al Alim di antara para Wali Songo. Banyak orang dari berbagai daerah di pelosok nusantara datang untuk belajar ilmu agama kepadanya karena kemasyurannya dan kehebatannya.

Menurut satu riwayat, beliau pernah mengembara untuk menuntut ilmu ke Baitul Muqaddis Palestina. Sunan Kudus juga pernah memberantas penyakit di daerah tersebut.

Atas jasanya, pemerintah Palestina bermaksud memberikan ijazah wilayah kepadanya di Palestina. Namun, Sunan Kudus justru ingin hadiah tersebut dipindahkan ke Pulau Jawa. Beruntung, permintaan itu dikabulkan oleh Amir daerah Palestina.

Ketika kembali ke Pulau Jawa, beliau mendirikan masjid di daerah Leran tahun 1549, dan diberi nama Masjid al-Aqsha atau Masjid Al Manar.

Namun, masjid itu kemudian diganti nama menjadi Kudus. Sunan kudus wafat di daerah Kudus pada tahun 1550 M dan dimakamkan di sana.

Sunan Muria

Sunan Muria

Salah satu tokoh agama yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di desa-desa yang ada di Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Nama yang disandangnya sesuai dengan lokasi dakwah dan makamnya yang berada di Gunung Muria.

Beliau merupakan putra dari Sunan Kalijaga dan Dwi Sarah.Target dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan, dan rakyat jelata.

Beliau berdakwah menggunakan kesenian seperti wayang dan lain-lain. Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, beliau mengajak umat untuk mengamalkan ajaran Islam.

Oleh sebab itu, beliau lebih terkenal dan senang berdakwah di kalangan rakyat jelata ketimbang kaum bangsawan.

Sunan Gunung Jati

Dikenal sebagai Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, ia merupakan salah satu dari Wali Songo yang banyak berjasa dalam proses penyebaran Islam di Pulau Jawa, terutama di daerah sekitar Jawa Barat. Beliau merupakan pendiri Kesultanan Cirebon.

Syarif Hidayatullah merupakan cucu dari Raja Pajajaran Prabu Siliwangi. Setelah melakukan rihlah menuntut ilmu dan merasa telah cukup, akhirnya beliau berangkat ke tanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya.

Setelah peresmian kerajaan Cirebon, beliau merubah sistem kerajaannya menjadi kerajaan Islam. Akhirnya beliau mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat.

Peran Wali Songo Dalam Penyebaran Islam

Penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, terbilang sukses dengan gerakan dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo. Kesuksesan ini bahkan tercatat dengan tinta emas.

Berkat dukungan penuh dari kesultanan Demak Bintaro, Islam dianut dengan mudah oleh masyarakat di sekitar Pulau Jawa, baik di daerah kota, desa, dan pegunungan. Itulah mengapa Islam menjadi agama yang sangat mengakar di Tanah Jawa.

Kesembilan wali mendirikan tempat ibadah, seperti masjid yang juga dimanfaatkan sebagai tempat penyebaran ilmu agama. Ilmu-ilmu yang diajarkan juga beragam, bahkan sampai bela diri dan kanuragan.

Para wali songo memiliki peranan yang sangat penting dalam penyebaran Islam pada abad ke15. Peran mereka antara lain:

  1. Menjadi pelopor tersebarluasnya Islam kepada kelompok masyarakat yang memang belum mengenal agama ini di daerahnya masing-masing.
  2. Pejuang yang sangat gigih dalam penyebaran Islam di masa hidup mereka.
  3. Menjadi orang-orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh kepada Allah sehingga masyarakat yang diajak juga bersemangat dalam beribadah. Mereka bukan hanya berdakwah dengan lisan, tetapi juga dengan perilaku mulia dan patut dicontoh oleh masyarakat setempat.
  4. Menjadi pemimpin agama di daerahnya masing-masing, tentu saja dengan pengikut yang sangat banyak.
  5. Memperbaiki akhlak orang-orang yang berada di medan dakwahnya.
  6. Berhasil mendirikan Kerajaan Islam Demak sebagai salah satu pusat kerajaan Islam yang ada di Indonesia.

Penyebaran Islam oleh Wali Songo

MAKAM WALI SONGO

Salah satu tanda orang-orang yang mulia adalah makamnya masih diziarahi meski telah lama wafat. Makam Wali Songo termasuk tempat yang sangat banyak diziarahi sampai sekarang.

Biasanya orang-orang yang berziarah datang ke makam untuk mencari bertawassul kepada mereka. Berikut ini adalah lokasi-lokasi makam Wali Songo:

Makam Sunan Ampel

Sunan Ampel dikebumikan di Masjid Sunan Ampel, yang berada di kelurahan Ampel, kecamatan Semampir, Kota Surabaya.

Makam dari Sunan Gresik dan Sunan Giri

Lokasi makam keduanya berada dalam satu kabupaten, tetapi berbeda kecamatan, yaitu kabupaten Gresik. Makam Sunan Gresik berada di Desa Gapuro, kecamatan Gresik.

Lain halnya dengan Sunan Giri yang berlokasi di desa Giri, kecamatan Kebomas.

Makam Sunan Drajat

Beliau dimakamkan di desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.

Makam Sunan Bonang

Pusara Sunan Bonang berada di Jalan K.H. Mustain, kutorejo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban.

Makam Sunan Kudus

Lokasinya berada di Masjid Kudus yang terletak di Kudus.

Makam Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga dikebumikan di Kadilangu, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak. Lokasinya tidak jauh dari kompleks pemakaman keluarga Kerajaan Demak.

Makam dari Sunan Muria

Lokasi makam beliau berada di Gunung Muria, di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.

Makam Sunan Gunung Jati

Tempat peristirahatan beliau adalah satu-satunya makam dari Wali Songo yang berada di Jawa Barat, yaitu di desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.

Demikian beberapa ulasan terkait Wali Songo. Semoga para pembaca hasana.id dapat mengambil pelajaran dari keteguhan dan keyakinan mereka dalam berdakwah dan mengajak umat untuk berada di jalan yang diridai Allah SWT.