Surat Yusuf: Arab, Latin, Terjemah [MENYELURUH]

Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw, Alquran merupakan sumber pedoman utama. Di dalamnya juga berisi kisah, seperti kisah para Nabi dan Rasul. Salah satu kisah Nabiyullah Yusuf yang tersajikan dalam Surat Yusuf.

Melalui surat ini, Alquran memberikan serangkaian peristiwa sebagai gambaran di masa lalu. Agar kamu yang membaca dan mentadabburi Alquran menemukan hikmah berbagai kebijakan.

Turunnya Surat Yusuf

Surat ini termasuk surat Makkiyah (diturunkan di Mekkah) yang jumlah ayatnya 111 ayat. Kecuali pada ayat 1, 2, 3, dan 7 yang diturunkan di Madinah setelah turunnya surat Hud.

Surat Yusuf ini berada dalam urutan surat ke-12 dan terbagi ke dalam dua juz. Ayat 1-52 terletak dalam akhir juz 12 dan ayat 53-111 berada dalam awal juz 13.

Surat ini diturunkan oleh Allah ketika para sahabat meminta nabi menceritakan kisah-kisah terdahulu. Sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas:

Wahai rasulullah, seandainya engkau menceritakan kisah kepada kami”. Lalu, turunlah ayat ke-3 dalam QS. Yusuf: “Kami menceritakan kepadamu(Muhammad) kisah yang paling baik”.

Imam Hakim telah meriwayatkan sebuah hadis. Demikian pula imam lainnya, melalui Sa’ad bin Ibnu Waqas yang menceritakan bahwasanya Alquran diturunkan kepada Nabi saw dan dibacakan kepada para sahabat dalam beberapa masa.

Lalu para sahabat berkata kepada Nabi:

Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak pernah bercerita tentang kisah-kisah kepada kami”. Lalu Allah menurunkan firman-Nya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik”(QS. Az zumar 23)

Ayat di atas adalah serangkaian peristiwa yang menjadi sebab turunnya surat ini.

Turunnya surat ini juga merupakan salah satu media yang dapat melancarkan dakwah Nabi saw. Hal ini dilakukan Nabi saw, dengan menceritakan kisah Nabi dan Rasul terdahulu.

Kisah tersebut banyak ditemukan dalam surat Makiyyah. Seperti surat Al A’raf, surat Yunus, surat Hud, surat Al Hijr, surat Maryam, surat Tha-Ha, surat Al Angkabut.

Selain itu, ada juga surat yang bernama Surat Al Qashas, yang sebagian besar isinya memuat kisah perjuangan rasul-rasul.

Umumnya, isi dalam surat-surat tersebut menekankan pada kesulitan-kesulitan yang dihadapi nabi dan rasul karena kekufuran kaumnya.

Sehingga, kamu dapat melihat intisari dari dakwah. Adalah iman yang tunggal kepada Allah dan kepercayaan pada hari pembalasan.

Mengenal Surah Yusuf Lebih Dalam

Surat ini mengisahkan tentang peristiwa suka-duka Nabi Yusuf sedari kecil. Peristiwa-peristiwa berikut adalah yang dijelaskan dalam Alquran.

Berlainan ibu dan bapak (Nabi Ya’qub), membuat Nabi Yusuf lebih disayangi oleh keduanya. Perbedaan itu, menimbulkan saudara-saudaranya cemburu dan dengki terhadap Nabi Yusuf. Nabi Yusuf dicampakkan dalam sumur.

Selain itu, kisah tentang bagaimana peristiwa Nabi Yusuf dijual menjadi budak. Kisah Nabi Yusuf yang selamat dari rayuan wanita cantik seorang bangsawan, hingga dipenjarakan. Lalu bebas dan menjadi wakil raja.

Surat ini ditutup dengan kisah bertemu dan berdamainya Nabi Yusuf dengan saudaranya. Juga pertemuan kembali dengan ayahnya yang sempat buta. Kebutaannya disebabkan oleh tangis kerinduannya kepada Nabi Yusuf.

Karena pertemuan ini mata Nabi Ya’qub pun sembuh. Mereka pun berkumpul kembali di Mesir.

Kisah-Kisah Nabi Yusuf

Tidak hanya tentang kisahnya, diistimewakan surat ini karena hikmahnya bagi seluruh untuk dibandingkan dengan kehidupan sendiri. Bahwasanya hidup itu tidak mudah, terkadang kamu harus berkuah-kuah air mata dulu.

Kamu juga diajarkan untuk tabah. Karena siklus hidup manusia itu naik-turun dan silih-berganti.

Selain itu, kamu dapat melihat bahwa ada orang yang sejak kecil merasakan kesusahan. Memikul beban hidup dengan tenang dan tidak mengeluh.

Juga tentang betapa teguhnya Nabi Yusuf dimasukkan ke dalam penjara, padahal beliau tidak bersalah. Melainkan, karena “politik rumah tangga” orang besar kala itu.

Dalam kisah ini, kamu juga dapat melihat bagaimana beban batin orang tua yang kehilangan anak tercinta. Pasti sulit juga menata hati karena yang mengkhianatinya adalah anak-anaknya yang lain.

Saudara Yusuf tega berbohong dengan menyebut ia diterkam serigala buas dan baju yang bersimbah darah. Berbekaslah kesedihan itu kepada mata Nabi Ya’qub dengan kebutaan.

Akhir kisah ini ditutup oleh perdamaian antar saudara dan bagaimana tegarnya hati Nabi Yusuf memaafkan saudaranya. Serta kembalinya keharmonisan sebuah keluarga yang ditimpa kesedihan bertahun-tahun.

Sebaik-baiknya Kisah

sebaik-baik kisah

Allah pun bersabda bahwa kisah ini adalah “Ahsanal Qashashi”, yaitu seindah dan sebaik-baik kisah. Artinya, tanpa menguragi keindahan kisah yang lain, tetap menjadi iktibar untuk perjuangan hidup manusia.

Sehingga untuk menghilangkan keluhan jiwa, kamu dapat mengatakan “sedangkan nabi…..” . Kalimat ini menjadi pembanding, bahwa apa yang dialami tidak seberapa dengan kisah para Nabi terdahulu.

Kisah perjalan hidup Nabi Yusuf yang ada dalam Alquran hampir serupa dengan “riwayat” yang ada dalam “Perjanjian Lama”(kejadian dari fasal 37 sampai 47, 10 fasal yang semua terdiri dari 365 ayat)

Meskipun ada kesamaan cerita, perbedaan Alquran adalah benar-benar wahyu dari Allah, sedangkan apa yang ada dalam kitab perjanjian lama adalah cerita manusia yang tidak jelas siapa yang menceritakannya, juga kitab itu tidak ditemukan naskah aslinya sampai sekarang ini.

Lain daripada itu, beberapa pujangga islam di Iran banyak mendapatkan ilham untuk menuliskan kembali kisah Nabi Yusuf dan roman yang lebih dalam terutama dalam sisi tasawuf. Seperti yang di karang oleh Al Jami.

Bahkan Al Firdausi, seorang pujangga asal Persia mengarang cerita “Yusuf dan Zulaikha” dengan filsafat cinta yang dalam.

Penyalahgunaan Surah Yusuf

menulis kisah

Namun dalam hal ini ada yang sangat disayangkan dimana orang tak lagi mengambil hikmah dan isi dalam sirah ini, hanya diambil berkatnya dan digunakan untuk maksud lain yang bukan tujuan Alquran.

Seperti membaca surat ini dengan irama lagu di bulan terang saat wanita hamil 7 bulan, supaya anak dalam kandungannya lahir cantik seperti Nabi Yusuf baik dia laki-laki atau perempuan.

Adapula yang menjadikannya sebagai mantra pemikat dengan “berkat” surat ini agar pasangan wanita tertarik kepada laki-laki yang membacanya.

Hal-hal inilah yang membuat jauh dari isi Alquran dan mengamalkan kulitnya saja. Padahal Alquran itu jika diamalkan seutuhnya, maka segala keberkahannya akan diberikan kepada si pembaca.

Kesimpulan lain dalam surat ini adalah cara untuk mengambil perbandingan diri dan pengaruh didikan orang tua. Dimana Nabi Yusuf tidak jatuh marwahnya meskipun Ia diberikan ketampanan dan digoda oleh seorang wanita yang cantik lagi bangsawan.

Di sini kamu juga dapat pelajaran bahwa pentingnya pendidikan untuk anak sejak dini.

Saat Nabi Yusuf dimasukkan dalam penjara kamu dapat melihat bagaimana Nabi Yusuf lebih memilih dipenjara daripada mengikuti seruan yang salah. Cerita Nabi Yusuf tentang mentakbirkan mimpi juga memberikan sebuah masukan dalam berdakwah.

Nabi Yusuf tidak semerta-merta menafsirkan mimpi dua orang pegawai istana, justru Nabi Yusuf membawa mereka memahami pegangan hidup yang sebenarnya yaitu percaya kepada ajaran Tuhan yang Maha Esa.

Nabi Yusuf juga melukiskan sebuah taktik yang berlaku di segala zaman, yaitu menjaga diri untuk tidak mengambil muka dihadapan raja agar diberikan jabatan dan sebagainya yang justru akan meruntuhkan dan menyingkirkannya dari pandangan raja.

Sekelumit penggalan umum tentang surat ini telah membawa kamu memahami intisari di dalamnya. Adapun kisah dan cerita apa saja yang ada di dalamnya akan saya bahas dalam subbab berikutnya.

Sejenak setelah ini mari  membaca surat Yusuf dan memahami makna di dalamnya.

Surah Yusuf

Surat Yusuf Ayat 1-5

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

  1. الۤرٰ ۗ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْمُبِيْنِۗ

    Alif-Lam-Ra. Tilka aayaatul kitaabil mubiin

    Alif Lam Ra. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang jelas.

  2. اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ

Innaa anzalnaahu quraanan ‘arabiyyal la’allakum ta’qiluun

Sesungguhnya Kami menurunkannya sebagai Qur’an berbahasa Arab, agar kamu mengerti.

  1. نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ

    Nahnu naqushshu ‘alaika ahsanal qashashi bimaa auhainaa ilaka haadzl quraan, waing kunta ming qablihii laminal ghafiliin

    Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.

  2. اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ

    Idz qaala yuusufa labawaihi yaa abati inni raaitu ahada ‘asyara kaukabaw wasy syamsa wal qamara raaituhum lii saajidiin

    (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”

  1. قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

    Qaala ya bunayya laa taqshus rukyaaka ‘alaa ikhwatika fayakiiduu laka kaidaa, innasy syaithaana lil insaani ‘aduwwam mubiin

    Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.”

Surat Yusuf Ayat 6-10

  1. وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰٓى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ 

    Wa kadzalika yajtabiika rabbuka wa yu’allimuka min takwiilil ahaadiitsi wayummu ni’matahu alaika wa ‘alaa aali ya’quuba kamaa atammaha ‘alaa abawaika min qablu ibraahiima wa ishaaq. Inna rabbaka ‘aliimun hakiim

    Dan demikianlah, Tuhan memilih engkau (untuk menjadi Nabi) dan mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan (nikmat-Nya) kepadamu dan kepada keluarga Yakub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui, Mahabijak-sana.

  2.  لَقَدْ كَانَ فِيْ يُوْسُفَ وَاِخْوَتِهٖٓ اٰيٰتٌ لِّلسَّاۤىِٕلِيْنَ

    Laqad kaana fii yuusufa wa ikhwatihii aayaatul lisaailiin

    Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang bertanya.

  3.  اِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَاَخُوْهُ اَحَبُّ اِلٰٓى اَبِيْنَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ ۗاِنَّ اَبَانَا لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ

    Idz qaaluu layuusufa wa akhuuhu ahabbu ilaa abiina minna wa nahnu ‘ushbah. Inna abaana lafii dhalaalim mubiin

    Ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kekeliruan yang nyata.

  4. ۨاقْتُلُوْا يُوْسُفَ اَوِ اطْرَحُوْهُ اَرْضًا يَّخْلُ لَكُمْ وَجْهُ اَبِيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا مِنْۢ بَعْدِهٖ قَوْمًا صٰلِحِيْنَ

    Uqtuluu yuusufa awithrahuhu ardhay yakhlulakum wajhu abiikum wa takuunu mimba’dihi qauman shaalihiin

    Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepadamu, dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik.”

  1. قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ لَا تَقْتُلُوْا يُوْسُفَ وَاَلْقُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَ

    Qaala qaailum minhum la taqtuluu yuusufa wa alquhuu fii ghayaabatil jubbi yaltaqithhu ba’dhus sayyarati in kuntum faa’aillin

    Seorang di antara mereka berkata, “Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukan saja dia ke dasar sumur agar dia dipungut oleh sebagian musafir, jika kamu hendak berbuat.”

Surat Yusuf Ayat 11-15

  1. قَالُوْا يٰٓاَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّ۫ا عَلٰى يُوْسُفَ وَاِنَّا لَهٗ لَنٰصِحُوْنَ

    Qaaluu yaa abaanaa maa laka laa takmanna ‘alaa yuusufa wa innaa lahuu lanaashihun

    Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Mengapa engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami semua menginginkan kebaikan baginya.

  2. اَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَّرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

Arsilhu ma’ana ghaday ya’ta’ wa yal’ab wa innalahuu lahaafizhuun

Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia bersenang-senang dan bermain-main, dan kami pasti menjaganya.”

  1. قَالَ اِنِّيْ لَيَحْزُنُنِيْٓ اَنْ تَذْهَبُوْا بِهٖ وَاَخَافُ اَنْ يَّأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَاَنْتُمْ عَنْهُ غٰفِلُوْنَ

    Qaala innii layahzununi an tadzhabuu bihii wa akhaafu ayyak kulahudzdzikbu wa antum ‘anhu ghafiluun

    Dia (Yakub) berkata, “Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku khawatir dia dimakan serigala, sedang kamu lengah darinya.”

  1. قَالُوْا لَىِٕنْ اَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ اِنَّآ اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ

Qaaluu lain akalahudz dzikbu wanahnu ‘ushbatun innaa idzaal lakhaasiruunSesungguhnya mereka berkata,

“Jika dia dimakan serigala, padahal kami golongan (yang kuat), kalau demikian tentu kami orang-orang yang rugi.”

  1. فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

    Falamma dzahabu bihi wa ajma’uu ayyaj’alahu fii ghayaabatil jubbi wa auhainaa ilaihi latunabbiannahum bi amrihim hadza wahum laa yasy’uruun

Maka ketika mereka membawanya dan sepakat memasukkan ke dasar sumur, Kami wahyukan kepadanya, “Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, sedang mereka tidak menyadari.”

Surat Yusuf Ayat 16-19

  1. وَجَاۤءُوْٓ اَبَاهُمْ عِشَاۤءً يَّبْكُوْنَۗ

    Wajaauu abaahum ‘isyaa ayyabkuun

Kemudian mereka datang kepada ayah mereka pada petang hari sambil menangis.

  1. قَالُوْا يٰٓاَبَانَآ اِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَاَكَلَهُ الذِّئْبُۚ وَمَآ اَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صٰدِقِيْنَ

    Qaaluu yaa abaanaa innaa dzahabnaa nastabiqu wa taraknaa yuusufa ‘inda mataa’ina fa akalahudzdzikbu. Wa maa anta bimukminillanaa walau kunna shaadiqiin

Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Sesungguhnya kami pergi berlomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan engkau tentu tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benar.”

  1. وَجَاۤءُوْ عَلٰى قَمِيْصِهٖ بِدَمٍ كَذِبٍۗ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ اَنْفُسُكُمْ اَمْرًاۗ فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ ۗوَاللّٰهُ الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ

    Wa jaauu ‘alaa qamiishihii bidamin kadzib. Qaala bal sawwalat lakum anfusukum amraa. Fashabrun jamiil. Wallaahul musta’aanu ‘ala maa tashifuun

Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Dia (Yakub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.”

  1. وَجَاۤءَتْ سَيَّارَةٌ فَاَرْسَلُوْا وَارِدَهُمْ فَاَدْلٰى دَلْوَهٗ ۗقَالَ يٰبُشْرٰى هٰذَا غُلٰمٌ ۗوَاَسَرُّوْهُ بِضَاعَةً ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَعْمَلُوْنَ

    Wa jaa at sayyaratum fa arsaluu waridahum fa adlaa dalwaah. Qaala yabusyra hadzaa ghulaam. Wa asarruuhu bidhaa’ah. wallaahu ‘aliimum bimaa ya’maluun.

Dan datanglah sekelompok musafir, mereka menyuruh seorang pengambil air. Lalu dia menurunkan timbanya. Dia berkata, “Oh, senangnya, ini ada seorang anak muda!” Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Surat Yusuf Ayat 20-22

  1. وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍۢ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُوْدَةٍ ۚوَكَانُوْا فِيْهِ مِنَ الزّٰهِدِيْنَ 

    Wasyarauhu bitsamanim bakhsin daraahima ma’duudah. Wa kaanuu fiihi minadz dzaahidiin

Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tidak tertarik kepadanya.

  1. وَقَالَ الَّذِى اشْتَرٰىهُ مِنْ مِّصْرَ لِامْرَاَتِهٖٓ اَكْرِمِيْ مَثْوٰىهُ عَسٰىٓ اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا ۗوَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِۖ وَلِنُعَلِّمَهٗ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۗ وَاللّٰهُ غَالِبٌ عَلٰٓى اَمْرِهٖ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ

    Wa qaalalladzisytarahu mim mishra limra atihi akrimii matswaahu ‘asaa ayyamfa’ana au nattakhidzahu waladaa. Wakadzaalika makkanna liyuusufa fil ardh. Walinu’allimahu min takwiilil ahaadiits. Wallaahu ghaalibun ‘alaa amrihii walaakinna aktsaran nasi laa ya’lamuun

Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya,” Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.

  1. وَلَمَّا بَلَغَ اَشُدَّهٗٓ اٰتَيْنٰهُ حُكْمًا وَّعِلْمًا ۗوَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

    Walamma balagha asyuddahu aatainaahu hukmaw wa’ilmaa. Wakadzalika najzil muhsiniin

Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Surat Yusuf Ayat 23-25

  1. وَرَاوَدَتْهُ الَّتِيْ هُوَ فِيْ بَيْتِهَا عَنْ نَّفْسِهٖ وَغَلَّقَتِ الْاَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۗقَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اِنَّهٗ رَبِّيْٓ اَحْسَنَ مَثْوَايَۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ

    Waraawadathullatii huwa fii baitihii ‘an nafsihi wa ghallaqatil abwaaba wa qaalat haitalaka. Qaala ma’aadzallaahi innahu rabbii ahsana matswaai. Innahuu laa yuflihuzhzhalimiin.

Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan beruntung.

  1. وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهٖۙ وَهَمَّ بِهَا ۚ لَوْلَآ اَنْ رَّاٰ بُرْهَانَ رَبِّهٖۗ كَذٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْۤءَ وَالْفَحْشَاۤءَۗ اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ

    Walaqad hammat bihi wahamma biha laulaa arra aburhaana rabbihi kadzalika linashrifa ‘anhus suua walfahzyaak, innahu min ‘ibaadinal mukhlashiin

Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.

  1. وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيْصَهٗ مِنْ دُبُرٍ وَّاَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَا الْبَابِۗ قَالَتْ مَا جَزَاۤءُ مَنْ اَرَادَ بِاَهْلِكَ سُوْۤءًا اِلَّآ اَنْ يُّسْجَنَ اَوْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

    Wastabaqal baaba waqaddat qamiishahu min duburiw wa alfayaa sayyidahaa ladal baab. Qaalat maa jazaa uman araada biahlika suuan illa ayyusjana au ‘adzaabun aliim

Dan keduanya berlomba menuju pintu dan perempuan itu menarik baju gamisnya (Yusuf) dari belakang hingga koyak dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu. Dia (perempuan itu) berkata, “Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?”

Surat Yusuf Ayat 26-30

  1. قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِيْ عَنْ نَّفْسِيْ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِّنْ اَهْلِهَاۚ اِنْ كَانَ قَمِيْصُهٗ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ

    Qaala hiya rawadatnii ‘annafsi wasyahida syahidum min ahliha. In kaanat qamishuhu quddat min qubulin fashadaqat wahuwa minal kadzibiin

Dia (Yusuf) berkata, “Dia yang menggodaku dan merayu diriku.” Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, “Jika baju gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta.

  1. وَاِنْ كَانَ قَمِيْصُهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ

    Wainkaana qamishuhu qudda min duburin fakadzabat wahuwa minash shadiqiin

Dan jika baju gamisnya koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang dusta, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang benar.”

  1. فَلَمَّا رَاٰ قَمِيْصَهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ اِنَّهٗ مِنْ كَيْدِكُنَّ ۗاِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ

    Falamma ra aa qamishuhu qudda min duburin qaala innahu min kaidikunn. Inna kaidakunna ‘azhiim

Maka ketika dia (suami perempuan itu) melihat baju gamisnya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia berkata, “Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat.”

  1. يُوْسُفُ اَعْرِضْ عَنْ هٰذَا وَاسْتَغْفِرِيْ لِذَنْۢبِكِۖ اِنَّكِ كُنْتِ مِنَ الْخٰطِـِٕيْنَ 

    Yuusufa a’ridh ‘an haadza wastaghfiiri lidzambika innaki kunti minal khatiin.

Wahai Yusuf! ”Lupakanlah ini, dan (istriku) mohonlah ampunan atas dosamu, karena engkau termasuk orang yang bersalah.”

  1.  وَقَالَ نِسْوَةٌ فِى الْمَدِيْنَةِ امْرَاَتُ الْعَزِيْزِ تُرَاوِدُ فَتٰىهَا عَنْ نَّفْسِهٖۚ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّاۗ اِنَّا لَنَرٰىهَا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

    Waqaala niswatun filmadiinatim raatul ‘aziizi turaawidu fataaha ‘annafsihi qad syaghafaha hubba. Inna lanaraha fii dhalaalim mubiin

Dan perempuan-perempuan di kota berkata, “Istri Al-Aziz menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya, pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Kami pasti memandang dia dalam kesesatan yang nyata.”

Surat Yusuf Ayat 31-34

  1. فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ اَرْسَلَتْ اِلَيْهِنَّ وَاَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَاً وَّاٰتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّيْنًا وَّقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۚ فَلَمَّا رَاَيْنَهٗٓ اَكْبَرْنَهٗ وَقَطَّعْنَ اَيْدِيَهُنَّۖ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا هٰذَا بَشَرًاۗ اِنْ هٰذَآ اِلَّا مَلَكٌ كَرِيْمٌ

    Falamma sami’at bimakrihinna arsalat ilaihinna wa a’tadna lahunna muttaka awwa aatat kulaa waahidatim minhunna sikkiinaw waqaalatikhruj ‘alaihinna falamma ra ainahuu waqaththa’na aidiyahunna waqulna hasya lillaahi maa hadza basyara. In hadza illa malakun kariim

Maka ketika perempuan itu mendengar cercaan mereka, diundangnyalah perempuan-perempuan itu dan disediakannya tempat duduk bagi mereka, dan kepada masing-masing mereka diberikan sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf), “Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri. Seraya berkata, “Mahasempurna Allah, ini bukanlah manusia. Ini benar-benar malaikat yang mulia.”

  1. قَالَتْ فَذٰلِكُنَّ الَّذِيْ لُمْتُنَّنِيْ فِيْهِ ۗوَلَقَدْ رَاوَدْتُّهٗ عَنْ نَّفْسِهٖ فَاسْتَعْصَمَ ۗوَلَىِٕنْ لَّمْ يَفْعَلْ مَآ اٰمُرُهٗ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُوْنًا مِّنَ الصّٰغِرِيْنَ

    Qaalat fadzalikunnal ladzii lumtunnani fiih. Walaqad rawadathu ‘annafsihi fasta’shama walail lam yaf’al maa amuruhu layusjananna walayakuunam minashshaghiriin.

Dia (istri Al-Aziz) berkata, “Itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku tertarik) kepadanya, dan sungguh, aku telah menggoda untuk menundukkan dirinya tetapi dia menolak. Jika dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan, dan dia akan menjadi orang yang hina.”

  1. قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ

    Qaala rabbissijnu ahabbu ilayya mimma yad’uunanii ilaih, wa illa tashrif ‘anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akum minal jahiliin.

Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.”

  1. فَاسْتَجَابَ لَهٗ رَبُّهٗ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

    Fastajaaba lahuu rabbuhu fasharafa ‘anhu kaidhunna innahu huwas samii’ul ‘aliim

Maka Tuhan memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Surat Yusuf Ayat 35-37

  1. ثُمَّ بَدَا لَهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا رَاَوُا الْاٰيٰتِ لَيَسْجُنُنَّهٗ حَتّٰى حِيْنٍ 

    Tsumma badaa lahum mim ba’di maa ra awul ayati layasjunannahu hatta hiin

Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai waktu tertentu.

  1. وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيٰنِ ۗقَالَ اَحَدُهُمَآ اِنِّيْٓ اَرٰىنِيْٓ اَعْصِرُ خَمْرًا ۚوَقَالَ الْاٰخَرُ اِنِّيْٓ اَرٰىنِيْٓ اَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِيْ خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ ۗنَبِّئْنَا بِتَأْوِيْلِهٖ ۚاِنَّا نَرٰىكَ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ

    Wadakhala ma’ahus sijna fatayan. Qaala ahaduhuma inni araani a’shiru khamra. Waqaalal akharu inni araani ahmilu fauqa raksi khubzan takkulu ththairu minhu. Nabbikna bitakwiilihi inna naraaka minal muhsiniin

Dan bersama dia masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara. Salah satunya berkata, “Sesungguhnya aku bermimpi memeras anggur,” dan yang lainnya berkata, “Aku bermimpi, membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.” Berikanlah kepada kami takwilnya. Sesungguhnya kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik.

  1. قَالَ لَا يَأْتِيْكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقٰنِهٖٓ اِلَّا نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيْلِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّأْتِيَكُمَا ۗذٰلِكُمَا مِمَّا عَلَّمَنِيْ رَبِّيْۗ اِنِّيْ تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ هُمْ كٰفِرُوْنَۙ

    Qaala laa yaktiikumaa tha’aamun turzaqaanihii illa nabbaktukuma bitakwiilihi qabla ay yaktiyakumaa dzaalikuma mimma ‘allamanii rabbi. Innii taraktu millata qaumilla yukminuuna billaahi wahum bil akhirati hum kaafiruun

Dia (Yusuf) berkata, “Makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua aku telah dapat menerangkan takwilnya, sebelum (makanan) itu sampai kepadamu. Itu sebagian dari yang diajarkan Tuhan kepadaku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka tidak percaya kepada hari akhirat.

Surat Yusuf Ayat 38-40

  1. وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ اٰبَاۤءِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَۗ مَا كَانَ لَنَآ اَنْ نُّشْرِكَ بِاللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ ذٰلِكَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُوْنَ

    Wattaba’tu millata aabaaii ibraahiima waishaaqa wa ya’quuba. Maa kaana lanaa annsyrika billaahi min syaik. Dzalika min fadhlillaahi ‘alainaa wa ‘alannasi walaakinna altsarannaasi laa yasykuruun.

Dan aku mengikuti agama nenek moyangku: Ibrahim, Ishak dan Yakub. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.

  1. يٰصَاحِبَيِ السِّجْنِ ءَاَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُوْنَ خَيْرٌ اَمِ اللّٰهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُۗ

    Yaashaahibayis sijni a arbaabum mutafarriquuna khairun amillaahul waahidul qahhaar

Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa?

  1. مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلَّآ اَسْمَاۤءً سَمَّيْتُمُوْهَآ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ مَّآ اَنْزَلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗاَمَرَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ

    Maa ta’buduuna min duunihii illa asmaa ansammaitumuuhaa antum wa aabaaukum maa anzalallaahu bihaa min sulthaan. Inilhukmu lillaah. Amara alla ta’buduu illaa iyyaah. Dzalikad diinul qayyimu walaakinna aktsarannasi laa ya’lamuun

Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu. Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Surat Yusuf Ayat 41-44

  1. يٰصَاحِبَيِ السِّجْنِ اَمَّآ اَحَدُكُمَا فَيَسْقِيْ رَبَّهٗ خَمْرًا ۗوَاَمَّا الْاٰخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْ رَّأْسِهٖ ۗ قُضِيَ الْاَمْرُ الَّذِيْ فِيْهِ تَسْتَفْتِيٰنِۗ

    Yashahibayissjni amaa ahadukuma fayasqi rabbahu khamra. Wa ammal aakharu fayushlabu fatakkuluth thairu mirraksihi. Qudhiyal amrul ladzi fiihi tastaftiyan

Wahai kedua penghuni penjara, “Salah seorang di antara kamu, akan bertugas menyediakan minuman khamar bagi tuannya. Adapun yang seorang lagi dia akan disalib, lalu burung memakan sebagian kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu tanyakan (kepadaku).”

  1. وَقَالَ لِلَّذِيْ ظَنَّ اَنَّهٗ نَاجٍ مِّنْهُمَا اذْكُرْنِيْ عِنْدَ رَبِّكَۖ فَاَنْسٰىهُ الشَّيْطٰنُ ذِكْرَ رَبِّهٖ فَلَبِثَ فِى السِّجْنِ بِضْعَ سِنِيْنَ 

    Waqaala lilladzi zhanna annahu naajim minhumadzkurnii ‘inda rabbika. Fa ansaahusysyaithaanu dzikra rabbihi falabitsa fissijni bidh’a siniin

Dan dia (Yusuf) berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.” Maka setan menjadikan dia lupa untuk menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu dia (Yusuf) tetap dalam penjara beberapa tahun lamanya.

  1. وَقَالَ الْمَلِكُ اِنِّيْٓ اَرٰى سَبْعَ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعَ سُنْۢبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّاُخَرَ يٰبِسٰتٍۗ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ اَفْتُوْنِيْ فِيْ رُءْيَايَ اِنْ كُنْتُمْ لِلرُّءْيَا تَعْبُرُوْنَ

    Waqaalal maliku inii araa sab’a baqaraatin simaaniy yakkuluhunna sab’u ‘ijaafuw wasab’a sumbulaatin khudhriw wa ukhara yabisaat. Ya ayyuhal malau aftuunii fii rukyaaya in kuntum lirrukya ta’buruun

Dan raja berkata (kepada pabra pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi.”

  1. قَالُوْٓا اَضْغَاثُ اَحْلَامٍ ۚوَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيْلِ الْاَحْلَامِ بِعٰلِمِيْنَ

    Qaaluu adhghaatsu ahlaam. Wamaa nahnu bitakwiilil ahlaami bi’aalimiin

Mereka menjawab, “(Itu) mimpi-mimpi yang kosong dan kami tidak mampu menakwilkan mimpi itu.”

Surat Yusuf Ayat 45-48

  1. وَقَالَ الَّذِيْ نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ اُمَّةٍ اَنَا۠ اُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيْلِهٖ فَاَرْسِلُوْنِ

    Waqaalal ladzii najaa minhumaa waddakara ba’da ummatin ana unabiiukum bitakwiilihi fa arsiluun

Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) setelah beberapa waktu lamanya, “Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).”

  1. يُوْسُفُ اَيُّهَا الصِّدِّيْقُ اَفْتِنَا فِيْ سَبْعِ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعِ سُنْۢبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّاُخَرَ يٰبِسٰتٍۙ لَّعَلِّيْٓ اَرْجِعُ اِلَى النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُوْنَ

    Yuusufa ayyuhashshidiiqu aftinaa fii sab’I baqaraatin simaniy yakkuluhunna sab’u ‘ijafuw wasab’I sumbulaatin khudhriw wa ukhara yaabisaat. La’allii arji’u ilan naasi la’allahum ya’lamuun

”Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui.”

  1. قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَاَبًاۚ فَمَا حَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْۢبُلِهٖٓ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ

    Qaala tazra’uuna sab’a siniina da abaa. Famaa hashadtum fadzaruuhu fii sumbulihii illa qaliilam mimma takkuluun

Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.

  1. ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ

    Tsumma yalti mimba’di dzalika sab’u syidaaduy yakkulna maa qaddamtum lahunna illla qaliilam mimma tuhshinuun

Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.

Surat Yusuf Ayat 49-52

  1. ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ 

    Tsumma yaktii mimba’di dzaalika ‘aamum fiihi yughaatsun naasu wafiihi ya’rishuun

Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).”

  1. وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُوْنِيْ بِهٖ ۚفَلَمَّا جَاۤءَهُ الرَّسُوْلُ قَالَ ارْجِعْ اِلٰى رَبِّكَ فَسْـَٔلْهُ مَا بَالُ النِّسْوَةِ الّٰتِيْ قَطَّعْنَ اَيْدِيَهُنَّ ۗاِنَّ رَبِّيْ بِكَيْدِهِنَّ عَلِيْمٌ

    Waqaalal malikuktuni bihii, falamma jaa ahurrasuulu qaala irji’ ilaa rabbika fas alhu maa baalun niswatil latii qaththa’na aidiyahunna. Inna rabbi bikaidihinna ‘aliim

Dan raja berkata, “Bawalah dia kepadaku.” Ketika utusan itu datang kepadanya, dia (Yusuf) berkata, “Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakan kepadanya bagaimana halnya perempuan-perempuan yang telah melukai tangannya. Sungguh, Tuhanku Maha Mengetahui tipu daya mereka.”

  1. قَالَ مَا خَطْبُكُنَّ اِذْ رَاوَدْتُّنَّ يُوْسُفَ عَنْ نَّفْسِهٖۗ قُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا عَلِمْنَا عَلَيْهِ مِنْ سُوْۤءٍ ۗقَالَتِ امْرَاَتُ الْعَزِيْزِ الْـٰٔنَ حَصْحَصَ الْحَقُّۖ اَنَا۠ رَاوَدْتُّهٗ عَنْ نَّفْسِهٖ وَاِنَّهٗ لَمِنَ الصّٰدِقِيْنَ

    Qaala maa khathbukunna idz raawattunna yuusufa ‘annafsihii qulna haasya lillaahi maa ‘alimnaa ‘alaihi min suuk. Qaalatilmra atul’aziizil aana hash hashalhaqqu ana raawattuhuu ‘an nafishii wainnahuu laminashshadiqiin

Dia (raja) berkata (kepada perempuan-perempuan itu), “Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya?” Mereka berkata, “Mahasempurna Allah, kami tidak mengetahui sesuatu keburukan darinya.” Istri Al-Aziz berkata, “Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggoda dan merayunya, dan sesungguhnya dia termasuk orang yang benar.”

  1. ذٰلِكَ لِيَعْلَمَ اَنِّيْ لَمْ اَخُنْهُ بِالْغَيْبِ وَاَنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ كَيْدَ الْخَاۤىِٕنِيْنَ ۔

    Dzalika liya’lama anni lam akhunhu bilghaibi wa annallaaha laa yahdi kaidal khaainiin

(Yusuf berkata), “Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa aku benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (di rumah), dan bahwa Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat.

Surat Yusuf Ayat 53-58

  1.  وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

    Wamaa ubarriu nafsii, innan nafsa la ammaratum bissuuui illa ma rahima rabbi. Inna rabbii ghafuurur rahiim

Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.

  1. وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُوْنِيْ بِهٖٓ اَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِيْۚ فَلَمَّا كَلَّمَهٗ قَالَ اِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِيْنٌ اَمِيْنٌ

    Waqaalal malikuk tuunii bihii astakhlishhu linafsii falamma kallamahu qaala innakal yauma ladainaa makiinun aamiin

Dan raja berkata, “Bawalah dia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.” Ketika dia (raja) telah bercakap-cakap dengan dia, dia (raja) berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya.”

  1. قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ

    Qaalaj’alnii ‘alaa khazaainil ardhi inni hafiizhun ‘aliim

Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”

  1. وَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِ يَتَبَوَّاُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاۤءُۗ نُصِيْبُ بِرَحْمَتِنَا مَنْ نَّشَاۤءُ وَلَا نُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ

    Wakadzalika makkanna liyuusufa fil ardhi yatabawwau minha haitsu yasyaak. Nushiibu birahmatinaa mannasyaau walaa nudhii’u ajral muhsiniin

    Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir); untuk tinggal di mana saja yang dia kehendaki. Kami melimpahkan rahmat kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.

  2. وَلَأَجْرُ ٱلْءَاخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ

Wala ajrul akhirati khairullilladzina amanuu wakaanu yattaquun

Dan sungguh, pahala akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.

  1. وَجَاۤءَ اِخْوَةُ يُوْسُفَ فَدَخَلُوْا عَلَيْهِ فَعَرَفَهُمْ وَهُمْ لَهٗ مُنْكِرُوْنَ

    Wajaa a ikhwatu yuusufa fadakhalu ‘alaihi fa’arafahum wahum lahuu mungkiruun

Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke (tempat)nya. Maka dia (Yusuf) mengenal mereka, sedang mereka tidak mengenalinya (lagi) kepadanya

Surat Yusuf Ayat 59-63

harapan besar

  1. وَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ قَالَ ائْتُوْنِيْ بِاَخٍ لَّكُمْ مِّنْ اَبِيْكُمْ ۚ اَلَا تَرَوْنَ اَنِّيْٓ اُوْفِى الْكَيْلَ وَاَنَا۠ خَيْرُ الْمُنْزِلِيْنَ

    Walamma jahhazahum bijahaazihim qaalak tuunii biakhillakum min abiikum. Ala tarauna anni uufil kaila wa ana khairulmunziliin

Dan ketika dia (Yusuf) menyiapkan bahan makanan untuk mereka, dia berkata, “Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan takaran dan aku adalah penerima tamu yang terbaik?

  1. فَاِنْ لَّمْ تَأْتُوْنِيْ بِهٖ فَلَا كَيْلَ لَكُمْ عِنْدِيْ وَلَا تَقْرَبُوْنِ

    Faillam taktuuni bihi fala kaila lakum ‘indii walaa taqrabuun

Maka jika kamu tidak membawanya kepadaku, maka kamu tidak akan mendapat jatah (gandum) lagi dariku dan jangan kamu mendekatiku.”

  1. قَالُوْا سَنُرَاوِدُ عَنْهُ اَبَاهُ وَاِنَّا لَفٰعِلُوْنَ

    Qaaluu sanurawidu ‘anhu abaahu wainna lafaa’iluun

Mereka berkata, “Kami akan membujuk ayahnya (untuk membawanya) dan kami benar-benar akan melaksanakannya.”

  1. وَقَالَ لِفِتْيٰنِهِ اجْعَلُوْا بِضَاعَتَهُمْ فِيْ رِحَالِهِمْ لَعَلَّهُمْ يَعْرِفُوْنَهَآ اِذَا انْقَلَبُوْٓا اِلٰٓى اَهْلِهِمْ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

    Waqaala lifityanihij’aluu bidha’atahum fii rihaalihim la’allahum ya’rifuunahaa idzan qalabuu ilaa ahlihim la’allahum yarji’unn

Dan dia (Yusuf) berkata kepada pelayan-pelayannya, “Masukkanlah barang-barang (penukar) mereka ke dalam karung-karungnya, agar mereka mengetahuinya apabila telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi.”

  1. فَلَمَّا رَجَعُوْٓا اِلٰٓى اَبِيْهِمْ قَالُوْا يٰٓاَبَانَا مُنِعَ مِنَّا الْكَيْلُ فَاَرْسِلْ مَعَنَآ اَخَانَا نَكْتَلْ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ

    Falamma raja’u ilaa abiihim qaaluu yaa abaana muni’a minnal kailu fa arsil ma’ana akhaana naktul wa inna lahuu lahaafizhuun

Maka ketika mereka telah kembali kepada ayahnya (Yakub) mereka berkata, “Wahai ayah kami! Kami tidak akan mendapat jatah (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama kami agar kami mendapat jatah, dan kami benar-benar akan menjaganya.”

Surat Yusuf Ayat 64-66

  1. قَالَ هَلْ اٰمَنُكُمْ عَلَيْهِ اِلَّا كَمَآ اَمِنْتُكُمْ عَلٰٓى اَخِيْهِ مِنْ قَبْلُۗ فَاللّٰهُ خَيْرٌ حٰفِظًا وَّهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ

    Qaala hal aamanakum ‘alaihi illa kamaa amintukum ‘alaa akhiihi min qablu fallaahu khairun haafizhaw wahuwa arhamurrahimiin

Dia (Yakub) berkata, “Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?” Maka Allah adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.

  1. وَلَمَّا فَتَحُوْا مَتَاعَهُمْ وَجَدُوْا بِضَاعَتَهُمْ رُدَّتْ اِلَيْهِمْۗ قَالُوْا يٰٓاَبَانَا مَا نَبْغِيْۗ هٰذِهٖ بِضَاعَتُنَا رُدَّتْ اِلَيْنَا وَنَمِيْرُ اَهْلَنَا وَنَحْفَظُ اَخَانَا وَنَزْدَادُ كَيْلَ بَعِيْرٍۗ ذٰلِكَ كَيْلٌ يَّسِيْرٌ

    Walamma fatahuu mata’ahum bidha’atahum ruddat ilaihim. Qaaluu yaa abaana maa nabghi. Hadzihi bidha’atuna ruddat ilaina wanamiiru ahlana wa nahfazhu akhaana wanazdaadu kaila ba’iir. Dzalika kailuy yasiir

Dan ketika mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan barang-barang (penukar) mereka dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Apalagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kita akan dapat memberi makan keluarga kita, dan kami akan memelihara saudara kami, dan kita akan mendapat tambahan jatah (gandum) seberat beban seekor unta. Itu suatu hal yang mudah (bagi raja Mesir).”

  1. قَالَ لَنْ اُرْسِلَهٗ مَعَكُمْ حَتّٰى تُؤْتُوْنِ مَوْثِقًا مِّنَ اللّٰهِ لَتَأْتُنَّنِيْ بِهٖٓ اِلَّآ اَنْ يُّحَاطَ بِكُمْۚ فَلَمَّآ اٰتَوْهُ مَوْثِقَهُمْ قَالَ اللّٰهُ عَلٰى مَا نَقُوْلُ وَكِيْلٌ

    Qaala lan ursilahu ma’akum hatta tuktuuni mautsiqam minallaahi lataktunnanii bihi illa ayyuhaatha bikum. Falamma atauhu mautsiqahum qalallaahu ‘ala maa naquulu waqiil

Dia (Yakub) berkata, “Aku tidak akan melepaskannya (pergi) bersama kamu, sebelum kamu bersumpah kepadaku atas (nama) Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung (musuh).” Setelah mereka mengucapkan sumpah, dia (Yakub) berkata, “Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan.”

Surat Yusuf Ayat 67-70

  1. وَقَالَ يٰبَنِيَّ لَا تَدْخُلُوْا مِنْۢ بَابٍ وَّاحِدٍ وَّادْخُلُوْا مِنْ اَبْوَابٍ مُّتَفَرِّقَةٍۗ وَمَآ اُغْنِيْ عَنْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُوْنَ

    Wa qaala yabunayya laa tadkhuluu min baabiw waahidiw wadkhulu min abwam mutafarriqah. Wamaa ughni ‘ankum minallaahi min syaik. Inilhukmu illallaah. ‘alaihi tawakkaltu wa ‘alaihi falyatawakkalil mutawakkiluun

Dan dia (Yakub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir) Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-orang yang bertawakal.”

  1. وَلَمَّا دَخَلُوْا مِنْ حَيْثُ اَمَرَهُمْ اَبُوْهُمْۗ مَا كَانَ يُغْنِيْ عَنْهُمْ مِّنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ اِلَّا حَاجَةً فِيْ نَفْسِ يَعْقُوْبَ قَضٰىهَاۗ وَاِنَّهٗ لَذُوْ عِلْمٍ لِّمَا عَلَّمْنٰهُ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ 

    Walamma dakhaluu min haitsu amarahum abuuhum. Ma kaana yughni ‘anhum minallaahi min syaiin illa haajatam fii nafsi ya’quuba qadhaaha. Wainnahu ladzu ‘ilmil limaa ‘allamnaahu walakinna aktsarannaasi laa ya’lamuun.

Dan ketika mereka masuk sesuai dengan perintah ayah mereka, (masuknya mereka itu) tidak dapat menolak sedikit pun keputusan Allah, (tetapi itu) hanya suatu keinginan pada diri Yakub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

  1. وَلَمَّا دَخَلُوْا عَلٰى يُوْسُفَ اٰوٰٓى اِلَيْهِ اَخَاهُ قَالَ اِنِّيْٓ اَنَا۠ اَخُوْكَ فَلَا تَبْتَىِٕسْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

    Walamma dakhaluu ‘ala yusufa aawaa ilaihi akhaahu qaala innii ana akhuuka falaa tabtais bimaa kaanuu ya’lamuun

Dan ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, dia menempatkan saudaranya (Bunyamin) di tempatnya, dia (Yusuf) berkata, “Sesungguhnya aku adalah saudaramu, jangan engkau bersedih hati terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

  1. فَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ جَعَلَ السِّقَايَةَ فِيْ رَحْلِ اَخِيْهِ ثُمَّ اَذَّنَ مُؤَذِّنٌ اَيَّتُهَا الْعِيْرُ اِنَّكُمْ لَسٰرِقُوْنَ

    Falamma jahhaza bijahaazihim ja’alassiqayata fii rahli akhiihi tsumma adzdzana muadzdzinun ayyatuhal ‘iiru innakum lasaariquun

Maka ketika telah disiapkan bahan makanan untuk mereka, dia (Yusuf) memasukkan piala ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan, “Wahai kafilah! Sesungguhnya kamu pasti pencuri.”

Surat Yusuf Ayat 71-75

  1. قَالُوْا وَاَقْبَلُوْا عَلَيْهِمْ مَّاذَا تَفْقِدُوْنَ

    Qaaluu wa aqbaluu ‘alaihim maadza tafqiduun

Mereka bertanya, sambil menghadap kepada mereka (yang menuduh), “Kamu kehilangan apa?”

  1. قَالُوْا نَفْقِدُ صُوَاعَ الْمَلِكِ وَلِمَنْ جَاۤءَ بِهٖ حِمْلُ بَعِيْرٍ وَّاَنَا۠ بِهٖ زَعِيْمٌ

    Qaaluu nafqidu shuwaa’almaliki waliman jaa abihi himlu ba’iiriw wa ana bihi za’iim

Mereka menjawab, “Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh (bahan makanan seberat) beban unta, dan aku jamin itu.”

  1. قَالُوْا تَاللّٰهِ لَقَدْ عَلِمْتُمْ مَّا جِئْنَا لِنُفْسِدَ فِى الْاَرْضِ وَمَا كُنَّا سٰرِقِيْنَ

    Qaaluu tallaahi laqad ‘alimtum maa jikna linufsida fil ardhi wamaa kunnaa saariqiin

Mereka (saudara-saudara Yusuf) menjawab, “Demi Allah, sungguh, kamu mengetahui bahwa kami datang bukan untuk berbuat kerusakan di negeri ini dan kami bukanlah para pencuri.”

  1. قَالُوْا فَمَا جَزَاۤؤُهٗٓ اِنْ كُنْتُمْ كٰذِبِيْنَ

    Qaaluu famaa jazaa ahuu in kuntum kadzibiin

Mereka berkata, “Tetapi apa hukumannya jika kamu dusta?”

  1. قَالُوْا جَزَاۤؤُهٗ مَنْ وُّجِدَ فِيْ رَحْلِهٖ فَهُوَ جَزَاۤؤُهٗ ۗ كَذٰلِكَ نَجْزِى الظّٰلِمِيْنَ

    Qaaluu jazaa uhuu maw wujida fii rahlihii fahuwa jazaa uhuu kadzaa lika najzizhzhalimiin

Mereka menjawab, “Hukumannya ialah pada siapa ditemukan dalam karungnya (barang yang hilang itu), maka dia sendirilah menerima hukumannya. Demikianlah kami memberi hukuman kepada orang-orang zalim.”

Surat Yusuf Ayat 76-78

  1. فَبَدَاَ بِاَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاۤءِ اَخِيْهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِّعَاۤءِ اَخِيْهِۗ كَذٰلِكَ كِدْنَا لِيُوْسُفَۗ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ اَخَاهُ فِيْ دِيْنِ الْمَلِكِ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۗنَرْفَعُ دَرَجٰتٍ مَّنْ نَّشَاۤءُۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِيْ عِلْمٍ عَلِيْمٌ

    Fabadaa biau’iyatihim qabla wi’aai akhiihi tsummastakhrajaha miw wi’aai akhiih. Kadzalika kidnaa liyuusufa. Maa kaana liyak khudza akhaahu fii diinilmaliki ay yasyaallaah. Narfa’u darajaatim man nasyaak. Wafauqa kulli dzii ‘ilmin ‘aliim

Maka mulailah dia (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan (piala raja) itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami mengatur (rencana) untuk Yusuf. Dia tidak dapat menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui.

  1.  قَالُوْٓا اِنْ يَّسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ اَخٌ لَّهٗ مِنْ قَبْلُۚ فَاَسَرَّهَا يُوْسُفُ فِيْ نَفْسِهٖ وَلَمْ يُبْدِهَا لَهُمْۚ قَالَ اَنْتُمْ شَرٌّ مَّكَانًا ۚوَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا تَصِفُوْنَ

    Qaaluu in yasriq faqad saraqa akhul lahuu min qablu. Fa asarraha yuusufa fii nafsihii walam yubdihaa lahum. Qaala antum syarrum makaana wallaahu a’lamu bima tashifuun

Mereka berkata, “Jika dia mencuri, maka sungguh sebelum itu saudaranya pun pernah pula mencuri.” Maka Yusuf menyembunyikan (kejengkelan) dalam hatinya dan tidak ditampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya), “Kedudukanmu justru lebih buruk. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan.”

  1. قَالُوْا يٰٓاَيُّهَا الْعَزِيْزُ اِنَّ لَهٗٓ اَبًا شَيْخًا كَبِيْرًا فَخُذْ اَحَدَنَا مَكَانَهٗ ۚاِنَّا نَرٰىكَ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ

    Qaaluu yaa ayyuhal ‘aziizu inna lahuu aban syaikhan kabiiram fakhudz ahadanaa makaanahu. Inna naraaka minal muhsiniin

Mereka berkata, “Wahai Al-Aziz! Dia mempunyai ayah yang sudah lanjut usia, karena itu ambillah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat engkau termasuk orang-orang yang berbuat baik.”

Surat Yusuf Ayat 79-81

  1. قَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اَنْ نَّأْخُذَ اِلَّا مَنْ وَّجَدْنَا مَتَاعَنَا عِنْدَهٗٓ ۙاِنَّآ اِذًا لَّظٰلِمُوْنَ 

    Qaala ma’adzallaahi annak khuza illa maw wajadna mataa’ana ‘indahuu innaa idzallazhalimuun

Dia (Yusuf) berkata, “Aku memohon perlindungan kepada Allah dari menahan (seseorang), kecuali orang yang kami temukan harta kami padanya, jika kami (berbuat) demikian, berarti kami orang yang zalim.”

  1. فَلَمَّا اسْتَيْـَٔسُوْا مِنْهُ خَلَصُوْا نَجِيًّاۗ قَالَ كَبِيْرُهُمْ اَلَمْ تَعْلَمُوْٓا اَنَّ اَبَاكُمْ قَدْ اَخَذَ عَلَيْكُمْ مَّوْثِقًا مِّنَ اللّٰهِ وَمِنْ قَبْلُ مَا فَرَّطْتُّمْ فِيْ يُوْسُفَ فَلَنْ اَبْرَحَ الْاَرْضَ حَتّٰى يَأْذَنَ لِيْٓ اَبِيْٓ اَوْ يَحْكُمَ اللّٰهُ لِيْۚ وَهُوَ خَيْرُ الْحٰكِمِيْنَ

    Falammastaiasuu minhu khalashuu najiyya. Qaala kabiiruhum alam ta’lamu anna abaakum qad akhadza ‘alaikum mautsiqam minallaahi wamin qablu maa farrattum fii yuusufa falan abrahal ardha hatta yakdzana lii abii auyahkumallaahu lii, wahuwa khairul haakimiin.

Maka ketika mereka berputus asa darinya (putusan Yusuf) mereka menyendiri (sambil berunding) dengan berbisik-bisik. Yang tertua di antara mereka berkata, “Tidakkah kamu ketahui bahwa ayahmu telah mengambil janji dari kamu dengan (nama) Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan Yusuf? Sebab itu aku tidak akan meninggalkan negeri ini (Mesir), sampai ayahku mengizinkan (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku. Dan Dia adalah hakim yang terbaik.”

  1. اِرْجِعُوْٓا اِلٰٓى اَبِيْكُمْ فَقُوْلُوْا يٰٓاَبَانَآ اِنَّ ابْنَكَ سَرَقَۚ وَمَا شَهِدْنَآ اِلَّا بِمَا عَلِمْنَا وَمَا كُنَّا لِلْغَيْبِ حٰفِظِيْنَ

    Irji’uu ilaa abiikum faquuluu yaa abaana innabnaka saraq. Wamaa syahidnaa illa bimaa ‘alimnaa wamaa kunna lilghaibi haafizhiin

Kembalilah kepada ayahmu dan katakanlah, “Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui dan kami tidak mengetahui apa yang di balik itu.

Surat Yusuf Ayat 82-86

  1. وَسْـَٔلِ الْقَرْيَةَ الَّتِيْ كُنَّا فِيْهَا وَالْعِيْرَ الَّتِيْٓ اَقْبَلْنَا فِيْهَاۗ وَاِنَّا لَصٰدِقُوْنَ

    Was alil qaryatallatii kunna fiiha wal’iiral latii aqbalnaa fiiha. Wa innaa lashaadiquun

Dan tanyalah (penduduk) negeri tempat kami berada, dan kafilah yang datang bersama kami. Dan kami adalah orang yang benar.”

  1. قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ اَنْفُسُكُمْ اَمْرًاۗ فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ ۗعَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّأْتِيَنِيْ بِهِمْ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

    Qaala bal sawwalat lakum amfusukum amraa. Fashabun jamiil. ‘asallaahu ay yaktiyani bihim jamii’aa. Innahuu huwal ‘aliimul hakiim

Dia (Yakub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendiri yang memandang baik urusan (yang buruk) itu. Maka (kesabaranku) adalah kesabaran yang baik. Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku. Sungguh, Dialah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

  1. وَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰٓاَسَفٰى عَلٰى يُوْسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنٰهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيْمٌ

    Watawalla ‘anhum waqaala yaa asafa ‘alaa yuusufa wabyadhdhat ‘ainahuu minal huzni fahuwa kazhiim

Dan dia (Yakub) berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, “Aduhai dukacitaku terhadap Yusuf,” dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dia diam menahan amarah (terhadap anak-anaknya).

  1. قَالُوْا تَاللّٰهِ تَفْتَؤُا تَذْكُرُ يُوْسُفَ حَتّٰى تَكُوْنَ حَرَضًا اَوْ تَكُوْنَ مِنَ الْهٰلِكِيْنَ

    Qaaluu tallaahi tatau tadzkuru yuusufa hatta takuuna haradhan au takuuna minal haalikiin

Mereka berkata, “Demi Allah, engkau tidak henti-hentinya mengingat Yusuf, sehingga engkau (mengidap) penyakit berat atau engkau termasuk orang-orang yang akan binasa.”

  1. قَالَ اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

    Qaala innama asykuu batstsii wahuznii ilallaahi wa a’lamu minallaahi maa laa ta’lamuun

Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.

Surat Yusuf Ayat 87-90

  1. يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ

    Ya baniyyadzhabuu fatahassasu min yuusufa wa akhiihi walaa taiasuu mirrauhillaah. Innahuu laa yaiasu mirrauhilllahi illalqaumul kaafiruun

Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.”

  1. فَلَمَّا دَخَلُوْا عَلَيْهِ قَالُوْا يٰٓاَيُّهَا الْعَزِيْزُ مَسَّنَا وَاَهْلَنَا الضُّرُّ وَجِئْنَا بِبِضَاعَةٍ مُّزْجٰىةٍ فَاَوْفِ لَنَا الْكَيْلَ وَتَصَدَّقْ عَلَيْنَاۗ اِنَّ اللّٰهَ يَجْزِى الْمُتَصَدِّقِيْنَ

    Falamma dakhaluu ‘alaihi qaaluu yaa ayyuhal ‘aziizu massanaa wa ahlanadh dhurru wjiknaa bibidha’atim muzjaatim fa aufi lanal kaila wa tashaddaq ‘alaina. Innallaaha yajzil mutashaddiqiin.

Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata, “Wahai Al-Aziz! Kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tidak berharga, maka penuhilah jatah (gandum) untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami. Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang yang bersedekah.”

  1. قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَّا فَعَلْتُمْ بِيُوْسُفَ وَاَخِيْهِ اِذْ اَنْتُمْ جٰهِلُوْنَ

    Qaala hal ‘alimtum maa fa’altum biyuusufa wa akhiihi idz antum jaahiluun

Dia (Yusuf) berkata, “Tahukah kamu (kejelekan) apa yang telah kamu perbuat terhadap Yusuf dan saudaranya karena kamu tidak menyadari (akibat) perbuatanmu itu?”

  1. قَالُوْٓا ءَاِنَّكَ لَاَنْتَ يُوْسُفُۗ قَالَ اَنَا۠ يُوْسُفُ وَهٰذَآ اَخِيْ قَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَاۗ اِنَّهٗ مَنْ يَّتَّقِ وَيَصْبِرْ فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ

    Qaaluu ainnaka la anta yuusuf. Qaala ana yuusufu wahadzihi akhii qad minallahi ‘alaina. Innahu mayyattaqi wayashbir fainnallaaha laa yudhii’u ajral muhsiniin

Mereka berkata, “Apakah engkau benar-benar Yusuf?” Dia (Yusuf) menjawab, “Aku Yusuf dan ini saudaraku. Sungguh, Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar, maka Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.”

Surat Yusuf Ayat 91-96

  1. قَالُوْا تَاللّٰهِ لَقَدْ اٰثَرَكَ اللّٰهُ عَلَيْنَا وَاِنْ كُنَّا لَخٰطِـِٕيْنَ

    Qaaluu tallaahi laqad aatsarakallaahu ‘alaina wain kunna lakhaathiiin

Mereka berkata, “Demi Allah, sungguh Allah telah melebihkan engkau di atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang yang bersalah (berdosa).”

  1. قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْ ۖوَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ

    Qaalaa tatsriiba ‘alaikumul yaum. Yaghfirulaahu lakum. Wahuwa arhamur raahimiin

Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.

  1. اِذْهَبُوْا بِقَمِيْصِيْ هٰذَا فَاَلْقُوْهُ عَلٰى وَجْهِ اَبِيْ يَأْتِ بَصِيْرًا ۚوَأْتُوْنِيْ بِاَهْلِكُمْ اَجْمَعِيْنَ 

    Idzhabuu biqamiishishi haadza fa alquuhu ‘alaa wajhi abii yakti bashiira. Waktuunii biahlikum ajma’iin

Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usapkan ke wajah ayahku, nanti dia akan melihat kembali; dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku.”

  1. وَلَمَّا فَصَلَتِ الْعِيْرُ قَالَ اَبُوْهُمْ اِنِّيْ لَاَجِدُ رِيْحَ يُوْسُفَ لَوْلَآ اَنْ تُفَنِّدُوْنِ

    Walamma fashaltil ‘iiru qaala abuuhum innii la ajidu riiha yuusufa laulaa an tufanniduun

Dan ketika kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir), ayah mereka berkata, “Sesungguhnya Aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku).”

  1. قَالُوْا تَاللّٰهِ اِنَّكَ لَفِيْ ضَلٰلِكَ الْقَدِيْمِ

    Qaaluu tallaahi innaka lafii dhalaalil qadiim

Mereka (keluarganya) berkata, “Demi Allah, sesungguhnya engkau masih dalam kekeliruanmu yang dahulu.”

  1. فَلَمَّآ اَنْ جَاۤءَ الْبَشِيْرُ اَلْقٰىهُ عَلٰى وَجْهِهٖ فَارْتَدَّ بَصِيْرًاۗ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْۙ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

    Falammaa an jaa albasyiiru alqaahu ‘alaa wajhiihi fartadda bashiira. Qaala alam aqullakum innii a’lamu minallaahi maa laa ta’lamuun

Maka ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (Yakub), lalu dia dapat melihat kembali. Dia (Yakub) berkata, “Bukankah telah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”

Surat Yusuf Ayat 97-100

  1. قَالُوْا يٰٓاَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَآ اِنَّا كُنَّا خٰطِـِٕيْنَ

    Qaaluu yaa abaanas taghfir lanaa dzunuubanaa innaa kunnaa khaathiiin

Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Mohonkanlah ampunan untuk kami atas dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang yang bersalah (berdosa).”

  1. قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

    Qaala saufa astaghfiru lakum rabbi. Innahu  huwal ‘azizul ghafuurur rahiim

Dia (Yakub) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sungguh, Dia Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

  1. فَلَمَّا دَخَلُوْا عَلٰى يُوْسُفَ اٰوٰٓى اِلَيْهِ اَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوْا مِصْرَ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ اٰمِنِيْنَ ۗ

    Falamma dakhaluu ‘alaa yuusufa aawaa ilaihi abawaihi wa qaaladkhuluu mishra in syaa allaahu aaminiin

Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, dia merangkul (dan menyiapkan tempat untuk) kedua orang tuanya seraya berkata, “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.”

  1. وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهٗ سُجَّدًاۚ وَقَالَ يٰٓاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُ ۖقَدْ جَعَلَهَا رَبِّيْ حَقًّاۗ وَقَدْ اَحْسَنَ بِيْٓ اِذْ اَخْرَجَنِيْ مِنَ السِّجْنِ وَجَاۤءَ بِكُمْ مِّنَ الْبَدْوِ مِنْۢ بَعْدِ اَنْ نَّزَغَ الشَّيْطٰنُ بَيْنِيْ وَبَيْنَ اِخْوَتِيْۗ اِنَّ رَبِّيْ لَطِيْفٌ لِّمَا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

    Warafa’a abawaihi ‘alaal ‘arsyi wakharruu lahuu sujjadaa wa qaala yaa abati hadza takwiilu rukyaaya min qablu qad ja’alaha rabbi haqqa. Waqad ahsana bii idz akhrajanii minas sijni wajaa abikum minal badwi mim ba’di an nazaghasy syaithanu baini  wa baina ikhwatii. Inn rabbi lathiiful limaa yasyaak. Innahuu huwal ‘aliimul hakiim

Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana, dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf), dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu, dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Surat Yusuf Ayat 101-105

  1.  رَبِّ قَدْ اٰتَيْتَنِيْ مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِيْ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۚ فَاطِرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَنْتَ وَلِيّٖ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۚ تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ

    Rabbii qad ataitanii minalmulki wa’allamtanii min takwiilil ahaaditsii faathiras samaawaati wal ardhi anta wallii fiddunya wal aakhirati tawaffanii muslimaw wa alhiqnii bishshaalihiin

Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.”

  1. ذٰلِكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهِ اِلَيْكَۚ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ اِذْ اَجْمَعُوْٓا اَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُوْنَ

    Dzaalika min ambaa ilghaibi nuuhiihi ilaika wamaa kunta ladaihim idz ajma’uu amrahum wahum yamkuruun

Itulah sebagian berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal engkau tidak berada di samping mereka, ketika mereka bersepakat mengatur tipu muslihat (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur).

  1. وَمَآ اَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِيْنَ

    Wamaa aktsarunnasi walau harashta bimukminiin

Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya.

  1. وَمَا تَسْـَٔلُهُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعٰلَمِيْنَ 

    Wamaa tas aluhum ‘alaihi min ajr. In huwa illa dzikrul lil’aalamiin

Dan engkau tidak meminta imbalan apa pun kepada mereka (terhadap seruanmu ini), sebab (seruan) itu adalah pengajaran bagi seluruh alam.

  1. وَكَاَيِّنْ مِّنْ اٰيَةٍ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ يَمُرُّوْنَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُوْنَ

    Waka ayyim min ayatim fissamaawaati wal ardhi yamurruuna ‘alaihaa wahum ‘anhaa mu’ridhuun

Dan berapa banyak tanda-tanda (kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, namun mereka berpaling daripadanya.

Surat Yusuf Ayat 106-108

  1. وَمَا يُؤْمِنُ اَكْثَرُهُمْ بِاللّٰهِ اِلَّا وَهُمْ مُّشْرِكُوْنَ

    Wamaa yukminu aktsaruhum billaahi illa wahum musyrikuun

Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka mempersekutukan-Nya.

  1. اَفَاَمِنُوْٓا اَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِّنْ عَذَابِ اللّٰهِ اَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

    Afa aminuu an taktiyahm ghaasyiyatum min ‘adzaabillaahi au taktiyahumus saa’atu baghtataw ahum laa yasy’uruun

Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan Kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?

  1. قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

    Qul hadzihi sabiilii ad’uu ilallaah. ‘alaa bashiiratin ana wamanittaba’anii. Wa subhaanallaahi wamaa ana minal musyrikiin

Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”

Surat Yusuf Ayat 109-111

  1. وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ مِّنْ اَهْلِ الْقُرٰىۗ اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۗ وَلَدَارُ الْاٰخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ اتَّقَوْاۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

    Wamaa arsalnaa min qablika illa rijaan nuuhii ilaihim min ahlil quraa. Afalam yasiiru fil ardhi fayanzhuruu kaifa kaan ‘aaqibatulladziina min qablihim. Waladaarul aakhirati khairullilladziinattaqau, afalaa ta’qiluun.

Dan Kami tidak mengutus sebelummu (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul). Dan sungguh, negeri akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?

  1. حَتّٰٓى اِذَا اسْتَيْـَٔسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوْا جَاۤءَهُمْ نَصْرُنَاۙ فَنُجِّيَ مَنْ نَّشَاۤءُ ۗوَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ

    Hatta idzastaiasar rusulu wa zhannuu annahum qad kudzibuu jaa ahum nashrunaa fanujjiya man nasyaak. Walaa yuraddu baksuna ‘anilqaumilmujrimiin

Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka (para rasul) itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa.

  1. لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ 

    Laqad kaana fii qashashihim ‘ibratul liulil albaab. Maakaana haditsay yuftaraa walaakin tashdiiqal ladzii baina yadaihi watafshiila kulli syaiiw wahudaw warahmal liqaumiyyuk minuun

Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Keutamaan Surah Yusuf

hikmah surat

Diantara kisah-kisah yang ada dalam Alquran, Allah menyebut kisah Nabi Yusuf adalah Ahsanal Qashash, yakni kisah yang sangat baik. Di dalamnya diajarkan pelajaran istimewa tentang cinta, menghargai sesama, kebersamaan, dan kekeluargaan.

Rasanya akan sangat panjang, jika saya hendak menuliskan semua tentang Nabi Yusuf. Akan tetapi ada petikan penting tentang akhlak yang diajarkan Nabi Yusuf, diantarnya adalah:

  1. Keteguhan Nabi Yusuf dalam menjaga diri.
  2. Nabi Yusuf sebagai pribadi yang penyabar
  3. Pemaaf dan dapat menahan diri dari amarah
  4. Bahwa kejahatan itu dibalas dengan kebaikan
  5. Mendoakan kebaikan kepada yang berbuat zalim
  6. Dalam berdakwah haruslah cerdik

Di samping itu terdapat pula keutamaan atau manfaat membaca surat ini. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Alwi bin Ali Habsyi, bahwasanya membaca surat ini akan membawa ketenangan jiwa:

La yasma’ surah yusuf mahzun illastaraha ilaiha”

Artinya, “Tidak ada orang yang sumpek, tidak ada orang yang gundah dan susah hatinya hari-hari itu, kalau dia membaca surat yusuf hatinya akan tenang”

Jadi jika ada seorang yang terpuruk, terpukul hatinya maka amalkan saja surat ini. InsyaAllah hatinya akan tenang dan bahagia. Karena semua lini kehidupan itu ada dalam surat ini berikut jawaban dan solusinya.

Namun apabila sudah diamalkan tetapi tetap saja hati tidak tenang, itu bukan Alquran-nya yang salah. Namun, hatinya yang memang sudah Broken Heart.

Keutamaan Membaca Surah Yusuf Saat Hamil

membaca surat

Keutamaan lainnya adalah membacakan surah Yusuf saat kehamilan, agar si anak memiliki keimanan yang kuat seperti Nabi Yusuf, bukan agar cantik rupa seperti Nabi Yusuf.

Hal ini dikhawatirkan menimbulkan kekecewaan karena terlalu terobsesi. Misalnya, ketika anak lahir tidak ganteng atau cantik.

Karena harapan besar pada seorang anak adalah kesalehan dan kepatuhannya kepada orang tua. Bukan pada kadar ketampanan fisik semata.

Dan ini bisa didapatkan jika anak dalam kandungan itu selalu diperdengarkan bacaan ayat suci Alquran. Sesungguhnya Alquran itu akan memberikan ketenangan jiwa kepada pendengarnya.

Lalu apakah anak-anak dalam kandungan itu dapat mendengar surat yang dibacakan oleh orang tuanya?

Allah menjawabnya dalam surat Al Insan ayat 2:

اِنَّا خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ نُّطْفَةٍ اَمْشَاجٍۖ نَّبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

Sungguh kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan)”, karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat.

Dengan membaca surat ini, juga akan menjaga si anak agar tidak melakukan zina saat dia dewasa. Sebagaimana keteguhan iman Nabi Yusuf.

Keutamaan Membaca Surah Yusuf Saat Sedih

Di samping itu, ada pula keutamaan membacanya sebagaimana yang disampaikan oleh H Rizki Dzulkarnain MA (Pimpinan Yayasan Al Muafah):

“Barangsiapa yang membaca surat Yusuf dalam keadaan sedih, maka Allah hilangkan kesedihannya itu

Sebab hanya surat ini yang diawali dengan cerita mimpi kemudian diakhiri dengan kenyataan.

Keistimewaan lainnya yang didapat dari membaca surat ini adalah menggerakkan perasaan, melembutkan hati, menghilangkan kesedihan dan menghapus duka lara.

Surat ini juga dapat mengusir kebosanan. Sebagaimana para sahabat dulu datang kepada Nabi. Maka Nabi menceritakan kisah Nabi Yusuf dalam surat ini.

Ketika itu Nabi juga dalam keadaan sedih setelah meninggalnya istri tercinta Khadijah binti Khuwailida dan paman beliau Abu Thalib.

Nabi Muhammad juga mendapatkan pelajaran yang serupa seperti halnya kisah-kisah nabi terdahulu dalam menghadapi setiap cobaan dakwah.

Menurut Imam Baihaqi dalam kitab ad dalail, sekelompok orang Yahudi memeluk islam setelah mendengar kisah Nabi Yusuf dari Alquran dan sangat sesuai dari apa yang mereka dengar sebelumnya.

Sirah Singkat Nabi Yusuf

initisari dakwah

Sejak kecil kamu telah diajarkan untuk menghafal nama-nama 25 Nabi dan Rasul. Seperti yang dimani dalam Rukun Iman. Kisah-kisahnya juga sudah kamu baca dalam kisah nabi dan rasul sejak kecil.

Pada kesempatan ini saya akan coba membaca lebih lanjut tentang salah satu kisah nabi tersebut, yaitu Nabiyullah Yusuf alaihissalam.

Akhirnya setelah penantian panjang Nabi Ya’qub di usianya yang tua, Allah memberikan hadiah terbaik yaitu seorang putra yang tampan menawan. Lahir dari rahim seorang wanita dari bangsa Arami yaitu ibunda Rakhel.

Nabi Ya’qub memiliki dua orang istri, yaitu Lea dan Rakhel dan dua orang hamba sahaya bernama Bilha dan Zilfa. Dari istrinya Lea dan dua hambasahaya lahirlah anak Nabi Ya’qub yang semuanya laki-laki, berjumlah sepuluh orang.

Dari ibunda Rakhel, Nabi Ya’qub dianugerahi dua orang putra, yaitu Nabi Yusuf dan Bunyamin. Dalam kitab perjanjian lama disebutkan setelah melahirkan Bunyamin, Rakhel meninggal dunia.

Setelahnya, kasih sayang Nabi Ya’qub kepada kedua anaknya ini tumpah ruah. Terutama, kepada Yusuf kecil yang menjadi pusat perhatian mata karena ketampanannya.

Kehidupan dua bersaudara ini lebih banyak bersama ayahnya yang telah tua. Mereka tidak mengikuti abang-abangnya yang sepuluh orang untuk mengembalakan sapi dan kambing.

Rupanya ada satu harapan yang dipendam oleh Nabi Ya’qub, yaitu karena ia seorang Nabi penerima pusaka ayahnya Ishak, yang juga menerima pusaka dari Ibrahim. Harapan Nabi Ya’qub adalah salah satu dari anaknya yang 12 orang itu menerima pusaka tersebut.

Pusaka yang dimaksud adalah nubuwwat dan risalat, menjadi nabi dan rasul Allah. Karena inti kerasulan adalah menegakkan kepercayaan tentang keesaan Allah.

Karena status dalam rumah tangga, timbullah kecemburuan kasih sayang. Nabi Ya’qub lebih cendrung kepada Yusuf dan Bunyamin karena mereka kekurangan kasih sayang ibu.

Sedangkan, saudara mereka masih memilki ibu. Karena kasih sayang itu Nabi Ya’qub dianggap tak adil.

Mimpi Nabi Yusuf

cerita mimpi

Berawal dari sebuah mimpi, Nabi Yusuf resmi diangkat menjadi rasul oleh Allah pada tahun 1715 sebelum masehi dan mengemban amanah di daerah Mesir.

“Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Yusuf 4)

Dari mimpi yang didengar langsung dari anaknya, Nabi Ya’qub berfirasat bahwa Yusuflah yang mendapat nubuwwat dan risalat.

Maka tegaslah Nabi Ya’qub meminta Yusuf untuk tidak menceritakan mimpinya kepada saudara yang lain. karena takut mereka tahu takbir mimpi tersebut dan mencelakai Yusuf.

“Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” (QS Yusuf 5)

Jika seandainya mereka tahu tentang mimpi tersebut, maka jelaslah mereka akan berebut pusaka kenabian, dan apabila kecemburuan telah memuncak mereka bisa saja melepaskan rasa sakit hati.

Dan melakukan berbagai tipu daya untuk menyingkirkan Yusuf.

Nabi Yusuf Dicampakkan Dalam Sumur

hikmah kisah

 

Maka pada suatu hari, kebencian saudara Yusuf memuncak. Mereka merencanakan pembunuhan, agar semua kasih sayang ayah terlimpahkan kepada mereka. Salah seorang diantaranya ada yang tidak menyetujui, yaitu Yahuda.

Ia memilki ide agar Yusuf dicampakkan saja ke dalam sumur. Agar kelak, siapa saja diantara musafir yang lewat mengambilnya dan membawa jauh-jauh. Akhirya mereka sepakat dengan ide Yahuda.

Mereka meminta izin kepada Nabi Ya’kub mengajak Yusuf untuk mengembala. Akhirnya setelah diberika izin, mereka benar-benar mencampakkan Yusuf ke dalam sumur.

Lalu mereka membawa pulang baju yang dilumuri darah dan membohongi ayahnya dengan mengatakan Yusuf dimakan serigala. Dengan membawa baju yang berdarah itu, mulailah mereka bermain dengan air mata palsu dihadapan ayahnya.

Usia Yusuf saat itu 12 tahun. Di dalam sumur ia duduk disebuah batu besar dan turunlah Jibril menyampaikan pesan agar tidak bersedih atas penganiayaan tersebut.

Sebuah Cerita Fantasi Dan Bualan Dimainkan

“Saat itu kami sedang bermain pacuan, Yusuf kami tinggalkan di dekat barang-barang kami. Di saat kami tidak ada, diterkamlah Yusuf oleh serigala. Seandainya kami ada di situ maka hancurlah serigala itu kami bunuh”

Hari telah kelam. Nabi Ya’qub tidak serta merta percaya. Ada firasat dalam jiwanya bahwa itu semua adalah kebohongan belaka. Lanataran tahu ini sebuah cobaan, beliau memilih sabar sebagai jalan terindah.

Namun apapun itu, tidak ada orang tua yang tidak sedih kehilangan anaknya. Hingga air mata yang terus berlinang itu menyebabkan kebutaan.

Nabi Yusuf Dijadikan budak

yusuf dijual

Kisah Yusuf berlanjut. Ia ditemukan oleh seorang musafir yang menimba air untuk bekal pejalanan. Saat tali timba diturunkan, bergelayutlah Yusuf di atasnya hingga tertarik keluar sumur.

Mendapati Yusuf, mereka tidak banyak bertanya asal usul, karena ada niat menjadikannya barang dagangan. Yusuf tidak pula menceritakan dirinya, karena enggan pulang mengingat perlakuan saudaranya.

Yusuf pun dikurung dan disembunyikan agar tak seorang pun tahu. Jika orang lain tahu, maka mereka tak bisa menjual Yusuf sebagai budak. Karena tidak boleh memperniagakan orang merdeka.

Perjalanan sang musafir berlanjut sampai ke Mesir. Di sana Yusuf dijual kepada seseorang bernama Futhiar yang berkebangsaan Qibti. Ia dibeli untuk menjadi pembantu istrinya.

Tidak sekadar dipekerjakan, Yusuf ditawari oleh Futhiar kepada istrinya dijadikan sebagai anak angkat.

Fitnah Zulaikha Kepada Yusuf

baju yusuf

Selama dalam keluarga tersebut, Yusuf tumbuh hingga dewasa dan menjadi pemuda yang gagah tampan menawan. Hingga Zulaikha (istri Futhiar) menaruh hati padanya.

Hampir setiap hari, ia berdandan cantik agar memikat Yusuf, dan tergoda untuk berzina.

Semua hal tersebut sia-sia. Keimanan Yusuf begitu tangguh. Karena tidak tahan, Zulaikha menjebak Yusuf dan menyeretnya ke perzinaan. Lagi-lagi upaya tersebut gagal.

Saat mengelak, Zulaikha sempat menarik baju Yusuf dari belakang hingga sobek. Saat keluar kamar Yusuf kepergok Futhiar. Zulaikha mencoba membela diri dan memfitnah Yusuf dengan tuduhan keji.

Terjadilah saling tuduh dan upaya membenarkan diri. Futhiar kebingungan dibuatkan untuk mengambil keputusan. Akhirnya, masalah ini dibawa kepada saudaranya yang bijak dan memberikan sebuah petujuk.

“Bila baju yang dipakai Yusuf sobek bagian depan maka Zulaikha yang benar, sebaliknya. Bila yang sobek bagian belakan, maka Yusuf yang benar

Keputusan tersebut telah membenarkan Yusuf. Futhiar kecewa kepada Zulaikha. Untuk menutupi rasa malu, Futhiar berpesan kepada Yusuf untuk menceritakan kejadian ini.

Apa boleh buat sehebat apapun ditutupi berita ini tetap tersebar. Zulaikha menjadi gunjingan di kalangan pejabat Mesir.

Zulaikha pun mencoba mengundang istri pejabat Mesir yang menggunjingnya. Dijamunya dengan buah-buahan. Pada saat melihat Yusuf mereka tanpa sadar telah menyayat tangan tanpa disadari.

Kekecewaan Zulaikha memuncak dan menjebloskan Yusuf ke dalam penjara lantaran melawan perintah majikan.

Melihat gejolak yang berkelanjutan, Nabi Yusuf memohon kepada Allah. Sebaiknya ia dipenjarakan saja karena itu lebih baik untuknya agar terlepas dari tipudaya.

Allah mengijabahkan doa tersebut lewat kegelisahan hati Futhiar. Meskipun istrinya yang bersalah, mereka harus dipisahkan. Disusunlah sebuah rencana lain agar Yusuf diadili dan dijebloskan ke penjara.

Selama dalam penjara, Nabi Yusuf selalu bertawakkal, dan sabar dalam menghadapi ujian ini. Di sisi lain, ia bersyukur terlepas dari godaan Zulaikha.

Diangkat Menjadi Nabi

mimpi yusuf

Setelah melewati berbagai ujian dan cobaan, Allah mengangkat Yusuf sebagai nabi. Lalu, memberikan satu mukjizat untuk menafsirkan mimpi. Inilah yang dijadikannya sebagai media dakwah untuk menegakkan keadilan.

Melawan kezaliman dan hawa nafsu. Dakwahnya dimulai dengan menafsirkan mimpi dua orang pengawal penjara. Keduanya dituduh melawan raja dan menjadi tawanan.

Kepada pengawal pertama, Yusuf menafsirkan mimpinya bahwa ia akan dibebaskan dan dipekerjakan kembali sebagai pengawal.

Kepada pengawal kedua, Nabi Yusuf meminta agar ia tabah hatinya karena ia akan mendapatkan hukuman mati. Sebelum itu, Nabi Yusuf berpesan kepada pengawal pertama agar menceritakan kelebihannya kepada raja ketika ia bebas nanti.

Akan tetapi setelah bebas sang pelayan lupa pesan Nabi Yusuf karena terbuai setan. Namun banyak masyarakat yang percaya terhadap tafsir mimpi Nabi Yusuf, sehingga orang-orang mengimaninya sebagai Nabi dan mengikuti dakwahnya.

Nabi Yusuf dan Fir’aun

Pada suatu hari Fir’aun mengumpulkan para pembesar kerajaan. Ahli nujum dan orang penting lainnya diminta untuk menafsirkan mimpi yang telah membuat hati Fir’aun gelisah selama ini.

Ia melihat 7 ekor sapi gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi kurus. Lalu terdapat, 7 tangkai gandum hijau disamping 7 tangkai gandum kering.

Sang pelayan teringat kepada Nabi Yusuf dan menceritakan kelebihannya. Raja mengutus pelayan kepada Nabi Yusuf untuk menafsirkan mimpi tersebut.

Sebagai jawaban yang didapat adalah Negeri Mesir akan subur selama 7 tahun. Kemudian, akan kekeringan pula selam 7 tahun setelahnya.

Masih kebingungan, sang pelayan menanyakan solusi atas masalah ini. Pada sang raja si pelayan menjelaskan agar menyimpan cadangan makanan saat panen dan menggunakannya saat musim kering.

Merasa puas atas jawaban tersebut, Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara. Namun, Nabi Yusuf menolak sebelum kasusnya dengan Zulaikha diputuskan tidak bersalah.

Lalu, persidangan dilanjutkan dengan menghadirkan Zulaikha, dan sejumlah orang yang terlibat saat itu. Akhirnya, Zulaikha mengakui kesalahannya, dan Nabi Yusuf dibebaskan kembali

Perjumpaan Kembali Dengan Keluarga

Seketika Nabi Yusuf bebas, Fir’aun berencana mengangkatnya menjadi penasihat dan orang kepercayaan, dialog serius pun terjadi. Akhirnya permintaan Nabi Yusuf untuk menjadi menteri keuangan disetujui.

Setelah diumumkan kepada masyarakat, kepiawaan Nabi Yusuf dibidang tersebut mampu menangani krisis ekonomi yang terjadi saat itu. Dirinya mampu membawa Mesir menjadi negeri yang adil, makmur, dan maju.

Tidak hanya sukses dalam pemerintahan, geliat dakwah nabi Yusuf semakin aktif. Pengikutnya kian hari kian bertambah.

Hingga tibalah masanya tafsir mimpi itu terjadi. Mesir dilanda krisis pangan. Masyarakat turun ke kerajaan meminta solusi atas kelaparan mereka. Termasuk yang datang saat itu saudara Yusuf yang pernah mencampakkannya ke dalam sumur.

Satu persatu Nabi Yusuf mengenali mereka, tetapi saudara Yusuf tak mengenali adiknya dulu.

Nabi Yusuf pun memberikan mereka gandum dengan sebuah syarat, yaitu mereka harus membawa Bunyiman ketika mereka datang lagi mengambil gandum.

Mereka tidak mempermasalahkan syarat aneh itu karena urusan perut yang lebih penting, meskipun mereka terheran-heran.

Setiba di rumah diceritakanlah syarat aneh itu kepada Nabi Ya’qub bahwasanya mereka tak akan mendapat gandum selanjutnya jika taidakmembawa Bunyamin.

Hingga mereka meminta izin membawa Bunyamin untuk kunjungan selanjutnya dengan jaminan keselamatan Bunyamin akan dijaga.

Awalnya Nabi Ya’qub ragu dan takut kejadian serupa menimpa Yusuf terjadi pada Bunyamin, tetapi mereka berhasil meyakinkan ayahnya. Berangkatlah mereka ke istana. Setibanya mereka dijamu sedemikian rupa.

Penutup

Sekiranya dari perjalanan hidup para nabi dan rasul yang Allah ceritakan kisahnya dalam Alquran dapat menjadi pedoman dan bahan renungan untuk melihat perbedaan tantangan kehidupan yang dihadapi.

Tentu pula bagaimana Allah menjawab setiap doa dari apa yang diadukan. Semoga kisah ini dapat meningkatkan ke-imanan kepada Allah.