Surat Ar Rahman

Ada berbagai macam fadhilah atau keutamaan yang terkandung dalam setiap surat-surat Alquran. Di antaranya seperti surat Ar-Rahman yang diberi nama seperti salah satu asmaul husna (nama-nama yang baik) bagi Allah Swt.

Surat ini memiliki kandungan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh surat lain. Pada artikel kali ini kita mencoba menelisik apa saja kandungan dan keutamaan surat ini dengan uraian yang lebih mendalam, insya Allah, disimak ya.

Surat Ar-Rahman; Mengenal Lebih Dalam

Surat Ar-Rahman merupakan surat yang ke 55 dalam susunan surat-surat dalam Alquran.

Hasan, Urwah bin Zubair, Ikrimah dan Atha’ berpendapat bahwa seluruh ayat di dalam surat ini adalah Makkiah atau diturunkan di kota Mekkah.

Ibnu Abbas berpendapat bahwa tidak seluruhnya Makkiah, tetapi ada satu ayat yang diturunkan di Madinah yaitu ayat ke 29 yang berbunyi (yas`aluhu man fis samawati wal ardh).

Ibnu Mas’ud dan Maqatil berpendapat bahwa seluruh ayat dalam surat ini adalah Madaniyah atau diturunkan di Madinah. Pendapat yang kuat adalah yang pertama. [1]

Jumlah keseluruhan ayat dalam surat ini adalah 78 ayat dan istimewanya di antara ayat-ayat tersebut ada terdapat bunyi ayat yang sama yang diulang-ulang yaitu pada bunyi ayat “fa bi ayyi ala irabbikuma tukazziban (maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?). Pengulangan ini berjumlah sebanyak 31 kali.

Di dalam surat Ar-Rahman terdapat pembahasan mengenai berbagai macam nikmat Allah Swt yang telah dan akan diberikan kepada makhluk-makhluk-Nya, khususnya nikmat yang diberikan kepada golongan jin dan manusia. Yaitu nikmat-nikmat kehidupan di dunia dan nikmat-nikmat yang akan diberikan di surga apabila mereka dapat memasukinya.

Melaui surat ini Allah Swt ingin menyampaikan kepada kita agar selalu memiliki rasa syukur. Karena dalam surat ini berisi uraian tentang ciptaan Allah dengan banyaknya bagian di langit dan bumi, darat dan laut, manusia dan jin, serta bagaimana cara Allah mengatur semua itu dalam aturan yang bermanfaat bagi manusia dan jin dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.

Keutamaan Surat Ar-Rahman

Imam Ja’far Ash-shadiq berkata: “Barangsiapa membaca surat Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat ‘Fabiayyi alai Rabbikuma tukadzdziban’, ia kemudian mengucapkan:

لَا بِشَئٍ مِنْ آلَاءِكَ رَبِّى أُكَذِّبُ

La bisyay-in min alaika Rabbi ukdzibu (tidak ada satu pun nikmat-Mu, wahai Tuhanku yang aku dustakan) jika saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari kemudian mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.”[2]

رُوِىَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهًهُ: أَنَّ رَسُوْ لَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لِكُلِّ شَيْءٍ عَرُوْسٌ وَ عَرُوْسُ الْقُرْآنِ الرَّحْمَنُ[3]

Artinya: “Segala sesuatu ada pengantinnya, dan pengantin Alquran adalah Surah ar-Rahman”.

Diriwayatkan bahwa keutamaan surta Ar-Rahman adalah dapat menahan anjing yang ingin menyerang kita. Fadhilah ini didapat dengan membaca satu ayat saja yaitu ayat:[4]

يمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ

ya ma’syaral-jinni wal-insi inistaṭa’tum an tanfużụ min aqṭaris-samawati wal-arḍi fanfużụ, la tanfużụna illa bisulṭan

Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan izin (dari Allah). (QS. Ar-Rahman: 33).

Surat Ar-Rahman Apa Maknanya

Ar-Rahman adalah salah satu surat yang dimabil dari nama Allah Swt (asmaul husna). Ar-Rahman bersal dari kata rahmah yang berarti kasih sayang. Tetapi kasih sayang yang dimaksdukan pada Allah bukanlah rasa yang sama seperti pada manusia yang berarti sayang, iba atau kasihan. Walaupun secara lafal sama tetapi sifat yang ada pada Allah berbeda dengan Makhluk. Itu karena Allah Swt wajib berbeda dengan makhluk-Nya baik dalam hal zat, sifat maupun perbuatan (af’al).

Oleh karena itu walaupun kita menyebutkan Allah Yang Maha penyayang, itu bukan berarti sifat sayang seperti pada makhluk, tetapi punya artu yang lain.

Imam Jalal al-Suyuthi dalam kitabnya al-Itqan fi ‘Ulum Alquran menyebutkan bahwa setiap sifat yang mustahil dimiliki oleh Allah baik karena persamaan dengan makhluk atau tidak layak denga-Nya maka ditafsirkan dengan arti lazimnya.

Maksud arti lazim adalah implikasi dari sebuah lafal. Sebut saja marah misalnya yang mengimplikasikan kepada kejahatan seperti kita akan memukul seseorang dengan sebab marah. Begitupula rahmat yang berarti kasih sayang, implikasi dari sifat ini kita kan memberi kebaikan kepada orang lain karena iba atau kasihan kepadanya.

Nah, sifat rahmat pada Allah itu bukan berarti iba atau kasih sayang, tetapi langsung arti lazimnya yaitu memberi kebaikan (Ihsan). Marah Allah juga bukan berarti marah seperti pada makhluk. Maknanya adalah Allah akan memberi siksa atau azab bagi pelaku dosa.[5]

Asbabunnuzul Surat Ar-Rahman

Surat Ar-Rahman diturunkan ketika umat pada masa itu bertanya, apa itu Ar-Rahman?, lalu diturunkanlah surat ini.

Satu pendapat menyebutkan bahwa surat Ar-Rahman diturunkan sebagai sanggahan bagi penduduk Mekkah ketika mereka berkata:

”Hanya sanya yang mengajarkan manusia adalah Rahman al-Yamamah (Pengasih penduduk Yamamah). Rahman al-Yamamah yang mereka maksudkan di sini adalah Musailamah al-kazzab yaitu seseorang yang mengaku dirinya Nabi. Maka Allah menurunkan surat ini.[6]

Muhammad Tahir bin Hamd menyebut dalam kitab al-Tahrir wa al-Tanwir bahwa sebab turunnya surat Ar-Rahman karena menjawab perkataan musyrikin.

Musyrikin berkata sebagaimana dikisahkan oleh Allah Swt dalam surat Al-Furqan: 60:

“Ketika dikatakan bagi mereka itu (musyrikin) sujudlah kepada Yang Maha Rahman, mereka menjawab, siapa itu Rahman? Apakah kami harus bersujud kepada sesuatu yang engkau (Muhammad) perintahkan kami. (Lantas) mereka semakin jauh dari kebenaran.”

Maka melalui surat Ar-Rahman, Allah Swt. menjawab para musyrikin dengan menyebut bahwa Rahman adalah Zat yang mengajari Alquran kepada nabi-Nya

Pendapat lain menyebut surat ini turun karena perkataan musyrikin kepada Nabi saw. “Alquran ini hanya kalam-kalam yang diajarkan oleh manusia biasa.”

Lantas Allah menjawab melalui surat Ar-Rahman bahwa Alquran diajarkan oleh-Nya.

Surat Ar-Rahman (Teks Arab, Latin, Terjemah dan Tafsirnya

Dalam menafsirkan surat ini, penulis merujuk tafsir al-Qurthubi karena dinilai lebih komprehensif.

1. اَلرَّحْمٰنُۙ

ar-rahman

(Allah) Yang Maha Pengasih

Tafsir: Sa’id bin Zuabir dan ‘Amir al-Sya’bi berkata: “Kata (اَلرَّحْمٰن) memiliki keunikan tersendiri, yaitu apabila dikumpulkan ia menjadi salah satu amaul husna, tetapi apabila dipisah susunannya, maka menjadi huruf pembuka tiga surat[7].

2. عَلَّمَ الْقُرْاٰنَۗ

‘allamal qur`an

Yang telah mengajarkan Alquran.

Tafsir: Maksudnya Allah Swt mengajarkan Alquran kepada Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada seluruh manusia. Al-Dajjaj berkata: “Maksud Allah mengajar Alquran adalah Ia memudahkan Alquran sebagai zikir dan bacaan bagi seluruh manusia. Satu pendapat menyebutkan bahwa maksud Allah mengajari Alquran adalah menjadikannuya suatu media ibadah kepada Allah Swt.

3. خَلَقَ الْاِنْسَانَۙ

khalaqal-insan

Dia yang menciptakan manusia

Tafsir: Ibnu Abbas, Qatadah dan Hasan berkata bahwa al-Insan yang dimaksudkan di sini adalah Adam as. Pada satu redaksi yang lain Ibnu Abbas dan Ibnu Kaisan berkata: maksud al-Insan di sini adalah Nabi Muhammad Saw. Pendapat yang lain menyebutkan al-Insan di sini adalah semua manusia, tidak ada pengkhususan sama sekali.

4. عَلَّمَهُ الْبَيَانَ

‘allamahul bayan

Mengajarinya al-Bayan

Tafsir: Al-Bayan yang dimaksudkan adalah nama-nama benda. Satu pendapat menyebutkan maksudnya adalah seluruh bahasa di dunia. Ibnu Abbas dan Ibnu Kaisan berkata al-Bayan ada menjelaskan halal dan haram, petunjuk dan kesesatan. Ada yang berpendapat al-bayan adalah menjelaskan yang telah ada (ma kana) dan yang akan ada/terjadi (ma yakunu). Dzahhak berkata: (Al-Bayan artinya) menjelaskan kebaikan dan keburukan). Rabi’ bin Anas dan Qatadah berkata: (Al-bayan) adalah menjelaskan sesuatu yang bermanfaat dan sesuatu yang sia-sia.

5. اَلشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍۙ

asy-syamsu wal qamaru bihusban

Matahari dan bulan beredar sesuai perhitungan

Tafsir: Maksudnya berjalan pada porosnya. Ibnu Abbas, Qatadah dan Ibnu Malik menafsirkan bahwa matahari dan bulan berjalan pada tempatnya yang tidak akan menyimpang darinya. Ibnu Zaid dan Ibnu Kaisan berkata; “Maksud ayat ini adalah matahari dan bulan menjadi perhitungan waktu dan ajal. Apabila tidak ada malam dan siang maka orang-orang tidak akan tahu bagaimana memberi satu tempo.

6. وَّالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ

wan-najmu wasy-syajaru yasjudan

Dan tumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya)

Tafsir: Ibnu Abbas berkata: “Perbedaan an-najm dan asy-syajr adalah najm tumbuhan yang tidak bertangkai sedangkan asy-syajr adalah tumbuhan yang bertangkai.

7. وَالسَّمَاۤءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيْزَانَۙ

was-sama`a rafa’aha wa waḍa’al-mizan

Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan

Tafsir: Mizan di sini adalah keadilan. Artinya Allah Swt telah meletakkan keadilan di atas muka bumi dengan memerintahkan kepada manusia untuk berbuat adil.

8. اَلَّا تَطْغَوْا فِى الْمِيْزَانِ

alla taṭgau fil-mizan

Agar kamu tidak merusak keseimbangan itu

9. وَاَقِيْمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيْزَانَ

wa aqimul-wazna bil-qisṭi wa la tukhsirul-mizan

Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.

Tafsir: Artinya belakulah adil itu secara konsisten dan jangan mengurangi timbangan. Qatadah berkata tatkala menafsirkan ayat ini: “Adillah hai anak Adam sebagaimana kamu ingin orang lain berlaku adil terhadap dirimu.

10. وَالْاَرْضَ وَضَعَهَا لِلْاَنَامِۙ

wal-ardha waḍa’aha lil-anam

Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk manusia

Tafsir: Ibnu Abbas menafsirkan Al-anam dengan manusia. Hasan menafsirkannya dengan jin dan manusia. Dhahhak menafsirkan seluruh makhluk-Nya.

11. فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّالنَّخْلُ ذَاتُ الْاَكْمَامِۖ

fiha fakihatuw wan-nakhlu żatul-akmam

Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang,

12. وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُۚ

wal-ḥabbu żul-‘aṣfi war-raiḥan

Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.

13. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Tafsir: Pertanyaan ini ditujukan bagi manusia dan jin. Qathabi berkata: “Sesungguhnya Allah Swt menunjukkan banyaknya nikmat yang diberikan kepada makhluk-Nya serta mengingatkan mereka terhadap nikmat itu.

14. خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ

Khalaqal insana min salsaling kal fakhkhar

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar

Tafsir: Ulama tafsir sepakat bahwa al-Insan di sini adalah Nabi Adam as.

15. وَخَلَقَ الْجَاۤنَّ مِنْ مَّارِجٍ مِّنْ نَّارٍۚ

wa khalaqal-janna mim marijim min nar

Dan Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap.

Tafsir: Al-Jan yang dimaksud adalah ayah segala jin yaitu Iblis. Ada yang berpendapat Al-Jan adalah mufrad (bentuk tunggal) dari kata al-Jin.

16. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

17. رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِۚ

rabbul-masyriqaini wa rabbul-magribain

Tuhan (yang memelihara) dua timur dan Tuhan (yang memelihara) dua barat.

18. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

19. مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيٰنِۙ

marajal-baḥraini yaltaqiyan

Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu

Tafsir: Hasan dan Qatadah berkata bahwa kedua laut yang maksud adalah laut Iran dan Roma. Ibnu Jariz berkata: “Maksudnya adalah laut asin dan sungai tawar. Satu pendapat menyebutkan: “Dua laut yang dimaksud adalah laut Timur dan Barat. Satu pendapat menyebutkan: “maksudnya adalah laut mutiara dan marjan (batu sejenis karang)”.

20. بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيٰنِۚ

bainahuma barzakhul la yabgiyan

Di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh kedaunya.

Tafsir: Dhahhak menyebutkan maksud pembatas berdasarkan pendapat yang pertama di atas adalah langit dan bumi. Qatadah dan Hasan menyebutkan berdasarkan pendapat yang kedua pembatas tersebut adalah negara di antara Iran dan Roma yaitu Hijaz. Sedangkan berdasarkan pendapat yang lain maksud pembatas adalah qudrah Allah Swt.

21. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

22. يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُۚ

yakhruju min-humal-lu`lu`u wal-marjan

Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.

23. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

24. وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَاٰتُ فِى الْبَحْرِ كَالْاَعْلَامِۚ

wa lahul-jawaril-munsya`atu fil-baḥri kal-a’lam

Milik-Nyalah kapal-kapal yang berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung.

Tafsir: Kapal yang ada di laut nampaknya seperti gunung yang ada di darat.

25. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

26. كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍۖ

kullu man ‘alaiha fan

Semua yang ada di bumi itu akan binasa,

27. وَّيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِۚ

wa yabqa waj-hu rabbika żul-jalali wal-ikram

Dan kekallah wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan.

Tafsir: Ibnu Abbas berkata: “Arti wajah adalah zat Allah Swt”. Jalal adalah sifat Allah Swt yang berarti keagungan, kebesaran dan satu zat yang berhak memiliki sifat terpuji. Ikram artinya zat yang berhak dipuji dan tidak layak disekutukan.

28. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

29. يَسْـَٔلُهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِيْ شَأْنٍۚ

yas`aluhụ man fis-samawati wal-arḍ, kulla yaumin huwa fi sya`n

Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.

Tafsir: Satu pendapat menyebutkan bahwa Makhluk yang di bumi meminta kepada Allah berupa rahmat, dan makhluk di bumi meminta rezeki kepada-Nya. Ibnu Abbas dan Abu Shalih: “Penduduk langit meminta kepada Allah berupa keampunan dan tidak pernah meminta rezeki, sedangkan penduduk bumi meminta keduanya”. Ibnu Juzaij berkata: “Malaikat meminta rezeki kepada penduduk bumi, seperti penduduk bumi yang meminta rexeki kepada dirinya”.

Disebutkan dalam satu hadis bahwa sebagian dari para Malikat ada satu malaikat yang memiliki empat wajah. Satu bagian wajah menyerupai wajah manusia. Wajah ini meminta agar Allah Swt memberikan rezeki kepada manusia. Satu bagian wajah menyerupai wajah singa, wajah ini meminta rezeki kepada binatang buas. Satu bagian wajah menyerupai gua, wajah ini meminta rezeki kepada binatang-binatang. Satu bagian wajah menyerupai elang, wajah ini meminta rezeki bagi burung.

Tetapi Ibnu Atha’ berkata: “Para Malaikat hanya meminta kekuatan untuk beribadah”.

30. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

31. سَنَفْرُغُ لَكُمْ اَيُّهَ الثَّقَلٰنِۚ

sanafrugu lakum ayyuhaṡ-ṡaqalan

Kami akan memberi perhatian sepenuhnya kepadamu wahai manusia dan jin

Tafsir:

32. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

33. يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ

ya ma’syaral-jinni wal-insi inistaṭa’tum an tanfużụ min aqṭaris-samawati wal-arḍi fanfużụ, la tanfużụna illa bisulṭan

Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan izin (dari Allah).

Tafsir: Ibnu Abbas berkata: “Maksud ayat ini, jika kalian sanggup mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, maka pelajarilah, sesungguhnya tidak akan mampu diketahui semua itu kecuali dengan bayyinah (ilmu) dari Allah Swt.

34. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

35. يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِّنْ نَّارٍۙ وَّنُحَاسٌ فَلَا تَنْتَصِرَانِۚ

yursalu ‘alaikuma syuwaẓum min nariw wa nuḥasun fa la tantaṣiran

Kepada kamu (jin dan manusia), akan dikirim api yang menyala dan cairan tembaga yang panas sehingga kamu tidak dapat menyelamatkan diri darinya.

36. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

37. فَاِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاۤءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِۚ

fa iżansyaqqatis-sama`u fa kanat wardatang kad-dihan

Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak.

Tafsir: Artinya terbelah pada hari kiamat.

38. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

39. فَيَوْمَئِذٍ لَّا يُسْـَٔلُ عَنْ ذَنْۢبِهٖٓ اِنْسٌ وَّلَا جَاۤنٌّۚ

fa yauma`iżil la yus`alu ‘an żambihi insuw wa la jann

Maka pada hari itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.

Tafsir: Hasan dan Qatadah berkata: “Allah tidak akan bertanya dosa mereka karena Ia lebih tahu daripada mereka. Tatapi Allah Swt hanya bertanya ‘kenapa klian mengerjakan itu?’ sebagai celaan bagi mereka.

40. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

41. يُعْرَفُ الْمُجْرِمُوْنَ بِسِيْمٰهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِيْ وَالْاَقْدَامِۚ

yu’raful-mujrimụna bisimahum fa yu`khażu bin-nawaṣi wal-aqdam

Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya, lalu direnggut ubun-ubun dan kakinya.

Tafsir: Hasan berkata: “Mereka berwajah hitam dan bermata biru”.

42. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

43. هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُوْنَۘ

hażihi jahannamullati yukażżibu bihal-mujrimụn

Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa.

Tafsir: Ketika itu akan dikatakan kepada mereka: “Inilah nereka yang Pernah dikabarkan kepadamu tetapi kamu mendustakannya”.

44. يَطُوْفُوْنَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيْمٍ اٰنٍۚ

yaṭụfụna bainaha wa baina ḥamimin an

Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih.

45. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

46. وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ جَنَّتٰنِۚ

wa liman khafa maqama rabbihi jannatan

Dan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.

Tafsir: Artinya mereka takut akan hisab di hadapan Allah Swt sehingga mereka meninggalkan maksiat di dunia. Muhammad bin Ali at-Tarmizi berkata: “Dua surga yang dimaksud adalah satu surga yang diberikan karena takut kepada Allah dan satu surga karena meninggalkan syahwat”. Maqatil berkata: “Dua surga itu adalah surga Adnan dan surga Na’im”.

47. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۙ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

48. ذَوَاتَآ اَفْنَانٍۚ

żawata afnan

kedua surga itu mempunyai aneka pohon dan buah-buahan.

Tafsir: Ibnu Abbas bekata:” Artinya buah-buahan dengan berbagai macam warna”

49. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

50. فِيْهِمَا عَيْنٰنِ تَجْرِيٰنِۚ

fihima ‘ainani tajriyan

Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar.

Tafsir: Setiap surga memiliki sungai yang mengalir airnya. Ibnu Abbas berkata: “Sungai-sungai itu sebagai tambahan dan kemulian daripada Allah Swt”.

51. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

52. فِيْهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجٰنِۚ

fihima ming kulli fakihatin zaujan

Di dalam kedua surga itu terdapat aneka buah-buahan yang berpasang-pasangan.

Tafsir: Setiap buah yang berpasangan itu manis dan tidak asam termasuk buah Handhal (sejenis Labu) yang bisanya asam.”

53. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

54. مُتَّكِـِٕيْنَ عَلٰى فُرُشٍۢ بَطَاۤىِٕنُهَا مِنْ اِسْتَبْرَقٍۗ وَجَنَا الْجَنَّتَيْنِ دَانٍۚ

muttaki`ina ‘ala furusyim baṭa`inuha min istabraq, wa janal-jannataini dan

Mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera tebal. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.

55. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

56. فِيْهِنَّ قٰصِرٰتُ الطَّرْفِۙ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ اِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَاۤنٌّۚ

fihinna qaṣiratuṭ-ṭarfi lam yaṭmiṡ-hunna insung qablahum wa la jann

Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya.

Tafsir: Bidadari-bidadari itu hanya membatasi pandangannya kepada suaminya, tidak melihat selain mereka. Mereka tidak pernah disentuh oleh selain suaminya.

57. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

58. كَاَنَّهُنَّ الْيَاقُوْتُ وَالْمَرْجَانُۚ

ka`annahunnal-yaqụtu wal-marjan

Seakan-akan mereka itu permata yakut dan marjan.

Tafsir: Diriwayatkan oleh Tarmizi daripada Abdullah bin Mas’ud daripada Nabi Saw: “Sesungguhnya wanita penduduk surga itu bisa dilihat putih betisnya dari 70 lapisan pakaian dan bisa dilihat pula otak mereka”.

59. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

60. هَلْ جَزَاۤءُ الْاِحْسَانِ اِلَّا الْاِحْسَانُۚ

hal jaza`ul-iḥsani illal-iḥsan

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).

Tafsir: Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah Saw ketika membaca ayat ini bersabda: “Allah Swt berfirman: “ Tidak balasan kepada orang yang aku beri nikmat untuk mengenalku dan mengesakan Aku kecuali Aku akan menempatkannya ke dalam surga-Ku dengan rahmat-Ku”.

61. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

62. وَمِنْ دُوْنِهِمَا جَنَّتٰنِۚ

wa min dụnihima jannatan

Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi.

63. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۙ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan,

64. مُدْهَاۤمَّتٰنِۚ

mud-hammatan

kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.

65. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

66. فِيْهِمَا عَيْنٰنِ نَضَّاخَتٰنِۚ

fihima ‘ainani naḍḍakhatan

Di dalam keduanya (surga itu) ada dua buah mata air yang memancar.

67. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

68. فِيْهِمَا فَاكِهَةٌ وَّنَخْلٌ وَّرُمَّانٌۚ

fihima fakihatuw wa nakhluw wa rumman

Di dalam kedua surga itu ada buah-buahan, kurma dan delima.

Tafsir: Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas beliau berkata: Kurma surga itu pelepahnya seperti permata hijau, tanggulnya seperti emas merah. Pelepahnya adalah pakaian bagi ahli surga. Sebagiannya kain-kain potongan mereka dan baju hiasan mereka. Buahnya seperti buah Qilal dan Dalak. Warnanya lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, kebih lembut dari krim dan tidak berbiji” (HR Ibnu Abi Hatim).

69. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazzżiban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

70. فِيْهِنَّ خَيْرٰتٌ حِسَانٌۚ

fihinna khairatun hisan

Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik dan jelita.

71. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

72. حُوْرٌ مَّقْصُوْرٰتٌ فِى الْخِيَامِۚ

hurum maqsuratun fil-khiyam

Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah.

Tafsir: Ibnu Abbas berkata: “Mereka tidak berjalan-jalan di jalanan”. Ia juga berkata: “Kemah di sini luasnya satu fardakh ( 5541 m) kali satu farsakh dan memiliki 4000 pintu emas”. (HR Abdurrazzak).

73. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

74. لَمْ يَطْمِثْهُنَّ اِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَاۤنٌّۚ

lam yatmis hunna insung qablahum wala jann

Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia maupun oleh jin sebelumnya.

75. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

76. مُتَّكِـِٕيْنَ عَلٰى رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَّعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍۚ

muttaki`ina ‘ala rafrafin khuḍriw wa ‘abqariyyin ḥisan

Mereka bersandar pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.

77. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِۚ

fa bi`ayyi ala`i rabbikuma tukazziban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

78. تَبٰرَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِى الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِ

tabarakasmu rabbika zil-jalali wal-ikram

Keistimewaan Surat Ar-Rahman

Setelah membaca surat dan tafsir surat Ar-Rahman, tepat rasanya mengintip keistimewaan surat ini.

Keistimewaan artinya hal yang khusus yang tidak dimiliki oleh lainnya. Imam al-Suyuthi meriwayatkan dalam kitab Dar al-Mantsur bahwa surat Ar-Rahman punya enam khususiat yang tidak dimiliki oleh surat lain, yaitu:

  1. Satu-satunya surat yang dimulai dengan nama Allah. Tidak ada surat lain yang dibuka dengan salah satu asmaul husna selain surat Ar-Rahman;
  2. Adanya pengulangan ayat berkali-kali yaitu pada ayat fabiayyi alai rabbikuma tukazziban. Ayat ini berulang sebanyak 31 kali;
  3. Adanya kombinasi penyebutan targhib (memotivasi) dan tarhib (mengancam), dimana Ar-Rahman pada bagian-bagian awal surat membicarakan orang-orang yang celaka dan keadaan mereka yang penuh haru hara di hari akhirat, lalu menyebut keadaan orang-orang yang mendapatkan nikmat di surga dengan kebahagian-kebahagian di dalamnya;
  4. Menyebut nikmat Tuhan yang sangat banyak, di antaranya nikmat mengajarkan Alquran;
  5. Menunjukkan bukti-bukti kekuasaan Allah Swt dalam mengatur alam raya serta terdapat perkara-perkara yang nadir (ganjil);
  6. Terdapat konsistensi dalam ayat-ayat dengan kata-katanya, posisi pemisah ayat dan jeda-jeda ayat.

Penutup

Surat Ar-Rahman memiliki kandungan dan keutamaan yang tidak dimiliki oleh surat lain dalam Alquran. Salah satu keistimewaannya adalah mempunya beberapa ayat yang sama bunyinya yang diulangulang sebanyak 31 kali. Fadhilah Membaca surat Ar-Rahman apabila seseorang membacanya pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari kemudian mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid. Surat ini juga memiliki makna dan kandungan yang sangat dalam sebagaimana bisa dilihat pada tafsir di atas.

  1. Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur`an, (Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2006), h. 111.
  2. Syekh al-Shaduq, Tsawabul A’mal, (t.k, Mansyurah al-Syarif al-Ridha, 1363 H), h. 116.
  3. Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, Al-Tizkar fi Afdhal al-Azkar, (Beirut: Maktabah Dar al-Bayan, 1407 H), h. 286.
  4. Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, Al-Tizkar fi Afdhal al-Azkar…, h. 286-287.
  5. Imam Jalal al-Suyuthi, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Jld. 2, (Beirut: Dar al_Kutub al-Ilmiyah, 2012), h. 14
  6. Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an…, h. 112.
  7. Setelah merujuk beberapa kitab yang ada bersama penulis, tidak ditemukan keterangan lebih lanjut terkait alasan Imam Qurthubi mengatakan اَلرّ adalah pembukaan tiga surat. Karena apabila merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an, ditemukan bahwa pembukaan surat dengan memakai اَلرّ secara keseluruhan berjumlah lima surat yaitu: Yunus, Huud, Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr.