Surat Al Fatihah

Bicara surat Al-Fatihah pasti tidak asing di telinga kita. Surat yang sering kita dengar bahkan tidak luput membacanya dalam melaksanakan shalat fardhu dan sunat.

Dalam sehari kita melaksanakan 17 rakaat shalat wajib dan membaca 17 kali Al-Fatihah. Itu merupakan kewajiban karena Al-Fatihah adalah rukun shalat yang artinya tidak sah shalat jika tidak membaca Al-Fatihah.

Bahkan saat ikut imam pun kita tetap wajib membaca Al-Fatihah secara pribadi. Berbeda halnya jika kita masbuk misalnya dan baru mendapati imam saat imam rukuk. Pada saat itu Al-Fatihah kita ditempel oleh imam yang artinya kita dimaafkan untuk tidak membaca Al-Fatihah lagi.

Intinya setiap hari kita tidak luput dari Al-Fatihah. Sehingga dengan selalu membaca dan mendengar dengan sendirinya mudah diingat dan terhafal.

Nah kali ini kita akan bahas seputar Al-Fatihah. Jadi setelah baca tulisan ini kita enggak cuman baca-baca aja suratnya tapi juga memahami seputar pembahasan surat Al-Fatihah. Jadi semakin dalam mentadabburnya.

Mengenal Surah Al Fatihah

Al-Fatihah artinya pembuka. Dalam bahasan Arab kalimat ini disebut isim fail (kata yang menunjukkan arti pelaku perbuatan). Kata Fatihah berasal dari kata fataha yaftahu fathan yang artinya membuka.

Dinamakan demikian karena surat ini merupakan pembuka kalamullah yakni Al-Qur’an.[1] Jika kita buka Al-Qur’an pasti yang pertama ketemu ya surat ini.

Sebelum membahas panjang lebar mengenai surat Al-Fatihah, perlu mengenal terlebih dahulu seputar surat Al-Fatihah. Misalnya dia masuk dalam kategori surat apa, jumlah ayatnya berapa dan asbabun nuzul-nya bagaimana.

Nah sekarang mari menyimak satu per satu.

Kategori Surat

Dalam Tafsir al-Jalalain disebutkan surta Al-Fatihah merupakan surat Makkiyyah. Syekh Ahmad Shawi menerangkan bahwa maksud ini berpijak pada pendapat mayoritas ulama (al-aksar).

Karena jika ditinjau lagi, terjadi perbedaan pendapat di antara ulama dalam mengategorikan Al-Fatihah masuk dalam makkiyah atau madaniyyah. Karena ada pendapat kedua, ketiga dan keempat.

Pendapat kedua menyebut surat Al-Fatihah masuk dalam kategori madaniyyah.

Adapun pendapat ketiga menyebut surat Al-Fatihah adalah makkiyah sekaligus madaniyyah. Alasannya karena surat ini pernah turun di kedua kota yakni Makkah dan Madinah.

Pendapat ketiga ini terbagi dalam dua sekte. Sekte pertama mengolabarikan pendapat pertama dan kedua sehingga menyimpulkan bahwa surat Al-Fatihah turun secara utuh dua kali. Pertama kali turun di Mekkah ketika shalat telah disyariatkan kemudian kali kedua turun di Madinah ketika kiblat berpindah dari awalnya Baitul Maqdis menjadi Ka’bah Baitullah. Karena inilah Al-Fatihh disebut al-matsani (berulang).

Sekte kedua menyebut pada kedua kota ini surat Al-Fatihah tidak diturunkan secara utuh namun setengahnya di Memmah dan setengahnya lagi di Madinah. Syekh Ahmad Shawi mengetengahkan sekte yang pertama lebih kuat.

Nama Lain Surat Al-Fatihah

Selain Al-Fatihah surat ini memiliki 19 nama yang lain (berarti secara kesuluruhan surat ini memiliki 20 nama.

  1. Al-Fatihah: Telah disebutkan di awal bahwa artinya pembuka.
  2. Fatihatul Kitab: Juga memiliki arti pembuka al-Kitab (Al-Qur’an)
  3. Ummul Qur’an: Berarti Ibu Al-Qur’an. Dinamakan demikian karena surat ini menjadi pembuka bagi surat yang lain seperti halnya orang tua dan anak.
  4. Surat al-Kanz: Dalam bahasa Arab al-kanz berarti gudang. Dinamakan surat ini demikian karena ia diturunkan dari satu gudang di bawah arasy. Arasy adalah makhluk Tuhan yang paling besar yang diciptakan kemudian seperti makhluk lainnya (hudus bukan qadim) yang berada di atas langit ke tujuh.
  5. Al-Kafiyah: Yang mencukupi
  6. Al-Wafiyah: Yang dapat menyembuhkan
  7. Al-Syafiyah: Penyembuh
  8. Al-Syifa`: Obat, sebagaimana ditunjukkan oleh satu hadis berbunyi:

هِيَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ

“Surat Al-Fatihah adalah obat semua penyakit”

  1. Sab’ul Matsani: Artinya tujuh ayat yang dibaca secara berulang. Dinamakan demikian karena surat Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat berdasarkan pendapat kuat. Baik menghitung basmalah menjadi satu ayatnya atau tidak.
  2. AnNur: Berarti cahaya
  3. ArRaqiyyah: Berarti yang naik
  4. Surat pujian dan syukur, karena kandungannya pujian dan syukur
  5. Ad-Du`a: Doa
  6. Ta’limul mas`alah:
  7. Surat al-Munajah:
  8. Surat al-Tafwidh
  9. Surat al-Su`al: Surat Permohonan
  10. Surat Ummul Kitab: Ibu kitab
  11. Fatihah Al-Qur’an: Pembuka Al-Qur’an
  12. Shalat

Alasan Al-Fatihah dinamakan shalat karena berdasarkan hadis qudsi di mana Allah berfirman, “Aku menjadikan shalat menjadi dua bagian. Sebagian untukku dan sebagian untuk hambaku. Aku mengabulkan apapun yang diminta oleh hambaku.

Ketika seorang hamba berkata dalam shalatnya, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam)”. Maka ketika itu Allah berkata, “Hambaku telah memuji-Ku.

Hamba berkata lagi “Arrahma nirrahim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)”. Allah berfirman, “Hambaku telah menyebut pujian terhadap-Ku”.

Hamba berkata lagi, “Maliki yaumiddin (Raja hari kiamat). Allah berfirman, “Hambaku telah menyebut pujian terhadap-Ku”.

Hamba berkata lagi “Iyyaka na’budu wa iyya kanasta’in (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami menyerahkan diri). Inilah ayat di antaraku dan hamba-Ku. Aku mengabulkan apapun yang diminta oleh hambaku.

Lantas hamba berkata lagi, “Ihdinash shiratal mustaqim (Tunjukilah kami jalan yang lurus). Shiratallazina ‘an’amta ‘alaihim, ghairil magdhubi ‘alaihim waladh dhallin (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau benci dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat.

Allah berfirman, “Semua itu untuk hamba-Ku. Mereka berhak atas apa yang diminta.”[2]

Jumlah Ayat

Dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa surat Al-Fatihah berjumlah tujuh ayat. Hanya saja ulama berbeda pendapat yang menjadi ayat ketujuhnya.

Perbedaan pendapat ini timbul dari kontroversi ulama tentang basmalah itu masuk dalam satu Al-Fatihah atau tidak.

Ulama yang berpendapat basmalah masuk satu ayat dari Al-Fatihah menjadikan ayat ketujuh: shiratallazina an’amta hingga akhir ayat.

Sedangkan ulama yang menafikan basmalah sebagai salah satu ayat menjadikan ayat ketujuh: ghairil magdhubi alaihim hingga akhirnya.

Bisa disimpulkan bahwa tidak ada khilaf pada jumlah ayat Al-Fatihah. Hanya saja perbedaan pada yang menjadi ayat ketujuhnya surat Al-Fatihah.

Asbabun Nuzul

Al-Fatihah turun setelah surat Al-Mudatsir. Meskipun dalam susunan Al-Qur’an Al-Fatihah terdapat pada awalnya tetapi begitulah Al-Qur’an memang tidak tersusun sesuai waktu turunnya tetapi sesuai perintah Rasulullah saw.

Tetapi belum didapati riwayat yang menyebut sebab yang khusus turunnya Al-Fatihah. Ini wajar karena memang tidak semua ayat atau surat mempunyai sebab turunnya.

Al-Fatihah tidak memiliki sebab turun yang khusus. Hanya saja turunnya Al-Fatihah menyertai sebuah perintah Allah yaitu perintah shalat. Shalat diperintahkan 1 tahun sebelum hijrah bersamaan dengan turunnya A-Fatihah atau sekitar tahun ke 13 setelah beliau diangkat menjadi nabi.

 

Surah Al Fatihah (Arab, Latin, Terjemah)

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ – ١

Bismillahirrahmanirrahim

(Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ – ٢

Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin

(Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam)

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ – ٣

Arrahma nirrahim

(Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ – ٤

Maliki yaumiddin

(Raja hari kiamat)

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ – ٥

Iyyaka na’budu wa iyya kanasta’in

(Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami menyerahkan diri)

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ – ٦

Ihdinash shiratal mustaqim

(Tunjukilah kami jalan yang lurus)

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ – ٧

Shiratallazina ‘an’amta ‘alaihim, ghairil magdhubi ‘alaihim waladh dhallin

(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau benci dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat)

Tafsir Surat Al-Fatihah

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ – ١

(Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Maksudnya aku memulai bacaanku dengan pertolongan Allah Swt.

Terjadi perbedaan pendapat ulama tentang basmalah itu menjadi ayat Al-Fatihah atau ia sama seperti ta’awwuz (bacaan a’uzubillahi minasy syaithanir rajim) yang sunat dibaca sebelum membaca Al-Fatihah tetapi bukan bagian surat.

Arti bismillah adalah memulai segala sesuatu dengan meminta pertolongan zat Allah. Karena hanya Allah yang mampu memberi pertolongan, tidak selainnya.

Arti Ar-Rahman adalah Maha Penyayang dan Ar-Rahim juga memiliki arti yang sama. Karena kedua kalimat ini diambil dari satu kata yaitu “rahmat” yang artinya kasih sayang.

Tetapi ada sedikit perbedaan makna pada kedua kata ini. Ulama mufassir menyebut bahwa Ar-Rahman memiliki arti yang lebih dari arti yang ditunjukkan oleh Ar-Rahim.

Hal ini berpijak dari kaidah dalam ilmu sharaf berbunyi:

زِيَادَةُ الْبِنَا تَدُلُّ عَلَي زِيَادَةِ الْمَعْنَى

Artinya: “Lebihnya bentuk sebuah kata menunjukkan lebihnya kandungan makna kata dimaksud”

Apabila kita bandingkan, huruf pada kata Ar-Rahman lebih banyak pada kata Ar-Rahim, kan?

Coba perhatikan kedua kata itu (dalam ejaan bahasa Arabnya). Ar-Rahman memiliki 7 huruf yakni 2 pada “alif lam”, kemudian huruf “ra”, kemudian huruf “ha”, kemudian huruf “mim”, kemudian huruf alif yang menjadi mad pada “mim”, kemudian yang terkahir huruf “nun”.

Adapun Ar-Rahim hanya memiliki 6 kata yaitu 2 alif lam, ra, ha, ya, dan mim.

Nah, berarti Ar-Rahman punya satu huruf lebih dari Ar-Rahim. Berarti ia memiliki kandungan makna yang lebih walaupun kedua kata ini memiliki asal yang sama.

Ar-Rahman berarti Allah mengasihi di dunia dan akhirat. Sedangkan Ar-Rahim hanya sifat kasih sayang Allah yang berlaku di akhirat saja.

Karena sifat rahman, Allah mengasihi seluruh hambanya di dunia walaupun tidak beriman. Memberi mereka kehidupan, kesehatan dan rezeki. Sedangkan Ar-Rahim hanya berlaku di akhirat yang terbatas kepada mukmin saja.

Syekh Ahmad Shawi menambahkan bahwa Allah memulai Al-Qur’an dengan basmalah karena ingin hambanya memulai segala perkara dengan basmalah.[3]

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ – ٢

(Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam)

Maksud segala pujian yang empat yaitu; 1. Pujian Allah kepada diri-Nya, 2. Pujian Allah kepada makhluk, 3. Pujian makhluk kepada sesama makhluk dan; 4. Pujian makhluk kepada Allah, semua itu milik dan kembali kepada Allah.

Apa yang dimaksud dengan Allah?

Allah adalah:

عَلَمٌ عَلَى الْمَعْبُوْدِ بِحَقٍّ

“(Allah) adalah nama Zat yang wajib disembah.”

Apa arti makhluk? Makhluk adalah alam yang berarti:

مَا سِوَى اللهِ

“Sesuatu selain Allah (baik yang hidup atau yang mati.”

Rabbul ‘alamin artinya Tuhan pemilik alam.

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ – ٣

(Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Telah diterangkan pada tafsir basmalah.

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ – ٤

(Raja hari kiamat)

Malik artinya sultan atau raja dan yaumiddin adalah hari kiamat.

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ – ٥

Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami menyerahkan diri

Iyyaka adalah dhamir (kata ganti) yang menjadi maf’ul (objek) yang di dahulukan dari fi’ilnya. Dalam bahasa Arab, jika sebuah kalimat di susun dengan mendahulukan kata yang seharusnya ditulis kemudian maka mengandung faidah khusus sebagaimana satu undang-undang nahwu berbunyi:

تَقْدِيْمُ مَا حَقُّهُ تَأَخُّرٌ يُفِيْدُ الْحَصْرَ

“Mendahulukan kata yang seharusnya di akhirkan mengandung makna khusus”

Sehingga dari susunan di atas memberi arti “hanya” yaitu hanya kepada-Mu kami menyembah.”

Begitupula pada susunan wa iyyaka nasta’in yang artinya: “Hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan”.

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ – ٦

“Tunjukilah kami jalan yang lurus”

Maksudnya tambahkanlah kepada kami hidayah dan tetapkan kami pada hidayah itu. Arti jalan yang lurus adalah agama Islam.

Disebutkan Islam sebagai jalan yang lurus karena ia akan membawa kepada tujuan. Sebagaimana jalan yang lurus dan benar akan membawa kepada tujuan yang dituju.

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ – ٧

“(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau benci dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat.”

Maksudnya jalan yang telah dianugerahkan kepada malaikat, para nabi, siddiqin, syuhada dan orang-orang shalih.

Orang yang dibenci maksudnya Yahudi. Adapun orang yang tersesat maksudnya Nasrani.

Pada ayat ini Allah membagi manusia menjadi tiga kelompok:

Kelompok pertama adalah orang-orang yang diberikan nikmat dengan ditunjukkan kepada jalan yang benar yaitu Islam.

Kelompok kedua adalah orang yang dimurkai oleh Allah Swt. Mereka memahami dengan ilmu yang dianugerahkan kepada mereka tetapi tidak mau mengikuti dalam Islam dan bahkan menolaknya, mereka adalah Yahudi.

Kelompok ketiga adalah orang yang tersesat dari jalan kebenaran. Mereka memiliki keyakinan yang hampir sama dengan muslim, hanya sanya keyakinan mereka rancu dalam meyakini Isa dan Maryam sebagai Tuhan, mereka adalah Nasrani.

Keutamaan Surah Al Fatihah

Dalam tafsir al-Qurthubi disebutkan banyak riwayat tentang keutamaan Al-Fatihah. Di antarnya riwayat Tarmizi daripada Ubay bin Ka’ab beliau berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Allah belum pernah menurunkan baik itu dalam Taurat maupun dalam Injil yang seperti Al-Fatihah. Itulah sab’ul matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang)”.

Al-Bustami berkata: Maksud perkataan “Allah belum pernah menurunkan baik itu dalam Taurat maupun dalam Injil yang seperti Al-Fatihah” Allah belum pernah memberi pahala bagi pembaca Taurat dan Injil sebagaimana yang diberikan kepada pembaca Al-Fatihah. Karena umat Muhammad saw. memang diistimewakan dibanding umat-umat yang lain.[4]

Diriwayatkan daripada Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa beliau berkata: “Rasulullah saw. bersabda:

“Surat Al-Fatihah, ayat Kursi, ayat syahidallahu annahu la ilaha illahu, dan qulillahumma malikal mulki adalah ayat-ayat yang terikat langsung dengan arasy. Tidak ada penghalang di antaranya dan Allah Swt.”[5]

Menurut Syekh Ahmad Shawi sangat banyak lho hadis tentang keutamaan surat Al-Fatihah.

Dalam sebuah hadis yang tersambung kepada Anas bin Malik daripada Rasulullah saw. beliau bersabda:

“Demi Tuhan Yang Maha Agung bahwa Jibril telah menyampaikan padaku dengan berkata: “Demi Tuhan Yang Maha Agung, Israfil telah berkata padaku bahwa Allah Swt. berfirman:

“Wahai Israfil, demi keagungan, ketinggian dan kemurahan-Ku, siapa saja yang membaca bismillahirrahmanirrahim satu kali hingga selesai surat Al-Fatihah, maka bersaksilah bahwa Aku telah mengampuni segala dosanya, Aku terima segala kebaikannya, Aku maafkan segala kesalahannya, lidahnya tidak akan terbakar dengan api neraka, Aku lepaskan ia dari azab kubur, azab neraka, kegentingan yang maha dahsyat dan ia akan berjumpa dengan-Ku sebelum para nabi dan aulia.[6]

Diriwayatkan daripada Sa’id bin Mu’la r.a. beliau berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Maukah kamu saya ajarkan sebelum keluar ke mesjid satu surat yang paling agung dalam Al-Qur’an?” Lalu Rasulullah saw. memegang tanganku ketika hendak perge ke mesjid. Lantas aku berkata: “Ya Rasul, tadi engkau berkata bahwa akan mengajarkanku surat paling agung dalam Al-Qur’an.” Rasulullah saw. bersabda: “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Itulah surat dengan tujuh ayat yang diulang-ulang, Al-Qur’an telah menetapkan yang demikian itu.” (HR. Bukhari).

Kapan Saja Membaca Al-Fatihah

  1. Saat menjenguk orang sakit

Al-Fatihah baik dibaca saat menjenguk orang lain yang sedang sakit atau bahkan diri kita sendiri sedang merasakan sakit. Karena datang riwayat bahwa Al-Fatihah adalah penyembuh bagi semua penyakit sebagaimana isi hadis riwayat Abu Sa’id al-Khudri dimana beliau berkata:

إِنَّهَا شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ

“Al-Fatihah itu adalah penyembuh segala penyakit”

Disebutkan bahwa ayat ruqyah dan kesembuhan adalah pada “iyyaka nasta’in (Hanya kepadaMU kami meminta pertolongan”. Hendaknya bagi pembaca untuk memperdalam makna ini ketika dibaca untuk ruqyah atau penyembuhan penyakit.

  1. Hendak Menikah

Menikah adalah memulai hidup baru bersama pasangan. Segala manis pahit akan dirasakan dalam bahtera rumah tangga. Tak jarang sebuah hubungan kandas di persimpangan jalan karena tidak bijak dalam memahami persoalan dalam hidup berkeluarga.

Saat hendak melangsungkan akad nikah, bacalah minimal satu kali surat Al-Fatihah untuk keberkahan dan mendatangkan kebaikan dalam pernikahan. Sehingga bahtera rumah tangga menjadi sakinah mawaddah warahmah hingga akhir hayat.

Tidak hanya dalam pernikahan. Semua niat baik dalam memulai sebuah perkara seperti ingin membuka usaha, merantau mengadu nasib dan lain-lain hendaklah dibacakan surat Al-Fatihah untuk keberkahan dan kebaikan.

  1. Ingin ditunaikan hajat

Al-Fatihah juga sebaiknya diperbanyak membaca untuk menunaikan hajat. Karena sebagian rahasia Al-Fatihah adalah penunai hajat. Ketika banyak cita-cita yang ingin tercapai maka perbanyaklah membaca Al-Fatihah.

Atha’ berkata:

إَذَا أَرَدْتَ حَاجَةً فَاقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ حَتَّى تَخْتِمُهَا، تُقْضَى إِنْ شَاءَ اللهُ[7]

“Apabila kamu punya hajat, maka bacalah Al-Fatihah hingga selesai, maka hajatmu akan tertunai dengan izin Allah”.

Catatan Seputar Bacaan Amin Setelah Al-Fatihah

Dalam shalat kita selalu mengucapkan bacaan “amin” setelah membaca Al-Fatihah. Jika shalat berjamaah, seluruh jamaah juga serentak membaca setelah imam selesai membaca Al-Fatihah.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebut bahwa sunnah hukumnya membaca amin bagi setiap pembaca Al-Fatihah. Baik dalam shalat maupun di luar shalat. Jadi amin tidak hanya sunnah dibaca selesai membaca Al-Fatihah dalam shalat saja.

Kesunnahan ini berseumber dari hadis yang diriwayatkan daripada Wa`il bin Haja beliau berkata: “Saya mendengar Nabi saw. apabila selesai membaca ‘ghairil magdhubi ‘alaihim’ beliau membaca amin dengan memanjangkan suaranya” (HR. Ahmad, Abu Daud da Tarmizi).[8]

Perlu digaris bawahi bahwa lafaz amin bukan bagian Al-Fatihah juga bukan bagian Al-Qur’an. Hanya saja bacan amin disunatkan membacanya bagi orang yang membaca Al-Fatihah. Cara membacanya harus ada jeda di antara Al-Fatihah dan amin agar nampak jelas mana Al-Qur’an dan mana yang bukan. Artinya ketika membaca amin itu jangan langsung di sambung dengan Al-Fatihah.

Arti amin adalah istajib (terimalah doaku ya Allah). Ada yang berpendapat kata amin adalah satu di antara nama-nama Allah.

Jadi takdirnya ketika membaca amin adalah Ya Amin.

Tetapi pendapat kedua ini ditolak dengan dua alasan.

  1. Jika amin adalah nama Allah maka sungguh membacanya dengan baris dhummah karena jatuh sebagai munada (kata yang jatuh setelah ya nida atau yang berfungsi untuk memanggil). Sedangkan amin barisnya fattah.
  2. Nama Allah itu sudah tetap (tauqifiyah) hanya pada 99 asmaul husna.

Disebutkan dalam kitab al-Ummahat satu hadis riwayat Abu Harairah bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Apabila imam shalat telah mengamini, maka ucapkanlah amin. Karena barang siapa yang bersamaan antara aminnya dan amin imam maka artinya aminnya bersamaan dengan amin malaikat dan akan diampuni segala dosanya yang telah lalu”.[9]

Penutup

Al-Fatihah adalah surat pembuka dalam Al-Qur’an dengan rahasia dan keutamaan yang istimewa. Hendaknya membaca surat ini tidak hanya dalam shalat, tetapi juga pada waktu-waktu yang dianjurkan. Wallahu a’lam bisshawab.

  1. Ahmad Shawi, Hasyiah al-Shawi, Jld. I, (Beirut: Dar al-Fikr, 2012), h. 13.
  2. Ahmad Shawi, Hasyiah al-Shawi, Jld. I…, h. 13-14.
  3. Ahmad Shawi, Hasyiah al-Shawi, Jld. I…, h. 14
  4. Syekh Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, Jld. I, (Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2006), h. 169.
  5. Syekh Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, Jld. I…, h. 172.
  6. Ahmad Shawi, Hasyiah al-Shawi, Jld. I…, h. 13.
  7. Abdurrauf bin Tajul Arifin, Faiz al-Qadir Syarh al-Jami’al-Shagir, (Maktabah Tijariah, 1938), h. 20.
  8. Ibnu Katsir, Tafsir al-Qura’an al-‘Adhim, (Riyadh: Dar Thayyibah, 1999), h. 144
  9. Ahmad Shawi, Hasyiah al-Shawi, Jld. I…, h. 19.