Mengenal Sunan Gresik, Siapa Sebenarnya Tokoh yang Satu ini?

Sunan Gresik adalah salah satu tokoh yang berperan penting dalam menyebarluaskan ajaran agama Islam di Nusantara.

Gelar tersebut diberikan sebagai penghormatan atas kemuliaan pribadi beliau yang berdakwah di daerah Gresik dan sekitarnya.

Bagaimana kisah dan ajaran-ajaran Sunan Gresik? Yuk, langsung saja!

Siapakah Sunan Gresik?

Sebelum beranjak lebih jauh, kamu perlu tahu pembahasan kali ini juga akan memuat sedikit kontroversi.

Hal ini cukup pelik mengingat kontroversi tersebut berkaitan dengan siapakah sebenarnya sosok Sunan Gresik ini. Pasalnya, ada dua versi, bahkan lebih, yang sama sekali bertolak belakang.

Versi Pertama

Versi pertama adalah yang banyak diikuti selama

ini. Sebagian besar umat Islam di Tanah Air mengenal Sunan Gresik sebagai gelar untuk seorang tokoh syiar Islam yang bernama Maulana Malik Ibrahim.

Beliau dikenal sebagai Wali Songo pertama yang lebih dahulu menyebarkan Islam sebelum Sunan Ampel.

Maulana Malik Ibrahim memiliki sejumlah nama lain, di antaranya Syekh Maulana Maghribi, Maulana Makdum Ibrahim, dan Syekh Ibrahim As-Samarqandy atau lidah Jawa menyebutnya Ibrahim Asmarakandi.

Beliau adalah putra Syaikh Jamaluddin al-Husain al-Akbar yang lebih populer dengan nama Syaikh Jumadil Kubro.

Dua tokoh tersebut adalah pendatang dari Samarkand, sebuah kota di Jalur Sutra yang dahulu merupakan wilayah Persia.

Syaikh Jumadil Kubro datang ke Nusantara pertama kali pada sekitar abad ke-14 bersama dua anaknya, Maulana Makdum Ibrahim dan Maulana Ishaq.

Syaikh Jumadil Kubro mengutus Maulana Malik Ibrahim ke Negeri Champa di Vietnam, sedangkan Maulana Ishaq ke Sumatera dan Malaka.

Ibrahim Asmarakandi berhasil mengislamkan penguasa Champa pada waktu itu hingga beliau dinikahkan dengan salah satu putri kerajaan.

Setelah sukses menjalankan tugasnya, Ibrahim Asmarakandi pergi ke Pulau Jawa untuk mengunjungi kerabat istrinya yang dipersunting Raja Majapahit Brawijaya V.

Raja memberi Maulana Malik Ibrahim sepetak tanah di Gresik yang kemudian beliau jadikan tempat tinggal sampai wafatnya.

Pernikahan Ibrahim Asmarakandi dengan putri Champa, Dewi Candrawulan, menurunkan putra, yaitu Ali Rahmatullah dan Ali Murtadho.

Dua putra tersebut selanjutnya menyusul ke Jawa dan ikut menyebarkan Islam. Kelak, Ali Rahmatullah dikenal sebagai Raden Rahmat yang kemudian bergelar Sunan Ampel.

Adapun Maulana Ishaq, saudara kandung Maulana Malik Ibrahim, nantinya menurunkan putra yang dikenal sebagai Sunan Giri.

Sunan Giri sempat berguru kepada Sunan Ampel. Sunan Bonang, putra Sunan Ampel, juga pernah berguru kepada Maulana Ishaq di Malaka.

Versi Kedua

Versi kedua memuat informasi yang dikutip dari buku Atlas Wali Songo karya K.H. Agus Sunyoto.

Buku ini secara tegas membantah pendapat umum tentang sosok Sunan Gresik dan tokoh lainn.

Sunan Gresik menurut K.H. Agus Sunyoto adalah Raden Ali Murtadho atau Ali Murtolo, bukan Maulana Malik Ibrahim.

Beliau diangkat sebagai Sunan Gresik dengan gelar sandingan, yaitu Raja Pandhita Gresik, ketika Raja Majapahit dipimpin Sri Prabu Kertawijaya.

Ali Murtadho adalah saudara tua Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel. Keduanya adalah putra Syaikh Ibrahim as-Samarqandy, Ibrahim Asmarakandi, atau juga disebut Maulana Ibrahim.

Namun, Maulana Ibrahim dan Maulana Malik Ibrahim adalah dua tokoh yang berbeda.

Ibrahim Asmarakandi merupakan orang Samarkand yang datang dari Negeri Champa.

Beliau inilah yang menikah dengan Dewi Candrawulan, lalu pada sekitar pertengahan abad kelima belas melakukan perjalanan hingga tiba di Tanah Jawa.

Sebelumnya, beliau berhasil mengislamkan Raja Champa dan Arya Damar, Adipati Palembang.

Sementara itu, Maulana Malik Ibrahim adalah orang Arab yang lebih dahulu tiba di Pulau Jawa pada abad ke-14.

Tokoh berdarah bangsawan ini merupakan keturunan dari Zainal Abidin, seorang ulama mashyur dari Arab.

Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai tokoh tertua yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Beliau tiba pertama kali di Gresik, tepatnya dia Desa Sembalo.

Beliah lalu pindah ke Desa Sawo, kemudian mendirikan masjid pertama di Desa Pasucian, dan terakhir menetap di Desa Gapura yang menjadi lokasi makam beliau.

Demikian pula dengan Syaikh Jumadil Kubro yang sering disebut sebagai leluhur para wali.

Banyak orang yang mengenal beliau sebagai kakek Sunan Ampel dan Sunan Giri serta kakek buyut dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat.

Namun ternyata, Atlas Wali Songo menerangkan silsilah yang berbeda.

Syaikh Jumadil Kubro memiliki sejumlah putra, dua di antaranya menurunkan Sunan Gunung Jati dan Sunan Giri.

Sunan Ampel bukanlah keturunan beliau, melainkan salah seorang ulama yang pernah berguru kepada beliau ketika baru tiba di Tanah Jawa.

Kesimpulan

Sedikitnya ada tiga kesamaan dari dua versi di atas. Pertama, bahwa Ali Murtadho adalah saudara kandung Sunan Ampel.

Kedua, Syaikh Jumadil Kubro merupakan kakek dari Sunan Giri. Ketiga, semua tokoh di atas adalah pemegang peran utama dalam sejarah penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa.

Lalu, bagaimana dengan Sunan Gresik? Siapakah beliau yang sebenarnya? Wallahu’alam.

Pertanyaan-pertanyaan ini agaknya masih belum bisa dipastikan jawabannya. Pasalnya, sumber-sumber yang beredar secara luas menyatakan fakta-fakta yang jauh berbeda.

Namun, mustahil menghentikan pembahasan ini hanya karena perbedaan pendapat mengenai nama tokoh dan silsilah.

Terlebih lagi, masih ada versi-versi sejarah lain yang juga menambah daftar perbedaan fakta yang terungkap.

Lagi pula, masih ada yang jauh lebih penting dari itu, yaitu keteladanan dan ajaran para tokoh syiar Islam di Nusantara, termasuk Sunan Gresik, yang patut dikaji kembali.

Sejauh ini, masih banyak orang yang mengenal beliau sebagai Maulana Malik Ibrahim.

Oleh karena itu, untuk kali ini, Hasana.id akan membahas kisah-kisah dakwah dan berbagai ajaran Sunan Gresik versi Maulana Malik Ibrahim.

Sunan Gresik, Maulana Malik Ibrahim

Secara tidak langsung, kamu sudah mengetahui silsilah Maulana Malik Ibrahim melalui uraian singkat pada poin sebelumnya.

Maulana Malik Ibrahim adalah satu dari sembilan wali, bahkan menjadi yang tertua di antara semuanya. Beliau juga dikenal dengan nama Kakek Bantal.

Maulana Malik Ibrahim bukan orang asli Nusantara. Ada yang menyebut beliau berasal dari Maroko dengan merujuk pada nama aliasnya, Maulana Maghribi.

Ada pula yang menyebutnya dari Samarkand. Sumber lain bahkan menerangkan bahwa beliau berasal dari Kashan, wilayah Persia yang kini menjadi bagian negara Iran.

Beliau diperkirakan tiba pada sekitar tahun 1371, tepatnya di Desa Sembalo, sekitar 9 km sebelah utara Gresik.

Lokasi tersebut dekat dengan makam Fatimah binti Maimun di Desa Leran yang sejauh ini merupakan jejak arkeologis Islam tertua di Indonesia.

Babad ing Gresik mengisahkan kedatangan Maulana Malik Ibrahim bersama saudaranya, Maulana Mahpur, tetuanya, Sayid Yusuf Mahrabi, dan 40 orang pengiringnya.

Dua orang maulana ini masih punya hubungan darah dengan Raja Gedah.

Dalam misi dakwahnya, beliau bertemu dengan Raja Majapahit yang menerimanya dengan baik, meski belum berhijrah ke Islam.

Sang raja bahkan bersedia memberikan sebidang tanah di Gresik, tepatnya di Desa Gapura yang menjadi lokasi makam Sunan Gresik.

Dakwah Sunan Gresik

Salah seorang Wakil Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Dr. H.M. Zainuddin, M.A, menjelaskan metode dakwah Sunan Gresik.

Mula-mula, dakwah dilakukan melalui perdagangan guna memahami cara berkomunikasi dengan masyarakat setempat.

Beliau dikenal ramah, santun, serta berbudi baik, memperlakukan orang dengan setara tanpa memandang kasta atau kelas sosial yang pada waktu itu masih dianut masyarakat Hindu.

Barang dagangan beliau juga dikenal berkualitas bagus dan murah harganya.

Lewat cara itu, Maulana Malik Ibrahim lambat laun mendapat tempat di hati masyarakat.

Selanjutnya, beliau dipandang sebagai tokoh bijaksana yang sering menjadi rujukan ilmu dan kerap membantu masyarakat menyelesaikan perselisihan.

Masyarakat pun sering meminta tolong kepada beliau untuk mengobati orang sakit sampai-sampai, istri Raja Champa pun meminta bantuan pengobatan dari beliau.

Atas izin Allah, Maulana Malik Ibrahim berhasil menjadi perantara kesembuhan pasiennya tanpa pernah memungut biaya.

Selain itu, Sunan Gresik juga dikenal piawai dalam urusan pertanian. Beliau menunjukkan cara-cara baru dalam bercocok tanam yang kemudian ditularkan dan diajarkan kepada masyarakat.

Berbagai keteladanan itu akhirnya menarik minat sebagian orang untuk memeluk agama Islam.

Sunan Gresik secara resmi mendirikan tempat ibadah dan pusat dakwah setelah memperoleh izin Raja Majapahit, yang sekaligus memberikan sepetak tanah di Desa Gapura.

Di sanalah beliau kemudian membuka pesantren dan mulai menyebarkan ajaran Islam secara terbuka.

Ajaran-Ajaran Sunan Gresik

Sayangnya, tidak terdapat sumber tentang ajaran Sunan Gresik yang tertulis seperti para Wali Songo lainnya.

Tentunya, beliau juga berdakwah menggunakan metode bil hikmah, yakni melalui pendekatan persuasif yang bijaksana, mencontohkan kebenaran melalui kebaikan dan perilaku kesehariannya.

Seorang peneliti asal Belanda, J.P. Moquette, mencoba menerjemahkan tulisan pada batu nisan di makam Sunan Gresik.

Ia menemukan bahwa di situ terdapat beberapa tulisan, termasuk kalimat tahlil, ayat kursi, surah Ali Imran ayat 185, surah Ar-Rahman ayat 26–27, dan surah At-Taubah ayat 21–22.

Selain itu, ada pula penjelasan tentang tokoh yang dimakamkan. Beberapa poin dari kalimat yang tertulis adalah sebagai berikut.

  • Mafkhahul umara’.
  • Umdatus-salathin wal-wuzara’.
  • Wa ghaisul-masakin wal-fuqara’.
  • As-sa’id asy-syahid thirazu baha’id-daulah wad-din.

Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, keterangan lengkap dalam batu nisan tersebut berbunyi:

“Inilah makam almarhum al-maghfur, yang mengharap rahmat Allah Yang Mahaluhur, guru kebanggaan para pangeran, tongkat penopang para raja dan menteri, siraman bagi kaum fakir dan miskin, syahid yang berbahagia dan lambang cemerlang negara dalam urusan agama: al-Malik Ibrahim yang terkenal dengan nama Kakek Bantal, berasal dari Kashan. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan menempatkannya ke dalam surga. Telah wafat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal 822 Hijriah.”

Melalui tulisan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Maulana Malik Ibrahim sebagai Sunan Gresik adalah tokoh intelektual sekaligus spiritual.

Beliau mengajarkan berbagai ilmu kepada para pangeran, juga membantu raja dalam meraih kebijaksanaan.

Sebagai masyarakat, beliau gemar membantu fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.

Hidupnya dipenuhi dengan kerja keras dalam hal kebaikan sehingga wafat dengan predikat syahid dan didoakan masuk surga.

Agaknya, keterangan itu sudah cukup membantu untuk menelaah ajaran-ajaran Sunan Gresik. Memang tidak ada pitutur, piwulang, atau suluk-suluk khas Wali Songo.

Namun, kita setidaknya juga bisa mencermati kembali makna dari berbagai tulisan yang tertera di area makam Sunan Gresik.

Kalimat Tahlil

Setelah membaca relief-relief tulisan di Makam Sunan Gresik, J.P. Moquette dan menemukan beberapa keterangan.

Pertama adalah kalimat tahlil yang disebut pula dengan kalimat tauhid. Kalimat ini berisi pengakuan dan pernyataan tentang keesaan Tuhan.

Terjemahan kalimat tahlil yang dipahami selama ini memang sedikit kurang akurat. Pasalnya, pengertiannya menyiratkan bahwa ada Tuhan lagi selain Allah.

Padahal, Allah Swt. adalah Tuhan Yang Maha Esa sehingga tidak ada yang selain-Nya, dan Dia-lah satu-satunya yang pantas disembah.

Oleh karena itu, para ulama kemudian merumuskan terjemahan yang lebih tepat dari kalimat tauhid ini.

Menurut Syaikh Muhammad Abdul Qadir Khalil, arti yang benar dari kalimat Lā ilāha illa l-Lāh adalah tiada Tuhan berhak disembah dengan sebenar-benarnya kecuali Allah.

لا إله إلا الله

Lā ilāha illa l-Lāh

Artinya:

“Tiada Tuhan selain Allah.”

Ayat Kursi

Sering kali kita mengasosiasikan ayat Kursi dengan peristiwa-peristiwa yang berbau mistis, seperti ketika melihat penampakan hantu.

Mungkin hal itu disebabkan banyak riwayat yang menerangkan bahwa Allah akan menjaga orang dari gangguan setan, jin, hingga sihir jika membaca surah Al-Baqarah ayat 255 ini.

Menurut berbagai riwayat, ayat Kursi memiliki sejumlah keutamaan lain.

Kitab Taisiril Ushul Ila Jami’ Ushul Min Hadis Rasul menyebutkan bahwa ayat ke-255 adalah penghulunya surah Al-Baqarah, bahkan seluruh Al-Qur’an.

Selain itu, ayat Kursi juga dapat menjadi perantara kita untuk memohon diberi keamanan dan jaminan surga oleh Allah Swt.

Tidak heran jika surah Al-Baqarah ayat 255 ini hampir pasti selalu dibaca setelah salat fardhu, terutama dalam tradisi NU.

ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

Allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa’u ‘indahū illā bi`iżnih, ya’lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min ‘ilmihī illā bimā syā`, wasi’a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-‘aliyyul-‘aẓīm.

Artinya:

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.”

Surah Ali Imran 185

Hasil pembacaan J.P. Moquette pada tulisan di Makam Sunan Gresik berikutnya adalah surah Ali Imran 185.

Ayat ini menerangkan tentang keniscayaan dalam hidup, yaitu kematian, dan rukun iman kelima, yakni hari akhir.

Bagi orang yang senantiasa berbuat kebajikan atau mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, kematian dan kiamat merupakan berita gembira.

Dia akan segera mencapai tujuan hidupnya, yakni untuk bertemu dengan Allah Ta’ala dan mendapat tempat di surga.

Sebaliknya, ada pula orang yang selama hidupnya hanya sibuk dengan urusan dunia. Dia terlena dengan berbagai kesenangan yang diperolehnya di dunia sehingga lupa akan kewajibannya.

Jika yang terjadi semacam ini, kematian bukanlah kabar gembira bagi orang tersebut.

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

Kullu nafsin żā`iqatul maụt, wa innamā tuwaffauna ujụrakum yaumal-qiyāmah, fa man zuḥziḥa ‘anin-nāri wa udkhilal-jannata fa qad fāz, wa mal-ḥayātud-dun-yā illā matā’ul-gurụr.

Artinya:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Surah Ar-Rahman 26 – 27

Surah Ar-Rahman secara umum memaparkan tentang bagaimana Allah Ta’ala telah menciptakan manusia dan segala nikmat yang baik untuk kepentingan hidupnya.

Di sini Allah juga mengingatkan manusia agar selalu mensyukuri karunia-Nya.

Makam Sunan Gresik mengutip dua ayat dari surah Ar-Rahman, yakni ayat 26 dan 27.

Makna dari dua ayat tersebut adalah kepastian, yaitu tentang kemusnahan manusia dan bumi serta keabadian Allah sebagai yang Mahaagung dan Mahamulia.

Oleh karena itu, manusia hendaknya selalu mengingat bahwa dirinya bukan apa-apa, hanya makhluk berjiwa yang tidak berdaya.

Ketika Allah memutuskan untuk membinasakan segalanya, manusia tidak akan mampu untuk mencegahnya.

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ

Kullu man ‘alaihā fān wa yabqā waj-hu rabbika żul-jalāli wal-ikrām.

Artinya:

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”

Surah At-Taubah 21 – 22

Ayat Al-Qur’an terakhir yang terdapat di makam Sunan Gresik ini juga mengabarkan berita gembira bagi orang yang selama hidupnya senantiasa menempuh jalan Allah.

Setidaknya, orang-orang tersebut akan memperoleh ganjaran berupa tiga hal, yaitu rahmat, ridha, dan surga Allah Swt.

Selanjutnya, ayat dalam surat ke-9 ini juga menerangkan kedudukan manusia yang mendapat ganjaran surga.

Mereka pada akhirnya akan mendapatkan kesenangan melebihi nikmat di dunia, bahkan mereka akan hidup kekal selama-lamanya di sana.

Satu hal yang penting untuk dicatat adalah semua anugerah itu hanya akan diberikan kepada siapa saja yang mau berada di sisi Allah.

Artinya, halitu hanya bisa dirai dengan cara beriman dan pasrah terhadap ketetapan Allah, juga senantiasa patuh serta taat kepada Allah Ta’ala.

خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَٰنٍ وَجَنَّٰتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُّقِيمٌ

Yubasysyiruhum rabbuhum biraḥmatim min-hu wa riḍwāniw wa jannātil lahum fīhā na’īmum muqīm khālidīna fīhā abadā, innallāha ‘indahū ajrun ‘aẓīm.

Artinya:

“Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya, di sisi Allah-lah pahala yang besar.”

Tempat tinggal terakhir jasad Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim beralamat di Jalan Malik Ibrahim No. 52–62, Desa Gapura, Kabupaten Gresik.

Kompleks makam tersebut juga menaungi pusara istri Sunan Gresik, Siti Fatimah, dan putra beliau, Syaikh Maulana Maghfur.

Sampai saat ini, makam Sunan Gresik masih banyak dikunjungi peziarah.

Masyarakat sekitar biasanya menggelar acara haul Maulana Malik Ibrahim pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal kalender Hijriah.

Acara tersebut diisi dengan khataman Al-Qur’an, shalawatan, ceramah agama, serta ziarah bersama.

Referensi:

Click to access ATLAS-WALISONGO.pdf

https://www.uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/lebih-dekat-dengan-maulana-malik-ibrahim.html

https://islam.nu.or.id/post/read/113851/kekuatan-makna-la-ilaha-illallah-dari-tinjauan-gaya-bahasa

https://www.laduni.id/post/read/58418/penjelasan-tentang-keutamaan-ayat-kursi

https://tafsirweb.com/1317-quran-surat-ali-imran-ayat-185.html

https://islam.nu.or.id/post/read/75932/kekecewaan-rasul-terhadap-golongan-manusia

https://tafsirweb.com/37274-quran-surat-ar-rahman.html

https://inibaru.id/islampedia/berziarah-ke-makam-syeh-maulana-malik-ibrahim-sunan-pertama-dari-walisongo