Tata Cara Sujud Tilawah Lengkap dengan Bacaannya

Dalam Fatwa-Fatwa, Prof. Dr. Syaikh Mahmud Syaltut bertutur bahwa sujud merupakan simbol penghambaan bagi seluruh makhluk terhadap Ilah, satu-satunya Zat yang pantas disembah.

Terdapat beragam jenis sujud. Salah satu di antara ragam jenisnya adalah sujud tilawah.

Sujud tilawah artinya sujud yang dikerjakan seorang muslim setelah ia mendengar atau membaca ayat-ayat khusus dalam Al-Qur’an yang disebut dengan ayat sajdah.

Dalam mushaf Al-Qur’an, ayat-ayat sajdah ini dapat dibedakan dari ayat-ayat lainnya karena ditandai dengan suatu tanda tertentu.

Contoh tanda tersebut adalah gambar kubah masjid kecil di ujung ayat atau tulisan as-sajdah dalam huruf hijaiyah di tepi halaman yang satu baris dengan ayatnya.

Setelah salah satu ayat sajdah ini dibaca, dianjurkan bagi yang membaca dan mendengarnya untuk sujud satu kali, baik ketika ia tengah menegakkan shalat maupun tidak.

Hukum melakukan sujud tilawah adalah sunah, artinya mengerjakannya akan mendatangkan pahala dan mengabaikannya akan membuatmu rugi.

Di samping itu, ibadah sunah dimaksudkan supaya menjadi “penambal” kekurangan amalan wajib seorang hamba.

Karena itu, penting rasanya memperbanyak ibadah-ibadah sunah sekecil apa pun jika kamu merasa belum optimal dalam penegakan amalan-amalan yang fardhu.

Nah, topik yang akan Hasana.id hadirkan untukmu dalam artikel kali ini adalah seputar sujud tilawah.

Cara melaksanakan, bacaan, keutamaan dari mengerjakannya, serta hal-hal lain yang mengikuti akan dijelaskan untukmu secara ringan.

Landasan Disyariatkannya Sujud Tilawah

Dasar dari disunahkannya sujud tilawah adalah beberapa sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh lebih dari satu perawi.

Riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a.

Nabi Muhammad saw. menyampaikan keutamaan bagi seorang muslim yang melakukan sujud tilawah setelah membaca ayat dalam surah As-Sajdah.

Keutamaan tersebut adalah yaitu surga dan sebuah kesempatan untuk membuat setan menangis.

إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ , اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِي , يَقُولُ: يَا وَيْلَهُ أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِيَ النَّارُ

Idzaa qara-abnu aadamas-sajdata fasajad, a’tazalasy-syaithaanu yabkii, yaquulu: yaa wailahu umirab-nu aadama bis-sujuudi fasajada falahul-jannah, wa umirtu bis-sujuudi fa-abaitu faliyan-naar.

Artinya:

Ketika anak Adam membaca ayat as-sajdah kemudian ia bersujud, maka setan menyendiri dan menangis. Ia berkata, ‘Celaka, anak Adam diperintah untuk bersujud dan ia pun bersujud, maka baginya surga. Dan aku telah diperintah untuk bersujud tetapi aku menolak, maka bagiku neraka.’”

(Hadits Sahih Muslim No. 115 – Kitab Iman)

Riwayat Imam Abu Dawud dari Ibnu Umar r.a.

Hadits berikutnya merupakan cerita seorang sahabat Nabi yang bernama Ibnu Umar r.a.

Ia mengisahkan bagaimana Rasulullah saw. mencontohkan sujud tilawah di hadapan sahabat-sahabatnya.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْآنَ، فَإِذَا مَرَّ بِالسَّجْدَةِ كَبَّرَ، وَسَجَدَ وَسَجَدْنَا مَعَهُ

Kaana rasuulullaahi shallallaahu ‘alaihi wa sallama yaqra-u ‘alainal-qur-aan, fa-idzaa marra bis-sajdati kabbar, wa sajada wa sajadnaa ma’ah.

Artinya:

“Adalah Nabi membacakan Al-Qur’an kepada kami, maka ketika melewati ayat as-sajdah, beliau bertakbir dan bersujud, dan kami pun bersujud bersamanya.”

Dalam hadits ini, terkandung beberapa catatan yang dapat ditelaah.

  1. Maksud “Nabi membacakan Al-Qur’an” adalah melafalkan ayat-ayat yang beliau hafal. Klausa tersebut bukan mengandung makna sebenarnya karena Rasulullah saw. adalah seorang yang ummi atau tidak dapat membaca dan menulis.
  2. Rasulullah saw. memberikan contoh cara mengerjakan sujud tilawah secara garis besar.
  3. Sujud tilawah dilakukan oleh yang membaca terlebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh yang mendengar.

Tata Cara Sujud Tilawah

Jika kamu ingin melakukan sujud tilawah dalam satu kesempatan, berikut adalah langkah-langkahnya.

Tata Cara Sujud Tilawah di Luar Shalat

  1. Pastikan dirimu dalam keadaan suci terlebih dahulu, tidak berhadas serta bernajis. Sebaiknya, kamu mengambil wudhu untuk menjamin kesucian.
  2. Hadapkan diri ke arah kiblat sebagaimana ketika menegakkan shalat.
  3. Lafalkan takbiratulihram sembari mengangkat kedua tangan seperti yang kamu lakukan pada permulaan shalat, lalu diam sejenak.
  4. Lafalkan takbir, lalu turun untuk sujud dengan tidak mengangkat kedua tangan.
  5. Sujudlah satu kali, lalu bangun.
  6. Duduk sejenak tanpa membaca tahiat.
  7. Akhiri dengan salam.

Tata cara sujud tilawah yang didahului dengan berdiri ini merupakan pendapat dari Qadli Husain, Syaikh Abu Muhammad, dan lain-lain.

Dr. Musthafa al-Khin pun mengisyaratkan hal yang serupa dalam kitab karangannya yang berjudul Al-Fiqhul Manhaji.

Beliau menegaskan bahwa syarat sujud yang satu ini adalah takbiratulihram, salam, serta syarat-syarat shalat lain pada umumnya.

Sementara itu, Imam Haramain dan Imam Nawawi memandang aturan tersebut tidak memiliki dasar dan penuturan.

Karenanya, kedua imam tersebut cenderung tidak berdiri terlebih dahulu. Keterangan ini dapat kamu lihat dalam kitab Raudlatut Thalibin wa ‘Umdatul Muftin karangan Imam Nawawi sendiri.

Tata Cara Sujud Tilawah di Dalam Shalat

  1. Setelah membaca ayat sajdah, takbir dengan tidak mengangkat tangan.
  2. Turun untuk bersujud satu kali.
  3. Bangun dari sujud.
  4. Berdiri kembali dan teruskan shalat.
  5. Jika ayat sajdah tersebut terletak di pertengahan surah yang dibaca, kamu kembali berdiri dari sujud dan meneruskan bacaan surah itu hingga selesai, lalu rukuk.
  6. Apabila ayat sajdah terletak di akhir surah, kamu kembali berdiri dan diam sejenak, baru rukuk.

Bacaan Sujud Tilawah Latin, Arab, dan Artinya

Sujud tilawah diawali dengan bacaan berikut ini, seperti yang dituliskan Imam Nawawi dalam kitab Raudlatut Thalibin-nya dengan merujuk pada tiga hadits.

Ketiga hadits dimaksuda adalah hadits sunan an-Nasa’i No. 1117, hadits sunan Abu Dawud No. 1205, dan hadits jamik at-Tirmidzi No. 3347.

سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ

Sajada waj-hiya lilladzii khalaqahu, wa syaqqa sam’ahu wa basharahu, bihaulihi wa quwwatihi.

Artinya:

Wajahku sujud kepada Zat yang telah menciptakannya, dan membuka pendengaran dan penglihatannya dengan daya dan kekuatan-Nya.

Kemudian, disunahkan pula membaca doa berikut ini.

اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِي بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا، وَاجْعَلْهَا لِي عِنْدَكَ ذُخْرًا، وَضَعْ عَنِّي بِهَا وِزْرًا، وَاقْبَلْهَا مِنِّي، كَمَا قَبِلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ

Allaahummaktub lii bihaa ‘indaka ajraa, waj‘alhaa lii ‘indaka dzukhraa, wa dha’ ‘annii bihaa wizraa, waqbalhaa minnii, kamaa qabiltahaa min ‘abdika daawuuda ‘alaihis-salaam.

Masih berdasarkan tulisan Imam Nawawi, kedua doa di atas hanya anjuran. Sifatnya tidak wajib sebagaimana ketidakwajiban sujud tilawah itu sendiri.

Bahkan, kamu diperbolehkan membaca bacaan yang biasa dilafalkan ketika bersujud dalam shalat pada umumnya.

Batalnya Shalat Seorang Makmum

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, sujud tilawah hukumnya sunah bagi yang membaca dan mendengarkan ayat sajdah di dalam ataupun di luar shalat.

Artinya, imam shalat berjamaah termasuk yang disunahkan untuk bersujud tilawah, sedangkan makmum tidak. Mengenai hal ini ada beberapa kentuan yang patut kamu ketahui.

  • Jika imam tidak turun untuk bersujud, makmum tidak boleh mengerjakannya sendirian. Apabila ia tetap mengerjakan, shalatnya batal.
  • Jika imam turun untuk bersujud, makmum wajib mengikuti gerakan imamnya sehingga apabila tidak, shalat sang makmum batal.
  • Jika imam bersujud dan makmum tidak mengikuti karena tidak menyadarinya, shalatnya tidak batal.

Ia boleh melanjutkan shalat tanpa perlu menyusul sujud tilawah. Tunggu saja hingga sang imam kembali berdiri.

Yang Termasuk dalam Ayat Sajdah

Ayat-ayat sajdah atau ayat sujud tilawah merupakan ayat yang istimewa mengingat disyariatkannya sujud ini setelah membaca salah satunya.

Jumlahnya hanya lima belas dari keseluruhan isi Al-Qur’an.

Berikut redaksi tiga belas dari lima belas ayat tersebut disertai dengan tafsir yang akan membuatmu menerka kemungkinan alasan dijadikannya ayat-ayat ini istimewa.

Surah Al-A’raf: 206

إِنَّ ٱلَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِۦ وَيُسَبِّحُونَهُۥ وَلَهُۥ يَسْجُدُونَ

Innalladżiina ‘inda rabbika laa yastakbiruuna ‘an ‘ibaadatihii wa yusabbiḥuunahuu wa lahuu yasjuduun.

Artinya:

Sesungguhnya, malaikat-malaikat yang ada di sisi Rabb-mu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud.

Berdasarkan Tafsir Jalalain, ayat ini memberitahukan bahwa malaikat-malaikat Allah Swt. tidak takabur dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tak layak.

Mereka juga tunduk dan sujud kepada Sang Pencipta. Jadilah manusia yang penghambaannya serupa malaikat.

Surah Ar-Ra’d: 15

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَٰلُهُم بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ

Wa lillaahi yasjudu man fis-samaawaati wal-arḍhi ṭhau’aw wa kar-haw wa dẓilaaluhum bil-guduwwi wal-aaṣhaal.

Artinya:

Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa. (Dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.

Jin, malaikat, manusia, serta makhluk-makhluk-Nya yang lain berserah kepada kehendak dan keagungan Allah Swt. Semua hamba melakukan kepatuhan ini, baik secara sadar maupun tidak.

Bukan hanya diri mereka yang tunduk, melainkan panjang dan pendeknya bayangannya juga demikian patuh pada apa-apa yang diperintahkan dan dilarang oleh-Nya.

Karena itu, sudah merupakan hal yang wajar jika seorang muslim melakukan sujud tilawah setelah membaca ayat ini.

Surah An-Nahl: 49–50

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن دَآبَّةٍ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

(49) Wa lillaahi yasjudu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardhi min daabbatiw wal-malaa-ikatu wa hum laa yastakbiruun.

Artinya:

(49) “Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.

يَخَافُونَ رَبَّهُم مِّن فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

(50) Yakhaafuuna rabbahum min fauqihim wa yaf’aluuna maa yu`maruun.

Artinya:

(50) “Mereka takut kepada Rabb mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).

Seluruh ciptaan-Nya yang berada di langit, yang merayap di bumi, yang berjalan di atasnya, dan malaikat bersujud dan memasrahkan diri semata hanya kepada yang menciptakan mereka.

Karena itu, laksanakanlah sujud tilawah atas ayat ini.

Kemudian, adalah hal yang wajar jika malaikat secara khusus disebutkan dalam ayat 49 mengingat keutamaan yang dimiliki, yaitu selalu dalam keadaan beribadah kepada Allah Swt.

Frasa “segala apa yang berada di langit” membuat para ahli berpikir bahwa Allah Swt. mengisyaratkan keberadaan makhluk ciptaan-Nya yang lain, yang hidup di luar planet bumi.

Kamu mungkin mengenalnya dengan sebutan alien.

Jika terbukti bahwa kehidupan lain itu nyata, berarti kalam Allah Swt. mendahului pembuktian ilmu pengetahuan modern.

Surah Al-Isra’: 109

وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا

Wa yakhiruuụna lil-adzqaani yabkuuna wa yaziiduhum khusyuu’aa.

Artinya:

Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.

“Mereka” dalam ayat 109 ini merujuk pada “orang-orang yang diberi pengetahuan” yang disebut pada ayat 107.

Allah Swt. katakan orang-orang ini akan sujud menyembah-Nya sambil meratap karena ketakutan yang mereka rasakan terhadap Sang Pencipta.

Dengan membaca Al-Qur’an, kekhusyukan mereka pada Zat Yang Mahakuasa makin bertambah.

Ayat ini mencontohkan bagaimana seharusnya sujud tilawah dikerjakan, yaitu dengan penuh rasa takut kepada-Nya juga kekhusyukan.

Surah Maryam: 58

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْرَٰٓءِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَٱجْتَبَيْنَآ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُ ٱلرَّحْمَٰنِ خَرُّوا۟ سُجَّدًا وَبُكِيًّا

Ula-ikalladziina an’amallaahu ‘alaihim minan-nabiyyiina min dzurriyyati aadama wa mim man ḥamalnaa ma’a nuḥiw wa min dzurriyyati ibraahiima wa isra-iila wa mim man hadainaa wajtabainaa, idzaa tutlaa ‘alaihim aayaatur-raḥmaani kharru sujjadaw wa bukiyyaa.

Artinya:

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.

Yang termasuk ke dalam “orang-orang yang telah diberi nikmat” adalah para nabi dari:

  • keturunan Nabi Adam a.s, yaitu Nabi Idris a.s.;
  • orang-orang yang dinaikkan ke atas kapal Nabi Nuh a.s., yaitu cucu dari anak Nabi Nuh yang disebut dengan Sam;
  • keturunan Nabi Ibrahim a.s, yaitu Nabi Ismail a.s, Nabi Ishaq a.s., dan Nabi Ya’qub a.s.;
  • keturunan Bani Israil, yaitu Nabi Musa a.s., Nabi Harun a.s., Nabi Zakaria a.s., Nabi Yahya a.s., serta Nabi Isa a.s., serta
  • orang-orang di antara nabi-nabi yang telah disebutkan di atas.

Para utusan Allah Swt. itu menyungkur bersujud dan menangis jika mendengar ayat-ayat-Nya dibacakan.

Hal ini serupa dengan tata cara sujud tilawah, yaitu bersujud setelah mendengar ayat sajdah.

Sang Pencipta kemudian menghendaki agar para hamba-Nya yang lain bersikap menyerupai nabi-nabi yang mulia tersebut.

Surah Al-Hajj: 18

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يَسْجُدُ لَهُۥ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ وَٱلنُّجُومُ وَٱلْجِبَالُ وَٱلشَّجَرُ وَٱلدَّوَآبُّ وَكَثِيرٌ مِّنَ ٱلنَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ ٱلْعَذَابُ وَمَن يُهِنِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِن مُّكْرِمٍ إِنَّ ٱللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَآءُ

A lam tara annallaaha yasjudu lahuu man fis-samaawaati wa man fil-ardhi wasy-syamsu wal-qamaru wan-nujuumu wal-jibaalu wasy-syajaru wad-dawaabbu wa katsiirum minan-naas, wa katsiirun ḥaqqa ‘alaihil-‘adzaab, wa may yuhinillaahu fa maa lahuu mim mukrim, innallaaha yaf’alu maa yasyaa’.

Artinya:

Apakah kamu tiada mengetahui bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata, dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.

Dalam ayat ini, Allah Swt. merinci siapa-siapa saja yang bersujud hanya kepada-Nya.

Artinya, jika seorang hamba itu mampu melihat, ia akan dapat mengetahui harus kepada siapa ia melabuhkan segenap penghambaan, ketundukan, dan kepatuhan.

Orang-orang mukmin adalah mereka yang merendahkan diri dengan sebenar-benarnya dalam tiap sujudnya.

Sebaliknya, orang-orang kafir, yang azabnya telah ditetapkan Allah Swt, membangkang dan tidak mau bersujud.

Sujud adalah simbol penghambaan sehingga Allah Swt. akan menyengsarakan mereka akibat pembangkangan tersebut dan tak ada siapa pun yang dapat membahagiakan merka setelahnya.

Mudah saja bagi-Nya untuk menghinakan dan memuliakan siapa saja sekehendak-Nya.

Surah Al-Furqan: 60

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱسْجُدُوا۟ لِلرَّحْمَٰنِ قَالُوا۟ وَمَا ٱلرَّحْمَٰنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا

Wa idzaa qiila lahumusjuduu lir-raḥmaani qaaluu wa mar-raḥmaanu a nasjudu limaa ta`murunaa wa zaadahum nufuuraa.

Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Sujudlah kamu sekalian kepada yang Maha Penyayang’, mereka menjawab: ‘Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?’, dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman).

“Mereka”dalam ayat ini merujuk pada penduduk Makkah yang diberi perintah oleh Rasulullah saw. untuk bersujud kepada “Yang Maha Penyayang” (Allah Swt).

Alih-alih menuruti sang nabi, mereka justru mempertanyakan siapa Zat yang dimaksudkan itu.

Karena tidak mengetahuinya, mereka tidak mau mengerjakan apa yang diperintahkan tersebut. Justru bertambah jauhlah mereka dari keimanan setelah datang perintah bersujud.

Nah, mari menganggap suruhan Rasulullah saw. ini datang untukmu.

Agar tak serupa dengan “mereka”, pada ayat ini, kamu harus menerima input “sujudlah pada Allah Swt.” ini dengan berbeda pula, bukan?

Karena itu, kerjakanlah sujud tilawah manakala kamu mendengar atau membaca ayat ke-60 surah Al-Furqan ini.

Surah An-Naml: 25–26

أَلَّا يَسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى يُخْرِجُ ٱلْخَبْءَ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ

(25) Allaa yasjuduu lillaahilladzii yukhrijul-khab-a fis-samaawaati wal-ardhi wa ya’lamu maa tukhfuuna wa maa tu’linuun.

Artinya:

(25) “Agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ

(26) Allaahu laa ilaaha illaa huwa rabbul-‘arsyil-‘azhiim.

Artinya:

Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang besar.

Setan menyesatkan manusia agar tidak mau bersujud kepada Allah Swt.

Padahal, Zat-Nya yang mulia telah mengeluarkan manfaat yang dibawa hujan dan keuntungan yang diberikan tumbuh-tumbuhan.

Ia juga Maha Mengetahui, baik yang disimpan maupun yang diperlihatkan kepada manusia.

Kemudian, ayat ke-26 dimaksudkan untuk memuji Zat-Nya. Setan dapat dikatakan berhasil ketika yang disesatkan tak mau bersujud.

Dalam hal ini, dorongan untuk tidak melakukan sujud tilawah ketika mendengar ayat-ayat sajdah lebih besar daripada keinginan untuk mengerjakannya.

Jadi, misimu adalah menggagalkan upaya penyesatannya.

Surah As-Sajdah: 15

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِـَٔايَٰتِنَا ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا۟ بِهَا خَرُّوا۟ سُجَّدًا وَسَبَّحُوا۟ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Innamaa yu`minu bi-aayaatinalladziina idzaa dzukkiruu bihaa kharruu sujjadaw wa sabbaḥuu biḥamdi rabbihim wa hum laa yastakbiruun.

Artinya:

Sesungguhnya, orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu, mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabb-nya, dan lagi pula, mereka tidaklah sombong.

Ayat ini dapat dianggap sebagai panduan untuk melakukan sujud tilawah, yaitu mendengar ayat Al-Qur’an, bersujud, dan membaca pujian terhadap-Nya.

Jika kamu turut segera bersujud setelah ayat sajdah menghampiri indra pendengaranmu, berarti kamu termasuk dalam orang yang tidak sombong dan mau tunduk pada kebenaran Al-Qur’an.

Surah Fushshilat: 37–38

وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

(37) Wa min aayaatihil-lailu wan-nahaaru wasy-syamsu wal-qamar, laa tasjuduu lisy-syamsi wa laa lil-qamari wasjuduu lillaahilladzii khalaqahunna ing kuntum iyyaahu ta’buduun.

Artinya:

(37) “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah sembah matahari ataupun bulan, tetapi sembahlah Allah tang menciptakannya, jika Ia-lah yang kamu hendak sembah.

فَإِنِ ٱسْتَكْبَرُوا۟ فَٱلَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُۥ بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْـَٔمُونَ

(38) Fa inistakbaruu falladziina ‘inda rabbika yusabbiḥuuna lahuu bil-laili wan-nahaari wa hum laa yas-amuun.

Artinya:

(38) “Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.

Allah Swt. berkuasa menampakkan gejala malam, yaitu bulan, dan siang, yakni matahari.

Seorang hamba tak layak menyembah kedua gejala alam tersebut karena keduanya hanya merupakan benda ciptaan Yang Mahakuasa.

Tunduk dan bersujudlah hanya kepada Sang Pencipta jika memang tiada selain-Nya yang kamu sembah.

Kemudian, ayat selanjutnya berbicara tentang ketidakbutuhan Allah Swt. terhadap sujudnya manusia.

Di sisi-Nya, ada malaikat yang tak jemu-jemu memuji, sujud, tunduk, serta patuh kepada-Nya.

Dapat disimpulkan bahwa perintah sujud datang karena manusia membutuhkannya untuk meredam kesombongan yang kadang melekat, baik disengaja maupun tidak.

Sujud Syukurnya Rasulullah saw.

Di luar lima belas ayat dalam dua belas surah yang telah disebutkan di atas, ada satu ayat lain dalam surah ke-38 (surah Shad), di mana Rasulullah saw. bersujud juga setelah melafalkannya.

Namun, sujudnya Nabi ini bukan termasuk sujud tilawah, melainkan sujud syukur.

Mengapa demikian? Imam an-Nasa’i merekam penjelasan Rasulullah saw. dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas ra. mengenai hal ini.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَجَدَ فِي ص وَقَالَ سَجَدَهَا دَاوُدُ تَوْبَةً وَنَسْجُدُهَا شُكْرًا

‘An ibni ‘abbaasin annan-nabiyya shallallaahu ‘alaihi wa sallama sajada fii shad wa qaala sajadahaa daawudu taubatan wa nasjuduhaa syukraa.

Artinya:

Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw. pernah bersujud ketika membaca surah Shad, lalu beliau bersabda,‘Nabi Daud bersujud dalam surah Shad untuk bertaubat, sedangkan kita sujud untuk bersyukur.’

(Hadits Sunan an-Nasa’i No. 948 – Kitab Iftitah [Pembukaan])

Sujud Taubatnya Nabi Daud a.s.

Adapun ayat yang dilafalkan Rasulullah saw. adalah ayat ke-24 surah Shad yang berisi kisah Nabi Daud a.s. dalam memutus sebuah perkara yang diadukan oleh dua orang yang berselisih.

قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَىٰ نِعَاجِهِۦ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْخُلَطَآءِ لَيَبْغِى بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَقَلِيلٌ مَّا هُمْ وَظَنَّ دَاوُۥدُ أَنَّمَا فَتَنَّٰهُ فَٱسْتَغْفَرَ رَبَّهُۥ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ

Qaala laqad dzalamaka bisu-aali na’jatika ilaa ni’aajih, wa inna katsiiram minal-khulaṭhaa-i layabghii ba’ḍhuhum ‘alaa ba’ḍhin illalladżiina aamanuu wa ‘amiluṣh-ṣhaaliḥaati wa qaliilum maa hum, wa dẓanna daawuudu annamaa fatannaahu fastaghfara rabbahuu wa kharra raaki’aw wa anaab.

Artinya:

Daud berkata, ‘Sesungguhnya, dia telah berbuat dzalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya, kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, dan amat sedikitlah mereka ini’. Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Rabb-nya, lalu menyungkur sujud dan bertaubat.

Prof. Quraisy Syihab menerangkan tafsirnya yang akan saya nukilkan untukmu.

Dikisahkan, Nabi Daud as. langsung menghakimi perselisihan itu hanya dengan mendengarkan cerita dari salah satu pihak, bukan dari keduanya.

Setelah itu, sang nabi menyadari sendiri bahwa penghakimannya keliru dan Allah Swt. membuat peristiwa itu untuk menguji beliau.

Saat itu juga, Nabi Daud a.s. bersujud dengan amat khusyuk sebagai lambang taubat pada Allah Swt.

Penutup

Sujud tilawah hukumnya sunah bagi orang-orang yang membaca dan mendengar ayat-ayat sajdah. Artinya, diperbolehkan sekehendakmu untuk mengerjakan atau tidak mengerjakannya.

Namun, balasan bagi orang yang melakukannya adalah surga, sebuah hadiah yang tak tanggung-tanggung dari Allah Swt.

Sumber:

Jazuli, Moh. 2020. Jurnal: Ayat-ayat Sajadah dalam Al-Qur’an Perspektif Fenomenologi. Sumenep: Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA).

https://islam.nu.or.id/post/read/85302/tata-cara-sujud-tilawah

https://islam.nu.or.id/post/read/95277/batalkah-shalat-makmum-yang-tidak-ikut-sujud-tilawah-imam

https://www.hadits.id/hadits/muslim/115

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=38&nomorayat=24

https://www.hadits.id/hadits/nasai/948

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=13&nomorayat=

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=7&nomorayat=

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=17%20%20%20%20&nomorayat=%20109

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=16&nomorayat=

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=16%20&nomorayat=%2050

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=19&nomorayat=

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=22&nomorayat=

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=25&nomorayat=

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=27%20&nomorayat=%2026

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=32&nomorayat=

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=41%20%20&nomorayat=%2037

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=41%20&nomorayat=%2038