Mengimani Sifat Wajib Rasul, Sifat Mustahil, dan Sifat Jaiz-nya

Sebagai umat Islam, tentu kamu sudah diajarkan untuk mengenal para nabi dan rasul. Bukan hanya mengetahui kisah-kisahnya, sifat wajib rasul pun penting untuk diketahui.

Akan tetapi, tak sedikit orang yang belum memahami sifat wajib rasul ini. Bahkan, tak jarang pula yang masih belum bisa membedakan antara nabi dan rasul.

Oleh sebab itu, kali ini Hasana.id mengulas tentang hal ini. Tulisan kali ini insyaallah akan membantumu memahami lebih lanjut mengenai nabi dan rasul yang ada di dalam agama Islam.

Tidak hanya itu, penjelasan berikut juga akan mengungkapkan apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang rasul.

Sifat Wajib Rasul

Seperti telah diketahui, para rasul Allah Swt. memiliki tanggung jawab dan kedudukan yang lebih besar dibandingkan dengan para nabi lainnya.

Karena itu, untuk dapat menunaikan misi dan tugas besar yang diberikan Allah Swt., para rasul memiliki sifat-sifat wajib. Apa saja sifat wajib rasul tersebut? Simak penjelasannya di bawah ini.

Siddiq: Benar atau Berkata Jujur

Sifat wajib rasul pertama yang harus kamu ketahui adalah siddiq. Siddiq sendiri berarti benar atau berkata jujur.

Seorang rasul tidak mungkin berkata bohong atau berdusta, apalagi jika mengingat tugas Rasul adalah menyampaikan wahyu dari Allah Swt. kepada umat manusia.

Bayangkan saja jika Rasul tidak memiliki sifat siddiq, bisa-bisa apa yang disampaikan tidak sesuai dengan wahyu yang telah diberikan oleh Allah Swt.

Tidak hanya itu, sifat wajib rasul yang satu ini juga membuat para rasul melakukan perbuatannya dengan jujur dan apa adanya.

Sifat siddiq ini tercantum dalam surah Maryam ayat 41 yang menceritakan salah satu kisah Nabi Ibrahim a.s. yang juga dikenal sebagai salah satu rasul Allah Swt.

Adapun bunyi dari ayat tersebut adalah:

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِبْرٰهِيْمَ ەۗ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا

Ważkur fil-kitābi ibrāhīm, innahụ kāna ṣiddīqan nabiyyā.

Artinya:

“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (Al-Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan, seorang nabi.”

Ayat tersebut ternyata berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim a.s. yang menentang ayahandanya.

Beliau menegur sang ayah yang menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan memintanya untuk menjauhi hal-hal yang dapat merugikan.

Amanah: Dapat Dipercaya/Tidak Khianat

Selain tidak mungkin berdusta, seorang rasul juga sangat tidak mungkin berkhianat dan amanah inilah yang menjadi sifat wajib rasul yang kedua.

Sifat ini juga menjadi salah satu alasan Allah Swt. memilih beberapa nabi untuk menjadi rasul-Nya.

Hanya nabi yang memiliki sifat amanah inilah yang dapat dipercaya oleh Allah untuk menyampaikan wahyu dan ajaran Islam sesuai dengan perintah-Nya.

Inilah sifat wajib rasul yang juga sangat diharapkan untuk dimiliki oleh para pemimpin saat ini.

Salah satu ayat yang membahas sifat amanah adalah surah Asy-Syu’ara ayat 106–107 yang berbunyi:

اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ نُوْحٌ اَلَا تَتَّقُوْنَ ۚ اِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ اَمِيْنٌ ۙ

Iż qāla lahum akhụhum nụḥun alā tattaqụn. Innī lakum rasụlun amīn.

Artinya:

“Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu’.”

Tabligh: Menyampaikan Perintah dan Larangan

Selain siddiq dan amanah, sifat wajib rasul yang lainnya adalah tabligh, yang berarti menyampaikan wahyu. Sifat inilah yang menjadi pembeda antara rasul dengan nabi.

Wahyu di sini bisa diartikan sebagai perintah sekaligus larangan yang diberikan oleh Allah Swt. untuk umat-Nya.

Sifat wajib rasul tabligh ini juga fokus pada aktivitas yang bersifat amar ma’ruf nahi munkar yang berarti perintah untuk mengerjakan yang baik dan larangan untuk melakukan yang buruk.

Sebagai seorang yang bertugas untuk menyampaikan wahyu kepada umat manusia, tentu saja para rasul menghadapi banyak cobaan.

Kendati demikian, para rasul masih tetap melaksanakan tugasnya tanpa menambahkan atau pun mengurangi wahyu tersebut.

Sifat wajib rasul yang ketiga ini juga tercantum dalam salah satu ayat suci Al-Qur’an, yakni surah Al-Maidah ayat 67 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

Yā ayyuhar-rasụlu ballig mā unzila ilaika mir rabbik, wa il lam taf’al fa mā ballagta risālatah, wallāhu ya’ṣimuka minan-nās, innallāha lā yahdil-qaumal-kāfirīn.

Artinya:

“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”

Fathanah: Cerdas atau Tidak Mungkin Pelupa

Sifat wajib Rasul yang terakhir fathanah, yang memiliki arti cerdas. Para rasul yang dipilih oleh Allah Swt. merupakan pribadi yang cerdas.

Kecerdasannya itulah yang dapat membantu para Rasul untuk menyampaikan wahyu Allah Swt. dengan penjelasan yang mudah dipahami umat.

Sifat Mustahil Rasul

Selain sifat wajib rasul, ada juga yang disebut sifat mustahil rasul, yaitu sifat-sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh seorang rasul Allah.

Sifat mustahil rasul ini merupakan kebalikan dari sifat wajib rasul. Berikut penjelasan lengkapnya.

Kizbu

Merupakan lawan dari sifat wajib rasul siddiq, kizbul berarti suka berdusta atau berbohong.

Jika dilihat dari artinya, sangat tidak mungkin seorang Rasul akan berkata atau melakukan perbuatan yang tidak jujur.

Dengan tidak memiliki sifat kizbu ini, dijamin wahyu Allah akan disampaikan kepada umat dengan utuh dan benar, tanpa ditambah, dikurangi, atau diubah isinya.

Khianat

Sifat mustahil yang kedua adalah lawan dari sifat wajib rasul amanah. Karena amanah memiliki arti dapat dipercaya maka khianat berarti tidak dapat dipercaya.

Allah Swt. memilih seorang nabi untuk menjadi rasul-Nya karena dapat dipercaya untuk menyampaikan wahyu-Nya.

Jadi, akan sangat mustahil jika Allah Swt. memilih rasul yang tidak dapat dipercaya oleh Allah sendiri maupun oleh umat manusia.

Kitman

Kitman memiliki arti menyembunyikan dan sifat mustahil yang satu ini merupakan lawan dari sifat wajib rasul tabligh atau menyampaikan.

Seorang rasul harus bersifat terbuka dalam menyampaikan wahyu tersebut.

Baik wahyu yang berisi perintah ataupun larangan, kabar gembira maupun ancaman siksa, seluruhnya harus disampaikan apa adanya tanpa ada yang disembunyikan.

Jika memiliki sifat kitman, bisa dipastikan sosok tersebut bukanlah rasul Allah Swt.

Selain itu, jika para rasul memiliki sifat kitman, bisa dipastikan wahyu yang diberikan oleh Allah Swt. pun tidak akan sampai dan diketahui oleh umat manusia sampai saat ini.

Baladah

Sifat mustahil dari seorang rasul yang terakhir adalah baladah, yang berarti dungu atau bodoh dan merupakan kebalikan dari salah satu sifat wajib rasul, yakni amanah.

Jika seorang rasul merupakan orang yang bodoh, bisakah kamu bayangkan bagaimana dirinya akan bisa menyampaikan wahyu kepada umat manusia dengan baik?

Bagaimana pula dirinya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari orang yang masih meragukan wahyu dari Allah Swt.?

Seorang rasul dituntut untuk bisa menyampaikan wahyu dengan baik dan mudah dipahami oleh umatnya sehingga sangat tidak mungkin jika seorang rasul adalah orang yang bodoh.

Bahkan, sejumlah ayat suci dalam Al-Qur’an juga membantah bahwa rasul Allah Swt. memiliki sifat mustahil yang satu ini.

Sifat Jaiz Rasul

Selain memiliki sifat wajib rasul dan juga sifat mustahil, ternyata para rasul juga memiliki sifat jaiz. Sifat jaiz sendiri merupakan sifat yang lebih manusiawi.

Sifat jaiz pada Rasul sendiri juga dikenal dengan istilah al-fardul basyariyah, yang artinya seorang rasul memiliki sifat yang juga dimiliki oleh manusia pada umumnya.

Hal ini juga tertuang dalam salah satu ayat suci dalam Al-Qur’an, surah Al-Mu’minun ayat 33 yang berbunyi:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ

Wa qālal-mala`u ming qaumihillażīna kafarụ wa każżabụ biliqā`il-ākhirati wa atrafnāhum fil-ḥayātid-dun-yā mā hāżā illā basyarum miṡlukum ya`kulu mimmā ta`kulụna min-hu wa yasyrabu mimmā tasyrabụn.

Artinya: “Kami telah mengutus beberapa utusan sebelum engkau, di antara mereka itu ada yang telah kami ceritakan kepadamu dan ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu.”

Perlu kamu ketahui, sifat jaiz pada Rasul hanya melingkupi sifat-sifat yang tidak mengurangi martabat dan kedudukan dari seorang rasul.

Adapun sifat jaiz yang dimiliki oleh para rasul antara lain adalah makan, minum, senang, sedih, merasa lapar, hingga mengantuk.

Perbedaan Rasul dan Nabi

Sedari kecil, kamu sudah diperkenalkan dengan kisah 25 nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Selain itu, tentu kamu juga mengenal dua istilah yang berbeda, yakni nabi dan rasul.

Nabi merupakan seseorang yang diberi wahyu oleh Allah Swt. dengan suatu syariat, tetapi tidak diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umat.

Seseorang yang telah ditunjuk oleh Allah Swt. menjadi nabi diwajibkan untuk mengamalkan sendiri wahyu tersebut.

Berbeda lagi dengan seorang rasul yang mendapat wahyu dari Allah Swt. dengan suatu syariat dan diperintahkan untuk menyampaikan hal tersebut kepada umatnya.

Selain itu, seorang rasul juga sudah pasti diharuskan untuk mengamalkan wahyu tersebut kepada dirinya sendiri, seperti yang dilakukan para nabi.

Dengan demikian, seorang rasul sudah dipastikan termasuk ke dalam golongan nabi. Namun sebaliknya, tidak semua nabi termasuk dalam golongan rasul.

Hanya nabi terpilihlah yang menjadi rasul sehingga wajar jika jumlah rasul lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah nabi.

Firman Allah Swt. yang membahas rasul dan nabi adalah surah Al-Ghafir ayat 78 yang berbunyi:

وَلَقَدۡ اَرۡسَلۡنَا رُسُلًا مِّنۡ قَبۡلِكَ مِنۡهُمۡ مَّنۡ قَصَصۡنَا عَلَيۡكَ وَمِنۡهُمۡ مَّنۡ لَّمۡ نَقۡصُصۡ عَلَيۡكَؕ وَمَا كَانَ لِرَسُوۡلٍ اَنۡ يَّاۡتِىَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰه‌ِۚ فَاِذَا جَآءَ اَمۡرُ اللّٰهِ قُضِىَ بِالۡحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ

Wa laqad arsalnā rusulam ming qablika min-hum mang qaṣaṣnā ‘alaika wa min-hum mal lam naqṣuṣ ‘alaīk, wa mā kāna lirasụlin ay ya`tiya bi`āyatin illā bi`iżnillāh, fa iżā jā`a amrullāhi quḍiya bil-ḥaqqi wa khasira hunālikal-mubṭilụn.

Artinya:

“Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu. rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.”

Mengenal Rasulullah Muhammad saw.

Sebagai umat Islam, tidak salah jika saat ini Nabi Muhammad-lah yang paling kamu kenal sebagai nabi sekaligus rasul pilihan.

Bahkan, Al-Qur’an menyatakan bahwa beliau merupakan rasul yang memiliki akhlak yang mulia dan agung.

Hal tersebut juga terungkap dalam salah satu ayat suci Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 yang berbunyi:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Wa innaka la’alā khuluqin ‘aẓīm.

Artinya:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Tidak hanya itu, Nabi Muhammad saw. juga dikenal sebagai sosok yang selalu memegang teguh dan meneladani sifat-sifat terpuji dari para nabi yang pernah ada sebelumnya.

Hal ini bisa dilihat dari sikap yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw. ketika menghadapi sejumlah masalah.

Salah satunya adalah pada saat beliau dikecam oleh salah satu pengikutnya atas kebijaksanaan beliau dalam membagi harta rampasan perang.

Alih-alih marah dan murka kepada pengikutnya, Nabi Muhammad saw. justru menahan marahnya dan menyabarkan diri.

Beliau berkata kiranya Allah Swt. merahmati Nabi Musa a.s. yang telah mengalami gangguan melebihi gangguan yang dialami oleh diri beliau.

Nabi Muhammad saw. juga menyatakan bahwa beliau harus bisa lebih sabar jika dibandingkan dengan Nabi Musa a.s. yang mendapat cobaan lebih berat.

Sifat Nabi Muhammad saw.

Jika menilik dari penjelasan sebelumnya, bisa disimpulkan jika Nabi Muhammad saw. benar-benar memiliki sifat yang mulia dan agung.

Tidak heran jika sejumlah ahli tafsir juga beranggapan bahwa Nabi Muhammad telah mengamalkan dan meneladani sifat dan sikap terpuji dari para nabi yang telah lebih dulu ada.

Sifat-sifat mulia yang melekat pada diri Nabi Muhammad saw. juga telah tercantum dalam At-Tawbah ayat 128 yang berbunyi:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Laqad jā`akum rasụlum min anfusikum ‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum ḥarīṣun ‘alaikum bil-mu`minīna ra`ụfur raḥīm.

Artinya:

“Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Sifat beliau yang begitu mencintai umat muslim juga diterangkan dalam surah Syu’ara ayat 3 yang berbunyi:

لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

La’allaka bākhi’un nafsaka allā yakụnụ mu`minīn.

Artinya: “Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.”

Tidak mengherankan jika sifat dan sikap tersebutlah yang membuat Allah Swt. memilih Nabi Muhammad saw. sebagai rasul-Nya.

Bahkan, Allah Swt. juga menyebut Nabi Muhammad saw. sebagai suri teladan bagi umat muslim sekaligus sebagai seorang syahid (pembawa kabar gembira dan juga pemberi peringatan).

Hal ini tertera dalam surah Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Laqad kāna lakum fī rasụlillāhi uswatun ḥasanatul limang kāna yarjullāha wal-yaumal-ākhira wa żakarallāha kaṡīrā.

Artinya:

“Sesungguhnya, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Iman kepada Rasul dan Kitab-Nya

Sedari kecil, tentu kamu sudah mengenal rukun iman dalam Islam. Rukun iman dalam Islam terdiri dari 6 poin yang harus diperhatikan dan diimani oleh setiap muslim.

Kata “iman” sendiri berarti percaya dan yakin. Nah, salah satu rukun iman adalah beriman kepada nabi dan rasul. Hal ini tertera dalam hadits yang berbunyi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَوْمًا بَارِزًا لِلنَّاسِ إِذْ أَتَاهُ رَجُلٌ يَمْشِي فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَلِقَائِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ الْآخِرِ

‘An abi hurairah rodiyallahu ‘anhu: anna Rasulullahi shallallahu’alaihi wa sallam kaana yauman baarizan linnasi idza ataahu rajulun yamsyi faqaala: ya Rasulallah, mal iman? Qaala al imanu an tu’mina billahi wa malaaikatihi wa rusulihi wa liqa’ihi wa tu’mina bil ba’tsil akhir.

Artinya:

“Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berada bersama orang-orang, lalu datanglah seorang laki-laki dengan berjalan kaki, lantas bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah iman itu?’ Beliau menjawab, ‘Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, para Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan hari akhir’.” (HR Bukhari No. 4404)

Hadis tersebut berisi kewajiban setiap umat muslim untuk meyakini dan percaya adanya nabi dan rasul dalam agama Islam.

Bahkan, umat muslim yang menolak rukun iman ini dan bersikukuh untuk tidak mempercayai adanya nabi dan rasul akan masuk ke dalam golongan orang-orang kafir.

Nama Nabi dan Rasul dalam Al-Qur’an

Kendati banyak orang yang percaya nabi dan rasul Allah Swt. lebih dari 25, umat muslim wajib mengimani ke-25 nabi dan rasul yang tercantum dalam Al-Qur’an, yaitu:

Berikut nama-nama nabi dan rasul yang tercantum dalam Al-Qur’an.

  1. Adam a.s.
  2. Idris a.s.
  3. Nuh a.s.
  4. Hud a.s.
  5. Shaleh a.s.
  6. Ibrahim a.s.
  7. Luth a.s.
  8. Ismail a.s.
  9. Ishaq a.s.
  10. Ya’qub a.s
  11. Yusuf a.s.
  12. Ayyub a.s.
  13. Syu’aib a.s.
  14. Musa a.s.
  15. Harun a.s.
  16. Dzulkifli a.s.
  17. Daud a.s.
  18. Sulaiman a.s.
  19. Ilyas a.s.
  20. Ilyasa’ a.s.
  21. Yunus a.s.
  22. Zakaria a.s.
  23. Yahya a.s.
  24. Isa a.s.
  25. Muhammad saw.

Di antara ke-25 nabi tersebut, Allah Swt. telah memilih 5 rasul dengan kelebihan yang istimewa, yang dikenal sebagai Ulul Azmi.

Ulul Azmi sendiri memiliki arti para nabi dan rasul yang memiliki ketabahan luar biasa.

Nabi dan rasul yang termasuk dalam Ulul Azmi adalah Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan Nabi Muhammad saw.

Jika dibandingkan dengan para nabi lainnya, nabi yang ditunjuk menjadi rasul memiliki derajat yang lebih tinggi.

Selain itu, para rasul Allah ini juga memiliki kitab masing-masing yang diturunkan oleh Allah Swt. Hal tersebut tertera dalam surah Al-Baqarah ayat 285 yang berbunyi:

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

Āmanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr.

Artinya:

“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ‘Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.’ Dan mereka berkata, ‘Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.’

Keutamaan Beriman kepada Nabi dan Rasul

Kewajiban setiap umat muslim untuk beriman kepada nabi dan rasul tidak hanya karena termasuk ke dalam rukun iman, tetapi juga karena hal itu memiliki beberapa keutamaan.

Adapun keutamaan yang bisa kamu dapatkan dengan mengimani adanya nabi dan rasul adalah:

  1. membuktikan keimanan kepada Allah Swt.;
  2. membuatmu lebih taat dan dekat dengan Allah Swt.;
  3. percaya akan adanya orang-orang pilihan Allah Swt.;
  4. percaya akan kebesaran dan kuasa Allah Swt.;
  5. memiliki hidup yang lebih teratur dan terstruktur;
  6. terhindar dari dosa; serta
  7. mendapatkan ampunan.

Setelah membaca penjelasan di atas, tentu kamu kini sudah tidak bingung lagi mengenai perbedaan nabi dan rasul serta sifat-sifat seorang rasul.

Selain untuk diketahui, tentu sifat wajib rasul juga wajib diteladani. Apalagi, Allah telah menetapkan Muhammad Rasulullah sebagai teladan utama umat Islam.

Source:

https://www.nu.or.id/post/read/50939/pilih-pemimpin-yang-teladani-empat-sifat-nabi

https://islam.nu.or.id/post/read/9540/iman-kepada-para-Rasul-dan-kitab-suci

https://news.detik.com/berita/d-5345367/sifat-wajib-Rasul-beserta-artinya-yang-harus-dicontoh-setiap-muslim

https://konsultasisyariah.com/1611-apa-perbedaan-nabi-dan-Rasul.html

https://islam.nu.or.id/post/read/121063/Rasulullah-dan-cerita-tentang-akhlaknya

https://jabar.nu.or.id/detail/sosok-dan-kepribadian-Rasulullah

https://www.gurupendidikan.co.id/sifat-nabi-dan-Rasul/

https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/fungsi-beriman-kepada-Rasul