Memahami Sifat-Sifat Allah dan Makin Dekat dengan-Nya

Memahami Sifat-Sifat Allah dan Makin Dekat dengan-Nya

Sang Pencipta tentu berbeda dengan ciptaan-Nya, sama halnya dengan pelukis yang pasti berbeda dengan karya lukisannya. Nah, salah satu sifat-sifat Allah Swt. adalah tak sama dengan makhluk.

Sifat-sifat Allah Swt. ini masuk dalam kurikulum Pelajaran Agama Islam untuk tiap jenjang pendidikan, mulai SD hingga SMA dan wajib dihapal. Apa kamu masih hapal semuanya hingga sekarang? Jika iya, selamat untukmu! Namun, bila tidak, jangan merasa malu. Hasana.id yakin kamu tidak sendirian!

Pada artikel kali ini, Hasana.id ingin mengajak kamu untuk mengulang kembali hapalan mengenai sifat-sifat Allah Swt. Tenang, tidak akan diuji, kok!

Hanya saja, dengan menghapal sifat-sifat Allah Swt. ini, kamu akan makin memahami dan makin dekat dengan penciptamu. Ujung-ujungnya, cintamu kepada Allah pasti akan bertambah.

Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Allah Swt. pernah berfirman:

وَإِنْ اقْتَرَبَ إِلَيَّ شِبْرًا اقْتَرَبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَإِنْ اقْتَرَبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا اقْتَرَبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

Wa in iqtaraba ilayya syibran, aqtarabtu minhu dziraa’an. Wa in iqtarabaa ilayya dziraa’an, aqtarabtu ilaihi baa’an. Wa in ataanii yamsyii, ataituhu harwalatan.

Artinya:

“… Jika ia (hamba-Ku) mendekat kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari…”

Panjang jengkal dalam hadis ini adalah sejarak rentangan ujung ibu jari hingga ujung jari kelingking, sedangkan panjang hasta adalah sepanjang siku sampai ujung jari tengah.

Maka, ucap basmalah dan niatkan memahami sifat-sifat Allah Swt. untuk mendekatkan diri pada-Nya. Siapa pun yang dekat dengan penciptanya, dunia akan mudah berada dalam genggaman karena Zat yang Maha Segala yang memberi dukungan.

Jadi, sudah siap untuk semakin mengenal Allah Swt. melalui sifat-sifat-Nya? Baca artikel ini sampai habis, ya!

20 Sifat Wajib bagi Allah Swt. Beserta Artinya

Apa saja sifat-sifat Allah Swt yang wajib ada pada-Nya dan wajib pula kamu ketahui? Berikut daftarnya.

  1. Wujud = ada
  2. Qidam = tak memiliki permulaan
  3. Baqa’ = kekal
  4. Mukhalafatu lil hawaditsi = tidak sama dengan yang baru/berbeda dari makhluk
  5. Qiyamuhu binasihi = berdiri sendiri
  6. Wahdaniyah = esa
  7. Kudrat = kuasa
  8. Iradat = menentukan
  9. ‘Ilmu = mengetahui
  10. Hayat = hidup
  11. Sama’ = mendengar
  12. Bashar = melihat
  13. Qalam = berkata-kata
  14. Kaunuhu qadiran = Zat yang Kuasa
  15. Kaunuhu muridan = Zat yang Menentukan
  16. Kaunuhu ‘aliman = Zat yang Mengetahui
  17. Kaunuhu hayyan = Zat yang Hidup
  18. Kaunuhu sami’an = Zat yang Mendengar
  19. Kaunuhu bashiran = Zat yang Melihat
  20. Kaunuhu mutakalliman = Zat yang Berkata-kata

Empat Pembagian Sifat-Sifat Allah Swt. yang Wajib Ada Pada-Nya

Sifat-sifat Allah Swt. yang wajib dibagi menjadi empat bagian, yaitu sifat nafsiyah (berkaitan dengan zat Allah), sifat salbiyah (yang menghilangkan sifat berseberangan dengan yang wajib), sifat ma’ani (yang pasti ada), dan sifat ma’nawiyah (yang lazim ada).

Berikut ini merupakan penjabaran mengenai klasifikasi-klasifikasi tersebut disertai dengan 20 sifat wajib Allah dan penjelasannya.

Sifat Nafsiyah

Sifat nafsiyah adalah sifat kaitannya adalah dengan zat Allah Swt. Dari 20 sifat-sifat Allah Swt. yang wajib, hanya 1 yang termasuk dalam kategori ini, yaitu wujud.

Wujud (Ada)

Sifat wujud dikenakan pada Allah Swt. sekalipun Allah Swt. tak terindra oleh makhluk-Nya. Hal ini berkaitan erat dengan rukun iman yang pertama, yaitu mengimani keberadaan Allah Swt. sekaligus percaya bahwa Ia Swt. ialah Tuhan yang tunggal.

Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 10 menuliskan bahwa eksistensi Allah Swt. tak bisa diragukan yang sebabnya dapat ditemukan dalam surah al-Furqan ayat 61.

قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِى ٱللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ

Qaalat rusuluhum afillaahi syakkun faathiris-samaawaati wal-ardh.

Artinya:

Berkata rasul-rasul mereka: ‘Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?” (Surah Ibrahim: 10)

تَبَارَكَ ٱلَّذِى جَعَلَ فِى ٱلسَّمَآءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَٰجًا وَقَمَرًا مُّنِيرًا

Tabaarakalladzii ja’ala fis-samaa`i buruujaw wa ja’ala fiihaa siraajaw wa qamaram muniiraa.

Artinya:

Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” (Surah al-Furqan: 61)

Sifat Salbiyah

Sifat salbiyah merupakan sifat yang menghilangkan sifat yang berseberangan dengan sifat wajib. Dalam sifat salbiyah ini ada beberapa sifat, seperti baqa’, qidam, qiyamuhu binafsihi, mukhalafatu lil hawaditsi, dan wahdaniyah.

Qidam (Tak Memiliki Permulaan)

Allah Swt. disifati tak memiliki permulaan karena tak ada satu pun yang eksistensinya mendahului Allah Swt. Hal ini sulit diterima oleh nalar mereka yang tak percaya akan keberadaan Tuhan.

Orang-orang ateis ini mendasarkan argumennya pada teori ‘segala sesuatu pasti memiliki pendahulu’, contohnya seperti manusia dan angka. Manusia yang lahir di dunia pasti memiliki orang tua yang merupakan pendahulunya.

Begitu juga dengan angka yang dapat dibilang akibat penjumlahan dari bilangan lain sebagai bilangan pendahulunya. Dari mana manusia bisa mendapatkan angka 2? Tentu saja dari menjumlahkan angka 1 sebanyak dua kali. Begitu seterusnya untuk angka-angka yang lain.

Sekilas, dua contoh di atas terkesan cerdas untuk membantah sifat qidam pada Allah Swt. Namun, seorang muslim dapat mematahkan argumen tersebut dalam waktu singkat menggunakan pola berpikir yang sama.

Pertama, tidak semua manusia memiliki pendahulu karena pasti ada yang mula-mula tercipta tanpa orang tua. Seorang muslim meyakininya sebagai nabi Adam a.s. Miliaran orang yang menyesaki bumi hari ini, awalnya pasti berasal dari satu orang saja.

Kedua, ada angka yang bisa dibilang tanpa terlebih dahulu melalui proses penjumlahan dari bilangan-bilangan lain, yaitu 0. Angka 0 bukan didapat dari menambahkan bilangan tertentu dengan bilangan lainnya.

Baqa’ (Kekal)

Allah Swt disifati kekal karena tak ada yang dapat membuat Sang Pencipta binasa. Sebagaimana tak ada yang mendahului Allah Swt. dalam hal penciptaan, tak ada pula yang dapat mengakhiri eksistensi Zat yang Mahakuasa.

Mukhalafatu Lil Hawaditsi (Tidak Sama dengan yang Baru)

Sifat ini artinya eksistensi Allah Swt. tidak bisa disamakan dengan elemen-elemen penciptaan yang baru yang dapat dibuat dan dihancurkan. Sifat demikian dapat juga diartikan berbeda dengan makhluk yang bisa diciptakan dan dibinasakan.

Penegasan akan sifat ini ada dalam Al-Qur’an surah asy-Syura ayat 11:

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

… laisa kamitslihii syai’un wahuwas-samii’ul-bashiir.

Artinya:

“… Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.”

Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri)

Allah Swt. disifati berdiri sendiri atau berdiri dengan dirinya sendiri karena tidak membutuhkan lainnya atau tempat tertentu untuk menjadikan Zat-Nya ada.

Sifat ini ditegaskan berkali-kali dalam Al-Qur’an, seperti pada surah al-‘Ankabut ayat 6, al-Ikhlas ayat 2, dan Fathir ayat 15 bahwa Ia tidak membutuhkan apa pun, tetapi justru menjadi tempat bergantung segala sesuatu.

وَمَن جَٰهَدَ فَإِنَّمَا يُجَٰهِدُ لِنَفْسِهِۦ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ ٓ

Wa man jaahada fa innamaa yujaahidu linafsih, innallaaha laghaniyyun ‘anil-‘aalamiin.

Artinya:

Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Surah al-‘Ankabut: 6)

ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ

Allaahush-shamad.

Artinya:

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (Surah al-Ikhlas: 2)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلْفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ

Yaa ayyuhan-naasu antumul-fuqaraa`u ilallaah, wallaahu huwal-ghaniyyul-ḥamiid.

Artinya:

Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah, Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (Surah Fathir: 15)

Wahdaniyah (Esa)

Allah Swt. disembah sebagai Ilah yang satu dan tidak ada selain-Nya. Hal ini berarti Allah Swt. menjadi satu-satunya tempat untuk memanjatkan permohonan bagi para hamba.

Misalnya, jika ingin hasil padi melimpah saat panen, para petani muslim harus mencukupkan diri mereka untuk meminta pertolongan hanya pada Allah Swt. saja tanpa melakukan ritual tambahan bagi ‘dewi padi’.

Surah al-Mu’minun ayat 91 dalam Al-Qur’an mengokohkan sifat wahdaniyah ini.

مِنْ إِلَٰهٍ إِذًا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍۭ ۥبِمَا خَلَقَ مَا ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ

Mattakhadzallaahu miw waladiw wa maa kaana ma’ahuu min ilaahin idzal ladzahaba kullu ilaahim bimaa khalaqa wa la’alaa ba’dhuhum ‘alaa ba’ḍh, sub-ḥaanallaahi ‘ammaa yashifuun.

Artinya:

Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.” (Surah al-Mu’minun: 91)

Tiap seorang muslim membaca ayat pertama surah al-Ikhlas pun, sejatinya ia sedang berkata bahwa Allah Mahaesa.

Sifat Ma’ani

Sifat ma’ani adalah sifat yang pasti ada pada Allah Swt., ada tujuh sifat dalam klasifikasi sifat ini. Ketujuh sifat tersebut adalah iradat, qudrat, hayat, ‘ilmu, bashar, sama’, dan kalam.

Qudrat (Kuasa)

Allah Swt. disifati qudrat karena eksistensi semua benda di alam semesta ini menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Turunnya hujan, bergantinya siang dan malam, tumbuhnya tanam-tanaman, terpisahnya daratan dengan lautan, dan lain sebagainya, kesemuanya merupakan tanda bahwa ada yang berkuasa mengatur demikian.

Lebih lanjut, Allah Swt. bahkan berkuasa mencabut nikmat penglihatan dan pendengaran manusia, seperti tertera dalam surah al-Baqarah ayat 20.

وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَٰرِهِمْ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Walau syaa-allaahu ladzahaba bisam’ihim wa abshaarihim, innallaaha ‘alaa kulli syai`in qadiir.

Artinya:

Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Bukan pula hal yang sulit bagi-Nya untuk memusnahkan siapa saja dan mengganti mereka dengan generasi yang baru. Surah Fathir ayat 16 dan 17 mengatakan demikian.

إِن يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَمَا ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ بِعَزِيزٍ

Iy yasya` yudz-hibkum wa ya`ti bikhalqin jadiid. Wa maa dzaalika ‘alallaahi bi’aziiz.

Artinya:

Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.

Iradat (Menentukan)

Sifat ini berkaitan erat dengan takdir makhluk. Allah Maha Menentukan segala yang terjadi dari awal penciptaan yang pertama kali hingga akhir. Tiap-tiap yang berjiwa sudah Allah Swt. tentukan perjalanannya.

Akan tetapi, hal ini bukan berarti manusia tidak dapat bebas berkehendak menjalani kehidupannya sendiri. Allah Swt. memberikan kebebasan pada masing-masing individu untuk memilih jalan hidupnya dengan panduan berupa Al-Qur’an dan sunah.

‘Ilmu (Mengetahui)

Allah Maha Tahu segala hal yang ada di bumi, baik diutarakan maupun dipendam, baik diperlihatkan maupun dirahasiakan.

Allah Swt. juga mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, sehingga pasti hanya memberikan yang terbaik dan dibutuhkan oleh hamba-Nya.

Seperti yang tertulis dalam surah al-An’am ayat 59:

وَعِندَهُ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُو وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَمَا ۥ تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ َ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

Wa ‘indahuu mafaatiḥul-ghaibi laa ya’lamuhaa illaa huw, wa ya’lamu maa fil-barri wal-baḥr, wa maa tasquṭhu miw waraqatin illaa ya’lamuhaa wa laa ḥabbatin fii ẓhulumaatil-arḍhi wa laa raṭhbiw wa laa yaabisin illaa fii kitaabim mubiin.

Artinya:

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan. Dan, tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). Dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).”

Hayat (Hidup)

Sifat ini dikenakan pada Allah Swt. karena mustahil bagi-Nya untuk binasa. Dalil yang menguatkan sifat hayat ini ada dalam Al-Qur’an surah al-Furqan ayat 58.

وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا

Wa tawakkal ‘alal-ḥayyilladzii laa yamuutu wa sabbiḥ biḥamdih, wa kafaa bihii bidzunuubi ‘ibaadihii khabiiraa.

Artinya:

Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.

Sama’ (Mendengar)

Allah Maha Mengetahui segala perkataan manusia, baik yang diucapkan keras-keras maupun dalam hati karena Allah juga Maha Mendengar, seperti firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 256.

فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Fa may yakfur biṭh-ṭhaaghuuti wa yu`mim billaahi fa qadistamsaka bil-‘urwatil-wutsqaa lanfishaama lahaa, wallaahu samii’un ‘aliim

Artinya:

Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Sifat ini tidak bisa dibantah sekalipun seseorang membuktikannya dengan menunjukkan bahwa permohonannya tidak dikabulkan karena ‘Allah Swt. tidak mendengar doanya’.

Sungguh, tak ada doa yang tak didengar dan tak dikabulkan. Jika belum terkabul, mungkin doanya terhambat karena memintanya yang tidak benar. Kemungkinan lain, permohonan tersebut akan diberikan di waktu yang tepat. Ingat, bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang baik untuk hamba-Nya.

Bashar (Melihat)

Sifat ini dikenakan pada Allah Swt. karena Ia Maha Melihat. Tidak ada blind spot pada ‘penglihatan-Nya’. Semua yang dilakukan manusia dari lahir hingga tutup usia senantiasa terlihat oleh Allah Swt.

Jika seorang muslim meyakini sifat ini ada pada Allah Swt, seharusnya hanya perbuatan baik yang ia lakukan karena malu dipandang-Nya saat berbuat amal buruk. Allah Swt. menegaskan sifat wajib ini berulang-ulang dalam Al-Qur’an, misalnya dalam surah al-Hujurat ayat 18 dan surah al-Hadid ayat 4.

إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Innallaaha ya’lamu ghaibas-samaawaati wal-ardh, wallaahu bashiirum bimaa ta’maluun.

Artinya:

Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Hujurat: 18)

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Wa huwa ma’akum aina maa kuntum, wallaahu bimaa ta’maluuna bashiir.

Artinya:

Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Hadid: 4)

Kalam (Berkata-Kata)

Bukti dari sifat ini tidak lain dan tidak bukan adalah Al-Qur’an yang diturunkan sebagai mukjizat bagi Rasulullah saw. Isinya adalah salinan perkataan Allah Swt. yang disampaikan melalui malaikat Jibril as. sebagai pembawa wahyu.

Allah Swt. juga memberikan nabi Musa as. kemampuan untuk mendengar-Nya berbicara langsung, seperti yang telah difirmankan dalam surah an-Nisa’ ayat 164.

وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا

Wa kallamallaahu mụsaa takliimaa.

Artinya:

Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.

Sifat Ma’nawiyah

Sifat ma’nawiyah merupakan sifat yang lazim ada pada Allah Swt. sebagai akibat disifatinya Sang Maha Esa dengan sifat ma’ani. Artinya, sifat ma’nawiyah menegaskan keberadaan-Nya sebagai Zat yang memiliki sifat ma’ani. Oleh karenanya, jumlah sifat ini juga sama banyak dengan sifat ma’ani.

Ma’nawiyah terdiri dari beberapa sifat, yaitu kaunuhu qadiran, kaunuhu ‘aliman, kaunuhu muridan, kaunuhu hayyan, kaunuhu bashiran, kaunuhu sami’an, dan kaunuhu mutakalliman.

20 Sifat Mustahil Allah dan Artinya

Jika terdapat sifat-sifat Allah Swt yang wajib, ada pula sifat yang tidak mungkin atau mustahil melekat pada-Nya. Jumlahnya juga sebanyak dua puluh buah yang masing-masing dinafikan oleh sifat wajib di atas. Berikut daftarnya.

  1. ‘Adam = tidak ada
  2. Hudus = baru
  3. Fana = binasa atau rusak
  4. Mumasalatu lilhawaditsi = sama dengan makhluk-Nya
  5. Ijtiyaju lighairihi = bersandar pada lainnya
  6. Ta’adud = berbilang
  7. Ajzun = lemah
  8. Karahah = terpaksa
  9. Jahlun = bodoh
  10. Mautun = mati
  11. Shamamun = tuli
  12. Ama = buta
  13. Kaunuhu ‘ajiyan = Zat yang lemah
  14. Bakamun = bisu
  15. Kaunuhu jahilan = Zat yang bodoh
  16. Kaunuhu karihan = Zat yang terpaksa
  17. Kaunuhu ‘ama = Zat yang buta
  18. Kaunuhu abkama = Zat yang bisu
  19. Kaunuhu ashamma = Zat yang tuli
  20. Kaunuhu mayyitan = Zat yang mati

Hubungan 20 Sifat-Sifat Allah Swt. dengan 99 Asmaulhusna

Asmaulhusna jika diartikan secara bahasa adalah nama-nama yang indah. Allah Swt. memilih kata dan menamai sendiri zat-Nya yang sempurna menggunakan nama-nama tersebut.

Sebut saja pada bacaan basmalah, “bismillahirrahmanirrahim (bismillahi ar-rahman ar-rahim)”. Allah Swt. menyifati Zat-Nya dengan Ar-Rahman yang berarti Maha Pengasih serta Ar-Rahim yang artinya Maha Penyayang.

Allah Swt. kemudian mengajarkan ucapan basmalah tersebut kepada Rasulullah saw. yang ummi (tidak bisa baca-tulis) melalui kalam-Nya yang disampaikan oleh malaikat Jibril as. Pada akhirnya, kalam mulia itu diajarkan pada kaum muslimin oleh Sang Pembawa Risalah.

Kecuali surah at-Taubah, basmalah selalu menjadi awalan semua surah dalam Al-Qur’an. Di samping itu, seorang muslim dianjurkan pula untuk mengucapkan basmalah sebelum mengutarakan permohonan dan memulai kegiatan apa pun jika ia ingin aktivitas yang dilakukannya bernilai ibadah di mata Allah Swt.

Artinya, Allah Swt. mengajarkan pada seluruh hamba-Nya untuk memuji Zat-Nya yang Sempurna menggunakan asmaulhusna, nama-nama yang dipilih sendiri oleh-Nya.

Tak perlu bingung dengan perbedaan 20 sifat-sifat Allah Swt. di atas dengan 99 asmaulhusna yang tersebar pada ayat-ayat Al-Qur’an. Sejatinya, yang berbeda hanya jumlahnya saja, sedangkan esensinya tetaplah sama, yaitu menyifati Allah Swt. dengan sifat-sifat yang membuat-Nya sempurna.

Dengan demikian, tidak benar anggapan bahwa sifat-sifat Allah Swt. yang wajib mengingkari asmaulhusna, bahkan beberapa di antaranya memiliki makna yang sama, seperti sama’ (mendengar) dengan As-Sami’ (Yang Maha Mendengar) dan bashar (melihat) dengan Al-Bashir (Yang Maha Melihat).

Bagaimana mungkin dua kata dengan makna yang sama saling menolak satu sama lain? Di samping itu, perumus 20 sifat-sifat Allah Swt. wajib, Imam as-Sanusi, turut menulis kitab Syarhal-Asma’ al-Husna untuk menyelami kandungan asmaulhusna.

Hasana.id akan menguraikan sepertiga dari 99 sifat Allah Swt. untukmu dalam daftar di bawah ini.

  1. Ar-Rahman = Yang Maha Pengasih
  2. Ar-Rahim = Yang Maha Penyayang
  3. Al-Malik = Maharaja
  4. Al-Quddus = Yang Mahasuci
  5. As-Salam = Yang Mahasejahtera
  6. Al-Mu’min = Yang Maha Tepercaya
  7. Al-Muhaimin = Yang Maha Memelihara
  8. Al-‘Aziz = Yang Maha Perkasa
  9. Al-Jabbar = Yang Mahakuasa
  10. Al-Mutakabbir = Yang Maha Memiliki Kebesaran
  11. Al-Khaliq = Yang Maha Pencipta
  12. Al-Bari’ = Yang Maha Mengadakan
  13. Al-Mushawwir = Yang Maha Membuat Bentuk
  14. Al-Ghaffar = Yang Maha Pengampun
  15. Al-Qahhar = Yang Maha Perkasa
  16. Al-Wahhab = Yang Maha Pemberi
  17. Ar-Razzaq = Yang Maha Pemberi Rezeki
  18. Al-Fattah = Yang Maha Pembuka
  19. Al-‘Alim = Yang Maha Mengetahui
  20. Al-Qabidh = Yang Maha Menyempitkan
  21. Al-Basith = Yang Maha Melapangkan
  22. Al-Khafidh = Yang Maha Merendahkan
  23. Ar-Rafi’ = Yang Maha Meninggikan
  24. Al-Mu’iz = Yang Maha Memuliakan
  25. Al-Mudzil = Yang Maha Menghinakan
  26. As-Sami’ = Yang Maha Mendengar
  27. Al-Bashir = Yang Maha Melihat
  28. Al-Hakam = Yang Maha Memutuskan Hukum
  29. Al-‘Adl = Yang Mahaadil
  30. Al-Lathif = Yang Mahalembut
  31. Al-Khabir = Yang Maha Mengetahui
  32. Al-Halim = Yang Maha Penyantun
  33. Al-‘Azhim = Yang Maha Agung

Selamat, kamu sudah berusaha untuk selangkah lebih dekat pada-Nya! Dengan mengenali sifat-sifat Allah Swt, baik yang wajib ada dan yang mustahil melekat pada-Nya, kamu akan lebih memahami hakikat Sang Pencipta.

Sumber:

http://www.piss-ktb.com/2011/11/673-aqidah-arti-sifat-nafsiyah-salbiyah.html

https://islam.nu.or.id/post/read/87676/dalil-dan-penjelasan-tentang-20-sifat-wajib-bagi-allah

http://www.piss-ktb.com/2012/10/seluruh-orang-mukallaf-wajib-mengetahui.html

Departemen Agama RI. 2005. Al-Jumanatul ‘Ali Al Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit Jumanatul ‘Ali-Art (J-ART).

https://islam.nu.or.id/post/read/87703/hubungan-20-sifat-wajib-bagi-allah-dengan-al-asma-al-husna

Mengenal 20 Sifat Allah SWT

https://www.santrikampung.com/2019/08/duapuluh-20-sifat-mustahil-bagi-allah.html