Tata Cara Sholat Idul Fitri dan Hukumnya Jika Dilakukan di Rumah

Idul Fitri merupakan hari spesial satu tahun sekali bagi umat Islam yang kedatangannya selalu dinanti-nantikan. Untuk itu, melaksanakan amalan-amalan di momen ini sangat dianjurkan, terutama sholat Idul Fitri.

Sholat Idul Fitri sendiri hukumnya adalah sunah muakkadah atau sangat dianjurkan. Ibadah ini sudah disyariatkan sejak tahun kedua hijriah.

Nabi Muhammad pun tidak pernah meninggalkannya sampai beliau wafat. Kemudian, amalan serupa dilanjutkan oleh para sahabat Rasulullah hingga sekarang.

Sholat Idul Fitri dapat dikerjakan mulai dari matahari terbit sampai ketika masuk waktu zuhur. Untuk menjalankannya, dianjurkan memperlambatnya dengan alasan untuk memberi kesempatan bagi mereka yang belum melakukan zakat fitrah.

Hal ini berbeda dengan sholat Idul Adha yang dianjurkan untuk dikerjakan awal waktu guna memberi kesempatan kepada orang-orang yang ingin berkurban setelah sholat id selesai dilakukan.

Sholat Idul Fitri dilakukan secara berjamaah sebanyak dua rakaat. Di dalam rangkaiannya juga terdapat khutbah seusai sholat.

Akan tetapi, apabila terlambat datang ke masjid atau tempat dilaksanakannya sholat id, atau ada halangan lain, boleh dilakukan secara munfarid (sendiri) di rumah daripada tidak sama sekali.

Oleh karena kesempatan ini hanya ada dalam satu tahun sekali, tentunya kamu ingin melaksanakannya sesempurna mungkin, bukan?

Apabila kamu ingin mengetahui bagaimana tata cara praktek sholat Idul Fitri yang benar, Hasana.id telah memaparkannya melalui informasi di bawah ini.

Pastikan untuk menyimak penjelasannya baik-baik, ya!

Tuntunan Sholat Idul Fitri

Secara umum, syarat dan rukun sholat Idul Fitri tidak jauh berbeda dengan sholat lima waktu, tak terkecuali perihal sesuatu yang dapat membatalkannya.

Namun, ada beberapa aktivitas yang secara teknis sedikit berbeda dengan sholat lain pada umumnya dan bersifat sunah.

Tata cara sholat Idul Fitri lengkap dengan bacaannya bisa kamu simak di bawah ini.

Niat

Niat adalah poin utama yang wajib dilakukan untuk memulai suatu ibadah, termasuk sholat Idul Fitri. Ada pun lafal niat sholat Idul Fitri dalam bahasa Arab beserta artinya adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ )مَأْمُوْمًاإِمَامًا( لِلهِ تَعَــــالَى

ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini ma’mûman/ imâman lillahi ta’alaa

Artinya:

“Aku berniat sholat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”

Lafal di atas merupakan bacaan niat sholat Idul Fitri berjamaah yang hukum pelafalannya adalah sunah sehingga bisa kamu baca dalam hati saja.

Lantas, kenapa niat itu wajib? Yang wajib di sini adalah seara sadar dan sengaja dalam batin seseorang hendak melaksanakan sholat Idul Fitri.

Apabila pada sholat lima waktu ditandai dengan azan dan iqamah, beda halnya dengan sholat Idul Ftri karena tidak disunahkan. Saat sholat hendak dimulai, cukup menyerukan “ash-shalâtu jâmi‘ah”.

Takbiratul Ihram

Lakukan takbiratul ihram berbarengan dengan melafalkan niat dalam hati. Setelahnya baca doa iftitah.

Berbeda dengan sholat lain pada umumnya, setelah doa iftitah disunahkan untuk melakukan takbir kembali hingga tujuh kali untuk rakaat pertama.

Di sela-sela takbir, kamu dianjurkan untuk membaca doa sebagai berikut.

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Allahu Akbar Kabiira Walhamdu Lillahi Katsiran wa Subhaanallahi Bukratan wa Ashiila

Artinya:

“Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”

Selain itu, boleh juga membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

Subhanallahi walhadulillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar

Artinya:

“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”

Membaca Surat Al-Fatihah

Setelah takbir selesai dilakukan, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membaca Surat Al-Fatihah. Kemudian, dilanjut dengan membaca salah satu surat dalam Al-Qur’an, ada pun surat yang disunahkan adalah Surat Al-A’la.

Lanjutkan ke rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kembali, dan seterusnya sebagaimana yang dilakukan pada sholat biasa.

Berdiri Kembali

Dalam posisi ini pada rakaat kedua, lakukan takbir sebanyak lima kali sembari mengangkat tangan dan melafalkan bacaan takbir. Di sela-sela takbir, baca lagi doa seperti yang telah dijelaskan pada poin dua di atas.

Setelah itu, kembali membaca Surat Al-Fatihah dan surat pendek dalam Al-Qur’an di mana dalam rakaat kedua ini, surat yang disunahkan untuk dibaca adalah Al-Ghasyiyah.

Lanjutkan dengan rukuk, sujud, kemudian duduk di antara dua sujud, lalu sujud kedua, setelah itu tasyahud akhir, dan salam.

Jangan Langsung Pulang

Begitu sholat Idul Fitri telah selesai dikerjakan, jamaah disarankan untuk tidak buru-buru meninggalkan masjid untuk mendengarkan khutbah terlebih dahulu sampai selesai.

Sholat Idul Fitri di Rumah

Ketika hari raya Idul Fitri tiba, umat Islam yang tidak memiliki uzur dianjurkan untuk keluar rumah. Termasuk untuk perempuan yang sedang berhalangan atau haid.

Perempuan yang sedang haid memang tidak diperkenankan untuk melakukan sholat Idul Fitri, tetapi ia dianjurkan untuk turut mengambil keberkahan pada momen ini dan merayakan kebaikan bersama umat Islam lainnya.

Semua orang Islam pada momen ini sangat dianjurkan untuk menampakkan kebahagiaan.

Kapan Boleh Sholat Idul Fitri di Rumah?

Namun, bagaimana dengan situasi pandemi yang akhir-akhir ini sedang terjadi? Apakah kita sebagai umat muslim tetap wajib untuk keluar rumah demi merayakan hari raya ini padahal hal itu sangat berisiko?

Atau demi saling menjaga satu sama lain dari kejadian yang tidak diinginkan, apakah umat muslim dilarang untuk merayakan Idul Fitri di masa pandemi?

Pada situasi seperti ini, ibadah apa pun bisa dilakukan dari rumah, tak terkecuali sholat Idul Fitri. Begitu pun dengan silaturahmi.

Bagi yang memiliki kebiasaan mengunjungi saudara atau kerabat pada hari raya ini, bisa menggantinya dengan saling bertukar pesan atau telepon hingga video call. Yang terpenting adalah tidak saling melupakan dan tali silaturahmi tetap terjaga.

Perihal sholat Idul Fitri, apakah kamu sudah mengetahui bagaimana tata caranya apabila dilakukan di rumah? Sejatinya, tata cara sholat Idul Fitri di rumah tak jauh berbeda dengan yang dilakukan di masjid atau lapangan.

Kamu bisa melakukannya secara berjamaah dengan keluarga. Namun apabila tinggal sendirian dan tidak bisa bertemu keluarga, kamu juga bisa mengerjakannya sendiri (munfarid).

Jika dikerjakan secara munfarid, perbedaan terletak pada niatnya dan tidak perlu ada khutbah. Ada pun niat sholat Idul Fitri yang dilakukan sendirian atau munfarid bisa dilihat di bawah ini.

أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَي لِلهِ تَعَــــالَى

ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini ma’mûman/ imâman lillahi ta’alaa

Artinya:

“Aku berniat sholat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”

Setelah membaca niat, lanjutkan dengan rangkaian yang sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Apabila sholat Idul Fitri dilakukan secara berjamaah dengan keluarga, imam atau khatib yang telah ditunjuk lantas berdiri untuk menyampaikan dua khutbah.

Jika kamu atau salah satu anggota keluarga yang lain ditunjuk untuk menjadi imam atau khatib dalam sholat Idul Fitri di rumah, tetapi masih tidak terlalu menguasai tata cara khutbahnya, simak penjelasan berikut.

Tata Cara Khutbah Idul Fitri di Rumah

Meskipun sholat Idul Fitri dilaksanakan di rumah, penyampaian khutbah tetap disunahkan. Berikut ini tata cara khutbah ketika kita melaksanakannya di rumah.

Pada khutbah pertama, khatib harus menghadap jamaah kemudian mengucapkan salam. Setelah itu, baca takbir sebanyak sembilan kali, disusul dengan membaca tahmid atau hamdalah.

Jika sudah, baca selawat nabi (allahumma shalli ‘alā sayyidinā Muhammad…) dan wasiyyat bit taqwa (ūshīkum wa iyyāya bi takwallāh…).

Jika sudah, sampaikanlah nasihat ketakwaan sejenak, diutamakan hal penting seperti zakat fitrah. Lanjutkan dengan membaca salah satu ayat Al-Qur’an dan tutup khutbah pertama dengan bacaan “bārakallāhu lī wa lakum, wa nafa‘anī wa iyyākum…”

Ada pun untuk khutbah kedua, khatib wajib membaca takbir sebanyak tujuh kali dilanjutkan dengan membaca tahmid, selawat nabi, dan wasiyyat bit taqwa. Setelahnya baca salah satu ayat Al-Qur’an.

Setelahnya, baca doa ampunan untuk umat Islam (allāhummaghfir lil muslimīna wal muslimāt…) dan doa sapu jagat. Tutup khutbah kedua dengan bacaan “ibādallāh, innallāha ya’murukum bil ‘adli wal ihsān…” dan ucapkan salam.

Mengingatkan kembali bahwa hukum khutbah pada Idul Fitri adalah sunah, tidak seperti pada sholat Jumat yang wajib.

Jadi, apabila dalam anggota keluarga tidak ada yang memiliki kemampuan dalam menyampaikan khutbah, tidak dilakukan pun tidak masalah dan sholat Idul Fitri tetap sah.

Hukum Melaksanakan Sholat Idul Fitri di Rumah

Sholat Idul Fitri memang idealnya dilakukan secara berjamaan di masjid atau musala pada situasi normal (halatul ikhtiyar).

Ibadah sunah ini juga bisa dilakukan di tanah terbuka mengingat biasanya akan ada banyak sekali jamaah yang hadir pada pelaksanaannya.

Akan tetapi, pada situasi darurat seperti masa pandemi Covid-19 ini, pelaksanaan sholat Idul Fitri boleh dilakukan di rumah. Kondisi inilah yang membuat kita menemui uzur yang melahirkan keringanan atau dikenal dengan istilah rukshah.

Alasannya adalah karena kita memang tidak mempunyai pilihan lain, selain keharusan untuk menjaga jarak atau menghindari kerumunan di mana dikenal dengan istilah pembatasan sosial (social distancing).

Ada pun uzur dalam pelaksanaan sholat Idul Fitri ini mempunyai kesamaan dengan uzur pada sholat Jumat. Terkait hal ini telah diriwayatkan Imam Nawawi, bahwa:

ومن الاعذار المطر والوحل والخوف والبرد ونحوها

wamin al’idari almathari wal wakhlu wal khauf wal bardi wa nakhuuha

Artinya:

“Uzur-uzur itu adalah hujan, tanah belok/berlumpur, situasi mencekam (khauf), cuaca dingin, dan uzur lainnya,” (Lihat Imam An-Nawawi, 2010 M: V/8)

Uzur social distancing dalam rangka untuk mencegah dan menangani Covid-19 yang terjadi secara global ini ditarik ke dalam cukupan “uzur lainnya” jika mengacu pada keterangan Imam Nawawi di atas.

Ketentuan Jumlah Jamaah Sholat Raya Idul Fitri

Dalam pelaksanaannya, sholat Idul fitri dilanjutkan untuk dikerjakan secara berjamaah. Setelahnya, salah satu dari jamaah disunahkan untuk menyampaikan khutbah.

Terkait jumlah jamaah sholat dan khutbah Idul Fitri, terdapat dua pandangan. Pandangan pertama adalah qaul qadim, pandangan ini mensyaratkan perihal ketentuan dalam pelaksanaan sholat Idul Fitri sebagaimana ketentuan dalam pelaksanaan sholat Jumat.

Apabila mengikuti pandangan ini, maka jumlah minimalnya adalah mengikuti masing-masing mazhab. Menurut mazhab Maliki, minimal adalah 12 orang. Sementara menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hanbali adalah 40 orang.

Dengan logika qaum Qadim, bisa disimpulkan bahwa sholat Idul Fitri akan menjadi tidak sah apabila jumlah jamaahnya kurang dari jumlah minimal. Akan tetapi, pandangan qaul qadim ini ditolak.

Sementara itu, pandangan kedua adalah qaul jadid As-Syafi’i. Pandangan ini membedakan antara sholat Idul Fitri dengan sholat Jumat.

Qaul jadid membolehkan sholat dan khutbah Idul Fitri dilaksanakan dengan jamaah kurang dari 40 orang, seperti pada ketentuan minimal jamaah sholat Jumat dalam mazhab Syafi’i.

Dengan begitu, apabila pada kondisi darurat seperti masa pandemi ini, berapapun jumlah jamaah yang melaksanakan sholat Idul Fitri di rumah, bukanlah masalah. Sholat id pun tetap bisa dijalankan dan sah.

Amalan-Amalan Sunah yang Dapat Dikerjakan Sebelum Maupun Setelah Sholat Idul Fitri

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, hukum sholat Idul Fitri adalah sunah. Meskipun begitu, masih ada banyak amalan sunah lain yang dianjurkan untuk dikerjakan demi menyempurnakan ibadah umat Islam di momen yang spesial ini.

Beberapa di antaranya mirip dengan sunah pada hari raya Idul Adha, tetapi ada pula yang berbeda.

Sebelum berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat id, disunahkan untuk mandi terlebih dahulu guna membersihkan diri dari najis dan juga menjaga kesegaran serta kebugaran tubuh. Hal ini juga dianjurkan bagi yang mengerjakan sholat id di rumah.

Berbeda dari sunah Idul Adha, pada Idul Fitri disunahkan untuk sarapan sebelum sholat id. Imam juga dianjurkan untuk mengundur waktu sedikit dalam pelaksanaan sholat id demi memberi kesempatan umat Islam untuk melaksanakan zakat fitrah.

Hal tersebut berbeda dengan Idul Adha yang dianjurkan untuk mengawalkan waktunya guna memberi kesempatan bagi mereka yang ingin berkurban.

Ketika hendak menuju ke masjid, dianjurkan untuk berjalan kaki sembari bertakbir terus menerus, dari mulai berangkat hingga tiba di masjid. Tidak seperti sholat fardhu, sholat Idul Fitri tidak didahului dengan azan maupun iqamah.

Dianjurkan untuk melewati jalan berbeda ketika kita berangkat dan saat pulang dari masjid.

Bagi wanita yang sedang dalam masa haid, tetap dianjurkan untuk berangkat ke masjid meskipun tidak ikut sholat id untuk mendengarkan khutbah. Biasanya, masjid akan menyiapkan tempat khusus.

Alasan Nabi Muhammad saw. Memilih Jalan yang Berbeda ketika Berangkat dan Pulang Sholat Id

Umat Islam dianjurkan untuk menggunakan jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang dari manunaikan sholat Idul Fitri.

Pendapat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Terkait hal ini telah dijelaskan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam karyanya, Ghuniyatul Thalibin, yaitu:

ويستحب إذا خرج المؤمن إلى صلاة العيد في طريق أن يرجع في طريق أخرى لما روى ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم أخذ يوم العيد في طريق ورجع في طريق أخرى

wayastaskhibu idha kharaj almu’min ilaa shalata alaid fii thariq an yarji’ fii thariq ukhraa lamaarawaa ibni ‘umar ana alnabiya sholallahu ‘alaihi wasalam akhadh yaumal’aydu fii thariq waraja’a fii thariq ‘ukhraa

Artinya:

“Orang Mukmin dianjurkan pergi dan pulang dari shalat id dari jalan yang berbeda karena Ibnu Umar menyatakan bahwa Nabi saw. pergi dan pulang shalat id dari jalan yang berbeda.”

Anjuran ini merupakan hasil pemahaman terhadap tindakan Nabi Muhammad saw. Menurut Syekh Abdul Qadir, terdapat perbedaan pendapat dari para ulama terkait kenapa beliau pergi dan pulang sholat id menggunakan jalan yang berbeda.

Beberapa ada yang menyebutkan bahwa tujuan Rasulullah adalah untuk mempercepat perjalanan pulang.

Maksudnya, mungkin pada saat ke masjid, beliau melewati jalan yang panjang karena semakin jauh jalan yang ditempuh, semakin banyak pula pahala yang didapatkan.

Namun, ada pula yang mengungkapkan bahwa melihat wajah Nabi Muhammad saw. merupakan suatu kebahagiaan tersendiri dan rahmat. Oleh karenanya, beliau melewati jalan yang berbeda agar semua orang mendapatkan rahmat.

Pendapat Lainnya

Ada pula pandangan lain yang mengatakan bahwa setiap tanah di muka bumi ini senang apabila diinjak oleh Rasulullah. Supaya tanah-tanah tersebut tidak saling cemburu, beliau memilih menggunakan jalan yang berbeda.

Beberapa ulama juga berpendapat bahwa alasan Rasulullah melewati jalan yang berbeda adalah supaya dapat bersedekah kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan jika melewati satu jalan saja, sedekatnya tidak merata.

Selain beberapa alasan di atas, rupanya masih ada tafsiran lain mengenai amalan ini. Masing-masing tafsiran tersebut memang tidak bisa diklaim sebagai suatu kebenaran, dikarenakan Nabi Muhammad saw. pun tidak menjelaskan alasan mengenai amalan ini.

Namun, walaupun demikian, ulama tetap menganjurkan apa yang Rasulullah lakukan tersebut karena memang tidak semua hal yang dilakukan beliau dapat dirasionalkan.

Laksanakan Sholat Idul Fitri dan Amalan Sunah Lainnya Semaksimal Mungkin

Itulah tadi informasi mengenai sholat Idul Fitri dan hal-hal terkait lainnya yang berhasil Hasana.id rangkum. Dengan membaca informasi di atas, semoga bisa rasa penasaran dan kebingunganmu terkait hal ini dapat terjawab.

Dengan begitu, kamu pun bisa menjalankan sholat Idul Fitri dan amalan sunah lainnya dengan lebih sempurna dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.Saya berharap, artikel ini dapat dijadikan sebagai pelajaran baik. Apabila informasi sholat Idul Fitri ini dirasa bermanfaat, jangan lupa untuk membagikannya lewat sosial media milikmu ya.

Sumber:

https://islam.nu.or.id/post/read/79070/tata-cara-shalat-idul-fitri

https://islam.nu.or.id/post/read/119961/tata-cara-shalat-idul-fitri-di-rumah

https://islam.nu.or.id/post/read/120282/tata-cara-khutbah-id-di-rumah?_ga=2.23309370.1287824773.1612697921-2098972206.1612150764

https://islam.nu.or.id/post/read/119983/hukum-shalat-idul-fitri-di-rumah?_ga=2.266913550.1287824773.1612697921-2098972206.1612150764

https://www.nu.or.id/post/read/10231/petunjuk-praktis-pelaksanaan-shalat-hari-raya