Sholat Dhuha: Niat, Tata Cara, Doa, Fadhilah, DLL [PANDUAN LENGKAP]

Sholat dhuha telah menjadi sebuah amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan setiap hari oleh umat muslim. Alasannya tak lain karena besarnya keutamaan dan kuatnya dalil yang melatarbelakangi amalan tersebut.

Ibadah ini dilakukan pada waktu pagi setelah matahari terbit hingga sebelum waktu dhuhur tiba. Sholat Dhuha memiliki banyak manfaat dan keutamaan, baik untuk kehidupan spiritual maupun fisik.

Oleh karena itu, sangat disarankan bagi setiap muslim untuk melaksanakan Sholat Dhuha sebagai bentuk kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Dalam melaksanakan Sholat Dhuha, terdapat beberapa hal yang perlu dipahami, seperti niat Sholat Dhuha, tata cara Sholat Dhuha, dan doa-doa yang dibaca dalam ibadah ini.

Doa Sholat Dhuha juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena doa-doa yang dibaca dalam ibadah ini memiliki keutamaan dan kekuatan yang besar.

Dalam blog post ini, akan dibahas secara lengkap mengenai Sholat Dhuha, termasuk niat Sholat Dhuha, tata cara Sholat Dhuha, doa-doa yang dibaca dalam ibadah ini, serta manfaat dan keutamaannya.

Dengan memahami dan mengaplikasikan Sholat Dhuha dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan kita dapat mendapatkan manfaat yang besar dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Jangan lewatkan kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang Sholat Dhuha dan menjadi lebih baik dalam beribadah!

Apa itu Sholat Dhuha?

Sholat Dhuha adalah salah satu ibadah sunnah dalam agama Islam yang dilakukan pada waktu pagi setelah matahari terbit hingga sebelum waktu Dhuhur tiba.

Ibadah ini tidak termasuk dalam sholat wajib, namun sangat dianjurkan untuk dilakukan karena memiliki banyak manfaat dan keutamaan.

Perlu kamu pahami bahwa sholat dhuha adalah sunnah yang bersifat muakkad. Artinya, ibadah ini bersifat kuat dengan didasari dalil yang jelas.

Terlebih, sholat dhuha menjadi salah satu amalan yang sering dikerjakan Rasulullah dan para sahabat di sepanjang hidup mereka.

Beberapa ulama terdahulu dan era sekarang banyak menjadikan sholat dhuha sebagai bagian dari amalan sehari-hari yang tidak boleh ditinggalkan.

Salah satunya adalah K.H. Muhammad Arifin Ilham yang menganjurkan jamaahnya untuk melaksanakan 7 amalan harian sunnah Nabi. Salah satu dari amalan tersebut adalah sholat dhuha.

Dari beberapa penjelasan ulama, diketahui jika sholat dhuha sangat berkaitan erat dengan rezeki. Hal ini didasari dari sebuah hadis yang berbunyi:

“Siapa yang melaksanakan sholat dhuha 2 rakaat, maka akan ditulis sebagai orang- orang yang tidak lalai dalam mengingat Allah. Barangsiapa yang melaksanakan 4 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang yang suka beribadah.

Siapa yang melaksanakan 6 rakaat, maka akan dicukupkan ia pada hari tersebut. Barangsiapa yang melaksanakan 8 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang yang selalu berbuat taat. Dan barangsiapa yang melaksanakan 12 rakaat, maka Allah akan membina baginya mahligai di dalam Surga.” (HR At Thabrani)

Sholat Dhuha Bukan Penentu Rezeki

Meski demikian, perlu diluruskan bahwa sholat dhuha bukanlah ibadah untuk rezeki, melainkan untuk mendekatkan diri kepada Rabb. Mendapatkan kemudahan rezeki adalah bagian dari ikhtiar dan doa yang kita panjatkan.

Hal ini harus kita pahami sebaik mungkin, sama halnya dengan sedekah. Sebagaimana disebutkan, Allah akan membalas sedekah dengan nominal berkali-kali lipat. Akan tetapi, bukan itu sejatinya yang kita harapkan.

Kamu harus meniatkan sedekah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengikuti perintah syariat agar masuk dalam golongan orang bertakwa. Sementara, balasan materi yang berkali lipat tersebut hanya menjadi ‘bonus’.

Begitupun dengan sholat dhuha. Melaksanakannya adalah sebagai bentuk ketaatan atas syariat dan sunnah Nabi. Sementara itu, rezeki adalah hal yang telah diijanjikan.

Melaksanakan sholat dhuha adalah ikhtiar untuk menjemput keridhoan Allah atas rezeki yang akan kita dapat pada hari itu. Karenanya, banyak atau sedikitnya rezeki setelah sholat dhuha bukan menjadi tolak ukur ibadah yang dilakukan.

Syarat dan Ketentuan Sholat Dhuha

Dalam melaksanakan sholat dhuha, ada aturan-aturan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Beberapa aturan tersebut telah menjadi karakteristik yang membedakannya dengan sholat sunnah lain. Berikut di antaranya:

Waktu Sholat Dhuha

Ciri khas sholat dhuha adalah adanya batasan waktu. Sesuai dengan namanya, batasan waktu ditetapkan sejak matahari beranjak naik hingga hampir mencapai puncaknya. Hal itu telah digambarkan dalam sebuah hadis:

Zaid bin Arqam melihat orang-orang melaksanakan sholat dhuha (di awal pagi). Ia pun berkata:

“Tidakkah mereka mengetahui bahwa shalat di selain waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat orang-orang awwabin (orang yang taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta mulai kepanasan.” (HR. Muslim)

Jika kita terapkan dalam sistem waktu di Indonesia, waktu permulaan dilaksanakannya sholat dhuha adalah sekitar pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 11.30 wib.

Jumlah Rakaat Sholat Dhuha

Menurut pendapat yang kuat, sholat dhuha paling sedikit dikerjakan dalam 2 rakaat dan paling banyak 8 rakaat. Pelaksanaannya dibagi dengan salam setiap dua rakaat atau sekaligus 4 rakaat.

Namun, jika kamu melaksanakan sholat dhuha 4 rakaat sekaligus, jangan lupa untuk melakukan duduk tahiyat awal. Dengan demikian, pelaksanaannya mirip dengan salat Zuhur, Ashar, dan Isya.

Sayangnya, pendapat tentang sholat sunnah 4 rakaat sekaligus sebenarnya bersifat dhaif (lemah). Lebih afdhal (baik) jika kamu mengerjakannya 2 rakaat sekali salam. Jika ingin 4 rakaat, berarti harus 2 kali sholat, masing-masing 2 rakaat.

Hal ini sesuai dengan yang telah dicontohkan Rasulullah, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:

Mu’adzah bertanya kepada Aisyah radhiallahu ’anha, “Apakah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam shalat dhuha?” Jawab Aisyah, “Ya, empat rakaat dan beliau tambahi sesuai kehendak Allah.” (HR. Muslim)

Rakaat Salat Dhuha

Tata Cara Sholat Dhuha

Tata cara Sholat Dhuha sama seperti tata cara sholat sunnah lainnya, seperti Sholat Tahajud, Sholat Witir, dan sebagainya. Kita memulai dengan niat Sholat Dhuha, kemudian mengucapkan takbiratul ihram dan membaca doa iftitah.

Setelah itu, kita melakukan gerakan sholat seperti rukuk, iktidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya sesuai dengan tata cara sholat yang diajarkan dalam agama Islam.

Kemudian, lanjut dengan membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek lainnya pada setiap rakaat, kemudian melakukan salam untuk menandai akhir dari sholat.

Niat Sholat Dhuha

Kaidah fikih secara umum menyebutkan jika hukum niat adalah wajib bagi setiap amal yang hendak dilakukan. Begitupun dengan sholat dhuha. Niat menjadi hal yang harus dilakukan saat hendak mendirikannya.

Niat bertempat di hati. Karenanya, sebuah kesadaran akan melakukan sholat dhuha sebenarnya sudah cukup sebagai niat. Akan tetapi, sebagai bentuk penguatan, maka di anjurkan untuk melafalkannya.

Pelafalan niat yang diajarkan para ulama adalah:

Usholli sunnatan Dhuha Rak’ataini Lillahi Ta’ala

“Aku shalat sunnah dhuha dua rakaat, karena Allah Ta’ala.”

Sholat Dhuha Berjamaah atau Tidak?

Pelaksanaan sholat dhuha pada dasarnya dilakukan sendirian. Akan tetapi, beberapa ulama memperbolehkan jika hendak dilakukan secara berjamaah.

Penjelasan tentang sholat sunnah yang dilaksanakan secara bersama-sama atau berjamaah bisa dilihat di fikihkontemporer.com. Sholat dhuha diperbolehkan dilaksanakan secara berjamaah berdasarkan kitab Fathul Bari (Syarah Shahih Bukhari) karya Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani.

Dinukilkan hadis ‘Itban bin Malik RA, Rasulullah saw telah melakukan sholat Dhuha (subhata adh-dhuha) di rumahnya (rumah ‘Itban bin Malik), lalu orang-orang berdiri di belakang beliau dan mereka pun sholat bersama beliau.

Pelaksanaan sholat sunnah, termasuk dhuha, diperbolehkan berjamaah untuk memberikan contoh dan pelajaran.

Akan tetapi, sholat sunnah berjamaah yang dilakukan tidak akan mendapat pahala berjamaah selayaknya sholat fardhu sehingga diutamakan untuk melaksanakannya sendiri-sendiri.

Sholat Dhuha

Doa Sholat Dhuha

Secara khusus, Rasulullah tidak mencontohkan doa khusus untuk dibaca usai melaksanakan sholat dhuha. Namun, beberapa ulama telah merumuskan dan menganjurkan membaca doa ketika selesai mendirikan sholat dhuha.

Berikut salah satu doa yang seringkali kita sudah membaca selepas sholat dhuha.

اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Allahumma Innadh Dhuha-A Dhuha-Uka, Wal Bahaa-A Bahaa-Uka, Wal Jamaala Jamaaluka, Wal Quwwata Quwwatuka, Wal Qudrata Qudratuka, Wal Ishmata Ishmatuka. Allahuma Inkaana Rizqi Fis Samma-I Fa Anzilhu, Wa Inkaana Fil Ardhi Fa-Akhrijhu, Wa Inkaana Mu’asaran Fayassirhu, Wainkaana Haraaman Fathahhirhu, Wa Inkaana Ba’idan Fa Qaribhu, Bihaqqiduhaa-Ika Wa Bahaaika, Wa Jamaalika Wa Quwwatika Wa Qudratika, Aatini Maa Ataita ‘Ibadikash Shalihin.

Artinya:

Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang saleh.”

Hikmah Sholat Dhuha

Keutamaan sholat dhuha begitu luar biasa. Hal ini tercermin dari banyaknya hadis yang menggambarkan balasan Allah terhadap orang muslim yang senantiasa melaksanakan ibadah ini.

Pertama, Menebus Kewajiban Sedekah untuk Setiap Persendian

Dalam diri manusia terdapat 360 ruas tulang. Wajib bagi semua orang untuk mengeluarkan sedekah atas setiap ruas tulangnya.

”Para sahabat bertanya: “Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai Nabi Allah?”

Beliau bersabda: “Menutupi ludah di masjid dengan tanah, menyingkirkan sesuatu dari jalan (bernilai sedekah). Jika kamu tidak bisa mendapatkan amalan tersebut maka dua rakaat dhuha menggantikan (kewajiban)mu.” (HR. Abu Daud)

Kedua, Digambarkan Sebagai Orang yang Mendapat Rampasan Perang

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengutus sekelompok utusan perang, kemudian utusan ini membawa banyak harta rampasan perang dan pulangnya cepat.

Kemudian ada seorang berkata: “Wahai Rasulullah, kami tidak pernah melihat kelompok yang lebih cepat pulang dan lebih banyak membawa ghanimah melebihi utusan ini.”

Beliau menjawab: “Maukah aku kabarkan keadaan yang lebih cepat pulang membawa kemenangan dan lebih banyak membawa rampasan perang?

Yaitu seseorang berwudlu di rumahnya dan menyempurnakan wudlunya kemudian pergi ke masjid dan melaksanakan sholat subuh kemudian (tetap di masjid) dan diakhiri dengan shalat dhuha. Maka orang ini lebih cepat kembali pulang membawa kemenangan dan lebih banyak rampasan perangnya.”(HR. Abu Ya’la)

Ketiga, Termasuk ke Dalam Golongan Awwabin

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak ada yang menjaga sholat Dhuha kecuali para Awwabin.” Beliau mengatakan: “Sholat Dhuha adalah sholatnya para Awwabin.”(HR. Ibn Khuzaimah)

Adapun orang awwabin adalah orang-orang yang taat kepada Allah atau orang-orang yang kembali taat.

Keempat, Dicukupi Kebutuhan Hidupnya Selama Siang

Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat rakaat sholat di awal siang (di waktu dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad)

Kelima, Mendapat Pahala Haji dan Umroh Sempurna

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang melaksanakan sholat subuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan sholat dua rakaat, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi)

Keenam, Mendapatkan Jaminan Balasan Pahala yang Setimpal

“Barangsiapa yang melaksanakan shalat dhuha 2 rakaat, maka akan ditulis sebagai orang- orang yang tidak lalai dalam mengingat Allah. Barang siapa yang melaksanakan 4 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang yang suka beribadah.

Siapa yang melaksanakan 6 rakaat, maka akan dicukupkan ia pada hari tersebut. Barang siapa yang melaksanakan 8 rakaat, akan ditulis sebagai orang- orang yang selalu berbuat taat. Dan barang siapa yang melaksanakan 12 rakaat, maka Allah akan membina baginya mahligai di dalam Surga”. (HR At Thabrani).

Demikian penjelasan seputar sholat dhuha dan berbagai hikmah serta pemahamannya. Semoga bisa menjadi sebuah motivasi tambahan bagi kita sehingga senantiasa bersemangat dalam beribadah kepada Allah Swt.

Rahasia Rezeki

Allah telah menciptakan manusia dengan perencanaan yang sebaik-baiknya. Berbagai hal telah dipersiapkan guna menunjang kehidupan dan kebutuhan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Salah satunya adalah rezeki.

Rezeki adalah segala sesuatu yang bermanfaat dan dihalalkan Allah, baik berupa pakaian, makanan, pasangan, dan lain sebagainya. Tak hanya itu, rezeki pun menjadi hak semua makhluk, mulai dari hewan, manusia, hingga tumbuhan.

Rezeki Sebagai Ujian dari Allah

Sejatinya Allah telah menentukan kadar rezeki setiap individu sepanjang hidupnya. Tanpa memandang kaya, miskin, sehat, atau sakit, dengan sifat Allah yang Mahaadil, setiap manusia telah memiliki jatah rezeki masing-masing.

Oleh sebab itu, manusia harus memahami bahwa sebenarnya rezeki hanyalah satu bentuk ujian dari Allah. Apakah dengan rezekinya tersebut seseorang mampu bersyukur atau malah mengingkarinya.

Ujian berikutnya adalah kecepatan datangnya rezeki. Ada yang dihendaki oleh Allah mendapat rezeki banyak dan cepat sehingga banyak orang menganggapnya beruntung dalam hidup.

Namun, ada pula yang diuji dengan kecepatan rezeki yang lambat dan jumlah yang tidak banyak. Alhasil, banyak orang yang mengira hidupnya sial dan miskin.

Fenomena ujian ini telah Allah abadikan dalam Al-Qur’an:

فَأَمَّا ٱلۡإِنسَـٰنُ إِذَا مَا ٱبۡتَلَٮٰهُ رَبُّهُ ۥ فَأَكۡرَمَهُ ۥ وَنَعَّمَهُ ۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَكۡرَمَنِ (١٥) وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبۡتَلَٮٰهُ فَقَدَرَ عَلَيۡهِ رِزۡقَهُ ۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَـٰنَنِ

Artinya:

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. (Q.S Al Fajr : 15-16)

Terkait hal ini, Rasulullah telah memperingatkan umatnya. Dalam sebuah hadis, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi saw bersabda:

“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril) telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki.

Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadis shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).

Itulah mengapa, masalah rezeki tak semestinya melalaikan kita dalam mengabdikan diri untuk kebahagiaan akhirat kelak. Selain itu, berbagai ibadah dan amalan yang kamu lakukan jangan berorientasi demi memperlancar rezeki semata.

Keagungan Waktu Dhuha

Al-Qur’an mengabadikan waktu dhuha ini dalam sebuah surat Adh Dhuha. Hal ini menunjukkan bahwa Allah memberikan perhatian lebih di waktu yang bermakna di waktu matahari sepenggalan naik tersebut.

Secara umum, Allah sering menggambarkan jika orang-orang mukmin yang terbaik adalah yang mampu memanfaatkan waktu pagi dan petang dengan berdzikir mengingat-Nya. Seperti firman Allah berikut ini:

وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّہُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُ ۥ‌ۖ

Artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” (Q.S Al-Kahfi : 28)

إِنَّا سَخَّرۡنَا ٱلۡجِبَالَ مَعَهُ ۥ يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِىِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ

Artinya: “Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi.” (Q.S Shaad : 18)

Sedemikian pentingnya waktu pagi ini dan petang ini, sehingga berulang kali disebutkan dalam Al-Qur’an. Hal ini agar manusia bisa sebaik mungkin memanfaatkan waktu untuk berdzikir dan bertasbih kepada Allah Swt.

Cara Rasullulah saw Memanfaatkan Waktu

Rasulullah saw dan para sahabat sering memanfaatkan waktu pagi dengan sebaik mungkin. Dalam sebuah hadis dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa melaksanakan sholat subuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan sholat dua rakaat, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna, dan sempurna.” (HR. Tirmidzi)

Ada beberapa pendapat yang mengatakan jika ibadah yang dilakukan Rasulullah saw tersebut adalah sholat dhuha. Namun, ada pendapat lain mengatakan bahwa yang dilakukan Nabi tersebut adalah sholat Isyroq.

Memanfaatkan Waktu Sesuai Petunjuk Allah Swt

Bagaimanapun, sangat penting bagi umat Islam untuk memanfaatkan pagi dengan sebaik mungkin. Hal ini tidak terlepas dari simbol pagi dan petang sebagai waktu peralihan dari siang dan malam.

Allah telah mengisyaratkan jika waktu siang adalah untuk waktu bekerja, beraktivitas, dan menjemput rezeki dengan bertebaran di muka bumi. Sementara waktu malam sebagai waktu untuk beristirahat dan penutup.

Allah Swt berfirman:

وَجَعَلۡنَا نَوۡمَكُمۡ سُبَاتً۬ا (٩) وَجَعَلۡنَا ٱلَّيۡلَ لِبَاسً۬ا (١٠) وَجَعَلۡنَا ٱلنَّہَارَ مَعَاشً۬ا (١١)

Artinya: “dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (Q.S. An Naba : 9-11)

Maka, pelaksanaan sholat dhuha sangat tepat untuk mengawali hari sepanjang siang, demi memulai ikhtiar mencari penghidupan. Hal ini bisa menjadi bentuk kepasrahan dan tawakal atas kehidupan kita di hari tersebut.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

ما من مؤمن ولا فاجر إلا وقد كتب الله تعالى له رزقه من الحلال فان صبر حتى يأتيه آتاه الله تعالى وإن جزع فتناول شيئا من الحرام نقصه الله من رزقه الحلال

Artinya: “Seorang mukmin dan seorang fajir (yang gemar maksiat) sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia mau bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun, jika ia tidak sabar lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan mengurangi jatah rezeki halal untuknya.”

Hikmah lain dalam pelaksanaan sholat dhuha di pagi hari adalah manusia mampu menasbihkan jika semua rezeki yang akan diperoleh pada hari itu semata-mata berasal dari Allah Swt. Dengan demikian, semua ikhtiar akan meningkatkan iman kepada Sang Pencipta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *