Shalat Istikharah: Tata Cara, Doa, Niat, DLL [PANDUAN LENGKAP]

Shalat istikharah adalah salah satu sunnah yang harus diketahui setiap muslim. Ibadah ini dilaksanakan saat seseorang menghadapi suatu pilihan.

Mendirikan shalat istikharah adalah salah satu upaya agar kita mampu memilih suatu pilihan dengan benar. Dengan demikian, pilihan kita menjadi sesuatu yang terbaik di sisi Allah Swt.

Ketika Harus Memilih

Manusia senantiasa dihadapkan pada berbagai pilihan. Adakalanya pilihan tersebut bersifat mendesak dan penting, tetapi kadang juga sederhana. Pastinya, hal itu senantiasa ada dan mengiringi perjalanan hidup kita.

Oleh karena itu, ada tuntunan dan tuntutan saat seseorang dihadapkan pada proses memilih. Allah telah menggambarkan sebuah pilihan dalam hidup manusia sebagai sesuatu yang haq (kebenaran) dan bathil (kejahatan).

shalat istikharah

Pemilihan antara keduanya adalah sebuah mekanisme abadi. Keberadaannya selalu mengiringi semua hal dalam perjalanan hidup, bahkan hingga hal-hal yang seringkali kita anggap remeh.

Allah dan Rasul-Nya telah mensyariatkan sebuah tuntunan agar umat Muslim tidak salah dalam mengambil keputusan. Hal ini sangat penting, terutama ketika menghadapi masalah yang penting dan mendesak.

Tuntunan berdasarkan syar’i ini adalah wujud kasih sayang Allah terkait sifat dasar manusia yang memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut adalah kecenderungan untuk ragu dan tidak yakin atas pilihan yang telah dia putuskan.

Allah Swt berfirman:

 ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ‌ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ

Artinya: “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. Al Baqoroh: 147)

Sejatinya, tuntunan ini dibutuhkan manusia agar setiap keputusan yang diambil senantiasa istiqomah dalam kebenaran. Tuntunan yang dimaksud tak lain adalah shalat istikharah, sebagaimana yang dicontohkan dalam sunnah Rasulullah saw.

Banyak alasan yang melatarbelakangi pelaksanaan shalat istikharah, di antaranya memilih pekerjaan, jenjang pendidikan, memutuskan sesuatu untuk kepentingan umat, dan lain sebagainya. Salah satu yang paling lazim adalah untuk memilih jodoh.

Memilih jodoh adalah salah satu mekanisme kehidupan yang sifatnya sangat krusial. Jodoh bisa mengantarkan seseorang ke surga atau menjerumuskan ke neraka, baik di dunia maupun akhirat.

Mengingat begitu penting dan agungnya proses memilih jodoh, maka umat Islam disyariatkan untuk melaksanakan shalat istikharah. Dengan demikian, pilihan yang diambil benar-benar yang terbaik.

Shalat Istikharah

Istikharah adalah shalat 2 rakaat yang disunnahkan berdasarkan praktek yang dicontohkan Rasulullah saw. Shalat ini dilaksanakan saat seseorang menghadapi pilihan yang membutuhkan keputusan cepat dan tepat.

rakaat istikharah

Dalil Pelaksanaan Shalat Istikharah

Seperti ibadah lainnya, pelaksanaan shalat istikharah harus didasari dalil yang jelas dan kuat. Karenanya, sebelum mempelajari lebih jauh, ada baiknya kamu mengetahui terlebih dahulu dasar yang menguatkan ibadah tersebut.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاِسْتِخَارَةَ فِى الأُمُورِ كُلِّهَا ، كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ « إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى – قَالَ – وَيُسَمِّى حَاجَتَهُ

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian hendaklah ia berdoa.”

Doa Setelah Shalat Istikharah

“Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.”

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu.

Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.

Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.

Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginannya” (HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).

Tata Cara Shalat Istikharah

Secara umum, shalat sunnah memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan shalat fardhu. Pada artikel sebelumnya, saya membahas tentang shalat dengan batasan waktu dan yang ditentukan oleh hal yang melatarbelakanginya.

Sebagaimana shalat hajat, istikharah termasuk ibadah yang dilaksanakan karena ada hal yang melatarbelakangi. Dalam hal ini, seseorang melakukan shalat karena dihadapkan pada pilihan yang sifatnya mendesak dan penting.

Perbedaan lain dengan sholat fardhu adalah diperbolehkan shalat sunnah untuk digabung. Misalnya, kamu bisa menggabungkan istikharah dengan shalat rawatib atau tahiyatul masjid.

Dengan demikian, kamu diperbolehkan melaksanakan shalat sunnah rawatib kemudian mengakhirinya dengan membaca doa istikharah. Hal ini telah disepakati sebagian ulama, khususnya Imam An Nawawi yang mengatakan:

“Teks hadis menunjukkan bahwa doa istikharah bisa dilakukan setelah melaksanakan shalat rawatib, tahiyatul masjid, atau shalat sunnah lainnya.” (Bughyatul Mutathawi’, Hal. 45)

Waktu Pelaksanaan Shalat Istikharah

Shalat istikharah tidak memiliki batasan tertentu terkait waktu pelaksanaannya. Meski demikian, ada anjuran untuk melaksanakannya di waktu sepertiga malam, bersamaan dengan qiyamullail shalat tahajud.

Selain ada penganjuran waktu yang baik, namun ada juga waktu di mana kamu sebaiknya tidak melaksanakan ibadah ini. Waktu-waktu yang dimaksud adalah saat-saat dilarangnya shalat sunnah.

Niat Shalat Istikharah

Jika dilafalkan, maka niat shalat istikharah adalah:

Ussholi sunnatan istikhoroti rak’ataini Lillahi Ta’ala

Artinya: “Saya berniat sholat sunnat istikhoroh dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

Akan tetapi, sejatinya tempat niat itu ada di hati. Menghadirkan niat di hati sebaiknya juga disertai dengan adanya pengharapan dan menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah semata.

waktu pelaksanaan shalat istikharah

Jumlah Rakaat Shalat Istikharah

Dalam hadist dikatakan jika shalat istikharah berjumlah 2 rakaat. Adapun 2 rakaat tersebut bisa berdiri sendiri dengan niat khusus shalat istikharah atau niat yang digabung dengan niat lain, seperti shalat sunnah rawatib.

Doa Shalat Istikharah

Doa istikharah ini dibaca usai melaksanakan shalat 2 rakaat. Shalat istikharah dikatakan sah jika kamu telah melaksanakan shalat sunnah apa pun yang berjumlah 2 rakaat, kemudian membaca doa shalat istikharah selepas salam.

Ada beberapa redaksi doa shalat istikharah yang sumber utamanya berasal dari hadis yang disebutkan pada penjelasan di atas.

Doa Istikharah 1

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى

 

“Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih.”

Doa Istikharah 2

Doa ini pada dasarnya sama di atas, hanya saja ada beberapa kalimat yang berbeda, yaitu:

Kalimat [دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى] diganti dengan [عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ]. Berikut ini teks lengkapnya:

 

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِك وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى

“Allahumma inni astakhii-ruka bi ‘ilmika, wa astaq-diruka bi qud-ratika, wa as-aluka min fadh-likal adziim, fa in-naka taq-diru wa laa aq-diru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amro khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih faq-dur-hu lii, wa yas-sirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna hadzal amro syarrun lii fii ‘aajili amrii wa aajilih, fash-rifhu ‘annii was-rifnii ‘anhu, waqdur lial khoiro haitsu kaana tsumma ardhi-nii bih.”

Hikmah di Balik Salat Istikharah

1. Bukti Tawakal Kepada Allah

Melaksanakan shalat istikharah adalah salah satu bentuk ketawakalan kepada Allah Swt. Mendirikan ibadah ini  berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah, berdasarkan penilaian terbaik menurut-Nya.

Bisa saja pilihan yang diputuskan tidak sesuai dengan harapan atau malah merugikan. Meski demikian, seorang Muslim harus senantiasa husnuzhon kepada Allah dan yakin bahwa semuanya adalah kehendak-Nya yang terbaik untuk kita.

2. Mengikuti Tuntunan Syar’i

Rasulullah saw telah mencontohkan cara memilih dan mengambil keputusan dengan shalat istikharah. Karenanya, melaksanakan ibadah ini adalah salah satu bentuk bukti ketaatan atas apa yang disunnahkan oleh beliau.

Tentu saja, berbagai upaya untuk membuktikan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan dibalas dengan pahala. Maka, melaksanakan shalat istikharah pun menjadi sebuah investasi pahala untuk meraih keridhoan dan surga-Nya.

Selain shalat istikharah, kamu juga bisa menambahkan ikhtiar lain. Salah satu contohnya adalah menanyakan pertimbangan tersebut kepada guru atau ulama yang memang diberi kelebihan oleh Allah SWT.

3. Melatih Diri untuk Membaca Tanda-tanda Keridhoan Allah Atas Berbagai Keputusan

Allah akan menuntun kita dengan keputusan-Nya yang terbaik. Namun adakalanya manusia kurang cerdas dalam memahami tanda-tanda-Nya sehingga bersikukuh dengan kehendak hati, padahal hal itu bukan yang diridhoi oleh-Nya.

Untuk memahami hikmah ini, kamu perlu terus berlatih membaca tanda-tanda keridhoan Allah atas keputusan yang akan kita ambil. Pertama-tam, kamu harus membersihkan faktor-faktor yang akan merusak keikhlasan dalam shalat istikharah.

Contohnya, saat kamu melakukan shalat istikharah terkait pilihan pekerjaan. Pekerjaan A memberikan gaji besar dan lingkungan nyaman, tetapi banyak risiko mendapatkan uang haram. Sementara pekerjaan B menawarkan gaji kecil, lingkungan tak terlalu mendukung, tetapi kehalalannya terjamin.

Ketika melakukan shalat istikharah, kamu harus melepaskan semua kecenderungan terhadap salah satu pihak. Maka, ketika Allah memberikan petunjuk dengan pekerjaan B, kita ikhlas untuk tidak memilih pekerjaan A.

Faktor penting untuk memahami tanda keridaan Allah adalah dengan mengukur mudarat dan manfaat dari pilihan-pilihan tersebut. Makin besar mudarat dan makin kecil manfaatnya, pilihan ini tidak akan diridai Allah.

Untuk urusan jodoh, Rasulullah saw telah memberikan indikator khusus. Beliau bersabda:

“Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka menangkanlah karena wanita yang memiliki agama, engkau akan beruntung.”

Cara Mengetahui Jawaban dari Sholat Istikhoroh

Kamu telah mengetahui indikator jika keputusan yang diambil itu ada dalam rida-Nya. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara Allah menjawab doa istikharah tersebut?

Banyak pendapat muncul tentang cara Allah menjawab doa istikharah yang dipanjatkan. Ada yang melalui mimpi, halaman pada Al-Qur’an, dan lain sebagainya. Pastinya, Allah akan menjawab setiap doa kita melalui jawaban yang terbaik.

Karena itu, jangan menutup kemungkinan atas jawaban Allah. Meski banyak yang berpendapat jika jawaban itu lazimnya dijawab melalui mimpi, namun jangan menutup pintu kemungkinan lain atau berputus asa saat tak kunjung bermimpi.

Terkait mimpi, Rasulullah saw bersabda:

“Mimpi ada 3 macam: dari Allah, dari setan, dan bisikan hati.”

Oleh karena itu, kebenaran dari mimpi hanya memiliki kemungkinan sebesar 1/3, sedangkan 1/3 lagi kemungkinan dari setan. Karenanya, kamu harus berhati-hati saat menyikapi mimpi yang mendatangi tidur.

Akan tetapi, kebanyakan ulama berpendapat bahwa tuntutan terbaik adalah dengan melaksanakan sesuai kehendak hati. Tentunya, kamu harus tetap ber-husnuzhon bahwa Allah akan memberikan berbagai kebaikan melalui keputusan itu.

Imam Nawawi berkata:

“Jika seseorang melakukan istikharah, maka lanjutkanlah apa yang menjadi keinginan hatinya.”

Demikian penjelasan lengkap tentang shalat istikharah. Semoga penjelasan ini bisa menjelaskan bagaimana mengamalkan sunnah seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan dan petunjuk kepada umat-Nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *