Mengenal Puasa Daud, Hukum, Tata Cara, serta Manfaat dan Keutamaannya

Mengapa muslim disarankan untuk mengerjakan puasa Daud? Kamu akan segera mengetahui jawabannya dengan membaca artikel ini.

Pada kesempatan kali ini, Hasana.id ingin membahas tentang salah satu amalan ibadah sunah tersebut selengkap mungkin.

Tentang Ibadah Puasa

Islam mengenal puasa Ramadhan yang hukumnya sudah diketahui bersama, yaitu wajib bagi siapa saja muslim yang mengaku beriman.

Allah memerintahkan hal tersebut melalui firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 183.

Tentu kamu sudah sering mendengar ayat tersebut karena selalu didengungkan ketika memasuki bulan Ramadhan.

Sementara itu, puasa sendiri merupakan salah satu ibadah tertua, di samping shalat dan qurban.

Usianya hampir sama tuanya dengan riwayat umat manusia di muka bumi. Tak heran jika para nabi dan orang-orang saleh gemar mengerjakan amal ibadah satu ini.

Selain merupakan perintah wajib, ada sejumlah puasa yang hukumnya sunah.

Salah satunya adalah seperti yang dicontohkan oleh Nabi Adam alaihissalam ketika pertama kali turun ke bumi. Beliaulah manusia pertama yang melaksanakan ibadah puasa.

Puasa Nabi Adam berlangsung setiap tiga hari dalam pertengahan bulan.

Ibadah tersebut dimaksudkan sebagai salah satu jalan taubat kepada Allah setelah melakukan kesalahan yang membuatnya diturunkan dari surga.

Kelak, contoh puasa dari Nabi Adam ini dikenal dengan puasa sunah hari putih atau ayyamul bidh.

Umat Islam dianjurkan untuk melaksanakannya, yakni setiap pertengahan bulan Hijriah, tepatnya tanggal 13, 14, dan 15.

Seperti halnya Nabi Adam, para nabi lainnya juga memiliki tradisi puasa masing-masing.

Hal itu disinggung dalam surah Al-Baqarah ayat 183 melalui frasa, “… sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu.”

Bagaimana dengan Puasa Daud?

Apa itu puasa Daud? Disebut demikian karena puasa tersebut pertama kali dilakukan dan dicontohkan sendiri oleh Nabi Daud alaihissalam.

Beliau menjalankan puasa selama setengah tahun secara berselang-selang, sehari puasa dan besoknya tidak.

Puasa yang dilakukan Nabi Daud juga merupakan salah satu wujud sikap seorang hamba yang sungguh-sungguh ingin bertaubat kepada Allah Swt.

Asal-usul dan sejarah puasa Daud pernah ditulis oleh K.H. Bey Arifin, ulama, pemikir, sekaligus imam perwira tentara angkatan darat dalam kitab terjemahan Sunan an-Nasaiy.

Kisah Nabi Daud dan Sejarah Puasa Daud

Nabi Daud mempunyai julukan Al-Mulk an-Nabiya, yang artinya nabi utusan Allah sekaligus raja. Beliau diutus untuk bangsa Ibrani.

Kerajaan beliau bernama Yehuda yang berada di tanah Israel. Kamu juga pasti sudah tahu bahwa Allah menganugerahi Nabi Daud dengan kitab suci Zabur.

Selain itu, mukjizat beliau antara lain memiliki suara merdu, kemampuan berbahasa hewan, dan keahlian mengolah logam dengan tangan kosong.

Meski memiliki derajat orang suci dan pemimpin suatu negeri, Nabi Daud tetaplah manusia biasa.

Pada suatu ketika, terjadi peperangan yang mengharuskan Nabi Daud mengirim panglima terbaiknya, Aria, untuk berangkat.

Sepeninggal Aria ke medan perang, Nabi Daud mendapati istri Aria dan terpesona dengan kecantikannya.

Tergoda, dalam hati Nabi Daud alaihissalam muncul sebersit keinginan untuk memperistri wanita itu.

Padahal, pada waktu itu, beliau sudah memiliki 99 orang istri. Jika keinginannya itu terpenuhi, otomatis jumlah istrinya menjadi genap 100 orang.

Allah Yang Maha Mengetahui dan memang mencintai Nabi Daud kemudian mengutus dua malaikat tak lama kemudian untuk memberi Nabi Daud pelajaran.

Mereka bertamu kepada Nabi Daud sambil menyamar sebagai dua orang yang sedang berselisih.

Perselisihan mereka berdua disebabkan karena hewan ternak, yaitu domba. Orang pertama memiliki domba sebanyak 99 ekor, sedang satunya hanya memiliki 1 ekor.

Keduanya terlibat perdebatan yang akhirnya dimenangkan pemilik 99 ekor domba.

Akibat lemah berargumentasi, pemilik seekor domba harus menyerahkan satu-satunya hewan miliknya itu kepada si peternak 99 domba.

Mereka pun kemudian mengadukan masalah ini kepada Nabi Daud guna mendapatkan solusi dari beliau. Nabi Daud berhasil mendamaikan kedua peternak tersebut.

Namun, di sisi lain, beliau juga tersentak karena merasa bahwa Allah Swt. telah memperingatkan beliau melalui peristiwa perselisihan dua orang tadi.

Lantas, beliau menyadari kesalahannya. Allah Swt. memberikan teguran karena tidak meridhai keinginan Nabi Daud untuk memiliki istri Panglima Aria.

Beliau pun kemudian bertaubat kepada Allah dengan puasa berselang-seling selama setahun.

Hukum Puasa Daud

Puasa yang dilaksanakan Nabi Daud itulah yang kemudian disebut dengan puasa Daud.

Sebagaimana bentuk ibadah lainnya, para ulama juga menentukan hukum puasa Nabi Daud sebagai pedoman bagi orang menirunya.

Seperti diketahui, dalam Islam, terdapat beberapa tingkatan hukum dalam mengerjakan segala sesuatu.

Tingkatan hukum tersebut secara umum terdiri dari fardhu, sunah, haram, makruh, dan mubah. Berikut prinsip sederhana untuk memahaminya.

Fardhu : mutlak/wajib dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan.

Haram : mutlak/wajib ditinggalkan dan tidak boleh dikerjakan.

Mubah : boleh dan dianjurkan untuk dikerjakan, meski tidak diperintahkan.

Makruh : boleh dikerjakan, tetapi lebih baik ditinggalkan, meski tidak ada larangannya.

Khusus untuk sunah, Hasana.id akan menguraikannya lebih mendalam.

Istilah sunah (as-sunnah) adalah segala hal yang berasal dari diri Rasulullah saw., baik ucapan, perbuatan, ketetapan, perilaku, maupun akhlak beliau untuk dijadikan dalil hukum syariah.

Istilah sunah digunakan untuk menyebut salah satu tingkatan hukum syariah Islam. Sesuatu disebut sunah jika ketika seseorang mengerjakannya, dia akan memperoleh ganjaran setimpal.

Namun, dia tidak akan dibebani dosa bila meninggalkannya.

Puasa Daud digolongkan sebagai ibadah sunah. Jadi, tidak ada dosa, meski kamu tidak melaksanakannya.

Namun, terdapat manfaat-manfaat dan keutamaan jika kamu bersedia menjalankannya, apalagi dengan niat tulus ikhlas karena Allah Ta’ala.

Puasa Nabi Daud bukan satu-satunya ibadah menahan diri yang dikenal dalam Islam.

Ada beberapa jenis puasa sunah lainnya, seperti puasa Senin-Kamis, puasa Asyura, puasa tanggal –9 Dzulhijjah, puasa ayyamul bidh, dan lain sebagainya.

Namun, di antara macam-macam puasa sunah tersebut, banyak riwayat menyebut puasa Nabi Daud memiliki derajat yang lebih tinggi.

Mengenai hal ini, nantinya akan dibahas lebih lanjut pada poin tersendiri. Jadi, sebaiknya baca terus uraian dalam artikel ini.

Tata Cara Menjalankan Puasa Daud

Berikutnya, untuk bisa mengerjakan puasa seperti Nabi Daud, kamu juga perlu memahami tata caranya.

Seperti apa tata caranya? Tentu saja seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Daud sendiri, yakni kamu berpuasa satu hari, lalu pada hari berikutnya, kamu tidak berpuasa.

Pada dasarnya, tidak ada perbedaan antara rukun puasa ala Nabi Daud dengan rukun puasa Ramadhan.

Hanya saja, jika puasa Ramadhan dilaksanakan setiap hari selama sebulan penuh, puasa sunah Daud dilakukan secara berselang-selang.

Ada sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa waktu mulainya puasa meniru Nabi Daud tidak sama seperti puasa Ramadhan.

Jika puasa Ramadhan dimulai sejak adzan Subuh, puasa Daud boleh diawali sejak matahari terbit.

Hal ini mengingat pada masa Nabi Daud belum ada adzan, juga perintah shalat Subuh. Namun, akan sulit menentukan waktu fajar secara akurat.

Oleh karena itu, akan lebih aman jika memulai puasa ala Nabi Daud ini sama seperti puasa Ramadhan. Nah, sekarang simak tata cara melakukan puasa sunah ini.

Niat Puasa Daud

Niat ibadah berawal dari hati, kemudian diikuti dengan ikrar secara lisan agar makin mantap.

Sebenarnya, tidak ada kalimat wajib yang khusus dilafalkan sebagai niat untuk berpuasa mengikuti Nabi Daud. Namun, kamu bisa menggunakan kalimat berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ دَاوُدَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaituu shoumma Dawuda sunnatan lillahi ta’ala;

Artinya: “Saya niat mengerjakan puasa sunah Daud karena Allah Ta’ala.”

Seperti halnya puasa Ramadhan, niat puasa Daud dianjurkan untuk dibaca sebelum fajar atau sebelum mulai berpuasa.

Lebih baik lagi jika puasa ini diniatkan sejak pada malam hari sebelumnya supaya tidak lupa , sekaligus memantapkan hatimu untuk bangun sahur.

Sahur

Meski tidak wajib, santap sahur sangat dianjurkan bagi orang yang hendak melaksanakan ibadah puasa, baik wajib maupun sunah.

Mengapa? Memakan hidangan sahur akan membawa keberkahan bagi orang yang berpuasa.

Jika dilihat dari kacamata ilmu biologi, santap sahur berfungsi sebagai persiapan bagi tubuh.

Pasalnya, tubuh membutuhkan asupan energi untuk dapat berfungsi optimal. Porsi makan sahur yang cukup akan membuat tubuhmu tetap berenergi sepanjang hari, meski sedang berpuasa.

Apabila terlambat bangun dan terpaksa tidak sahur, puasa tetap diperbolehkan sepanjang diperkirakan kamu kuat menjalaninya.

Pasalnya, durasi puasa berlangsung cukup panjang, sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Kalau di Indonesia, lamanya berpuasa kira-kira 14 jam.

Menahan Diri

Ini berarti menahan diri dari segala hal yang membuat puasa sunah Nabi Daud yang sedang kamu lakukan batal.

Termasuk di dalamnya adalah sengaja makan dan minum, berhubungan intim dan sejenisnya, muntah, dan mengeluarkan air mani yang disengaja.

Selain itu, hal-hal lain yang juga bisa mengurangi keutamaan ibadah puasa wajib dihindari.

Contohnya adalah mengumbar syahwat meski tanpa berhubungan, meluapkan emosi (apalagi marah) secara berlebihan, bergunjing, dan hal-hal negatif lainnya.

Berbuka

Orang yang berpuasa dianjurkan untuk menyegerakan berbuka jika telah tiba waktunya.

Setelah mendengar adzan Maghrib berkumandang, kamu yang sedang melakukan puasa Daud sebaiknya segera membatalkan puasa dengan minuman atau makanan segar sebagai perangsang.

Pada dasarnya, tidak disarankan untuk langsung menyantap makanan berat ketika pertama kali berbuka.

Selain kurang baik untuk kesehatan organ pencernaan, kebiasaan itu juga tidak mencerminkan keutamaan yang diperoleh dari ibadah puasa.

Keutamaan Puasa Daud

Sempat disinggung sebelumnya bahwa puasa Nabi Daud memiliki keutamaan lebih dibandingkan dengan puasa sunah lainnya.

Hal itu seperti disampaikan oleh Rasulullah saw. sendiri yang termaktub dalam kitab-kitab hadits para ulama, di antaranya adalah dua hadits berikut ini.

أَفْضَلُ الصِّيَامِ صِيَامُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

Afdholul shiyaami shiyaamu Daawuda ‘alaihissalam, kaana yashuumu yauman wayuftiru yauman.

Artinya: “Puasa yang paling utama adalah puasanya Nabi Daud alaihissalam, ia berpuasa sehari dan berbuka (tidak berpuasa) sehari.” (HR An-Nasa`i)

أَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا ، وَأَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ

Ahabbul shiyaami ilallahi shiyaamu Daawuda, kaana yashuumu yauman wayuftiru yauman, Waahabbul sholaati ilallahi sholaatu Dawuuda, kaana yanaamu nishfallaili wayaquumu tsultsahu wa yanaamu sudusahu.

Artinya: “Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Ia berpuasa satu hari, lalu berbuka satu hari. Dan shalat yang paling disukai oleh Allah adalah shalat Nabi Daud. Ia tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya”. (HR Bukhari)

Meski derajatnya tidak sama dengan puasa wajib pada bulan Ramadhan, tetap saja puasa Daud lebih utama daripada puasa sunah lainnya.

Metode puasa selang-seling meniru Nabi Daud lebih berat, terutama bagi mereka yang belum pernah melakukannya.

Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih yang berbunyi, “maa kaana aktsaru fi’lan kaana aktsaru fadhlan.”

Artinya, makin banyak ibadah yang dilakukan maka makin besar pula fadhilah/keutamaan/pahalanya.

Demikian pula makin tinggi derajat dan keutamaan suatu ibadah maka akan makin besar pula manfaat yang dirasakan oleh yang menjalankannya.

Tentu saja, dengan catatan ibadah tersebut dilakukan dengan tulus ikhlas karena Allah Ta’ala.

Manfaat Puasa Daud

Sebagaimana ibadah pada umumnya, puasa adalah sarana bagi seorang muslim untuk selau dekan dengan Allah Swt., juga dapat menjadi ajang untuk meningkatkan kualitas akhlak.

Secara khusus, berikut beberapa manfaat puasa Daud.

Meningkatkan Wibawa

Nabi Daud alaihissalam adalah utusan Allah yang dianugerahi peran sebagai pemimpin bangsa Ibrani, sekaligus pemersatu tanah Israel.

Meneladani Nabi Daud dapat membuat seseorang memperoleh wibawa seperti yang beliau miliki, meski mustahil sama derajatnya.

Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Nabi Daud alaihissalam berpuasa selang-seling sebagai sarana pertaubatan kepada Allah Swt. karena nyaris tergoda untuk memperistri pasangan panglimanya.

Tidak terwujudnya keinginan beliau sekaligus membuat keluarganya dan rumah tangga panglimanya terjaga.

Seseorang yang berpuasa meniru Nabi Daud diharapkan memperoleh manfaat yang serupa.

Lagi pula, kualitas akhlak yang baik akan membuat seseorang menghindari hal-hal negatif, termasuk berusaha untuk selalu menjaga keharmonisan rumah tangga.

Mendapatkan Rezeki yang Tidak Terduga

Rezeki bukan hanya berarti kelapangan finansial. Kesehatan, jodoh, dan kemudahan dalam segala urusan pun termasuk rezeki.

Puasa Daud melatih diri untuk gemar bersyukur, dan Allah Swt. telah berjanji bahwa Dia akan memperbanyak nikmat untuk hamba-Nya yang selalu bersyukur.

Pertanyaan-Pertanyaan Seputar Puasa Daud

Secara teori, memang mudah membayangkan pelaksanaan puasa Daud, apalagi setelah mengetahui tentang sejarah tata cara, keutamaan, serta berbagai manfaatnya.

Namun, pada saat mempraktikkannya, akan ada beberapa kondisi yang memicu pertanyaan.

Berdasarkan riset sederhana yang dilakukan Hasana.id, banyak umat mempertanyakan ketentuan-ketentuan khusus terkait puasa meniru Nabi Daud.

Apa saja pertanyaan yang dimaksud? Berikut beberapa topik yang paling banyak ditanyakan.

Kapan Puasa Daud Dilakukan?

Puasa Daud boleh dilakukan kapan saja, kecuali pada bulan Ramadhan dan hari-hari yang diharamkan berpuasa.

Namun, ada satu momen lain yang diutamakan untuk mengerjakan puasa sunah selama sebulan penuh, yaitu pada bulan Rajab.

Nabi Daud sendiri tidak membatasi puasanya, kecuali pada bulan Rajab.

Hal itu seperti diriwayatkan Imam Ibnu Hajar al-Haitami al-Makki dalam kitab Al-Fatawa al-Fiqiyah al-Kubra.

Berapa Lama Durasinya?

Tidak ada batasan khusus soal durasi pelaksanaan puasa Daud, dengan catatan kondisi kesehatannya masih memungkinkan.

Pasalnya, orang yang memaksakan diri berpuasa ketika benar-benar tidak mampu berarti dia telah menyiksa diri sendiri.

Jadi, puasa ini boleh dilakukan selama satu minggu, satu bulan, atau beberapa bulan.

Tentunya, asalkan bukan pada bulan-bulan yang lebih utama, seperti Rajab dan Ramadhan, serta tidak menyalahi ketentuan hari yang diharamkan.

Bagaimana Jika Berbenturan dengan Puasa Senin-Kamis?

Puasa Daud dan Senin-Kamis memiliki keutamaan yang berbeda.

Ingat kembali poin tentang keutamaan puasa Daud. Di situ telah dijelaskan bahwa puasa sunah ini lebih diutamakan daripada puasa sunah lainnya.

Masih dalam kitab Al-Fatawa Al-Fiqiyah Al-Kubra, disebutkan bahwa jika salah satu hari bertepatan dengan giliran puasa meniru Nabi Daud, puasa inilah yang diutamakan adalah.

Jika hari tersebut giliran tidak berpuasa, boleh saja kamu melanjutkan puasa Senin-Kamis.

Bagaimana Jika Bertepatan dengan Hari yang Makruh Berpuasa?

Hukumnya makruh bagi seseorang yang berpuasa tunggal pada hari Jumat, Sabtu, atau Minggu, tanpa didahului atau dilanjutkan dengan puasa di hari-hari berikutnya.

Namun, jika seseorang melakukan puasa Daud, hukum makruh tersebut boleh diabaikan.

Manakah yang Lebih Utama, Puasa Daud atau Puasa Dahr?

Puasa dahr adalah puasa setiap hari selama jangka waktu yang ditentukan sendiri sesuai kemampuan.

Tentu saja, puasa ini dilakukan dengan mengecualikan waktu-waktu lain yang lebih baik, seperti Ramadhan, hari raya, dan hari tasyrik.

Ada dua jawaban mayoritas ulama atas pertanyaan tersebut.

Sebagian ulama menganggap puasa Daud lebih utama berdasarkan hadits Rasulullah saw. yang memaparkan keutamaan ibadah puasa sunah tersebut.

Di sisi lain, ada pula ulama yang menilai puasa dahr lebih afdhal.

Mereka mendasarkan pendapat itu melalui sebuah riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah saw. tidak melarang sahabat beliau, Hamzah bin Amr, untuk berpuasa setiap hari.

Lalu, manakah yang lebih utama?

Kamu boleh mengikuti pendapat salah satu ulama yang paling diyakini, asal tidak menganggap diri paling benar sambil menyalahkan orang lain yang berlainan pendapat denganmu.

Uraian di atas sekaligus mengakhiri pembahasan tentang puasa Daud kali ini. Hasana.id berharap kamu dapat memperoleh wawasan baru dan ilmu yang bermanfaat setelah membacanya.

Referensi:
https://alif.id/read/kh-ishomuddin-mashum/inilah-tiga-ibadah-tertua-di-dunia-b229067p/
https://www.islampos.com/sudah-tahu-sejarah-puasa-nabi-daud-ini-penjelasan-lengkapnya-120801/
https://tirto.id/bey-arifin-sejarah-hidup-imam-tentara-dan-pemikir-untuk-umat-dzkL
https://www.tagar.id/sejarah-puasa-nabi-daud
https://almanhaj.or.id/2263-pengertian-as-sunnah-menurut-syariat.html
https://www.laduni.id/post/read/58818/hukum-dan-fadhilah-puasa-daud.html
http://laduni.id/post/read/56578/tata-cara-puasa-daud.html

5 Keutamaan Puasa Daud Serta Manfaatnya


https://www.republika.co.id/berita/q5ucob320/10-alasan-mengapa-puasa-daud-sangat-dianjurkan-rasulullah

http://www.piss-ktb.com/2012/03/120-puasa-kedudukan-puasa-daud.html