Puasa Asyura: Hukum, Niat, Dalil, DLL [LENGKAP]

Puasa asyura adalah puasa yang memiliki keutamaan dan pahala luar biasa di sisi Allah swt. 

Dilaksanakan pada bulan pertama hijriah, yaitu muharam, keutamaan puasa ini tentu sangat banyak. Bahkan ada sebagian ulama yang menulis tentang keutamaan puasa ini menjadi sebuah buku.

Lalu apa saja yang perlu kamu ketahui tentang puasa asyura ini? Keutamaan dan faedah-faedah apakah yang terkandung di dalam puasa Asyura ini?

Menjawab pertanyaan tersebut, hasana.id akan sedikit menjelaskan tentang apa saja yang perlu kamu pahami. Silakan disimak ya sahabat!

Makna Puasa Asyura

istimewa asyura

Akhir dari kehidupan yang baik adalah keluar dari dunia dengan memperoleh titel takwa. Inilah hal yang sangat di idam-idamkan oleh setiap mukmin. 

Bertakwa artinya mendedikasikan segala kehidupanmu terus dalam mujahadah dan ubudiah kepada-Nya. Salah satu ibadah yang sangat agung martabatnya dan sangat banyak keutamaannya adalah puasa.

Bulan Muharam adalah bulan yang sangat diagungkan dan mendapat gelar syahrullah atau bulan Allah. Dalam bulan ini berbagai amalan dan ibadah dianjurkan. Salah satunya, puasa asyura.

Arti Puasa Asyura

Puasa asyura adalah puasa yang disunnahkan pada bulan Muharam tepatnya pada hari ke 10 hijriah dari bulan tersebut.

Puasa ini sudah sangat masyhur dan familiar pada kalangan umat islam di seluruh penjuru dunia. Karena fadhilah yang terkandung di dalamnya membuat semua orang menyesal jika tidak sempat berpuasa.

Secara etimologi asyura berasal dari bahasa arab yang berarti sepuluh, sedangkan secara istilah asyura identik dengan sepuluh Muharam.

Asyura diistilahkan hanya pada sepuluh Muharam tidak pada bulan-bulan yang lain karena pada 10 bulan Muharam sangat banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting yang sangat patut untuk diperingati bersama.

Awal Mula Puasa Asyura

Namun puasa pada 10 Muharam ini tidak hanya dilakukan oleh orang islam saja, orang-orang Yahudi pun merayakan ritual ini.

Alasan mereka berpuasa adalah karena pada hari ini lah Allah menyelamatkan Nabi Musa as dari kejaran Firaun dan menenggelamkannya di laut merah. Atas hal ini lah maka orang yahudi turut merayakan puasa ini.

Filosofi dari puasa asyura sudah sejak lama sudah ada, bahkan amalan berpuasa asyura ini telah lebih dulu ada dari pada puasa Ramadhan. Namun amalan ini dahulu hanya terkusus kepada Rasulullah saw saja tidak pada yag lain.

Sebenarnya Rasulullah saw telah berpuasa asyura sejak berada di Mekkah namun tidak memerintahkan kepada umatnya untuk berpuasa, beliau hanya berpuasa untuk dirinya.

Baru ketika beliau hijrah ke Madinah dan melihat orang Yahudi yang berpuasa, Rasulullah saw memerintahkan umatnya untuk juga berpuasa.

Ketika Rasulullah saw melihat orang yahudi berpuasa lalu bertannya pada mereka, mengapa kalian berpuasa pada hari ini?

Mereka menjawab karena pada hari ini Allah swt telah menyelamatkan Nabi Musa dari kejaran firaun dan menengelamkannya.

Maka rasulullah menjawab, kami lebih berhak untuk nabi Musa ketimbang kalian, lalu Rasulullah saw berpuasa, dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari tersebut yang dikenal dengan puasa asyura.

Hukum Puasa Asyura

Salah satu dari bentuk dedikasi seorang hamba adalah menjalankan perintah-Nya tanpa melihat status perintah tersebut apakah wajib ataupun sunah.

Ibadah yang tidak melihat status dari ibadah tersebut akan mampu membuat kamu lebih sempurna dalam tingkat kedekatan dengan Allah.

Ada banyak hadis dan pendapat dari para ulama mengenai hukum dari puasa ini. Yang pasti semuanya sepakat, jika puasa asyura ini hukumnya sunah yang mendapat pahala besar.

Kesunahan puasa ini terdapat dalam hadis yang Rasulullah saw sabdakan. Artinya, puasa ini tidak menyebabkan berdosa jika kamu tidak sempat berpuasa atau tidak mampu, karena sakit ataupun karena halangan yang lain.

Dalil Puasa Asyura

keutamaan muharam

Berpuasa merupakan salah satu amalan yang paling disunahkan untuk dilakukan. Namun ada sebuah tuduhan yang mengatakan bahwa orang-orang yang berpuasa asyura adalah orang yang melestarikan tradisi jahiliyah.

Tentu saja tuduhan itu tidak benar, karena sangat banyak hadis yang menyebutkan tentang anjuran puasa ini. Kedudukan hadisnya yang kuat dan disahihkan oleh pakar-pakar hadis yang masyhur.

Dalam kitab nihayatuz zain bahkan ada satu pembahasan tentang puasa asyura. Berikut saya nukil sedikit redaksi yang ada dalam kitab tersebut:

فصل فِي صَوْم التَّطَوُّع

(و) الثَّانِي صَوْم يَوْم (عَاشُورَاء) وَهُوَ عَاشر الْمحرم لِأَنَّهُ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم سُئِلَ عَنهُ فَقَالَ يكفر السّنة الْمَاضِيَة  وَإِنَّمَا كَانَ صَوْم عَرَفَة بِسنتَيْنِ وعاشوراء بِسنة لِأَن الأول يَوْم نَبينَا صلى الله عَلَيْهِ وَسلم وَالثَّانِي يَوْم غَيره من الْأَنْبِيَاء وَنَبِينَا صلى الله عَلَيْهِ وَسلم أفضل الْأَنْبِيَاء فَكَانَ يَوْمه بِسنتَيْنِ وَلِأَن المزية لَا تَقْتَضِي الْفَضِيلَة

Artinya: pasal pada pembahasan puasa sunah.

Yang kedua adalah puasa asyura yaitu puasa pada hari kesepuluh Muharam, karena Rasulullah saw pernah ditanya perihal puasa ini, maka rasulullah saw bersabda bahwa puasa asyura dapat menjadi tebusan (dosa) setahun yang lalu. Dan hanya puasa arafah menjadi penebus dosa dua tahun (satu tahun yang lalu dan yang akan datang) sedangkan asyura hanya menjadi tebusan (dosa) bagi satu tahun saja. (Itu) karena yang pertama (puasa arafah) adalah puasa yang dinisbahkan kepada Rasulullah saw, sedangkan puasa asyura dinisbahkan kepada para nabi selain Nabi Muhammad saw. Dan tentu saja Nabi Muhammad saw lebih diunggulkan daripada nabi-nabi yang lain. Maka puasa yang penisbatan nya kepada Rasulullah menjadi kafarat dua tahun. Dan juga kenapa puasa ‘arafah mengandung nilai lebih berbanding puasa ‘asyura, padahal puasa ‘asyura memiliki beberapa keunggulan menyangkut kisah para Nabi. (Itu) karena keunggulan (pada diri para Nabi) tidak berindikasi dan menjadi syarat (berimplikasi) kepada kefadlilahan (yang bisa mengalahkan kefadlilahan Nabi Muhammad saw).

Dalil dari Hadis Riwayat Abdullah bin Abbas

Untuk menolak tuduhan yang seperti itu, maka di sini akan saya uraikan mengenai dalil anjuran dan fadhilah yang terkandung di dalamnya.

Diantaranya adalah hadis riwayat Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma:

قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: مَا هَذَا؟، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى الله بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Artinya: Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam datang ke Madinah, maka beliau melihat orang-orang Yahudi yang melaksanakan puasa hari ‘Asyura. Rasulullah saw bertanya kepada mereka: “apa yang kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik. Karena pada hari ini Allah telah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka pada hari ini Nabi Musa berpuasa.” Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam bersabda, “Aku lebih layak dengan nabi Musa dibandingkan dengan kalian.”Maka Rasulullah pun berpuasa ‘Asyura dan juga memerintahkan para sahabat untuk berpuasa ‘Asyura.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dari hadis ini jelas menyebutkan bahwa Rasulullah saw memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Artinya puasa ‘asyura adalah perintah langsung dari Rasulullah saw, bukan tradisi jahiliah.

Dalil dari Hadis Riwayat Sayyidina Aisyah

Juga hadis yang lain seperti hadis riwayat sayyidina Aisyah ra:

كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ المَدِينَةَ صَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ

Artinya: Orang-orang dari kaum musyrik Quraisy melaksanakan tradisi puasa pada hari ‘Asyura sejak zaman jahiliah. Demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam juga melaksanakan puasa ‘Asyura. Pada saat Rasulullah saw tiba di Madinah, maka Rasulullah berpuasa ‘Asyura disamping juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa. Kemudian ketika puasa Ramadhan Allah wajibkan, Rasulullah meninggalkan puasa hari ‘Asyura. Maka siapa saja yang ingin berpuasa, dia boleh berpuasa ‘Asyura. Dan siapa saja ingin meninggalkannya, dia boleh tidak berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menjadi dalil kepada tidak wajibnya puasa ini kepada umat Rasulullah saw dan sekaligus meringankan.

Karena seandainya Rasulullah saw senantiasa mengerjakan puasa ini, maka dikhawatirkan umat akan menganggap bahwa puasa  ini statusnya memang wajib untuk dilakukan.

Satu lagi hadis riwayat muslim yang dapat menjadi dalil bagi kesunnahan puasa ‘asyura yaitu:

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Artinya: Nabi saw ditanya persoalan keutamaan akan ibadah puasa Arafah? Rasulullah menjawab, ”bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa (menjadi kafarat) setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Rasulullah juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”bahwa puasa ’Asyura dapat menghapus dosa (menjadi kafarat) setahun yang lalu.” (HR Muslim)

Hadis ini lebih menekankan akan keutamaan yang dikandung dalam puasa asyura dan yang dimaksud dapat menghapus dosa adalah dosa yang kaitan dan hubungannya dengan Allah.

Adapun dosa yang terikat dengan manusia tidak akan terhapus sampai orang tersebut memaafkan kesalahan pelakunya.

Niat Puasa Asyura

niat puasa

Sebagaimana ibadah-ibadah yang lain, ibadah puasa ini juga disyaratkan untuk termaktub niat di dalamnya. Niat menjadi faktor sekaligus komponen utama dalam ibadah.

Tanpa niat ibadah hanya akan menjadi sebuah seremonial belaka. Karena hanya dengan niat lah yang akan menjadi pembeda antara ibadah dengan bukan.

Begitu juga dengan puasa, perbedaan antara puasa dengan orang yang menahan lapar terletak pada niat.

Jika seseorang berniat puasa ketika menahan lapar maka dia akan mendapat pahala, namun jika dia tidak berniat maka yang dia dapat hanya lapar saja.

Maka dari itu kamu perlu mengetahui ucapan niat puasa asyura yang baik dan benar, insyaallah dengan mengetahui lafadz niat yang benar, Allah swt akan menerima ibadah puasa yang dikerjakan, amin .

Adapun lafdz niat puasa asyura adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati asyura lillahi ta‘ala

Artinya: Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah swt

Tata Cara Puasa Asyura

amalan sunah

Tata cara puasa asyura sama dengan puasa yang lain, yaitu menahan lapar dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam pembahasan puasa lainnya.

Namun karena status puasa ini hukumnya adalah sunah, maka ketentuan niat puasa ini boleh saja di niat setelah fajar sampai tergelincir matahari.

Selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa seperti jimak, makan, minum dan lain sebagainya.

Sedangkan mengenai cara berpuasa, rukun puasa, yang membatalkan puasa dan hal-hal yang lain juga masih sama dengan puasa wajib dan puas sunah yang lain.

Hikmah Puasa Asyura

Banyak hikmah yang dikandung dalam puasa asyura ini. Diantara hikmahnya, yaitu:

Diampunkan dosa satu tahun yang lalu

Seperti sabda Rasulullah saw

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Artinya: Nabi saw ditanya persoalan keutamaan akan ibadah puasa Arafah? Rasulullah menjawab, ”bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa (menjadi kafarat) setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Rasulullah juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”bahwa puasa ’Asyura dapat menghapus dosa (menjadi kafarat) setahun yang lalu.” [HR Muslim]

Puasa Paling Baik Dan Utama Setelah Puasa Ramadhan

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Artinya: Puasa paling baik setelah puasa ramadhan adalah puasa di bulan Allah yakni Muharam.

Rasulullah Sengaja Berpuasa 

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

Artinya: Tidak pernah aku lihat Rasulullah saw menyegajakan puasa pada hari yang beliau lebihkan dengan hari yang lain kecuali puasa ini hari yaitu hari asyura, dan ini bulan yaitu bulan ramadhan

Puasa Asyura dan Puasa Tasu’a

makna takwa

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa ada tuduhan yang mengatakan puasa ini adalah tradisi yahudi yang dilestarikan dalam islam.

Maka untuk membedakan dengan ibadah yahudi yang juga berpuasa pada hari ini (10 Muharam), sebagai muslim disunahkan juga untuk berpuasa sebelum hari asyura, yaitu pada hari ke-9 bulan muharam.

Puasa pada hari 9 Muharam disebut dengan puasa tasu’a. Hukum puasa ini juga sunah sebagaimana yang disebut dalam kitab Nihayatuz zain:

(و) الثَّالِث صَوْم يَوْم (تاسوعاء) وَهُوَ تَاسِع الْمحرم لِأَنَّهُ صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ لَئِن عِشْت إِلَى قَابل لأصومن التَّاسِع والعاشر فَقبض صلى الله عَلَيْهِ وَسلم من عَامه

Dan yang ke tiga adalah puasa hari Tasu’a, yaitu hari ke Sembilan dari bulan Muharam atau satu hari sebelum puasa asyura. Rasulullah saw bersabda: “seandainya aku (masih) hidup pada tahun depan, sungguh aku pasti akan melaksanakan puasa pada hari ke 9 dan ke 10 (dari bulan Muharam)”. (Namun) beliau wafat sebelum sampai tahun depan.

Maka dari itu, sangat dianjurkan bagi kamu untuk berpuasa dikedua hari tersebut. Disamping sebagai membedakan dengan puasa orang jahiliyah, juga karena Rasulullah menganjurkan untuk puasa ini.

Penutup

Dalam bulan Muharam sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah. Karena dalam bulan ini terjadi banyak peristiwa-peristiwa besar di dunia, salah satu ibadah yang sangat baik untuk dikerjakan adalah berpuasa.

Ada dua puasa yang diperintahkan dalam bulan Muharam yaitu tasu’a (pada 9 Muharam) dan  ‘asyura (pada 10 Muharam).

Banyak hadis dan juga kalam ulama mengenai keutamaan keduanya, sebagaimana yang telah hasanah.id uraikan di atas.

Semoga sebagaimana Allah telah menyelamatkan Nabi Musa, Allah juga menyelamatkan kamu semua dari fitnah dunia, fitnah kubur, dan siksa neraka dan mendapatkan ridha-Nya dengan keberkatan Asyura dan tasu’a. Amin ya rabbal Alamin