Nabi Zulkifli, Teladan bagi para Pemimpin Umat

Di antara dua puluh lima nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Quran, tidak sedikit yang belum mengetahui tentang kisah Nabi Zulkifli a.s.

Padahal, kisah beliau juga memuat banyak suri teladan bagi umat muslim sehingga sedari kecil juga tentu kamu telah dikenalkan dengan kisah beliau.

Nabi Zulkifli merupakan nabi yang meneruskan tugas Nabi Ilyasa dalam berdakwah untuk menegakkan agama Islam.

Nah, kamu yang penasaran dengan kisah Nabi Zulkifli a.s. tidak ada salahnya untuk menyimak penjelasan yang Hasana.id sajikan berikut ini!

Tentang Nabi Zulkifli alaihissalaam

Terkait dengan Nabi Zulkifli a.s., rupanya masih banyak umat muslim yang belum mengetahui kisah beliau.

Beliau adalah putra Nabi Ayub dan terlahir dengan nama Basyar.

Namun, ada pendapat lain yang juga mengatakan bahwa beliau merupakan penerus dakwah agama Islam di kalangan Bani Israil yang sebelumnya dilakukan oleh Nabi Ilyasa a.s.

Nabi Ilyasa merupakan salah satu nabi yang juga keturunan jauh dari Nabi Yaqub dan hidup pada abad ke-9 sebelum Masehi.

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa setelah Nabi Ilyasa tua, beliau mencari orang yang dapat meneruskan kepemimpinannya di Negeri Syam.

Beliau ingin agar penduduk negeri itu tetap beribadah dan menyembah Allah Swt.

Kisah ini juga berkaitan dengan kisah yang menyebutkan bahwa nama Zulkifli sendiri merupakan nama yang diberikan oleh Raja Negeri Syam.

Raja tersebut memang sudah tua dan tidak memiliki satu pun keturunan sehingga ia mencari penerus takhta yang berasal dari golongan apa saja.

Pada saat itu, hanya Nabi Zulkifli, saat itu bernama Basyar, yang mampu menyanggupi dan memenuhi syarat yang diberikan oleh sang raja.

Di dalam Al-Qur’an, nama Nabi Zulkifli tercantum dalam surah Al-Anbiya ayat 85 yang berbunyi:

وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا ٱلْكِفْلِ ۖ كُلٌّ مِّنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Wa ismā’īla wa idrīsa wa żal-kifl, kullum minaṣ-ṣābirīn.

Artinya:

“Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.”

Nama Zulkifli sendiri secara harafiah memiliki arti “pemilik dari kifli”. Kata “kifli” dalam bahasa Arab kuno memiliki arti “ganda” atau bisa juga berarti “lipatan kain”.

Terkait dengan arti dari Zulkifli sendiri, sejumlah ulama mengartikan bahwa nama Nabi Zulkifli memiliki arti “orang yang mendapatkan ganjaran sebanyak dua kali lipat”.

Nama Nabi Zulkifli juga disebutkan sebanyak dua kali dalam Al-Qur’an. Nama beliau kerap dikaitkan dengan Nabi Ismail, Nabi Idris, dan Nabi Ilyasa.

Di dalam Al-Qur’an, Zulkifli digambarkan sebagai orang yang sabar, saleh, dan merupakan orang yang mendapatkan rahmat dari Allah Swt.

Kisah Nabi Zulkifli a.s. dengan Raja Negeri Syam

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, nama asli dari Nabi Zulkifli bukanlah Zulkifli, melainkan Basyar.

Nama “Zulkifli” baru digunakan setelah Basyar memerintah Negeri Syam, menggantikan raja negeri tersebut yang kemungkinan adalah Nabi Ilyasa a.s.

Dugaan bahwa Raja Syam adalah Nabi Ilyasa didasarkan pada kesamaan antara keduanya, yaitu dua-duanya sudah berusia lanjut, tetapi tidak memiliki keturunan.

Sang raja berjanji akan memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang dapat bertanggung jawab dan menjalankan amanah penduduk di Negeri Syam.

Selain itu, raja juga memberi syarat tambahan bagi orang yang dapat meneruskan takhtanya, yakni orang yang bertakwa kepada Allah Swt.

Dikisahkan pula, raja berkata kepada seluruh rakyatnya bahwa orang yang akan meneruskan takhtanya adalah yang menjalankan puasa pada siang hari dan beribadah pada malam hari.

Setelah raja mengatakan hal tersebut, dari kerumunan, berdirilah seorang pemuda yang diketahui bernama Basyar atau yang dikenal oleh umat muslim sebagai Nabi Zulkifli.

Basyar yang memenuhi syarat yang ditetapkan Raja Negeri Syam akhirnya terpilih menjadi pewaris takhta kerajaan.

Nama Zulkifli juga diberikan kepada Basyar setelah ia menyanggupi syarat dari sang raja agar tidak marah.

Sejak terpilih menjadi pemimpin Negeri Syam, ia selalu mengerjakan puasa pada siang hari dan rajin beribadah atau mendirikan sahalat pada malam harinya.

Kisah Nabi Zulkifli yang Diganggu oleh Setan

Setelah menjadi pemimpin Negeri Syam, beliau begitu sibuk hingga hanya punya sedikit waktu untuk beristirahat.

Pada suatu hari, datanglah setan yang menjelma sebagai seorang kakek renta dan miskin. Ia bercerita bahwa dirinya telah didzolimi kaumnya.

Setan tersebut terus bercerita sampai sore hari sehingga Basyar tak sempat beristrirahat.

Akhirnya, Basyar meminta kakek tersebut untuk mengikuti majelisnya yang diadakan pada sore hari agar bisa mendapatkan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya.

Sayangnya, si kakek tidak pernah hadir di majelis sore yang diadakan oleh Basyar.

Keesokan harinya, pada saat Basyar tengah menyelesaikan masalah yang disebutkan oleh si kakek renta di hari sebelumnya, sang kakek tidak kunjung terlihat.

Baru pada siang harinya, ketika Basyar akan tidur siang, datanglah kakek tersebut.

Basyar pun bertanya kepadanya mengapa ia tidak menghadiri majelis sore dan juga tidak terlihat batang hidungnya sepanjang pagi hari itu.

Sang kakek menjawab bahwa kaumnya telah berjanji untuk memberikan haknya sehingga ia tidak merasa perlu lagi untuk datang ke majelis.

Namun, ternyata kaumnya mengingkari janji tersebut pada keesokan harinya sehingga ia mendatangi Basyar lagi.

Mengetahui hal itu, Basyar pun kembali meminta sang kakek agar mengikuti majelis sorenya.  Sayangnya, si kakek penjelmaan setan itu lagi-lagi tidak datang.

Selama dua hari berturut-turut, waktu tidur siang Basyar selalu diganggu oleh si kakek jelmaan setan tersebut.

Akhirnya, Basyar meminta tolong kepada orang-orang di sekitarnya agar tidak mengizinkan siapa pun untuk masuk atau mengganggu dirinya yang sedang beristirahat.

Namun, setan kembali menyamar sebagai seorang tua renta dan datang pada sore harinya.

Sesuai pesan dari Basyar, orang-orang di sekitar melarang kakek tersbut masuk rumah Basyar. Sayangnya, kakek tersebut ternyata bisa masuk lewat sebuah lubang.

Basyar heran bagaimana bisa si kakek memasuki rumahnya, padahal sudah terkunci dari dalam. Pada saat itulah, beliau baru tersadar bahwa kakek itu merupakan jelmaan setan.

Setan tersebut berusaha untuk membuat Basyar marah, tetapi usahanya sia-sia belaka.

Kisah Nabi Zulkifli a.s. dalam Al-Quran

Nabi Zulkifli merupakan nabi yang dikenal oleh masyarakat pada zaman itu sebagai orang yang dapat memenuhi janji, amanah, penyabar, dan jujur.

Beliau juga siap bertanggung jawab dan menanggung risiko tugas yang tengah diembannya.

Selain tertera di surah Al-Anbiya ayat 85, nama beliau juga disinggung dalam surah Al-Anbiya ayat 86 yang berbunyi:

وَأَدْخَلْنَٰهُمْ فِى رَحْمَتِنَآ ۖ إِنَّهُم مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Wa adkhalnāhum fī raḥmatinā, innahum minaṣ-ṣāliḥīn.

Artinya:

“Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya, mereka termasuk orang-orang yang saleh.”

“Mereka” pada ayat tersebut merujuk pada nama tiga nabi yang disebutkan pada ayat sebelumnya, yaitu Ismail a.s., Idris a.s., dan Zulkifli a.s.

Tidak hanya itu saja, nama Nabi Zulkifli juga disebutkan dalam surah Shad ayat 48 yang berbunyi:

وَٱذْكُرْ إِسْمَٰعِيلَ وَٱلْيَسَعَ وَذَا ٱلْكِفْلِ ۖ وَكُلٌّ مِّنَ ٱلْأَخْيَارِ

Ważkur ismā’īla walyasa’a wa żal-kifl, wa kullum minal-akhyār.

“Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa’ dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.”

Status Kenabian Zulkifli alaihissalaam

Nama Nabi Zulkifli tercantum dalam Al-Qur’an dan menempati urutan ke-12 di antara kedua puluh lima nabi dan rasul Allah Swt.

Akan tetapi, ada sejumlah ulama yang mempertanyakan status kenabian Zulkifli. Beberapa di antaranya yang bisa disebut adalah Ibnu Jarir dan Ibnu Najih.

Mereka meriwayatkan dari Mujahid bahwa Nabi Zulkifli bukanlah seorang nabi, melainkan orang yang saleh dan adil.

Pendapat itu juga menyebutkan bahwa beliau dapat mengerjakan shalat hingga 100 kali.

Hal ini juga diamini oleh pandangan dari Muhammad bin Jarir al-Thabari yang menganggap bahwa Zulkifli memang merupakan orang yang baik dan sabar serta selalu menolong kaumnya.

Pada masa kepemimpinannya, Zulkifli juga dikenal sebagai pemimpin yang selalu membela kebenaran di antara kaumnya.

Meski demikian, Muhammad bin Jarir al-Thabari  menyatakan bahwa Zulkifli bukanlah seorang Nabi.

Sebagian kelompok ulama dan fuqaha lainnya memiliki pendapat lain dan berpedoman pada Al-Qur’an.

Ibnu Katsir bahkan mengatakan bahwa Al-Qur’an memberikan sanjungan kepada Nabi Zulkifli seperti kepada para nabi lainnya.

Selain itu, beliau juga digambarkan sebagai salah satu penduduk di Suriah dan daerah sekitarnya yang ikut membangun Kota Kifli yang pada saat ini berada di Irak.

Disebutkan pula bahwa sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Zulkifli merupakan sifat-sifat yang menurun dari ayahnya, yaitu Nabi Ayub a.s.

Dalam surah Al-Anbiya ayat 85 hingga 86 disebutkan bahwa Zulkifli merupakan orang sabar yang mendapatkan rahmat Allah Swt.

Nabi Zulkifli Memimpin Perang

Selama menjadi pemimpin bagi kalangan Bani Israel dan umat muslim yang ada di Negeri Syam, Zulkifli juga menjadi pemimpin peperangan yang terjadi.

Peperangan ini bermula dari sekelompok kaum yang durhaka kepada Allah Swt. Mengetahui hal tersebut, Raja Zulkifli memerintahkan prajurit dan penduduknya untuk pergi ke medan perang.

Sayangnya, penduduk dan prajurit yang diperintahkan untuk turun ke medan perang ternyata tidak mau dan tidak berani memerangi kelompok pemberontak tersebut karena takut mati.

Mereka mengajukan syarat jika sang raja tetap ingin mereka turun ke medan perang dan melawan para kelompok pemberontak tersebut.

Adapun syarat yang diminta adalah Nabi Zulkifli harus mendoakan mereka agar Allah menjamin hidup dan keselamatan mereka.

Beliau pun menyanggupi permintaan prajurit dan penduduknya, memohon dan memanjatkan doa kepada Allah Swt.

Tidak lama setelah itu, Allah Swt. pun mengabulkan doa yang beliau panjatkan bagi prajurit dan penduduknya.

Berangkatlah prajurit dan penduduk dari Negeri Syam untuk melawan kelompok pemberontak.

Sesuai janji Allah Swt., mereka mendapatkan kemenangan dan tidak ada satupun dari mereka yang gugur di medan perang.

Beriman kepada Nabi bagi Umat Muslim

Tentu kamu telah mengetahui bahwa salah satu poin dalam rukun iman adalah beriman kepada nabi dan rasul.

Kendati dalam agama Islam Nabi Muhammad saw. merupakan nabi yang paling mulia di mata Allah, setiap umat muslim diwajibkan untuk mengimani semua nabi dan rasul.

Tidak boleh seorang muslim membedakan antara satu nabi dengan nabi yang lain.

Hal ini pun telah disebutkan di dalam Al-Qur’an, tepatnya surah Al-An’am ayat 48 yang berbunyi:

وَمَا نُرْسِلُ ٱلْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ ۖ فَمَنْ ءَامَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Wa mā nursilul-mursalīna illā mubasysyirīna wa munżirīn, fa man āmana wa aṣlaḥa fa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanụn.

Artinya:

“Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”

Perintah Allah Swt. dalam hal mengimani nabi dan rasul yang tercantum dalam Al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim.

Artinya, orang-orang yang tidak mau menjalankan perintah tersebut termasuk orang-orang dari golongan kafir. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 136 yang berbunyi:

فَإِنْ ءَامَنُوا۟ بِمِثْلِ مَآ ءَامَنتُم بِهِۦ فَقَدِ ٱهْتَدَوا۟ ۖ وَّإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّمَا هُمْ فِى شِقَاقٍ ۖ فَسَيَكْفِيكَهُمُ ٱللَّهُ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Fa in āmanụ bimiṡli mā āmantum bihī fa qadihtadau, wa in tawallau fa innamā hum fī syiqāq, fa sayakfīkahumullāh, wa huwas-samī’ul-‘alīm.

Artinya:

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Keutamaan Beriman kepada Nabi dan Rasul

Bukan sekadar menjalankan perintah, percaya bahwa ada nabi dan rasul yang hidup pada masa lalu juga memiliki sejumlah keutamaan bagi seorang muslim.

Salah satunya adalah sebagi wujud pengakuan atas kebesaran Allah Swt. Selain itu, kamu juga dapat memetik hikmah dari setiap kisah nabi dan rasul.

Menjadi Pemimpin Seperti Nabi Zulkifli a.s.

Dari kisah Nabi Zulkifli di atas, bisa disimpulkan bahwa beliau merupakan seorang pemimpin yang menjadi suri teladan bagi kaumnya.

Tentu saja, itu artinya beliau juga bisa dijadikan sebagai suri teladan bagi setiap umat Islam, termasuk kamu, terutama jika kamu bercita-cita menjadi seorang pemimpin.

Adapun hal-hal yang dapat kamu jadikan teladan dari kisah Nabi Zulkifli sebagai seorang pemimpin antara lain adalah sebagai berikut.

Amanah

Seperti yang telah diketahui, Nabi Zulkifli a.s. merupakan seorang pemimpin yang amanah dan mampu mengemban tugasnya dengan baik.

Beliau bukan hanya menyanggupi, tetapi juga menepati janji untuk melakukan hal-hal yang diisyaratkan sebagai penerus takhta di Negeri Syam.

Tidak heran jika setiap hari, beliau menjalankan puasa pada pagi hingga siang hari dan mendirikan shalat pada saat malam tiba.

Sederhana

Bukan rahasia lagi jika banyak orang yang ketika diangkat menjadi seorang pemimpin akan langsung mengubah cara hidupnya dari yang sederhana menjadi bermewah-mewahan.

Hidup berkelimpahan harta membuat mereka lupa pada tanggung jawabnya dan justru memilih hidup berfoya-foya tanpa peduli pada kaum atau kelompok yang dipimpinnya.

Hal tersebut tidak berlaku bagi Nabi Zulkifli. Alih-alih memilih tinggal di istana raja yang megah, beliau justru memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri yang sederhana.

Taat Beribadah

Kisah Nabi Zulkifli a.s. di atas juga memberi kita teladan bahwa menjadi pemimpin juga harus menjaga ketakwaan kepada Allah Swt.

Dengan ketakwaan beliau, Allah pun berkenan mengabulkan doa beliau untuk memberikan kemenangan dan keselamatan kepada prajurit dan penduduk Negeri Syam yang berperang.

Itu artinya, seorang pemimpin yang bertakwa akan mendatangkan kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya melalui kerja keras dan doa-doa yang dipanjatkan.

Adil dan Bijaksana

Nabi Zulkifli juga dikenal oleh kaumnya sebagai seorang pemimpin yang menegakkan keadilan dan dapat menyelesaikan masalah dengan adil dan bijak.

Tidak seperti pemimpin yang lain pada zaman itu, Raja Zulkifli memerintah Negeri Syam dengan adil dan bijaksana.

Salah satu bentuk sifat adil itu adalah beliau tidak melihat kasta atau kelas dari penduduknya. Raja Zulkifli tidak membedakan antara yang kaya dan miskin.

Tidak heran jika sampai akhir hayatnya, beliau disegani oleh penduduknya.

Sabar

Sebelumnya dikisahkan bahwa Nabi pernah digoda oleh setan yang mengganggu waktu istirahatnya pada siang hari.

Pada saat mengetahui bahwa kakek tua tersebut adalah cerminan setan, beliau ternyata tidak marah.

Hal inilah yang membuat setan merasa sebal karena tidak bisa membuat beliau mengingkari janjinya kepada Nabi Ilyasa untuk tidak pernah marah.

Dari cerita Nabi Zulkifli, dapat diambil hikmah bahwa seorang muslim harus memiliki sifat-sifat pemimpin yang baik karena pada dasarnya, setiap orang adalah pemimpin untuk dirinya.

Sumber:

https://www.laduni.id/post/read/50343/Nabi-zulkifli-1-siapakah-sosok-Nabi-zulkifli

https://kisahMuslim.com/2549-kisah-Nabi-dzulkifli-alaihis-salam.html

Kisah Nabi Zulkifli

https://www.tagar.id/belajar-menjadi-pemimpin-kepada-Nabi-zulkifli-as

https://Muslim.okezone.com/read/2020/04/28/614/2206198/kisah-kesabaran-Nabi-zulkifli-saat-diganggu-setan

Kewajiban Iman kepada Nabi Muhammad SAW

https://jateng.inews.id/berita/kisah-Nabi-zulkifli-as#:~:text=Nabi%20Zulkifli%20dikenal%20sebagai%20sosok,86%20dan%20Shad%20ayat%2048

https://www.republika.co.id/berita/pk8l3g313/jejak-sejarah-Nabi-zulkifli-part4