Meneladani Kisah Nabi Syuaib dan Azab kepada Kaum Madyan

Percaya atau mengimani adanya nabi termasuk rukun iman, salah satunya adalah mengimani keberadaan dan kisah Nabi Syuaib sebagai salah satu nabi yang disebutkan di dalam Al-Qur’an.

Kisah Nabi Syuaib a.s. sendiri bercerita mengenai perjuangan dakwahnya di kalangan kaum Madyan.

Nah, bagi kamu yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai kisah Nabi Syuaib AS dan hal apa saja yang terkait dengan beliau, ulasan dari Hasana.id berikut ini patut disimak.

Latar Belakang Nabi Syuaib a.s.

Kendati latar belakang Nabi Syuaib a.s. tidak disebutkan secara jelas di dalam Al-Qur’an, Nabi Syuaib a.s. diketahui berasal dari keluarga yang dihormati oleh kaum Madyan pada saat itu.

Namun, tidak sedikit ulama yang berpendapat bahwa Nabi Syuaib a.s. merupakan salah satu nabi yang masih keturunan dari Nabi Ibrahim a.s.

Terkait hal tersebut, sejumlah ulama tidak membenarkan hal itu. Menurut mereka, Nabi Syuaib merupakan salah satu pengikut dari Nabi Ibrahim sejak berada di Mesopotamia.

Dalam kisah Nabi Syuaib, disebutkan pula bahwa beliau akhirnya pindah ke Negeri Syam bersama kafilah Ibrahim.

Selain itu, sebagian ulama juga menyebutkan jika Nabi Syuaib a.s. menikahi salah satu putri dari Nabi Luth AS.

Keterkaitan Nabi Syuaib a.s. dan Nabi Luth a.s. juga menimbulkan pendapat berbeda dari kelompok ulama lainnya.

Kelompok ulama ini menyebut jika salah satu putri Nabi Luth a.s. merupakan ibunda dari Nabi Syuaib a.s.

Namun, sebagian ulama lain menyanggahnya dan berpendapat bahwa putri Nabi Luth a.s. merupakan nenek dari Nabi Syuaib AS.

Benarkah Nabi Syuaib a.s. adalah Mertua Nabi Musa a.s.?

Kisah Nabi Syuaib a.s. dan kaum Madyan kerap dihubungkan dengan Nabi Musa a.s. yang sempat tinggal di Madyan.

Sebagian ulama berpendapat bahwa Nabi Syuaib merupakan mertua Nabi Musa.

Namun, terdapat beberapa ayat suci Al-Qur’an dan hadits yang membantahnya. Salah satunya adalah surah Al-Qashash ayat 23.

وَلَمَّا وَرَدَ مَآءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِّنَ ٱلنَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِن دُونِهِمُ ٱمْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ ۖ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۖ قَالَتَا لَا نَسْقِى حَتَّىٰ يُصْدِرَ ٱلرِّعَآءُ ۖ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ

Wa lammā warada mā`a madyana wajada ‘alaihi ummatam minan-nāsi yasqụna wa wajada min dụnihimumra`ataini tażụdān, qāla mā khaṭbukumā, qālatā lā nasqī ḥattā yuṣdirar-ri’ā`u wa abụnā syaikhung kabīr.

“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?’. Kedua wanita itu menjawab, ‘Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami) sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.’.”

Pada ayat tersebut, tidak ada keterangan mendetail mengenai mertua Nabi Musa. Di dalamnya hanya disebutkan bahwa ia adalah orang telah lanjut umurnya (syaikhun kabir).

Sanggahan lain juga terdapat dalam surah Hud 87–89 yang memuat kisah Nabi Syuaib.

Dijelaskan bahwa Allah Swt. menurunkan azab kepada kaum Nabi Luth a.s. tidak lama setelah menurunkan azab bagi kaum Madyan.

Artinya, masa Nabi Syuaib dengan Nabi Luth tidak terlalu jauh.

Seperti diketahui, Nabi Luth hidup pada masa Nabi Ibrahim, sedangkan Nabi Musa hidup jauh setelahnya (Ibnu Katsir menyebutkan bahwa rentang waktunya melebihi 400 tahun).

Selain itu, ketika Nabi Musa a.s. membahas pernikahan dengan mertuanya, keduanya tidak melibatkan seorang penerjemah. Itu artinya, keduanya menggunakan bahasa yang sama.

Padahal, Nabi Musa a.s. dan Nabi Syuaib a.s. berasal dari daerah yang berbeda.

Kisah Nabi Syuaib a.s. dalam Al-Qur’an

Nama Nabi Syuaib disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 11 kali. Adapun beberapa ayat suci Al-Quran yang menceritakan kisah Nabi Syuaib antara lain adalah surah:

  1. Al-A’raf ayat 85–93
  2. Hud ayat 84–95
  3. Al-Hijr ayat 78–79
  4. Asy-Syu’ara’ ayat 176–191
  5. Al-Ankabut ayat 36–37

Kisah Nabi Syuaib yang berjuang dalam menegakkan agama Allah Swt. ini kerap dikaitkan dengan azab yang ditimpakan kepada kaum Madyan.

Mungkin sebelumnya, kamu pernah mendengar kata Madyan yang sempat beberapa kali disebutkan sebagai tempat pelarian Nabi Musa a.s. sewaktu menghindari kejaran pasukan Firaun.

Tentang Kaum Madyan

Kaum Madyan adalah sebutan untuk kaum yang tinggal di Madyan.

Lebih tepatnya, kaum yang terdiri dari orang-orang Arab ini tinggal di daerah yang berada di sekitar Gunung Sinai, yang saat ini dikenal dengan nama Yordania.

Nabi Syuaib sendiri juga termasuk ke dalam kaum Madyan, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-A’raf ayat 85.

Dalam ayat tersebut, Allah menyebut Nabi Syuaib sebagai saudara kaum (penduduk) Madyan. Nabi Syuaib sendiri kemudian berkata dengan menggunakan kalimat “Hai kaumku”.

Dua hal tersebut menunjukkan bahwa memang Nabi Syuaib adalah bagian dari kaum Madyan.

Kebiasaan Buruk Kaum Madyan

Sebagian besar kaum Madyan merupakan kaum kafir yang gemar melakukan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah Swt.

Mereka dikenal sebagai kaum yang sering berbuat kejahatan dan kecurangan, terutama dalam berdagang.

Dalam kisah Nabi Syuaib, disebutkan bahwa kaum Madyan diisi oleh para pedagang yang curang dan suka menipu pembelinya demi mencari keuntungan besar.

Kecurangan pedagang kaum Madyan ini biasanya dilakukan dengan cara mengurangi jumlah takaran atau timbangan.

Mereka juga kerap menjual barang-barang palsu kepada pembelinya. Hal inilah yang akhirnya membuat Allah memerintahkan Nabi Syuaib untuk menyadarkan kaumnya.

Kisah Nabi Syuaib yang berusaha menyadarkan kaum Madyan dan mengajak mereka untuk segera kembali ke jalan Allah, seperti diceritakan dalam surah Al-A’raf ayat 85.

وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ قَدْ جَآءَتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ ۖ فَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ وَٱلْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا۟ ٱلنَّاسَ أَشْيَآءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Wa ilā madyana akhāhum syu’aibā, qāla yā qaumi’budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, qad jā`atkum bayyinatum mir rabbikum fa auful-kaila wal mīzāna wa lā tabkhasun-nāsa asy-yā`ahum wa lā tufsidụ fil-arḍi ba’da iṣlāḥihā, żālikum khairul lakum ing kuntum mu`minīn.

Artinya:

“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya, telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman’.”

Nabi Syuaib mengajak kaum Madyan untuk menyembah Allah Swt. dan meminta para pedagang untuk menyempurnakan takaran dan timbangan.

Beliau juga meminta agar kaum Madyan tidak berbuat kerusakan di muka bumi.

Olok-Olok Kaum Madyan kepada Nabi Syuaib

Usaha Nabi Syuaib menyadarkan kaum Madyan tidak berbuah baik. Hanya segelintir orang yang menjadi pengikutnya.

Namun, Nabi Syuaib pantang menyerah dan tetap sabar menerima hinaan dari kaum Madyan, seperti tercantum dalam kisah Nabi Syuaib pada surah Hud ayat 87:

قَالُوا۟ يَٰشُعَيْبُ أَصَلَوٰتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَآ أَوْ أَن نَّفْعَلَ فِىٓ أَمْوَٰلِنَا مَا نَشَٰٓؤُا۟ ۖ إِنَّكَ لَأَنتَ ٱلْحَلِيمُ ٱلرَّشِيدُ

Qālụ yā syu’aibu a ṣalātuka ta`muruka an natruka mā ya’budu ābā`unā au an naf’ala fī amwālinā mā nasyā`, innaka la`antal-ḥalīmur-rasyīd.

Artinya:

“Mereka berkata, ‘Hai Syu’aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami? Sesungguhnya, kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.”

Mendapat hinaan tersebut, Nabi Syuaib tidak diam saja. Jawaban dari Nabi Syuaib a.s. tercantum dalam ayat berikutnya.

قَالَ يَٰقَوْمِ أَرَءَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّى وَرَزَقَنِى مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَآ أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَآ أَنْهَىٰكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا ٱلْإِصْلَٰحَ مَا ٱسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِىٓ إِلَّا بِٱللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

Qāla yā qaumi a ra`aitum ing kuntu ‘alā bayyinatim mir rabbī wa razaqanī min-hu rizqan ḥasanaw wa mā urīdu an ukhālifakum ilā mā an-hākum ‘an-h, in urīdu illal-iṣlāḥa mastaṭa’t, wa mā taufīqī illā billāh, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb.

Artinya:

“Syu’aib berkata, ‘Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku daripada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.”

Kepiawaian Nabi Syuaib menjawab setiap hinaan kaumnya membuat beliau dikenal sebagai khatibul anbiya’ atau “ahli pidato” di kalangan nabi.

Azab Allah untuk Kaum Madyan

Kisah Nabi Syuaib pun berlanjut pada peringatan beliau akan azab Allah kepada kaum Madyan.

Melihat perilaku kaumnya, Nabi Syuaib mengatakan kepada mereka bahwa Allah Swt. akan memberikan azab kepada mereka.

Beliau meminta kaum Madyan untuk segera bertaubat dan kembali berada di jalan Allah Swt. sebagaimana tertera dalam surah Hud ayat 89–90.

Peringatan Nabi Syuaib a.s. akan datangnya azab dari Allah Swt. ternyata justru membuat kaum Madyan marah dan mengancam akan merajam Nabi Syuaib a.s.

Akan tetapi pada saat itu, kaum Madyan masih menghormati keluarga Nabi Syuaib a.s.

Mendapatkan ancaman tersebut, Nabi Syuaib bertanya apakah kehormatan keluarga beliau lebih besar daripada pandangan kaum Madyan kepada Allah Swt.

قَالُوا۟ يَٰشُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِّمَّا تَقُولُ وَإِنَّا لَنَرَىٰكَ فِينَا ضَعِيفًا ۖ وَلَوْلَا رَهْطُكَ لَرَجَمْنَٰكَ ۖ وَمَآ أَنتَ عَلَيْنَا بِعَزِيزٍ

Qālụ yā syu’aibu mā nafqahu kaṡīram mimmā taqụlu wa innā lanarāka fīnā ḍa’īfā, walau lā rahṭuka larajamnāka wa mā anta ‘alainā bi’azīz.

Artinya:

“Mereka berkata, ‘Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya, kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidaklah karena keluargamu, tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamu pun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami’.”

Nabi Syuaib Pergi Meninggalkan Kaum Madyan

Rupanya, jawaban dari Nabi Syuaib tidak membuat kaum Madyan tersadar. Mereka justru makin marah dan mengancam akan mengusir Nabi Syuaib dari Madyan.

Lebih dari itu, kaum Madyan yang terus berbuat kejahatan dan kemaksiatan, bahkan menyebut Nabi Syuaib serta pengikutnya sebagai kelompok penyihir dan pendusta.

Kisah Nabi Syuaib yang dihina dan disebut sebagai penyihir dan pendusta ini juga tertuang dalam surah Asy-Syu’ara ayat 185–186.

قَالُوٓا۟ إِنَّمَآ أَنتَ مِنَ ٱلْمُسَحَّرِينَ

وَمَآ أَنتَ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَإِن نَّظُنُّكَ لَمِنَ ٱلْكَٰذِبِينَ

Qālū innamā anta minal-musaḥḥarīn.

Wa mā anta illā basyarum miṡlunā wa in naẓunnuka laminal-kāżibīn.

Artinya:

“Mereka berkata, ‘Sesungguhnya, kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta.”

Kendati Nabi Syuaib telah berkali-kali mengingatkan kaum Madyan akan azab yang menimpa mereka, rupanya mereka tidak pernah mendengarkan peringatan tersebut.

Kondisi diperparah dengan sikap para pemuka atau tokoh penting kaum Madyan yang menyebut bahwa siapa saja yang mengikuti Nabi Syuaib termasuk orang-orang yang merugi.

وَقَالَ ٱلْمَلَأُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَوْمِهِۦ لَئِنِ ٱتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَّخَٰسِرُونَ

Wa qālal-mala`ullażīna kafarụ ming qaumihī la`inittaba’tum syu’aiban innakum iżal lakhāsirụn.

Artinya:

“Pemuka-pemuka kaum Syu’aib yang kafir berkata (kepada sesamanya), ‘Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi’.”

Melihat kaum Madyan yang tidak juga tersadar dan terus melakukan hal-hal yang tidak disukai-Nya, Allah pun memerintahkan Nabi Syuaib dan pengikutnya untuk keluar dari Madyan.

Perintah ini merupakan salah satu pertanda bahwa Allah Swt. akan menurunkan azab kepada kaum Madyan.

Azab Allah Swt. kepada Kaum Madyan

Tidak lama setelah Nabi Syuaib dan pengikutnya meninggalnya Madyan, Allah pun menimpakan azab-Nya kepada kaum Madyan.

Tidak main-main. Allah Swt. menjadikan cuaca di kota itu teramat panas hingga daerah Madyan mengalami kekeringan.

Tanaman yang tadinya tumbuh subur dan segar menjadi kering, sumur yang menjadi sumber kehidupan kaum Madyan juga ikut mengering.

Tidak hanya itu saja, susu yang dihasilkan oleh hewan ternak di Madyan juga habis.

Kaum Madyan pun memutuskan untuk pergi mencari kesejukan dan kesegaran di tempat lain. Di perjalanan, tampaklah awan hitam besar yang menggantung di langit.

Mereka mengira awan tersebut akan menurunkan hujan deras dan menjadikan Madyan kembali subur.

Kaum Madyan pun berkumpul di bawah awan hitam tersebut. Sayangnya, bukan air hujan yang membahasi tubuh mereka, melainkan bunga api panas yang membakar tubuh.

Salah satu peristiwa dalam kisah Nabi Syuaib ini bisa kamu baca pada surah Asy-Syu’ara ayat 187–188.

فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ

قَالَ رَبِّىٓ أَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُونَ

Fa asqiṭ ‘alainā kisafam minas-samā`i ing kunta minaṣ-ṣādiqīn.

Qāla rabbī a’lamu bimā ta’malụn.

Artinya:

“Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”Syu’aib berkata, ‘Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan’.“

Tak hanya membakar kaum dan wilayah Madyan, azab Allah Swt. masih berlanjut dengan bumi yang terus berguncang dan gelegar suara guntur yang membinasakan seluruh kaum Madyan.

Mayat-mayat kaum Madyan pun terlihat berserakan.

Allah Menyelamatkan Nabi Syuaib dan Pengikutnya

Bagaimana dengan Nabi Syuaib dan para pengikutnya? Kisah Nabi Syuaib dan pengikutnya yang telah diselamatkan oleh Allah Swt. dari azab tertuang dalam surah Hud ayat 94–95:

وَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَأَخَذَتِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ٱلصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دِيَٰرِهِمْ جَٰثِمِينَ

كَأَن لَّمْ يَغْنَوْا۟ فِيهَآ ۗ أَلَا بُعْدًا لِّمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُ

Wa lammā jā`a amrunā najjainā syu’aibaw wallażīna āmanụ ma’ahụ biraḥmatim minnā, wa akhażatillażīna ẓalamuṣ-ṣaiḥatu fa aṣbaḥụ fī diyārihim jāṡimīn. Ka`al lam yagnau fīhā, alā bu’dal limadyana kamā ba’idat tṡamụd.

Artinya:

“Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.”

Pelajaran dari Kisah Nabi Syuaib

Membaca kisah Nabi Syuaib di atas, kamu bisa memetik sejumlah hikmah. Mari kita bahas satu demi satu.

Hindari Perbuatan Curang

Salah satu perbuatan kaum Madyan yang dibenci oleh Allah Swt. adalah kecurangan mereka dalam berdagang hanya untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

Hal ini tentu saja merugikan orang lain, yakni pembeli. Tidak hanya itu, mengurangi timbangan juga membuat pembeli merasa tidak lagi percaya kepada para pedagang yang masih jujur.

Akibatnya, para pedagang yang jujur juga ikut merugi.

Karena itulah, mengurangi timbangan merupakan perbuatan yang sangat merugikan dan pantas mendapatkan balasan di dunia dan akhirat.

Jadilah Orang yang Pandai Bersyukur

Kebanyakan pedagang dari kaum Madyan merupakan orang-orang yang hidupnya mampu dan berkecukupan.

Hal ini tertera dalam surah Hud ayat 84 yang menjelaskan bahwa Nabi Syuaib a.s. menyebut kaum Madyan hidup di dalam keadaan atau kondisi yang baik atau mampu.

Kendati demikian, kaum Madyan masih saja melakukan kecurangan agar mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.

Alih-alih mendapatkan nikmat dan kesenangan, kaum Madyan justru mendapatkan azab dari Allah karena tidak mau bersyukur atas apa yang dimilikinya.

Pasrahkan Rezeki kepada Allah Swt.

Perbuatan kaum Madyan yang terkesan takut tidak mendapatkan untung ini juga menjadi salah satu perbuatan yang menyepelekan kebesaran Allah Swt.

Padahal, dalam surah Hud ayat 86 telah ditegaskan bahwa keuntungan dari Allah Swt. lebih baik bagi umat-Nya dibandingkan harus mencurangi orang lain.

Oleh karena itu, hendaklah kamu berpasrah diri atas rezeki yang telah diberikan oleh Allah.

Syukuri apa yang telah didapatkan dengan cara yang baik dan halal serta hindari perbuatan haram yang membuat manusia makin serakah.

Kisah Nabi Syuaib a.s. benar-benar memberikan banyak pelajaran hidup.

Para pedagang yang beragam muslim dapat mengaplikasikan cara berdagang yang halal dan tidak melakukan perbuatan curang yang dapat merugikan banyak orang.

Semoga dengan membaca dan menghayati kisah Nabi Syuaib, kita terhindar dari sikap seperti kaum Madyan, ya!

Source:

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200505132839-289-500227/kisah-nabi-syuaib-as-dan-azab-bagi-orang-yang-berlaku-curang

Kisah Nabi Syu’aib ‘Alaihissalam

Mendulang Faidah dari Kisah Nabi Syu’aib ‘Alaihissalam

https://www.laduni.id/alquran/tema/Cobaan-terhadap-Nabi-Syuaib.html

https://www.laduni.id/alquran/tema/Kisah-Nabi-Syuaib-dan-Kaum-Madyan.html

https://www.brilio.net/sosok/kisah-nabi-syuaib-dan-kecurangan-perdagangan-kaum-madyan-200506q.html#:~:text=Kaum%20Madyan%20merupakan%20kaum%20yang,seperti%20mengurangi%20takaran%20dan%20timbangan.&text=%22Dan%20kepada%20(penduduk)%20Madyan,tiada%20Tuhan%20bagimu%20selain%20Dia.

https://islam.nu.or.id/post/read/9540/iman-kepada-para-rasul-dan-kitab-suci

https://tarbawiyah.com/2018/08/28/beriman-kepada-seluruh-nabi-dan-rasul/

Siapakah Mertua Nabi Musa?