Kisah Nabi Sholeh dan Kaum Tsamud yang Membunuh Unta Betina

Kisah Nabi Sholeh menjadi salah satu di antara sedikit kisah para nabi dan rasul yang tercantum di dalam Al-Qur’an. Beliau diutus oleh Allah Swt. untuk mendakwahi kaum Tsamud.

Beliau juga terkenal dengan mukjizatnya, yaitu mampu mengeluarkan unta betina dari dalam sebuah batu.

Nah, bagi kamu yang penasaran dengan kisah Nabi Sholeh dan apa saja yang bisa diteladani dari beliau, simak ringkasan dari Hasana.id berikut!

Tentang Nabi Sholeh

Nabi Sholeh merupakan seorang nabi yang menempati urutan kelima di antara ke-25 nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Quran.

Beliau merupakan nabi yang diutus oleh Allah Swt. untuk berdakwah kepada kaum Tsamud. Kisah ini juga tercantum dalam surah Al-A’raf ayat 73, yang berbunyi:

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ قَدْ جَآءَتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ ۖ هَٰذِهِۦ نَاقَةُ ٱللَّهِ لَكُمْ ءَايَةً ۖ فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِىٓ أَرْضِ ٱللَّهِ ۖ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Wa ilā ṡamụda akhāhum ṣāliḥā, qāla yā qaumi’budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, qad jā`atkum bayyinatum mir rabbikum, hāżihī nāqatullāhi lakum āyatan fa żarụhā ta`kul fī arḍillāhi wa lā tamassụhā bisū`in fa ya`khużakum ‘ażābun alīm.

Artinya:

“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Sholeh. Ia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya, telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih’.”

Di dalam Al-Qur’an, nama beliau disebutkan sebanyak sembilan kali dan sebagian besar kisahnya menceritakan bagaimana Nabi Sholeh menghadapi kaum Tsamud.

Mengenai keluarganya, sebagian ulama menyebutkan bahwa beliau merupakan anak dari Ubaid bin Masih bin Ubaid bin Hadir bin Tsamud bin Atsir bin Aram bin Sam bin Nuh.

Dengan kata lain, Nabi Sholeh merupakan keturunan Nabi Nuh.

Nabi Nuh sendiri terkenal akan kisahnya yang membangun bahtera untuk menyelamatkan kaumnya dari azab yang diturunkan oleh Allah Swt.

Kaum Tsamud

Nama kaum Tsamud berkaitan dengan nama leluhur Nabi Sholeh, Tsamud bin Atsir bin Aram bin Sam bin Nuh.

Jika melihat dari garis keturunan, sebagian ulama menyebutkan bahwa kaum Tsamud adalah keturunan dari Nabi Nuh yang selamat dari azab Allah pada masa itu.

Kaum Tsamud diceritakan merupakan kaum yang berasal dari Arab selatan dan menetap di area sekitar Gunung Athlab.

Sebagian besar kaum Tsamud bermata pencaharian sebagai pengukir dan pemahat yang baik.

Tidak heran jika sampai saat ini, ukiran di Gunung Athlab masih terjada dan menjadi salah satu bukti dari keberadaan kaum Tsamud.

Bisa dikatakan, kaum Tsamud merupakan salah satu bukti dari peradaban kuno yang ada di Jazirah Arab.

Bukti lain keberadaan kaum Tsamud yang bisa dijumpai pada masa sekarang adalah Kota Petra. Kota kuno yang dibangun di daerah tebing batu ini dipenuhi ukiran patung berhala tanpa kepala.

Bukan tanpa sebab, rupanya kepala dari berhala tersebut sengaja dihilangkan oleh umat muslim pada saat itu.

Kisah Nabi Sholeh dan Kaum Tsamud

Walaupun digambarkan sebagai kaum yang dapat memimpin dan memberi kemakmuran pada dunia, rupanya kaum Tsamud merupakan golongan kafir yang suka menyembah berhala.

Akhirnya, Allah mengutus Nabi Sholeh untuk menyadarkan dan mengajak mereka kembali ke jalan-Nya.

Hubungan Nabi Sholeh dan Kaum ‘Ad

Nabi Sholeh diceritakan berkuasa di Al-Hijr setelah punahnya kaum ‘Ad yang telah dibinasakan oleh Allah Swt. Kaum ‘Ad sendiri tercantum dalam surah An-Najm ayat 50, yang berbunyi:

وَأَنَّهُۥٓ أَهْلَكَ عَادًا ٱلْأُولَىٰ

Wa annahū ahlaka ‘ādanil-ụlā.

Artinya:

“Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum ‘Aad yang pertama,”

Kaum ‘Ad masih memiliki hubungan saudara dengan Nabi Sholeh lewat leluhurnya, yakni ‘Ad bin Us bin Aram bin Sam bin Nuh.

Ketika beliau berkuasa di Al-Hijr, diceritakan bahwa kaum Tsamud yang dikenal pintar mengukir batu dan gunung telah membangun banyak istana di daerah yang datar.

Selain itu, kaum Tsamud juga membangun tempat tinggal di daerah perbukitan dan gunung.

Lokasi tempat tinggal kaum Tsamud pada saat itu bisa dibilang makmur karena terdapat sejumlah kebun dan mata air.

Saat ini, al-Hijr dikenal oleh masyarakat dunia dengan sebutan Madain Shalih atau “kota-kota Nabi Sholeh”.

Madain Shalih sendiri berada di antara Arab Saudi dan Suriah. Di tempat tersebut, terdapat banyak patung yang terukir di bebatuan dan tebing.

Kedudukan Nabi Sholeh di Mata Kaum Tsamud

Sebelum Allah Swt. mengangkat beliau menjadi nabi, Nabi Sholeh merupakan orang yang dihormati dan disegani oleh kaum Tsamud.

Bahkan, beliau juga menjadi panutan bagi kaum Tsamud.

Namun, sikap dan perbuatan kaum Tsamud yang semakin hari semakin jauh dari jalan-Nya membuat Allah Swt. mengutus Nabi Sholeh untuk menyadarkan mereka.

Hal ini juga tercantum dalam surah Al-A’raf ayat 73.

Beliau yang juga berasal dari kaum Tsamud mengajak kaumnya untuk beribadah dan menyembah Allah Swt.

Dalam kisah ini, diceritakan pula tentang seekora sapi betina yang menjadi bukti atas keberadaan dan kebesaran Allah Swt.

Beliau meminta agar kaum Tsamud tidak menganggu unta betina tersebut dan memperingatkan bahwa siapa pun yang mengganggu unta betina itu akan mendapat siksaan yang pedih dari Allah.

Namun, sebagian kaum Tsamud tidak mengindahkan seruan beliau dan tetap menyembah berhala yang sudah mereka ukir.

Kisah ini juga tertera dalam surah Hud ayat 62, yang berbunyi:

قَالُوا۟ يَٰصَٰلِحُ قَدْ كُنتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَٰذَآ ۖ أَتَنْهَىٰنَآ أَن نَّعْبُدَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِى شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُونَآ إِلَيْهِ مُرِيبٍ

Qālụ yā ṣāliḥu qad kunta fīnā marjuwwang qabla hāżā a tan-hānā an na’buda mā ya’budu ābā`unā wa innanā lafī syakkim mimmā tad’ụnā ilaihi murīb.

Artinya:

“Kaum Tsamud berkata, ‘Hai Sholeh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya, kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami’.”

Terpecahnya Kaum Tsamud Menjadi Dua Kelompok

Sebagian kaum Tsamud yang tidak mau mengikuti ajakan Nabi Sholeh ternyata kecewa dengan sikap beliau. Mereka sebelumnya sudah berharap beliau akan meneruskan tradisi kaum Tsamud.

Sementara itu, sebagian lainnya memilih untuk bertaubat dan mengikuti jalan sang nabi menyembah Allah Swt.

Pemimpin dari kaum Tsamud yang menyembah Allah Swt. adalah Junda’ bin Amru bin Mahlah bin Lubaid bin Jawwas. Junda’ dikenal sebagai salah satu pemuka di kalangan kaum Tsamud.

Di sisi lain, kaum Tsamud yang menentang ajakan sang nabi dipimpin oleh Dzu’aib bin Amru bin Lubaid al-Habbab dan Rabbab bin Sha’r bin Julmas.

Keduanya juga dikenal sebagai pemuka kalangan kaum Tsamud.

Sejak terbelahnya kaum Tsamud menjadi dua, di antara mereka yang berada di jalan Allah Swt. dan yang tetap menyembah berhala, terjadi permusuhan.

Kaum Tsamud yang menjadi penentang dari ajaran Nabi Sholeh menolak kenabian beliau karena beliau hanyalah manusia yang tak berbeda dari mereka.

Mereka menyebut beliau sebagai seorang pendusta, orang yang sombong, bahkan tak segan-segan menuduh utusan Allah tersebut sebagai orang yang terkena sihir.

Selain itu, mereka juga berseru akan percaya hanya jika beliau menunjukkan mukijzat yang menjadi salah satu bukti dari kenabiannya.

Hal ini tercantum dalam surah Asy-Syu’ara ayat 154, yang berbunyi:

مَآ أَنتَ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا فَأْتِ بِـَٔايَةٍ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ

Mā anta illā basyarum miṡlunā fa`ti bi`āyatin ing kunta minaṣ-ṣādiqīn.

Artinya:

“Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, maka datangkanlah sesuatu mukjizat jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar.”

Nabi Sholeh dan Unta Betina

Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa kaum Tsamud ingin Nabi Sholeh menunjukkan bukti kenabiannya.

Bahkan, kaum Tsamud meminta sang nabi untuk menciptakan unta betina yang tengah hamil 10 bulan dari sebuah bukit berbatu.

Nabi Sholeh pun menyanggupi permintaan tersebut dan memanjatkan doa kepada Allah Swt.

Tak lama setelah itu, Allah Swt. pun mendengar doa beliau dan mengeluarkan seekor unta betina dari sebuah batu besar.

Bahkan, unta betina tersebut sesuai dengan syarat yang sebelumnya telah disebutkan oleh kaum Tsamud. Unta betina yang keluar dari batu tersebut dikenal dengan sebutan “unta betina Allah”.

Setelah melihat mukjizat tersebut, sebagian kaum Tsamud yang semula menentang pun tersadar dan bergabung ke kelompok orang-orang yang bertaubat.

Setelah keluarnya seekor unta betina dari batu besar, Nabi Sholeh juga meminta agar kaum Tsamud tidak mengganggu unta betina tersebut.

Beliau juga meminta agar kaum Tsamud membiarkan unta tersebut untuk makan dengan leluasa karena unta tersebut mampu mencukupi kebutuhan susu bagi seluruh kaum Tsamud.

Hal ini juga tertuang dalam surah Asy-Syu’ara’ ayat 156 yang berbunyi:

وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Wa lā tamassụhā bisū`in fa ya`khużakum ‘ażābu yaumin ‘aẓīm.

Artinya:

“Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar.”

Namun, kelompok yang menentang kenabian Nabi Sholeh ini justru semakin tidak suka dan mengganggu unta betina tersebut.

Bahkan, mereka menganggap unta betina tersebut sebagai pengganggu hewan ternak mereka.

Sejak adanya unta betina Allah, kaum Tsamud pun mendapatkan giliran untuk menggunakan mata air, bergantian dengan unta.

Namun, kaum Tsamud menyatakan bahwa unta betina Allah menghabiskan banyak air.

Tidak berhenti di situ, kaum Tsamud yang menentang sang nabi pun merencakan pembunuhan terhadap unta betina Allah.

Bahkan, para pemimpin kaum Tsamud sampai membuat sayembara berhadiah besar bagi siapa saja yang mampu membunuh unta betina Allah.

Dua Wanita yang Ingin Membunuh Unta Nabi

Peringatan Nabi Sholeh kepada kaum Tsamud agar tidak mengganggu unta betina Allah ternyata tidak diindahkan oleh penentangnya.

Bahkan, kaum Tsamud yang masih ingkar dengan kenabian beliau dan kebesaran Allah Swt. justru merancang pembunuhan terhadap unta betina.

Ada dua orang wanita yang berniat menghabisi hewan tersebut.

Dialah Shaduq bunti Mahya bin Zuhair al-Mukhtar yang rela memberikan dirinya kepada sepupunya, Mishra’ bi Mahraj bin Mahya jika berhasil membunuh unta tersebut.

Adapun wanita yang kedua merupakan istri dari Dzu’aib, ‘Unaizah binti Ghunaim bin Mijlaz atau dikenal dengan Ummu Ghunmah.

Ia menawarkan empat anak perempuannya kepada Qudar bin Salif jika berhasil membunuh unta betina.

Berangkatlah Qudar dan Mishra’ beserta ketujuh pria lain untuk membunuh unta tersebut. Mereka pun berhasil membunuhnya dan menikam bayi unta yang baru saja lahir.

Azab bagi Kaum Tsamud

Mengetahui bahwa unta betina tersebut telah dibunuh oleh kaum Tsamud, Nabi Sholeh pun mengajak mereka untuk bertaubat sebelum Allah menimpakan azab kepada mereka.

Namun, bukannya bertaubat, kaum Tsamud justru makin murka dan kali ini. mereka berniat membunuh sang nabi.

Pembunuhan terhadap nabi dan keluarganya direncanakan pada malam hari, tetapi mereka berpura-pura tidak mengetahui apa pun pada keesokan paginya.

Sebelum rencana itu terlaksana, Allah telah memerintahkan Nabi Sholeh dan pengikutnya untuk meninggalkan al-Hijr karena Allah akan segera menimpakan azab bagi kaum Tsamud.

Pada hari pertama, wajah kaum Tsamud yang menentang rasul-Nya berubah menjadi kuning, sedangkan pada hari kedua, wajah mereka berubah menjadi merah.

Pada hari ketiga setelah tragedi pembunuhan unta betina, wajah kaum Tsamud menghitam.

Kemudian, datanglah hari keempat ketika Allah Swt. menurunkan petir yang menyambar-nyambar dan gempa bumi yang membinasakan kaum Tsamud.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa azab yang menimpa kaum Tsamud terjadi sesaat setelah matahari terbit. Pada saat itu, wajah kaum Tsamud menjadi gosong.

Tidak lama setelahnya, datanglah suara keras dari langit yang sangat memekakkan telinga dan terjadi guncangan dahsyat yang membuat kaum Tsamud binasa.

Beriman kepada Nabi dalam Islam

Sebagai umat muslim, tentu kamu sudah mengenal adanya rukun iman.

Salah satu poin dalam rukun iman, tepatnya poin ke-4, memerintahkan umat muslim untuk beriman kepada nabi dan rasul-Nya.

Dalam Al-Qur’an sendiri disebutkan ada 25 orang nabi dan rasul yang wajib untuk diimani tanpa membedakan antara satu dengan yang lain.

Di samping itu, masih terdapat nabi dan rasul yang namanya tidak dicantumkan dalam Al-Qur’an. Hanya Allah Swt. sajalah yang mengetahui jumlah pastinya.

Kewajiban untuk beriman kepada nabi dan rasul tercantum dalam sejumlah ayat suci Al-Qur’an, salah satunya adalah surah Al-Baqarah ayat 285, yang berbunyi:

ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ

Amanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr.

Artinya:

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya’ dan mereka mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat’. (Mereka berdoa), ‘Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali’.”

Dari 25 nabi dan rasul yang disebut dalam Al-Qur’an, ada 5 orang rasul pilihan yang disebut dengan Ulul Azmi. Adapun nabi dan rasul yang termasuk Ulul Azmi adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad saw.

Dari hal tersebut, bisa disimpulkan jika peran nabi dan rasul sangat berbeda.

Jika para nabi hanya diperintahkan untuk berdakwah serta melaksanakan wahyu Allah Swt. untuk dirinya sendiri, berbeda dengan para Rasul.

Rasul merupakan nabi pilihan Allah Swt. yang diperintahkan untuk berdakwah dan menjalankan wahyu untuk dirinya sendiri sekaligus untuk kaumnya.

Hikmah dari Kisah Nabi Sholeh

Kisah Nabi Sholeh yang selalu bersabar dengan perbuatan kaum Tsamud memberikan banyak hikmah. Adapun hikmah dan teladan yang dapat dipetik, antara lain sebagai berikut.

Selalu Menjaga Ibadah kepada Allah Swt. Semata

Dari kisah Nabi Sholeh di atas, kamu tentu mengetahui bahwa kaum Tsamud yang menyembah berhala enggan meninggalkan sesembahan mereka.

Padahal, hanya Allah Swt. saja yang mampu menolong mereka, terutama ketika mereka tertimpa azab.

Patung-patung berhala yang mereka buat setinggi gunung pun tidak dapat menolong kaum Tsamud dari kebinasaan dan dari azab Allah Swt.

Meyakini Kebesaran Allah Swt.

Munculnya unta betina dari sebongkah batu besar menjadi salah satu bukti keberadaan dan kebesaran Allah Swt.

Tidak ada seorang pun yang mampu mengeluarkan seekor unta betina seperti yang telah disyaratkan oleh kaum Tsamud.

Bahkan, Allah Swt. juga membuat unta betina tersebut mampu mencukupi kebutuhan susu bagi semua kaum Tsamud.

Kisah tersebut sudah selayaknya menambah kuat keyakinan seorang muslim akan kebesaran Allah Swt. yang tidak perlu diragukan lagi.

Jangan Menjadi Orang yang Ingkar

Disebutkan bahwa kaum Tsamud beberapa kali ingkar terhadap janjinya kepada Nabi Sholeh.

Bahkan, hal tersebut terjadi setelah beliau memberikan peringatan kepada mereka yang mengganggu unta betina.

Kaum Tsamud yang tidak mengindahkan peringatan sang nabi pun akhirnya binasa terkena azab dari Allah Swt.

Bertobat dan Memohon Pertolongan kepada Allah Swt.

Dalam menyadarkan kaum Tsamud yang masih kafir, Nabi Sholeh telah beberapa kali berusaha untuk mengajak mereka kembali ke jalan Allah.

Namun, pada kenyataannya, mereka tetap tidak mau menyembah Allah Swt. Padahal, hanya Allah Swt. yang mampu menolong dan mendengar doa mereka.

Nyatalah bahwa kisah beliau memberikan banyak pelajaran sekaligus pedoman hidup, apalagi terkait dengan mukjizat Nabi Sholeh yang menjadi bukti kebesaran Allah Swt.

Source:

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200428063340-289-497885/kisah-nabi-saleh-as-dan-mukjizat-seekor-unta-betina

https://www.nu.or.id/post/read/85708/ini-tiga-tahapan-peradaban-ala-nabi-saleh

https://nunganjuk.or.id/15-nabi-yang-terlahir-dalam-kondisi-sudah-khitan/

Kisah Nabi Shalih ‘Alaihissalam

https://mediaindonesia.com/ramadan/312541/percaya-kepada-allah-dan-rasul-nya

https://islam.nu.or.id/post/read/40564/dasar-iman-dan-islam

https://almanhaj.or.id/3026-iman-kepada-para-rasul-allah.html

Nabi Shaleh A.S.

https://muslim.okezone.com/read/2020/08/19/615/2264213/kota-petra-saksi-hancurnya-kaum-tsamud-yang-menolak-dakwah-nabi-saleh

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close-link