Kisah Nabi Saleh dan Mukjizatnya yang Didustakan oleh Kaum Tsamud

Ketika menyimak kisah para nabi dan rasul, tentu kamu tidak boleh melewatkan kisah Nabi Saleh ‘alaihissalam yang diutus Allah Swt. kepada Kaum Tsamud.

Nabi yang dalam Al-Qur’an namanya disebut sebanyak sembilan kali tersebut merupakan salah satu utusan Allah yang masih merupakan keturunan Nabi Nuh a.s.

Kisah dan sifat beliau dalam menghadapi kaumnya yang mengingkari keesaan Allah Swt. sangat patut dijadikan cerminan bagi umat Islam masa kini.

Karena itulah, Hasana.id tertarik untuk membedah lebih jauh mengenai beliau.

Kisah Singkat Nabi Saleh dan Kaum Tsamud

Perjalanan hidup Nabi Saleh sebagai seorang nabi dan rasul tentu tidak lepas dari keberadaan kaum Tsamud.

Beliau ditunjuk sebagai utusan-Nya untuk kaum tersebut, yang pada saat itu meninggalkan syariat Allah Swt.

Secara nasab, Nabi Saleh a.s. masih tersambung kepada Nabi Nuh a.s. Nasabnya yaitu Saleh bin Ubaid bin ‘Ashif bin Masih bin ‘Abid bin Hazir bin Samud bin Amir bin Irim bin Syam bin Nuh.

Hal ini juga tertulis dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah, yang berbunyi:

وهو عبد الله ورسوله صالح بن عبد بن ماسخ بن عبيد بن حاجر بن ثمود بن عابر بن إرم بن سام بن نوح

Artinya:

“Beliau adalah seorang hamba dan utusan Allah, yaitu SHOLEH bin Abd bin Masikh bin Ubaid bin Hajir bin Tsamud bin Abir bin Irom bin Sam bin NUH.”

Artinya, Nabi Saleh ‘alaihissalam merupakan keturunan ke-9 dari Nabi Nuh ‘alahissalam, tepatnya dari putranya, Sam.

Kaum Saleh bin Ubaid sendiri merupkan kelompok yang terkenal dengan kepandaian mereka dalam hal memahat gunung-gunung.

Jika kaum ‘Aad dikenal dengan bangunan-bangunan tingginya, kaum Tsamud dikenal dengan kemampuan mengubah tebing serta bebatuan menjadi istana-istana yang indah dan megah.

Mereka juga mampu memahat batuan tersebut menjadi rumah yang sangat layak dihuni.

Kemampuan ini tentu tidak terlepas dari tempat mereka bermukim, yang berupa daerah pegunungan.

Keadaan kaum Tsamud tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Fajr ayat 9 yang berbunyi:

وَثَمُودَ ٱلَّذِينَ جَابُوا۟ ٱلصَّخْرَ بِٱلْوَادِ

Wa ṡamụdallażīna jābuṣ-ṣakhra bil-wād.

Artinya:

“Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah.”

Pegunungan yang menjadi tempat tinggal kaum Tsamud disebut sebagai dataran Al-Hijr. Letaknya adalah di antara Syam dan Hijaz.

Menurut sejarah, dataran tersebut merupakan bekas jajahan kaum ‘Aad.

Seperti diketahui, kaum ‘Aad telah dibinasakan oleh Allah Swt. karena kesombongan dan pengingkaran terhadap ajaran Nabi Hud ‘alaihissalam.

Sayangnya, kekayaan alam dan keterampilan yang dimiliki membuat mereka lalai kepada Allah Swt. dan suka menyombongkan diri.

Keadaan Kaum Tsamud ketika Nabi Saleh Diutus kepada Mereka

Selain mempunyai keterampilan memahat, kaum Tsamud juga dibekali dengan tanah yang subur serta letak geografis yang sangat strategis.

Daerah yang mereka tempati merupakan bagian dari jalur perniagaan antara Yaman dan Suriah.

Akan tetapi, seluruh keistimewaan yang mereka dapat tersebut justru membuat mereka sombong dan meninggalkan perintah Allah Swt.

Oleh sebab itu, Nabi Saleh ‘alahissalam diutus untuk menyerukan kebenaran kepada mereka.

Setelah diangkat sebagai rasul, beliatu tanpa lelah memperingatkan kaumnya agar meninggalkan perbuatan mereka yang dapat mendatangkan keburukan.

Namun, kaum Tsamud malah mendustakan dan mengolok-olok beliau dengan menyebutnya sebagai orang bodoh.

Meskipun telah mendapatkan peringatan, kaum Tsamud memilih untuk melanjutkan perbuatan-perbuatan tercela yang sudah menjadi kebiasannya.

Kaum Tsamud diceritakan sebagai orang-orang yang gemar melakukan kemaksiatan, seperti berzina, berfoya-foya, dan mabuk-mabukan.

Mereka juga tidak jarang bertindak jahat dan tidak adil kepada sesama makhluk Allah Swt.

Perbuatan paling tercela yang mereka lakukan adalah menyembah berhala, seperti halnya kaum ‘Aad.

Bahkan, saat sang nabi tanpa lelah mengingatkan mereka untuk bertaubat, kaum Tsamud justru menantang kepandaian beliau dan meminta bukti bahwa beliau memang utusan Allah Swt.

Pada saat itulah, pertolongan-Nya yang berupa mukjizat, datang kepada Nabi Saleh.

Mukjizat Nabi Saleh sebagai Tanda Kebesaran Allah Swt.

Dikisahkah, sebagai orang pertama di muka bumi yang bernama Saleh, nabi keturunan Nuh ‘alaihissalam ini mempunyai mukjizat yang cukup unik, yaitu unta betina.

Berbeda dengan nabi-nabi lain, beliau mendapatkan seekor hewan sebagai tanda kerasulannya ketika menghadapi kaum Tsamud.

Sebagaimana tertulis dalam surah Al-A’raf Ayat 73, beliau menyeru kaumnya untuk menyembah Allah Swt. dan menunjukkan seekor unta betina sebagai bukti nyata kebesaran-Nya.

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ قَدْ جَآءَتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ ۖ هَٰذِهِۦ نَاقَةُ ٱللَّهِ لَكُمْ ءَايَةً ۖ فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِىٓ أَرْضِ ٱللَّهِ ۖ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Wa ilā ṡamụda akhāhum ṣāliḥā, qāla yā qaumi’budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, qad jā`atkum bayyinatum mir rabbikum, hāżihī nāqatullāhi lakum āyatan fa żarụhā ta`kul fī arḍillāhi wa lā tamassụhā bisū`in fa ya`khużakum ‘ażābun alīm.

Artinya:

“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Saleh. Ia berkata,’Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya, telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih’.”

Mukjizat tersebut menjadi penguat dan pendukung bagi Nabi Saleh dalam mengajak kaum Tsamud ke jalan kebenaran.

Dalam kisahnya, sang nabi berjanji kepada kaumnya untuk menunjukkan kekuasaan Allah Swt. agar mereka percaya bahwa beliau adalah utusan-Nya dan ajaran yang dibawa adalah benar.

Setelah kaumnya mengiyakan, keesokan harinya, beliau pergi ke gunung tempat terdapat sebuah batu besar. Kaumnya pun ikut berkumpul di sekitar batu tersebut.

Beliau memohon kepada Allah Swt. sambil menengadahkan tangan ke langit. Tak lama berselang, beliau bangkit dan menunjuk ke arah batu tadi.

Kemudian, terdengar suara dentuman keras karena batu besar tersebut pecah. Dari pecahan tersebut, muncul seekor unta betina yang sedang hamil.

Reaksi Kaum Tsamud terhadap Mukjizat Nabi Saleh

Mukjizat yang diberikan kepada Nabi Saleh membuat kaum Tsamud terpecah menjadi dua golongan.

Sebagian menundukkan kepala sebagai bukti bahwa mereka telah memuliakan Allah Swt. dan percaya pada kerasulan beliau, sebagian lainnya tetap menolak.

Golongan Kaum Tsamud yang Beriman

Bukti keimanan orang-orang Tsamud ini direkam dalam Al-Qur’an, yaitu pada surah Al-Araf ayat 75 yang berbunyi:

قَالَ ٱلْمَلَأُ ٱلَّذِينَ ٱسْتَكْبَرُوا۟ مِن قَوْمِهِۦ لِلَّذِينَ ٱسْتُضْعِفُوا۟ لِمَنْ ءَامَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَٰلِحًا مُّرْسَلٌ مِّن رَّبِّهِۦ ۚ قَالُوٓا۟ إِنَّا بِمَآ أُرْسِلَ بِهِۦ مُؤْمِنُونَ

Qālal-mala`ullażīnastakbarụ ming qaumihī lillażīnastuḍ’ifụ liman āmana min-hum a ta’lamụna anna ṣāliḥam mursalum mir rabbih, qālū innā bimā ursila bihī mu`minụn.

Artinya:

“Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, ‘Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?’. Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya, kami beriman kepada wahyu yang Saleh diutus untuk menyampaikannya’.”

Golongan Kaum Tsamud yang Tetap Ingkar

Golongan kaum Tsamud yang tetap ingkar berpendapat bahwa sang nabi hanya melakukan permaian sihir. Mereka tetap tidak mau beriman kepada Allah Swt.

Bahkan, mereka pun kemudian berencana untuk mencelakai unta betina yang telah dianugerahkan kepada mereka.

Padahal, Nabi Saleh sudah jelas-jelas mengingatkan untuk tidak menyakiti unta yang diturunkan oleh Allah tersebut atau mereka yang melakukannya akan mendapatkan pembalasan.

Orang-orang yang menyombongkan diri dan mengingkari mukjizat tersebut juga tertulis dalam Al-Qur’an, yaitu pada surah Al-A’raf ayat 76.

قَالَ ٱلَّذِينَ ٱسْتَكْبَرُوٓا۟ إِنَّا بِٱلَّذِىٓ ءَامَنتُم بِهِۦ كَٰفِرُونَ

Qālallażīnastakbarū innā billażī āmantum bihī kāfirụn.

Artinya:

“Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, ‘Sesungguhnya, kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu’.”

Mereka yang mengingkari mukjizat dari Allah Swt. tersebut pun saling bekerja sama untuk membunuh sang unta, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 77.

فَعَقَرُوا۟ ٱلنَّاقَةَ وَعَتَوْا۟ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوا۟ يَٰصَٰلِحُ ٱئْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ

Fa ‘aqarun-nāqata wa ‘atau ‘an amri rabbihim wa qālụ yā ṣāliḥu`tinā bimā ta’idunā ing kunta minal-mursalīn.

Artinya:

“Kemudian, mereka sembelih unta betina itu dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata, ‘Hai Saleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)’.”

Tanpa rasa bersalah, kaum Tsamud yang ingkar pun membunuh unta betina tersebut dan tidak mau bertaubat kepada Allah Swt.

Bahkan, dalam salah satu sumber diceritakan bahwa pada saat itu, orang-orang tersebut juga berencana untuk menghabisi Nabi Saleh dan keluarganya.

Datangnya Azab Kaum Nabi Saleh

Sebelum kaum Tsamud yang ingkar melakukan perbuatan tercela lebih jauh lagi, Allah pun mendatangkan siksaan yang pedih sebagaimana tetlah diserukan oleh utusan-Nya sebelumnya.

Di tengah kesedihan dan kemarahannya karena unta betina itu dibunuh oleh kaum Tsamud, Nabi Saleh diperintah Allah untuk mengajak para pengikutnya pergi dari wilayah Tsamud.

Janji Allah Swt. yang disampaikan sang nabi pun dimulai dengan berkumpulnya awan hitam di atas wilayah kaum Tsamud.

Oleh karenanya, lembah dan pegunungan pun menjadi gelap gulita. Pada mulanya, kaum Tsamud menganggap bahwa itu hanya tanda hujan seperti biasa.

Namun, pada tengah malam, petir pun menghantam pemukiman mereka dengan saling bersahut-sahutan, menghancurkan gunung dan mengakibatkan gempa yang sangat dahsyat.

Bencana besar tersebut pun memusnahkan orang-orang dari wilayah Tsamud yang ingkar terhadap kebesaran Allah Swt, tanpa ada yang tersisa.

Sementara itu, Nabi Saleh dan pengikutnya meninggalkan tempat tersebut.

Beliau memberikan pesan kepada kaumnya yang beriman bahwa beliau telah mengingatkan mereka tentang amanah Allah Swt.

Hal ini juga tertulis dalam Al-Qur’an surah al-A’raf ayat 78.

فَأَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دَارِهِمْ جَٰثِمِينَ

Fa akhażat-humur-rajfatu fa aṣbaḥụ fī dārihim jāṡimīn.

Artinya:

“Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.”

Arti dan Makna Mukjizat Nabi Saleh ‘Alaihissalam

Setiap mukjizat yang dianugerahkan oleh Allah Swt. kepada nabi dan rasul-Nya tentu mengandung makna yang mendalam.

Selain menjadi simbol atas kekuasan-Nya dan bahwa yang dianugerahi mukjizat tersebut merupakan nabi-Nya, mukjizat Nabi Saleh ‘alahissalam tentu mempunyai arti mendalam juga.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Ghasyiyah ayat 17 bahkan dijelaskan bahwa unta merupakan salah satu hewan yang bisa dijadikan sebagai bahan tadabbur bagi manusia atas ciptaan Allah Swt.

أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ

A fa lā yanẓurụna ilal-ibili kaifa khuliqat.

Artinya:

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,”

Ibnu Katsir dalam bukunya Qishashul Anbiya menjelaskan, unta betina tersebut mempunyai beberapa keunggulan, yaitu memproduksi banyak air susu dan mampu menyimpan cadangan air.

Lalu, hikmah seperti apa yang hendak Allah anugerahkan pada kaum Tsamud dengan unta betina tersebut jika saja mereka tidak menyembelihnya?

Disempurnakannya Cadangan Pangan

Pertama, Allah Swt. menganugerahkan unta betina sebagai penyempurna keadaan pangan kaum Tsamud.

Air susu dari unta betina tersebut tentu akan menjadi minuman bergizi bagi kaum Tsamud yang pada saat itu sudah mempunyai stok makanan yang enak dan banyak.

Secara ilmiah, susu unta mengandung berbagai vitamin dan mineral, seperti vitamin C, vitamin B, lemak tak jenuh, dan zat besi.

Susu unta juga memiliki kandungan laktosa yang rendah.

Selain itu, susu ini mempunyai kandungan mangan, besi, magnesium, seng, natrium, dan kalium yang baik untuk tubuh dengan kadar lebih banyak dari susu sapi.

Dengan berbagai khasiatnya itu, unta betina tersebut bagai petunjuk bagi Nabi Saleh dan kaum Tsamud unutk menyempurnakan cadangan pangan mereka.

Menumbuhkan Sifat Sami’na wa Atha’na

Sifat Nabi Shaleh yang bijak mengatur kaum Tsamud dan unta betina untuk berbagi air dengan cara menjadwalkan beberapa hari untuk unta betina dan hari lainnya untuk kaum Tsamud.

Kebijakan ini memungkinkan kaum Tsamud memanfaatkan air susu unta betina tadi pada saat mereka tidak memperoleh giliran mendapatkan air minum.

Seharusnya, kaum Tsamud bersyukur dengan mukjizat tersebut, bukan malah memutuskan untuk menyombongkan diri dan menyembelihnya.

Andai saja mereka menumbuhkan sikap sami’na wa atha’na (saya dengar dan saya taat), Allah Swt. telah menyiapkan jaminan berupa kesejahteraan dan kebahagian bagi kaum Tsamud.

Sayangnya, sebagian dari mereka justru memilih menjerumuskan diri pada kesesatan yang akhirnya membinasakan mereka semua.

Hikmah dari Kisah Nabi Saleh dan Kaum Tsamud

Salah satu hikmah kisah di atas adalah bahwa Allah Swt. pasti memberikan sarana yang dibutuhkan umat Islam agar hidup bahagia serta sejahtera di dunia, juga akhirat.

Sudah selayaknya kita senantiasa bersyukur untuk setiap hal yang dianugerahkan Allah.

Hendaknya kita tidak meniru sikap kaum Tsamud yang justru menolak dan bahkan membinasakan anugerah yang mereka dapat karena kesombongannya.

Kehancuran yang terjadi pada kaum Tsamud juga bisa menjadi pengingat bagi kita untuk tidak melanggar perintah Allah Swt. dan selalu melakukan perbuatan baik.

Dengan begitu, kita dapat terjauh dari marabahaya.

Selain itu, hikmah lain yang dapat kita ambil adalah untuk tidak mudah terpancing jika diajak melakukan perbuatan yang tidak begitu dipahami.

Dari kisah kaum Tsamud, kamu juga bisa mengambil pelajaran bahwa kemakmuran serta kemewahan di dunia sifatnya hanya sementara.

Ketika dibinasakan oleh Allah Swt. karena tidak mau bertaubat, harta benda serta kekayaan yang dibangun kaum Tsamud pun ikut hancur dan tidak mereka bawa ke akhirat.

Semuanya luluh lantak tanpa sisa.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya sebagai umat-Nya, kita tidak menyombongkan kemampuan dan kekayaan yang dimiliki karena semua itu adalah titipan-Nya.

Jika kita tidak mengerjakan apa yang Allah perintahkan dan tidak mau bertaubat, bukan tidak mungkin semua yang kita miliki akan diambil kembali atau dihancurkan oleh Allah Swt.

Hal ini tertulis dalam Al-Qur’an surah Yasin ayat 82 yang berbunyi:

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

Innamā amruhū iżā arāda syai`an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn.

Artinya:

“Sesungguhnya, keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.”

Allah Swt. Mahakuasa dalam segala sesuatu, termasuk menjatuhkan azab kepada orang-orang yang tidak beriman, tanpa ada dzat lain yang bisa menghalangi-Nya.

Pelajaran Lain dari Kisah Nabi Saleh ‘Alaihissalam

Selain dari perjalanannya mengajak kaum Tsamud beriman kepada Allah Swt., kita juga dapat menjadikan nabi sebagai teladan dalam hal perilakunya.

Misalnya, dari keberanian nabi dalam melawan kaum Tsamud yang keji, kamu bisa belajar juga untuk menjadi pemberani ketika melakukan perbuatan yang benar dan baik.

Kebijaksanaan beliau ketika membuat jadwal pembagian air antara unta betina dan kaum Tsamud serta pemikiran tajam dalam mengambil keputusan juga bisa kamu teladani.

Beliau juga menunjukkan sosok pemimpin yang amanah yang baik.

Ketika berdakwah dan menyerukan keberanaran kepada kaum Tsamud pun, Nabi Saleh selalu melakukannya dengan baik tanpa mengharapkan balasan.

Tahapan Peradaban Menurut Nabi Saleh ‘Alaihissalam

Ada juga pelajaran terkait tahapan peradaban yang dapat kamu temukan jika melihat lebih dalam pada kisah Nabi Saleh ‘alahissalam.

Al-Qur’an surah Hud ayat 61 menjadi bukti sejarah ketika beliau berdiskusi dengan kaumnya tentang keimanan kepada Allah Swt.

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَٱسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَٱسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى قَرِيبٌ مُّجِيبٌ

Wa ilā ṡamụda akhāhum ṣāliḥā, qāla yā qaumi’budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, huwa ansya`akum minal-arḍi wasta’marakum fīhā fastagfirụhu ṡumma tụbū ilaīh, inna rabbī qarībum mujīb.

Artinya:

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Saleh berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu, mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya, Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)’.”

Ditengah-tengah dialognya untuk mengajak kaum Tsamud beriman dan menyembah Allah Ta’ala, terdapat makna tersirat yang mengajarkan kita mengenai fase-fase peradaban.

Hal ini diungkapkan oleh K.H. M. Dian Nafi’ selaku Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah. Menurutnya, berikut ini adalah tiga tahapan peradaban yang disebutkan oleh Nabi Saleh.

Tahap pertama adalah tentang cara mengembangkan persaudaraan antara nabi dan kaumnya. Setelah itu, barulah tahap kedua muncul, yaitu adanya perintah untuk menyembah Allah Swt.

Kemudian, fase yang ketiga adalah timbulnya gerakan kemakmuran.

Dian Nafi’ menambahkan bahwa proses yang terjadi tersebut sama halnya dengan pembentukan NKRI.

Lebih tepatnya, ketika para pendiri bangsa berkumpul dan menyepakati terbentuknya suatu negara yang kemudian disebut sebagai Indonesia.

Saat itu juga disepakati bahwa sila pertama dari dasar negara Indonesia adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

Setelah terjadi kesepakatan tersebut, barulah misi-misi untuk membawa kemakmuran mulai dibahas.

Penutup

Itulah ulasan singkat dari kisah Nabi Saleh ‘alahissalam sebagai utusan Allah Swt. untuk kaum Tsamud.

Selain sangat sombong, kaum Nabi Saleh menyembah berhala sehingga mendapatkan siksaan yang pedih dari Allah Swt.

Untuk itu, sudah sepantasnya kita menjauhi perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh kaum Nabi Saleh tersebut agar bisa mendapatkan ridha-Nya. Wallahu’alam.

Referensi:

http://www.piss-ktb.com/2015/03/3952-nabi-sholeh-keturunan-nabi-nuh.html

https://www.nu.or.id/post/read/85708/ini-tiga-tahapan-peradaban-ala-nabi-saleh

https://nusadaily.com/culture/kaum-tsamud-yang-cerdas-di-masa-lampau-dimusnahkan-karena-menolak-beriman-2.html

https://mizanamanah.or.id/update/kisah-nabi-shaleh-as-dan-kaum-tsamud

https://www.gomuslim.co.id/read/khazanah/2019/07/13/13339/-p-unta-dari-mukjizat-nabi-shaleh-hingga-karakteristik-dan-keistimewaannya-yang-termaktub-dalam-Al-Qur’an-p-.html

https://dtpeduli.org/unta-nabi-saleh-bagian-1-jaminan-ketahanan-pangan-dan-gizi