Kisah Nabi Nuh a.s. dan Pelajaran Penting di Baliknya

Cerita nabi sangat menarik untuk disimak. Selain karena kisahnya yang menarik, di dalamnya juga terdapat banyak pesan positif yang dapat mengingatkan kita atas kebesaran Allah Swt., tak terkecuali kisah Nabi Nuh a.s.

Apabila kamu belum terlalu hafal dengan kisah Nabi Nuh a.s. jangan khawatir karena Hasana.id akan merangkumkannya untukmu.

Tak hanya kisah Nabi Nuh a.s. saja, saya juga merangkumkan pelajaran baik yang bisa kita ambil dari kisah ini. Pastikan simak dengan baik ceritanya sampai selesai.

Bencana Banjir pada Masa Nabi Nuh

Kisah Nabi Nuh a.s. yang akan dibahas pertama adalah mengenai bencana banjir di zamannya. Menurut catatan sejarah, bencana ini terjadi pada kurang lebih 5.000 tahun yang lalu.

Terkait peristiwa bencana ini telah disebutkan dalam sejumlah kitab-kitab samawi, yaitu Al-Qur’an, Injil, dan Taurat, serta peradaban dunia, sebut saja Babylonia, India, Wales, Lithuania, China, Yunani, dan Sumeria.

Dalam Al-Qur’an sendiri Kisah Nabi Nuh a.s. telah disebutkan dalam 28 surat sebanyak 43 kali. Beliau merupakan seorang Ulul Azmi yang sabar dan selalu tabah dalam menghadapi kaumnya, bahkan hingga 900 tahun lamanya.

Kaumnya sendiri hanya sedikit yang beriman, selebihnya lebih sering berbuat maksiat dan menyembah berhala sepanjang hidupnya. Kaum yang tidak beriman tersebut bahkan sampai menantang Nabi Nuh agar dihadapkan dengan azab.

Nabi Nuh kemudian berdoa kepada Allah agar jangan membiarkan orang kafir tinggal di bumi. Terkait hal ini ada dalam Al-Qur’an Surat Nuh ayat 26,

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا

waqaala nuukhu rabbi laa tadzar ‘alal ardhi minal kaafiriina dayarraa

Artinya:

Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.

Allah mendengarkan doa tersebut. Hujan kemudian turun dengan lebatnya, air keluar dari perut bumi.

Bukan hanya itu saja, sungai Tigris serta Eifrat meluap sampai dapat menenggelamkan gunung, menyapu daratan, dan semua manusia musnah kecuali mereka yang naik ke kapal Nabi Nuh.

Kisah Nabi Nuh a.s. tentang Kapalnya

Atas petunjuk Jibril dari Allah Swt., Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat kapal. Dia tercatat sebagai orang pertama di dunia yang membuat kapal. Pembangunan dilakukan di pegunungan Irak pada sekitar tahun 3465 SM.

Kisah Nabi Nuh a.s. mengenai kapal ini telah dijelaskan dalam kita Sullam al-Munajad, setidaknya dibutuhkan 124.000 papan kayu.

Di tiap papan telah dituliskan nama Muhammad, lalu ada empat papan yang ditulisi nama khalifah, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.

Ukuran Kapal Nabi Nuh

Seorang astronom dan pelaut Arab bernama Ibnu Majid, pada abad 15, mengatakan bahwa kapal ini mengarah ke lima manzilah bulan. Panjangnya adalah empat ratus hasta, lebar dan tingginya seratus hasta, juga memiliki dua dayung.

Namun, menurut Ibnu Katsir, panjang bahtera tersebut mencapai 1.200 hasta, lebar 600 hasta, dan bagian depannya dibuat agak lancip untuk memudahkan berlayar. Kapalnya terdiri dari tiga tingkat.

Pembagian Tempat di Dalam Kapal

Dengan perincian tingkat pertama diisi dengan binatang ternak dan buas masing-masing sepasang.

Lantai dua dihuni oleh manusia yang berjumlah 80 orang (Nabi Nuh, sang istri, ketiga anaknya beserta istri, dan 72 pengikut lainnya), dan lantai tiga diisi oleh burung-burung.

Lama Waktu Terjadinya Banjir

Kisah Nabi Nuh a.s. mengenai lamanya bencana banjir melanda juga hadir dalam beberapa versi. Ada yang menyebut bahwa banjir bandang ini terjadi 40 hari 40 malam lamanya.

Menurut Ibnu Majid, banjir melanda selama 70 hari. Sementara itu menurut Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, dijelaskan bahwa lamanya adalah 150 hari, dihitung sejak banjir pertama kali melanda hingga surut kembali.

Perkiraan Terdamparnya Kapal Nabi Nuh

Bahtera Nabi Nuh dikisahkan terdampar di Gunung al-Judy yang terletak di antara Irak dan Syam, tepatnya di Diyar Bakr bin Wael. Tempat tersebut merupakan salah satu kota terbesar yang ada di Tenggara Turki.

Pada tahun 1490 M, Ibnu Majid menuliskan lokasi ini dalam sebuah kitab al-Fawaid fi ‘Ilm al-Bahr wa al-Qawa’id.

Namun, kenyataannya baru diketahui oleh publik pada 11 Agustus 1979, tepatnya setelah adanya penemuan di pegunungan Ararat Turki, pada ketinggian 2.515 mdpl.

Dalam penemuan terbaru diutarakan bahwa ukuran kapal adalah memiliki luas 7.456 kaki, lebar 83 kaki, panjang 500 kaki, dan tingginya mencapai 50 kaki.

Kisah Nabi Nuh a.s. mengenai kapalnya yang terdampar di Turki tersebut menunjukkan bahwa hanyutnya bergeser sejauh 520 km dari tempat asal pembuatannya, yaitu di Irak.

Masih dalam kitab al-Fawaid, disebutkan bahwa ketika badai besar terjadi, kapal tersebut mengelilingi Baitullah sebanyak tujuh kali.

Cakupan Banjir yang Terjadi di Masa Nabi Nuh

Mengenai cakupan area yang terkena banjir, setidaknya ada dua pendapat yang berbeda. Pertama, sebuah pendapat menyebutkan bahwa banjir menggenangi seluruh muka bumi di mana berdasarkan pada doa Nabi Nuh yang telah dijelaskan di atas.

Adapun pendapat kedua mengatakan bahwa cakupannya adalah lokal, yaitu hanya di daerah Mesopotamia saja, yaitu Irak, Iran, Turki, dan Rusia. Hal ini didasarkan lantaran saat itu umat manusia masih terbatas, tidak merata seperti sekarang.

Lahir Peradaban Baru

Setelah bencana banjir bandang melanda dan kapal Nabi Nuh a.s. terdampar di gunung, dikisahkan peradaban baru manusia kembali dimulai. Di sini kemudian diceritakan mengenai kisah Nabi Nuh dan anaknya.

Kisah tersebut menceritakan anak-anak Nabi Nuh yang berjumlah tiga orang. Mereka adalah Yafes, Sam, dan Ham.

Ketiga anak Nabi Nuh mulai berkelana menjelajahi teluk, mengarungi lautan hingga ke samudera. Setelahnya, banyak orang yang tertarik dan mempelajari tentang teknik pembuatan kapal.

Dari penjelajahan inilah akhirnya umat manusia mulai tersebar. Dalam sebuah hadis, Imam Ahman meriwayatkan.

“Sam adalah moyang orang Arab, Ham adalah moyang orang Habasyah (Ethiopia, Afrika), dan Yafets adalah moyang orang Rum (Romawi, Eropa)”

Masuknya Iblis ke Dalam Bahtera

Kisah Nabi Nuh a.s. selanjutnya yang akan Hasana.id bahas adalah mengenai masuknya iblis ke dalam bahtera. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Bahtera Nabi Nuh terdiri dari tiga lantai.

Oleh karena kapasitas yang terbatas, Allah memerintahkan untuk menaikkan para pengikutnya, sepasang dari semua jenis hewan, tanaman, pepohonan, dan biji-bijian. Dikisahkan pula Nabi Nuh juga membawa jasad Nabi Adam karena wasiat dari ayahnya.

Saat memasukkan hewan satu per satu sampai yang terakhir, yaitu keledai, saat itu pula iblis menyelinap masuk dengan bergelantungan di ekor hewan tersebut.

Nabi Nuh pun memergokinya dan lalu berkata, “Hai Musuh Allah, siapa yang memperbolehkan kamu masuk?”

Iblis menjawab, “Saat kau berkata kepada keledai, ‘masuklah meski setan bersamamu’.”

Nabi Nuh tetap menyuruh iblis keluar, tetapi iblis memohon untuk bisa masuk ke bahtera dengan dalih ia telah ditangguhkan. Nabi Nuh pun menyuruh iblis untuk duduk di sebuah ruangan.

Namun dalam kisah Nabi Nuh a.s. yang menceritakan tentang iblis masuk ke dalam kapalnya ini rupanya juga memiliki versi lain.

Dalam kitab Ihya Ulumiddin diceritakan dalam kisah Nabi Nuh a.s., beliau menemukan iblis dalam wujud orang tua yang tak dikenal. Iblis tersebut memberikan nasihat bagi manusia.

Ia mengatakan akan merebut hati para pengikut Nuh sehingga hati mereka bersama iblis dan badannya bersama Nuh. Nabi Nuh menyadari dan menyuruh iblis untuk keluar karena iblis telah dilaknat oleh Allah.

Alasan Umat Nabi Nuh Ditimpa Bencana

Sepertinya tak sedikit orang yang beranggapan bahwa terjadinya bencana adalah buah dari dosa-dosa syirik yang sudah sering dilakukan oleh manusia.

Korelasi seperti ini juga dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an di mana menceritakan kisah Nabi Nuh a.s. tentang umat-umatnya yang tertimpa bencana.

Pendapat K.H. Dr. Ahsin Sakho Muhammad

Namun, seorang pakar ilmu Al-Qur’an, yaitu KH Dr. Ahsin Sakho Muhammad tidak setuju dengan korelasi semacam ini.

Menurutnya, dosa tidak dapat dijadikan alat ukur terjadinya bencana lantaran terdapat orang atau komunitas lain yang lebih banyak berbuat dosa, tetapi justru tidak mendapatkan bencana.

Terkait dengan kisah Nabi Nuh a.s. yang menceritakan tentang bencana banjir dahsyat, apa sebenarnya alasan di balik peristiwa ini?

Kisah Nabi Nuh a.s. mengenai banjir bandang di masa lalu telah menewaskan hampir seluruh umatnya. Bencana tersebut terjadi tidak terlepas dari doa Nabi Nuh untuk membinasakan mereka seperti yang telah dijelaskan di atas.

Allah pun mengabulkan doa tersebut. Namun, kemudian Allah sangat marah karena doa yang dipanjatkan Nabi Nuh. Kemarahan-Nya bahkan tidak pernah ada baik sebelum dan sesudahnya.

Dari kemarahan Allah tersebut, Nabi Nuh kemudian diberi syafaat kepada manusia di hari pembalasan kelak.

Pengakuan Nabi Nuh atas Doanya

Nabi Nuh sendiri memberi pengakuan atas hal tersebut sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, yang berbunyi,

إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُ بِهَا عَلَى قَوْمِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ

inna rabbii qadghadhibaa lam yaghdhab qablahu mitslahu walayaghdhaba ba’dahu mitslahu wainnahu qad kaanat lii da’watun da’autu bihaa ‘alaa qaumii nafsii nafsiidz habuu ila ibraahiim

Artinya:

Sungguh, pada hari ini Allah telah marah dengan marah yang sebenar-benarnya, dimana Dia belum pernah marah seperti ini dan juga tidak akan marah setelahnya seperti ini. Sungguh, dahulu aku memiliki satu doa yang aku gunakan untuk menghancurkan kaumku. Diriku sendiri butuh syafa’at, pergilah menemui selainku! Pergilah menemui Ibrahim!”

Kisah Nabi Nuh a.s. ini dapat memberikan alasan, ketika terjadi bencana alam pada suatu daerah atau kaum, alangkah lebih baik untuk tidak dikaitkan dengan ritual syirik atau perbuatan dosa dari orang-orang yang melakukannya.

Wasiat Nabi Nuh Menjelang Wafat

Kisah Nabi Nuh a.s. singkat berikutnya akan membahas tentang wasiatnya menjelang wafat. Terdapat beberapa kitab yang menjelaskan terkait hal ini.

Di bawah ini tercantum wasiat Nabi Nuh menjelang wafatnya yang dikutip dari Sunan Nasa’i, Syarah Jalaluddin Suyuthi, As-Sunan Al-Kubra, Imam Baihaqi, Sahih Tirmidzi, Syarah Ibnul Arabi Al-Maliki, Tafsir Ibnu Katsir, juz. 4 hal. 54, dan Tafsir Baidhawi, juz.5 hal.207.

إِنَّ نُوْحًا عَلَيْهِ السَّلَامُ لَمَّا حَضَرَتْهُ الوَفَاةُ دَعَا اِبْنَيْهِ فَقَالَ: إِنِيْ قَاصٌ عَلَيْكُمَا الْوَصِيَّةَ آمُرُكُمَا بِاثْنَتَيْنِ، وَأَنْهَاكُمَا عَنِ اثْنَتَيْنِ؛ اَنْهَاكُمَا عَنِ الشِّرْكِ بِاللهِ وَالْكِبْرِ، وَآمُرُكُمَا بِلَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ فَاِنَّ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا فِيْهِمَا لَوْ وُضِعَتْ فِيْ كَفَّةِ الْمِيْزَانِ، وَوَضَعَتْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ فِى الْكَفَّةِ الْاُخْرَى، كَانَتْ أَرْجَحُ، وَلَوْ أَنَّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتْ حَلْقَةً فَوُضِعَتْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ عَلَيْهِمَا، لَقَصَمَتْهُمَا اَوْ لَفَصَمَتْهُمَا، وآمُرُكُمَا بِسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهٖ، فَاِنَّهَا صَلَاةُ كُلِّ شَيْءٍ وَبِهَا يُرْزَقُ كُلِّ شَيْءٍ.

inna nuukhaa ‘alaihissalaamu lammaa khadharatuhu wafatu da’aa ibnaihi faqaala: inii qaashun ‘alaikumal washiyyata aamurukmaa bitsnataini, waanhaa kumaa ‘anitsnataini; anhaa kumaa ‘anisyarki billahi walkibri, waamurukumaa bilaa ilaaha illallahu fainnassamaawaati wal ardha wamaa fiihimaa lauwudhi’at fii kaffatil miizaani. wawadha’at laa ilaaha ilallahu filkaffatil ukhraa, kanat arjakhu, walauannassamawaati wal ardhikanat khaqatan fawudhi’at laa ilaaha illallahu ‘alaihimaa, laqashamathumaa aw lafashomathumaa, waa murukumaa bisubkhaanallahi. wabikhamdihii, fainnahaa shalaatu kulli syaiin wabihaa yurzaqu kulli syaiin

Artinya:

Sesungguhnya Nuh a.s. ketika menjelang wafatnya memanggil kedua putranya, lalu berwasiat, “Sesungguhnya aku akan mengutarakan kepadamu wasiat berikut: Aku perintahkan kamu berdua untuk mengerjakan dua perkara dan aku larang kamu melakukan dua perkara lainnya. Aku larang kalian mempersekutukan Allah dan takabur (sombong). Dan aku perintahkan kamu berdua membaca kalimat “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Karena sesungguhnya langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya, jikalau diletakkan pada salah satu sisi timbangan, lalu di sisi lainnya diletakkan kalimah “Tidak ada Tuhan selain Allah”, tentulah kalimat itu lebih berat. Dan seandainya langit dan bumi kedua-duanya dijadikan satu, lalu diletakkan padanya kalimah “Tidak ada Tuhan selain Allah”, niscaya kalimat itu akan memotongnya atau membuatnya terbelah. Dan aku perintahkan kamu berdua untuk membaca “Maha Suci Allah dan dengan memuji kepada-Nya”, karena sesungguhnya kalimat ini merupakan doa semua makhluk, dan karenanya semua makhluk mendapat rezekinya.

Pelihara Ibadah kepada Allah

Kemudian, Nabi Nuh a.s. memberikan nasihat, pertama adalah peliharalah ibadah kepada Allah, maka Ia akan memeliharamu.

Kedua masih sama, peliharalah ibadah kepada Allah, maka Ia akan kamu jumpai di hadapanmu.

Ingat Allah Saat Kita Senang

Wasiat yang ketiga adalah kenalilah Allah ketika kamu senang, maka Ia akan mengenalimu di saat dirimu susah.

Meminta Hanya kepada Allah

Keempat, mintalah hanya kepada Allah, minta juga pertolongan hanya pada Allah.

Dalam wasiat kelima, dijelaskan dalam kisah Nabi Nuh a.s. bahwa beliau meminta umatnya untuk mengetahui.

Andai suatu bangsa bergabung dan memohonkan mudarat terjadi dengan sesuatu yang Allah tidak takdirkan, maka mereka tidak dapat menimpakan bahaya terhadapmu.

Wasiat selanjutnya adalah perihal apabila mereka bergabung untuk memberikan manfaat tetapi tidak ditakdirkan oleh Allah, maka mereka tidak dapat memberimu manfaat.

Lalu, Wasiat ketujuh adalah mengajak umatnya untuk beramal karena Allah sebaik mungkin sebagai bentuk rasa syukur.

Terakhir, wasiat kedelapan adalah bersabarlah dalam menghadapi sesuatu yang tidak kamu sukai karena memiliki kebaikan dan sesungguhnya pertolongan-Nya diperoleh melalui kesabaran.

Sesudah penderitaan tersebut terdapat jalan keluar dan sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.

Pelajaran dari Kisah Nabi Nuh A.S

Kisah Nabi Nuh a.s. selanjutnya adalah cerita beliau disakiti oleh kaumnya. Hal ini dijelaskan oleh Imam Ahmad bin Hanbal al-Syaibani dalam kitabnya yang berjudul al-Zuhd, terdapat dua riwayat yang mengisahkan kejadian ini.

حدثنا عبد الله حدثنا عبد الرحمن عن سفيان عن الأعمش عن مجاهد عن عبيد بن عمير قال: كان قوم نوح يضربونه حتي يغشي عليه فإذا أفاق قال: اللهم اغفر لقومي فإنهم لا يعلمون.

khadatsanaa ‘abdullahu khadasanaa ‘abdurrahman ‘ansufayaana ‘an il a’misya ‘anmajaahidin ‘an ubaidibin ‘umair qaala: kan qaumu nuukhi yudhribuunahukhatii yughaisyi ‘alaihi. faa idzaa afaaqa qaala: allahumaghfirli qaumii fainnahum laaya’lamuun

Artinya:

Diceritakan oleh Abdullah, diceritakan oleh Abdurrahman, dari Sufyan, dari al-A’masy, dari Mujahid, dari Ubaid bin ‘Umair, ia berkata, “Kaum Nabi Nuh memukulinya hingga ia tidak sadarkan diri. Ketika Nabi Nuh siuman, ia berdoa, “Ya Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Kairo: Dar al-Rayyan li al-Turats, 1992, hlm 66)

عن مجاهد عن عبيد بن عمير قال: إن كان الرجل من قوم نوح ليلقاه فيخنقه حتي يخر مغيشا عليه, قال: فيفيق حين يفيق وهو يقول: رب اغفر لقومي فإنهم لا يعلمون.

‘anmujaahidin ‘an ubaidi bin ‘umair qaala: inkaana rajulu minqaumi nuukhi layaqaahu fayakhnuquhu khatii yukhiru mughaisyaan ‘alaihi, qaala: fayufiiqu khiina yufiiqu wahuwa yaquulu. rabighfirli qaumii fainnahum laaya’lamuun

Artinya:

Dari Mujahid, dari ‘Ubaid bin ‘Umair, ia berkata: “Jika seseorang dari kaum Nuh bertemu dengannya, maka ia akan mencekiknya hingga Nuh jatuh pingsan.” Kemudian ia sadarkan diri, ketika itu ia berdoa:

“Tuhan, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, 1992, hlm 66)

Menjadi Orang yang Pemaaf

Ada pelajaran yang dapat diambil dari kisah teladan Nabi Nuh a.s. di atas, yaitu memaafkan semua perilaku buruk dari kaumnya dengan dasar mereka tidak mengetahui.

Pelajaran lain adalah melepaskan beban di hatinya dengan mendoakan kebaikan untuk mereka yang menyakitinya.

Dalam hal memaafkan, Nabi Nuh memandang bahwa perlakuan buruk kaumnya, yaitu mencekik dan memukul adalah karena berasal dari ketidaktahuan mereka. Mungkin sebagai manusia biasa, kita tidak bisa berlaku seperti Nabi Nuh a.s.

Oleh karena itu, Allah membicarakan perihal hukum-hukum-Nya melalui para nabi lantaran sifatnya tersebut. Apabila ada manusia biasa yang mampu bersikap seperti Nabi Nuh, maka dirinya adalah manusia yang luar biasa.

Lepaskan Beban dari Rasa Bersalah

Sementara itu pada pelajaran yang kedua, yaitu melepaskan beban dari rasa bersalah. Walaupun menerima perlakuan buruk, Nabi Nuh tetap mendoakan kebaikan untuk para pelakunya.

Alasannya jika Nabi Nuh tidak berdoa memohonkan ampunan kepada mereka, sama artinya dengan dirinyalah yang menjadi penyebab dari dosa-dosa yang mereka perbuat.

Maksudnya bukan dari Nabi Nuh, dosa tersebut berasal, melainkan beliau merupakan pengantar.

Mereka menyakiti Nabi Nuh dan mendapatkan dosa. Dosa yang tercatat dalam buku amal mereka adalah karena menyakiti Nabi Nuh.

Hal tersebut akan diusahakan untuk dihindari oleh nabi yang membawa misi kenabian di mana tugasnya adalah membawa manusia dekat dengan-Nya dan selamat dunia akhirat.

Namun, apakah perilaku nabi ini bisa dilakukan oleh manusia biasa? Jawabannya adalah bisa, walaupun terdapat batas-batas tertentu.

Hal ini dikarenakan semua perilaku nabi beserta hikmahnya merupakan standar keteladanan yang Allah buat untuk manusia. Memang, manusia biasa tidak bisa menyamai kesempurnaan nabi, tetapi paling tidak berusaha untuk mendekatinya.

Membiasakan untuk Beristighfar

Dari kisah Nabi Nuh a.s., kita juga dapat belajar tentang manfaat istighfar. Di era beliau, banyak kaumnya yang tidak bersedia menaati ajakannya untuk beriman kepada Allah

Allah pun lantas menurunkan azab berupa kekeringan dan kaum perempuan dibuat-Nya mandul selama empat puluh tahun.

Nabi Nuh kemudian meminta mereka untuk beristighfar dan meminta ampun dari dosa kemusyrikan dan kekufurannya.

Apabila kaumnya bersedia, Nabi Nuh berjanji, Allah akan menurunkan hujan, menjadikan dari hujan tersebut kebun dan sungai dapat menjadi penghidupan mereka, dan memberikan harta berlimpah.

Hal ini telah dijelaskan oleh para ulama mufassir saat menafsirkan Surat Nuh ayat 10–12.

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا. وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

faqultus taghfiruu rabbakum innahu kaana ghafaran. yursulissamaa a ‘alaikum midraaran. wayumdidkum biamwaalin wabaina wayaj’al lakum jannaatin wayaj’al lakum anhaaran.

“Maka aku (Nabi Nuh) katakan, ‘minta ampunlah kalian kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Ia maha pengampun. Maka Dia akan menurunkan hujan yang deras dari langit kepada kalian. Dan Ia akan menganugerahkan kepada kalian harta dan anak-anak, serta menjadikan bagi kalian kebun-kebun dan sungai-sungai.”

Dari ayat ini, para ulama lantas menyimpulkan bahwa istighfar adalah alasan terbesar diturunkannya hujan dan berbagai macam rezeki dan berkembangnya keberkahan.

Dikisahkan suatu hari ada seseorang yang mengadu kepada Imam Hasan al-Bashri mengenai kekeringan yang terjadi di daerahnya. Ada lagi orang lain yang mengadu tentang hasil buminya yang sedikit.

Sementara itu yang lain mengadu karena sulit mendapatkan keturunan. Ada pula yang mengadu tentang masalah kefakirannya. Imam Hasan kemudian menganjurkan kepada semua orang ini untuk beristrighfar kepada Allah.

Kisah Nabi Nuh A.s. Menjadi Pengingat atas Kebesaran-Nya

Dari kisah Nabi Nuh a.s. di atas, ada pesan moral tersendiri yang tersimpan. Salah satunya adalah cerita tersebut menjadi pengingat atas kebesaran Allah Swt. Jika Allah sudah memutuskan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang bisa menentang.

Kisah tersebut juga bisa memotivasimu untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Jangan pernah menyakiti orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Nabi Nuh yang menyakiti beliau.

Semoga kisah Nabi Nuh a.s. ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasanmu terkait cerita teladan nabi.

Tak ada salahnya juga untuk membagikannya ke orang-orang terdekat supaya mereka bisa mendapatkan pelajaran dari kisah Nabi Nuh a.s. ini.

sumber:

https://alif.id/read/nur-hidayatullah/bahtera-nabi-nuh-bertawaf-b231163p/

https://alif.id/read/muslimin-syairozi/kisah-masuknya-iblis-ke-bahtera-nuh-b221037p/

https://islam.nu.or.id/post/read/104448/ketika-nabi-nuh-dicekik-dan-dipukuli

https://islam.nu.or.id/post/read/100836/khutbah-jumat–mengapa-umat-nabi-nuh-dan-nabi-hud-ditimpa-bencana-

https://islam.nu.or.id/post/read/76751/belajar-dari-kisah-nabi-nuh-manfaat-istighfar