Kisah Nabi Musa a.s.

Beriman kepada Nabi dan Rasul merupakan salah satu rukun iman dalam Islam. Tidak heran jika sebagai umat muslim, kamu diwajibkan untuk mempercayai adanya ke-25 Nabi dan Rasul Allah Swt. Salah satunya adalah kisah Nabi Musa a.s. yang pastinya banyak teladan untuk kita.

Nabi Musa a.s. sendiri merupakan salah satu Nabi yang terkenal dengan kisahnya saat menghadapi Firaun dan membelah Laut Merah.

Bahkan, kisah Nabi Musa a.s. yang menyeberangi Laut Merah di zaman dahulu ini benar-benar diyakini terjadi karena terdapat sejumlah bukti yang mendukungnya. Nah, bagaimana kisah Nabi Musa a.s. yang lengkap?

Yuk, cari tahu mengenai kisah Nabi Musa a.s. yang membelah Laut Merah dan sejumlah kisah lainnya yang dapat dijadikan pelajaran hidup berikut ini!

Nabi Musa a.s. adalah Ulul Azmi

Nabi Musa a.s. merupakan salah satu Nabi dalam agama Islam yang juga masuk ke dalam golongan Ulul Azmi.

Ulul Azmi

Ulul Azmi sendiri merupakan gelar khusus yang diberikan kepada Rasul pilihan Allah Swt. Seperti yang telah diketahui, ada 5 nabi yang merupakan Ulul Azmi,

  1. Nuh a.s.
  2. Ibrahim a.s.
  3. Musa a.s.
  4. Isa a.s.
  5. Muhammad saw.

Berbeda dari Nabi-Nabi lainnya, Nabi yang juga masuk ke dalam golongan Ulul Azmi tidak hanya mendapatkan wahyu saja. Namun, juga diperintahkan untuk menyampaikan wahyu dari Allah Swt. kepada manusia.

Tidak heran jika Nabi yang masuk ke dalam golongan Ulul Azmi ini memiliki kesabaran dan ketabahan luar biasa untuk menghadapi banyaknya cobaan dalam menyampaikan wahyu Allah Swt.

Nabi Musa a.s. juga kerap dikaitkan dengan Nabi Harun a.s. dan dikenal sebagai pemimpin yang berhasil membebaskan Bani Israil dari perbudakan yang dilakukan oleh para Firaun.

Kitab yang Diturunkan kepada Nabi Musa

Tidak hanya itu saja, Nabi Musa a.s. juga mendapatkan kesempatan khusus dengan menerima kitab suci Taurat yang pada saat itu digunakan sebagai pedoman hidup masyarakat bani Israel.

Keberadaan Nabi Musa a.s. sendiri juga tercantum dalam sejumlah ayat suci AL-Quran. Salah satunya adalah QS. Al-A’raf ayat 144 yang berbunyi:

قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّى ٱصْطَفَيْتُكَ عَلَى ٱلنَّاسِ بِرِسَٰلَٰتِى وَبِكَلَٰمِى فَخُذْ مَآ ءَاتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ

Qāla yā mụsā inniṣṭafaituka ‘alan-nāsi birisālātī wa bikalāmī fa khuż mā ātaituka wa kum minasy-syākirīn

Artinya:

Allah berfirman: “Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”

Nabi Musa a.s. sendiri atau yang juga dikenal dengan ejaan Moses atau Moseh memiliki arti nama diangkat dari air.

Hal ini tentu saja berkaitan dengan kisah Nabi Musa a.s. yang pada saat bayi dihanyutkan oleh ibunya di sungai Nil. Beruntung, bayi Nabi Musa a.s. diselamatkan oleh salah satu perempuan yang hidup di istana Firaun.

Nah, kisah Nabi Musa a.s. yang lebih lengkap bisa kamu baca di poin berikutnya, ya!

Kisah Nabi Musa a.s. Saat Dihanyutkan di Sungai Nil

Nabi Musa a.s. merupakan salah satu Nabi yang terkenal akan kisahnya yang membelah Laut merah dan membunuh Firaun di laut tersebut. tidak hanya itu saja, kisah Nabi Musa a.s. juga terkait dengan kisahnya semasa bayi yang dihanyutkan pada sebuah keranjang di sungai Nil.

Berikut kisah Nabi Musa a.s. yang lebih lengkap yang telah Hasana.id kumpulkan.

Firaun yang Zalim

Dahulu kala, Mesir dipimpin oleh raja atau Firaun yang kejam dan zalim. Semasa pemerintahan Firaun ini, banyak masyarakat yang merasakan penindasan dari aturan serta sikap-sikap Firaun yang semena-mena.

Firaun juga membedakan kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat lain yang ada di bawah kekuasaannya.

Terutama Bani Israil yang harus menerima nasibnya diperbudak dan mendapatkan perlakuan yang zalim dari Firaun.

Di suatu malam, di dalam mimpinya Firaun didatangi oleh sebuah api yang berasal dari Baitul Maqdis. Api tersebut membakar seluruh negeri di Mesir kecuali rumah yang dimiliki oleh Bani Israil.

Saat terbangun dari mimpinya, Firaun pun merasa khawatir dan takut sampai akhirnya ia mengumpulkan banyak peramal dan ahli nujum yang berasal dari seluruh Mesir.

Firaun pun menanyakan apa arti dari mimpi tersebut. Peramal dan ahli nujum yang dikumpulkan oleh Firaun sepakat bahwa akan ada seorang anak dari Bani Israil yang menjadi penyebab musnahnya penduduk di Mesir.

Ketakutan Firaun pun semakin menjadi-jadi dan membuatnya bertindak tidak rasional. Sejak saat itu, Firaun memerintahkan pasukannya untuk membunuh seluruh anak laki-laki yang dilahirkan oleh Bani Israil demi mencegah mimpinya menjadi kenyataan.

Dihanyutkannya Musa Kecil

Hal inilah yang akhirnya membuat orang tua Nabi Musa a.s. memutuskan untuk melindungi Nabi Musa a.s. agar tidak menjadi sasaran para pasukan Firaun.

Berharap agar bayi Nabi Musa a.s. bisa hidup lebih layak dan tidak mati di tangan pasukan Firaun. Kisah Nabi Musa a.s. ini tercantum dalam QS. Al-Qashah ayat 7 dan berbunyi:

وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِى ٱلْيَمِّ وَلَا تَخَافِى وَلَا تَحْزَنِىٓ ۖ إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ

wa auḥainā ilā ummi mụsā an arḍi’īh, fa iżā khifti ‘alaihi fa alqīhi fil-yammi wa lā takhāfī wa lā taḥzanī, innā rāddụhu ilaiki wa jā’ilụhu minal-mursalīn

Artinya:

“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”

Peristiwa hanyutnya Nabi Musa a.s. merupakan peristiwa yang tidak disengaja. Saat itu, ibu Nabi Musa a.s. bersembunyi di sekitar sungai sambil menyusui bayinya.

Ia pun telah menyiapkan keranjang yang telah diikat dengan tali sehingga saat pasukan Firaun datang, ibu Nabi Musa a.s. akan meletakkan bayinya tersebut ke dalam keranjang dan memegang tali yang terikat pada keranjang tersebut.

Sayangnya, suatu ketika ibu Nabi Musa a.s. lupa untuk memegang tali pada keranjang tersebut sehingga hanyutlah Nabi Musa a.s. di sungai Nil.

Mengetahui hal tersebut, ibu Nabi Musa a.s. meminta kakak perempuan Nabi Musa a.s. untuk berjalan mengiringi dan memperhatikan keranjang berisi bayi tersebut.

Siapa yang menyangka jika keranjang tersebut akhirnya membawa bayi Nabi Musa a.s. ke istana Firaun yang lokasinya memang tidak jauh dari sungai Nil.

Mengetahui hal tersebut, kakak perempuan Nabi Musa a.s. pun langsung memberitahu sang ibu. Kagetlah ibunda Nabi Musa a.s. mendengar hal tersebut sampai-sampai ia ingin mengatakan kepada orang-orang bahwa bayi tersebut merupakan anaknya.

Musa Kecil Ditemukan Asiyah

Saat keranjang bayi Nabi Musa a.s. mendekati istana Firaun, terdapat Asiyah, istri Firaun yang tengah berjalan di kebun istana.

Dilihatlah keranjang yang mengambang di sungai Nil tersebut dan meminta pelayannya untuk melihat dan membawa isi keranjangnya. Saat sudah berada di depan Asiyah, dibukalah keranjang tersebut yang ternyata berisi seorang bayi yang manis.

Saat itulah Allah Swt. menanamkan rasa cinta pada hati Asiyah sehingga istri Firaun tersebut mengambil dan mengasuh bayi Nabi Musa a.s. seperti anaknya sendiri.

Apalagi pada saat itu diketahui bahwa Asiyah merupakan wanita yang mandul. Dibawalah bayi tersebut ke hadapan Firaun dan meminta izin untuk menjadikan bayi Nabi Musa a.s. sebagai anak mereka seperti yang tertuang dalam QS. Al-Qashash ayat 9 yang berbunyi:

وَقَالَتِ ٱمْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّى وَلَكَ ۖ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰٓ أَن يَنفَعَنَآ أَوْ نَتَّخِذَهُۥ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

wa qālatimra`atu fir’auna qurratu ‘ainil lī wa lak, lā taqtulụhu ‘asā ay yanfa’anā au nattakhiżahụ waladaw wa hum lā yasy’urụn

Artinya:

“Dan berkatalah istri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.”

Melihat sang istri yang terlihat sangat mencintai bayi tersebut, Firaun pun menyetujui permintaan istrinya dan mengangkat Nabi Musa a.s. sebagai putranya.

Kisah Nabi Musa a.s. yang Kembali kepada Ibunya

Sejak diizinkan oleh Firaun untuk merawat bayi tersebut, Asiyah begitu melimpahkan kasih sayang dan cintanya kepada bayi Nabi Musa a.s. Bahkan, Asiyah selalu menggendong bayi tersebut dengan rasa gembira. Sayangnya, Asiyah yang merupakan wanita mandul tidak dapat menghasilkan ASI.

Menjadi Ibu Susu bagi Anaknya Sendiri

Tidak heran jika saat itu, Asiyah juga memerintahkan pelayannya untuk mencari ibu susu bagi bayi Nabi Musa a.s.

Siapa yang menyangka jika ibu kandung Nabi Musa a.s. lah yang akhirnya terpilih menjadi ibu susu dari Nabi Musa a.s. Hal ini lantaran pada saat sejumlah kandidat ibu susu datang dan mencoba menyusui bayi Nabi Musa a.s., bayi Nabi Musa a.s. menolak.

Bertambah bingung dan kalutlah Asiyah karena Nabi Musa a.s. tidak bisa menyusu. Maka para pelayan di istana pun diminta untuk mencari ibu susu lainnya.

Mendengar kabar istana yang tengah mencari ibu susu bagi bayi yang baru diangkat oleh Asiyah, kakak perempuan Nabi Musa a.s. langsung bergegas pulang dan memberitahukan kepada ibunya yang tengah menangisi kepergian Nabi Musa a.s.

Dengan hati yang lega dan gembira mengetahui sang bayi masih hidup, pergilah ibu Nabi Musa a.s. ditemani oleh kakak perempuan Nabi Musa a.s. ke istana Firaun.

Saat dicoba untuk menyusu, bayi Nabi Musa a.s. langsung menyusu hingga kenyang. Asiyah pun meminta ibu Nabi Musa a.s. untuk tinggal dan menyusui Nabi Musa a.s..

Kembalinya Musa Kecil ke Rumah

Namun, ibu Nabi Musa a.s. tidak dapat menyanggupi permintaan Asiyah karena memiliki keluarga yang harus diurusnya. Mendengar hal tersebut, Asiyah pun merelakan bayi yang baru ia temukan untuk disusui di rumah ibu susunya yang tidak lain adalah ibu kandung dari Nabi Musa a.s.

Sejak saat itulah Nabi Musa a.s. kembali diasuh dan hidup bersama ibu kandungnya. Selain bahagia bisa hidup bersama bayinya lagi, ibu Nabi Musa a.s. juga mendapatkan upah dari istana.

Saat hidup bersama keluarga kandungnya, ayah dan ibu Nabi Musa a.s. telah mengajarkan banyak hal-hal baik yang menjadikan Nabi Musa a.s. tumbuh sebagai seorang yang kuat, berani dan berpendidikan.

Tidak heran saat Nabi Musa a.s. kelak kembali hidup di istana Firaun, keluarganya berharap agar Nabi Musa a.s. dapat hidup layaknya anak raja dan dapat mengatur pemerintahan dengan baik.

Sejak terpilihnya ibu kandung Nabi Musa a.s. sebagai ibu susu dari bayi yang ditemukan Asiyah, derajat Bani Israil pun berubah menjadi lebih terhormat.

Nabi Musa a.s. Keluar dari Mesir

Di suatu hari, Nabi Musa a.s. yang sedang berjalan di kota Memphis melihat ada dua orang yang sedang bertikai. Satu orang berasal dari Bani Israil sedangkan yang lain adalah kaum Qibthi, penduduk asli Mesir.

Kekuatan Nabi Musa

Orang Bani Israil tersebut berharap Nabi Musa a.s. dapat membantunya dari kezaliman yang dilakukan oleh orang Qibthi.

Dipukullah orang Qibthi tersebut oleh Nabi Musa a.s. sampai tersungkur dan mati. Nabi Musa a.s. pun bertobat seperti yang tercantum dalam QS. Al- Qashash ayat 15-16:

وَدَخَلَ ٱلْمَدِينَةَ عَلَىٰ حِينِ غَفْلَةٍ مِّنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَٰذَا مِن شِيعَتِهِۦ وَهَٰذَا مِنْ عَدُوِّهِۦ ۖ فَٱسْتَغَٰثَهُ ٱلَّذِى مِن شِيعَتِهِۦ عَلَى ٱلَّذِى مِنْ عَدُوِّهِۦ فَوَكَزَهُۥ مُوسَىٰ فَقَضَىٰ عَلَيْهِ ۖ قَالَ هَٰذَا مِنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ إِنَّهُۥ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ

wa dakhalal-madīnata ‘alā ḥīni gaflatim min ahlihā fa wajada fīhā rajulaini yaqtatilāni hāżā min syī’atihī wa hāżā min ‘aduwwih, fastagāṡahullażī min syī’atihī ‘alallażī min ‘aduwwihī fa wakazahụ mụsā fa qaḍā ‘alaihi qāla hāżā min ‘amalisy-syaiṭān, innahụ ‘aduwwum muḍillum mubīn

Artinya:

“Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).”

قَالَ رَبِّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى فَٱغْفِرْ لِى فَغَفَرَ لَهُۥٓ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

qāla rabbi innī ẓalamtu nafsī fagfir lī fa gafara lah, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm

Artinya:

“Musa mendoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kabar atas tewasnya orang Qibthi tersebut tersebar luas di antara masyarakat mesir. Sampai pada akhirnya penduduk Mesir mengetahui jika pelaku atas matinya orang Qibthi tempo hari adalah Nabi Musa a.s.

Hukuman untuk Nabi Musa

Pasukan Firaun yang mengetahui hal ini akhirnya mulai mencari hukuman yang tepat bagi Nabi Musa a.s. Lalu, ada seseorang yang menyarankan Nabi Musa a.s. agar segera meninggalkan Mesir. Hal ini tertuang dalam QS. Al-Qashas ayat 17-21:

قَالَ رَبِّ بِمَآ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِّلْمُجْرِمِينَ

qāla rabbi bimā an’amta ‘alayya fa lan akụna ẓahīral lil-mujrimīn

Artinya:

Musa berkata: “Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa”.

فَأَصْبَحَ فِى ٱلْمَدِينَةِ خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ فَإِذَا ٱلَّذِى ٱسْتَنصَرَهُۥ بِٱلْأَمْسِ

يَسْتَصْرِخُهُۥ ۚ قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰٓ إِنَّكَ لَغَوِىٌّ مُّبِينٌ

fa aṣbaḥa fil-madīnati khā`ifay yataraqqabu fa iżallażistanṣarahụ bil-amsi yastaṣrikhuh, qāla lahụ mụsā innaka lagawiyyum mubīn

Artinya:

Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: “Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)”.

فَلَمَّآ أَنْ أَرَادَ أَن يَبْطِشَ بِٱلَّذِى هُوَ عَدُوٌّ لَّهُمَا قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ أَتُرِيدُ أَن تَقْتُلَنِى كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًۢا بِٱلْأَمْسِ ۖ إِن تُرِيدُ إِلَّآ أَن تَكُونَ جَبَّارًا فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا تُرِيدُ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْمُصْلِحِينَ

fa lammā an arāda ay yabṭisya billażī huwa ‘aduwwul lahumā qāla yā mụsā a turīdu an taqtulanī kamā qatalta nafsam bil-amsi in turīdu illā an takụna jabbāran fil-arḍi wa mā turīdu an takụna minal-muṣliḥīn

Artinya:

Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: “Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”.

وَجَآءَ رَجُلٌ مِّنْ أَقْصَا ٱلْمَدِينَةِ يَسْعَىٰ قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ إِنَّ ٱلْمَلَأَ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ فَٱخْرُجْ إِنِّى لَكَ مِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ

wa jā`a rajulum min aqṣal-madīnati yas’ā qāla yā mụsā innal-mala`a ya`tamirụna bika liyaqtulụka fakhruj innī laka minan-nāṣiḥīn

Artinya:

Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: “Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu”.

فَخَرَجَ مِنْهَا خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ ۖ قَالَ رَبِّ نَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ

fa kharaja min-hā khā`ifay yataraqqabu qāla rabbi najjinī minal-qaumiẓ-ẓālimīn

Artinya:

Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”.

Wahyu Pertama Nabi Musa a.s.

Nabi Musa a.s. pun tinggal di Madyan dan menikahi salah satu putri dari Nabi Syu’aib a.s. Setelah 10 tahun, Nabi Musa a.s. pun kembali ke Mesir.

Di tengah-tengah perjalanan, Nabi Musa a.s. melihat ada cahaya terang di Bukit Sinai. Di bukit tersebut Nabi Musa a.s. menerima wahyu pertamanya.

Tidak hanya itu saja, Allah Swt. juga menunjukkan kepada Nabi Musa a.s. salah satu mukjizatnya, yaitu mengubah tongkat menjadi seekor ular. Selain itu, Allah Swt. juga memberikan mukjizat lain yaitu dada yang bercahaya. Mukjizat ini tertuang dalam QS. Al- Qashash ayat 32:

ٱسْلُكْ يَدَكَ فِى جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَآءَ مِنْ غَيْرِ سُوٓءٍ وَٱضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ ٱلرَّهْبِ ۖ فَذَٰنِكَ بُرْهَٰنَانِ مِن رَّبِّكَ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَإِي۟هِۦٓ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَوْمًا فَٰسِقِينَ

usluk yadaka fī jaibika takhruj baiḍā`a min gairi sū`iw waḍmum ilaika janāḥaka minar-rahbi fażānika bur-hānāni mir rabbika ilā fir’auna wa mala`ih, innahum kānụ qauman fāsiqīn

Artinya:

Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir’aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”.

Sedangkan wahyu pertama dari Allah Swt. adalah untuk memberikan peringatan kepada Firaun yang telah durhaka kepada Allah Swt. Dalam memenuhi perintah Allah Swt., Nabi Musa a.s. pun meminta izin agar bisa ditemani berdakwah oleh Nabi Harun a.s. yang juga saudara dari Nabi Musa a.s.

Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. Melawan Firaun

Sesampainya di Mesir, keduanya pun mulai berdakwah dan mengajak penduduk Mesir untuk menyembah Allah.

Perbuatan Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. ini akhirnya membuat Firaun murka. Bahkan, banyak penduduk Mesir yang menyebut bahwa Nabi Musa a.s. tidak memiliki apapun dan hanya menggunakan sihir.

Tantangan Firaun kepada Nabi Musa

Tidak heran jika pada akhirnya Firaun menantang keduanya untuk melawan ahli sihir andalan Mesir. Nabi Musa a.s. pun melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular besar yang melahap semua ular-ular buatan ahli sihir Mesir.

Melihat hal ini, para ahli sihir Mesir yang ada di sana pun akhirnya mengimani kenabian Musa a.s.

Sayangnya, hal ini justru membuat Firaun semakin marah seperti yang tertuang dalam QS. Al-‘Araf ayat 123-124:

قَالَ فِرْعَوْنُ ءَامَنتُم بِهِۦ قَبْلَ أَنْ ءَاذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَمَكْرٌ مَّكَرْتُمُوهُ فِى ٱلْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا۟ مِنْهَآ أَهْلَهَا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ

qāla fir’aunu āmantum bihī qabla an āżana lakum, inna hāżā lamakrum makartumụhu fil-madīnati litukhrijụ min-hā ahlahā, fa saufa ta’lamụn

Artinya:

Fir’aun berkata: “Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?, sesungguhnya (perbuatan ini) adalah suatu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya dari padanya; maka kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini);

لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَٰفٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ

la`uqaṭṭi’anna aidiyakum wa arjulakum min khilāfin ṡumma la`uṣallibannakum ajma’īn

Artinya:

Demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya”.

Azab di Negeri FIraun

Sejak saat itu, negeri yang Firaun pimpin pun selalu mendapat cobaan yang bertubi-tubi. Firaun pun meminta kepada Nabi Musa a.s. agar berdoa kepada Allah Swt. dan menghilangkan bencana yang diazabkan kepadanya dan negerinya.

Namun, setelah Allah Swt. mengabulkan doa Nabi Musa a.s., Firaun masih saja tidak mau menyembah Allah Swt. dan memerintahkan pasukannya untuk membunuh Nabi Musa a.s. dan kaumnya.

Nabi Musa a.s Membelah Laut Merah

Pergilah Nabi Musa beserta dengan kaumnya meninggalkan Mesir. Saat Nabi Musa a.s. dan kaumnya berada di sekitar Laut Merah, Allah Swt. pun menyuruh Nabi Musa a.s. agar menghentakkan tongkatnya ke air laut. Sungguh Maha Besar Allah Swt.

Seketika itu juga Laut Merah pun terbelah menjadi dua sehingga Nabi Musa a.s. dan kaumnya bisa melewati laut tersebut. Pada saat itu pula, pasukan Firaun diketahui masih mengejar Nabi Musa a.s.

Namun, saat Firaun dan pasukannya masih menyeberangi tengah-tengah laut yang terbelah tersebut, Allah Swt. pun mengembalikan Laut Merah seperti semula.

Kejadian ini juga membuat Firaun dan pasukannya tenggelam dan mati di dasar laut. Hal ini juga tertuang dalam QS. Al-Qashash ayat 40:

فَأَخَذْنَٰهُ وَجُنُودَهُۥ فَنَبَذْنَٰهُمْ فِى ٱلْيَمِّ ۖ فَٱنظُرْ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلظَّٰلِمِينَ

fa akhażnāhu wa junụdahụ fa nabażnāhum fil-yamm, fanẓur kaifa kāna ‘āqibatuẓ-ẓālimīn

Artinya:

Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim.

Dan juga QS. Al-Baqarah ayat 50:

وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ ٱلْبَحْرَ فَأَنجَيْنَٰكُمْ وَأَغْرَقْنَآ ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ

wa iż faraqnā bikumul-baḥra fa anjainākum wa agraqnā āla fir’auna wa antum tanẓurụn

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.

Bukti dari Kisah Nabi Musa a.s. dan Tenggelamnya Firaun

Kisah Nabi Musa a.s. yang menyeberangi dan membelah Laut Merah ini dibuktikan dengan sejumlah penemuan. Salah satunya adalah jasad dari Firaun yang saat ini berada di salah satu museum di Mesir. Hal ini juga sesuai dengan firman Allah dalam QS. Yunus ayat 92:

فَٱلْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلنَّاسِ عَنْ ءَايَٰتِنَا لَغَٰفِلُونَ

fal-yauma nunajjīka bibadanika litakụna liman khalfaka āyah, wa inna kaṡīram minan-nāsi ‘an āyātinā lagāfilụn

Artinya:

Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.

Kisah ini juga diperkuat dengan temuan roda kereta Firaun di Laut Merah. Penemuan mengenai roda kereta Firaun dan jasadnya ini pertama kali diungkapkan oleh seorang arkeolog bernama Ron Wyatt di akhir tahun 1988.

Selain menemukan roda-roda kereta, arkeolog tersebut juga menemukan tulang manusia yang usianya diperkirakan sekitar 3.500 tahun yang lalu.

Sungguh Maha Besar Allah Swt. atas segala Kuasa-Nya! Semoga kisah kisah Nabi Musa ini bisa menjadi teladan dan menjadikan kita lebih dekat kepada Sang Pencipta.

Source:

https://www.nu.or.id/post/read/27139/kisah-kearifan-nabi-musa

Kisah Nabi Musa dan Harun ‘Alaihimasssalam (bag. 1)

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200505164629-289-500399/perjalanan-nabi-musa-dan-cerita-perlawanan-terhadap-firaun

http://www.nu-klaten.or.id/2019/06/mumi-mengetuk-pintu-sang-professor.html

Penemuan Roda Kereta Firaun di Laut Merah