Nabi Luth dan Kisahnya Mengajak Kaum Sodom untuk Bertaubat

Kisah-kisah para nabi banyak yang diabadikan dalam Alquran sebagai bentuk pelajaran bagi umat Islam masa kini. Salah satu kisah yang bisa kamu temukan adalah tentang Nabi Luth ‘Alaihissalam dan kaumnya.

Dalam sejarahnya, kaum Nabi Luth dikenal dengan keburukannya dan perbuatan maksiat yang mereka lakukan tanpa rasa malu sedikit pun. Oleh karenanya, Allah Swt. pun tidak segan-segan untuk menghancurkan kaum tersebut.

Peristiwa yang terjadi pada kaum Luth tersebut tentu sangat menarik untuk dibahas dan dijadikan pelajaran bagi umat Muslim di masa modern ini.

Apalagi perbuatan buruk yang dilakukan kaum tersebut, seperti maksiat, masih sangat terkait dengan kehidupan di masa sekarang.

Oleh karena itu, Hasana.id pun tertarik untuk mengangkat kisah Nabi Luth dan kaumnya sebagai pengingat bagi kaum Muslim dewasa ini. Langsung saja, yuk, simak ulasannya!

Riwayat Singkat Nabi Luth ‘Alaihissalam

Luth bin Haran bin Azar adalah salah satu nabi Allah Swt. yang mendapatkan cobaan berat dalam mengajak kaumnya memeluk agama Islam.

Nabi luth adalah putra dari Haran, salah satu dari dua saudara Nabi Ibrahim ‘Alaihisalam, artinya Luth merupakan keponakan Ibrahim.

Ia diperkirakan lahir pada tahun 1870 SM di Kota Mushil yang terletak di Irak dan Armenia. Karena ayahnya telah tiada saat ia dilahirkan, Nabi Luth pun tinggal dan besar bersama kakeknya, Azar dan pamannya, yaitu Nabi Ibrahim as.

Perjalanan keluarga Azar dari satu tempat ke tempat lain dimulai saat Nabi Ibrahim telah dewasa dan menikah dengan Sarah.

Saat itu, Azar membawa serta keluarganya termasuk Luth ke Harran dan memutuskan menetap di sana sampai Azar meninggal dunia.

Sepeninggal Azar, Nabi Ibrahim pun mengajak serta Luth dan keluarganya untuk pindah dari Harran ke Kan’an, suatu wilayah di Baitul Maqdis atau sekarang menjadi Palestina.

Di sana lah Luth beriman untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim untuk menyembah Allah Swt. dan mengikuti jejaknya sebagai nabi Allah.

Dipilihnya Luth Sebagai Nabi untuk Melawan Kaum Sodom

Dalam riwayat-riwayat yang ada, Nabi Luth diceritakan mengikuti perjalanan pamannya dari Irak ke Negeri Syam, kemudian ke Mesir untuk menyiarkan agama Islam.

Dalam perjalanan pulang dari Mesir ke Palestina, Nabi Luth diberi petunjuk oleh Allah Swt. untuk pergi ke Kota Sadum atau Sodom (terletak di dekat Laut Mati di Yordan) sebagai seorang nabi utusan-Nya.

Ia pun meminta izin kepada Nabi Ibrahim as. dan pergi ke tempat tersebut setelah mendapat restu dari pamannya tersebut hingga menikah di sana.

Luth menikah dengan Walihah dan mempunyai dua orang putrid. Anak Nabi Luth diberi nama Zaghrata dan Raitsa.

Kota Sadum sendiri bukan satu-satunya wilayah yang menjadi fokus Luth dalam menyebarkan keimanan kepada Allah Swt.

Selain ibukota negeri Zoar tersebut, Nabi Luth juga diutus mengajarkan Islam di Syu’bah, Ghamurah, Sya’ud, dan Dauha.

Saat ia datang ke Sadum, akhlak penduduk di sana sangat lah buruk. Bahkan, mereka tidak menjaga diri mereka sendiri dari perbuatan-perbuatan maksiat.

Kaum Sadum juga saat itu tidak malu saat melakukan hal-hal yang mungkar, seperti melakukan penyamunan dan mengkhianati kawan sendiri.

Oleh karena itu, Nabi Luth pun diutus oleh Allah Swt. untuk mengajak kaum Sadum beribadah kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela tersebut.

Perbuatan-Perbuatan Keji yang Dilakukan Kaum Nabi Luth As.

Bukan hanya kemusyrikan yang umumnya dilakukan oleh kaum-kaum terdahulu saja, tetapi kaum Luth juga dikenal dengan perbuatan keji yang belum pernah ada sebelumnya.

Perbuatan keji yang dimaksud adalah menyukai sesama jenis atau yang pada saat ini dikenal dengan sebutan LGBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender).

Di tengah masyarakat Sadum, menyukai sesama jenis merupakan hal yang sudah lumrah terjadi.

Bagi laki-laki, mereka tidak merasakan syahwat saat melihat tubuh perempuan, tetapi saat melihat tubuh laki-laki syahwat itu muncul.

Bahkan dalam kisahnya, para laki-laki yang melakukan perbuatan keji tersebut masih dalam kategori amrad, yaitu pemuda yang masih belum tumbuh kumis dan jenggot di wajahnya.

Kaum Sadum ini lah yang kemudian disebut sebagai pelopor perbuatan keji yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu laki-laki mencampuri laki-laki dan perempuan mencampuri perempuan.

Para ulama berpendapat bahwa penyimpangan yang telah dilakukan kaum Sadum tersebut adalah homoseksual atau yang dalam ilmu fikih disebut sebagai liwath.

Agama Islam, dalam hal ini, melarang keras perbuatan tersebut karena menyalahi fitrah manusia yang telah diciptakan berpasang-pasangan, yaitu laki-laki dengan perempuan.

Perilaku Menyukai Sesama Jenis Kaum Luth

Perbuatan menyukai sesama jenis yang dilakukan kaum Nabi Luth memang tidak lagi ditutup-tutupi oleh mereka sendiri.

Bahkan saat mengetahui Luth kedatangan tamu yang rupawan, para laki-laki Sadum pun segera mendatangi rumahnya.

Meski dengan rasa gelisah akan perilaku kaumnya yang mungkin akan mengganggu tamunya, nabi pun tetap menerima tamu-tamu tersebut.

Ternyata dugaan Luth benar dan kaum Sadum mendatangi rumahnya dengan tujuan melihat tau-tamunya yang rupawan tersebut.

Penjelasannya di Surah Al-Hijr

Penjelasan akan hal ini dapat kamu temukan dalam Alquran Surah Al-Hijr ayat 67-69 seperti berikut:

{وَجَاءَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ يَسْتَبْشِرُونَ (67) قَالَ إِنَّ هَؤُلاءِ ضَيْفِي فَلا تَفْضَحُونِ (68) وَاتَّقُوا اللَّهَ وَلا تُخْزُونِ (69))

Wa jā`a ahlul-madīnati yastabsyirụn (67) Qāla inna hā`ulā`i ḍaifī fa lā tafḍaḥụn (68) Wattaqullāha wa lā tukhzụn (69)

Artinya:

Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. (67)

Luth berkata: “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), (68)

Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina”. (69)

Ayat tersebut menceritakan bahwa penduduk Sadum mendatangi rumah nabi dengan suka cita karena berharap bisa melakukan hubungan badan dengan tamu-tamu nabi yang rupawan.

Melihat pemandangan tersebut pun, nabi sangat gelisah karena takut tidak bisa melindungi tamu-tamu tersebut dari kaum Sadum yang keji.

Penjelasan dalam Surah Hud

Setelah menasihati kaum Sadum tersebut dan menutup pintu rumahnya, ia pun mengatakan pada tamu-tamunya bahwa ia berharap dapat melindungi mereka, seperti dijelaskan dalam Alquran Surah Hud ayat 80 berikut ini:

قَالَ لَوْ أَنَّ لِى بِكُمْ قُوَّةً أَوْ ءَاوِىٓ إِلَىٰ رُكْنٍ شَدِيدٍ

Qāla lau anna lī bikum quwwatan au āwī ilā ruknin syadīd

Artinya:

Luth berkata: “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)”.

Sembari mendengarkan tawa dan celaan orang-orang Sadum yang masih memukul-mukul pintu rumahnya, nabi berharap mendapatkan kekuatan untuk melindungi tamu-tamunya tersebut.

Sesaat kemudian, tamu-tamu tersebut pun menjelaskan siapa mereka dan tujuan mereka datang ke rumah Nabi Luth.

قَالُوا۟ يَٰلُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُوٓا۟ إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ ٱلَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌ إِلَّا ٱمْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُۥ مُصِيبُهَا مَآ أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ ٱلصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ ٱلصُّبْحُ بِقَرِيبٍ

Qālụ yā lụṭu innā rusulu rabbika lay yaṣilū ilaika fa asri bi`ahlika biqiṭ’im minal-laili wa lā yaltafit mingkum aḥadun illamra`atak, innahụ muṣībuhā mā aṣābahum, inna mau’idahumuṣ-ṣub-h, a laisaṣ-ṣub-ḥu biqarīb

Artinya:

Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”. (Q.S. Hud Ayat 81)

Mereka pun menjelaskan bahwa mereka adalah malaikat-malaikat yang diutus Allah Swt. dan Luth tidak perlu khawatir mengenai kaum Sadum yang sedang berusaha masuk ke rumahnya tersebut.

Tidak Mengikuti Anjuran Nabi Luth kepada Kebenaran

Ia pun akhirnya menasihati kaum Sadum lagi agar tidak mempermalukan diri mereka sendiri dengan melakukan hubungan sesama jenis dan mengajak mereka bertakwa.

Nabi juga mengingatkan bahwa Allah Swt. selalu melihat dan mendengar apa yang mereka lakukan, sehingga tidak mustahil bagi-Nya untuk murka dan menyiksa orang-orang durhaka.

Nabi Luth Menawarkan Alternatif

Bahkan, karena kaum Sadum tidak bergeming dengan ajakan tersebut, nabi pun kemudian menawarkan untuk menikahi putri-putrinya.

Sebab, cara itulah yang sehat, halal, dan terhormat untuk menyalurkan nafsu mereka. Selain itu, menikah dengan seorang perempuan juga sesuai dengan fitrah mereka sebagai laki-laki.

Hal ini juga tertulis dalam Alquran Surah Hud ayat 78, seperti berikut:

وَجَآءَهُۥ قَوْمُهُۥ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِن قَبْلُ كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ هَٰٓؤُلَآءِ بَنَاتِى هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِى ضَيْفِىٓ ۖ أَلَيْسَ مِنكُمْ رَجُلٌ رَّشِيدٌ

Wa jā`ahụ qaumuhụ yuhra’ụna ilaīh, wa ming qablu kānụ ya’malụnas-sayyi`āt, qāla yā qaumi hā`ulā`i banatī hunna aṭ-haru lakum fattaqullāha wa lā tukhzụni fī ḍaifī, a laisa mingkum rajulur rasyīd

Artinya:

Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?”

Akan tetapi, kaum Luth tersebut menolak mentah-mentah nasihatnya dan tidak mau mengikuti alternatif yang ditawarkan.

Dalam Alquran Surah Hud ayat 79 tertulis pernyataan mereka saat menolak alternatif yang diberikan oleh nabi tersebut.

قَالُوا۟ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِى بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ

Qālụ laqad ‘alimta mā lanā fī banātika min ḥaqq, wa innaka lata’lamu mā nurīd

Artinya:

Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki”.

Perbedaan Pendapat tentang Alternatif yang Diberikan Nabi Luth

Terkait alternatif yang ditawarkan oleh Luth tersebut, para ulama mempunyai pendapat yang berbeda mengenai penafsiran istilah ‘putri-putriku’ di dalamnya.

Mujahid dan Sa’id bin Jubair meyakini bahwa putri yang terdapat dalam ayat tersebut merujuk pada wanita-wanita hamba sahayanya.

Sedangkan sebagian ulama berpendapat bahwa hal tersebut merujuk pada putri kandung Nabi Luth sendiri.

Ibnu Katsir, dalam hal ini, menanggap bahwa makna putri dalam ayat tersebut adalah anak-anak perempuan dari kaum Sadum.

Namun, di luar penjelasan tersebut, fakta bahwa kaum Sadum menolak alternatif tersebut dan memilih untuk tetap menjalankan perbuatan keji sebagai penyuka sesama jenis tidak dapat dipungkiri kebenarannya.

Ajakan Nabi Luth Agar Kaum Sodom Bertaubat

Menanggapi perilaku-perilaku tercela yang sudah dilakukan umatnya, Luth pun mengajak masyarakat Sadum untuk beriman kepada Allah Swt. dan menjauhi perbuatannya.

Seperti yang tertulis dalam Alquran Surah Asy-Syu’ra ayat 160-161 berikut ini:

كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ ٱلْمُرْسَلِينَ

إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلَا تَتَّقُونَ

Każżabat qaumu lụṭinil-mursalīn (160) Iż qāla lahum akhụhum lụṭun alā tattaqụn (161)

Artinya:

Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul,( 160) Ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: mengapa kamu tidak bertakwa?”(161)

Ia berusaha mengajak kaum Sadum untuk beribadah kepada Allah Swt. dan tidak mempersekutukan-Nya.

Peringatan Nabi Luth pada Kaum Sadum

Luth juga telah melarang kaum Sadum melakukan perbuatan-perbuatan keji mereka dan meninggalkan dosa tersebut. Sebab, mereka sebenarnya tidak tahu akibat dari perbuatannya.

Seperti firman Allah Swt. dalam Alquran Surah an-Naml ayat 54-55, berikut ini:

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِۦٓ أَتَأْتُونَ ٱلْفَٰحِشَةَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ

أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ ٱلرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ ٱلنِّسَآءِ ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

Wa lụṭan iż qāla liqaumihī a ta`tụnal-fāḥisyata wa antum tubṣirụn

A innakum lata`tụnar-rijāla syahwatam min dụnin-nisā`, bal antum qaumun taj-halụn

Artinya:

Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?”

“Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)”.

Karena kaumnya masih tidak bergeming dengan peringatan-peringatan tersebut, Nabi Luth pun kembali menegaskan bahwa dirinya adalah utusan Allah Swt.

Bahwa ia datang ke Kota Sadum untuk menyampaikan peringatan kepada mereka. Luth juga menegaskan bahwa ia tak mengharapkan upah sedikit pun atas tugasnya dalam menyampaikan kebenaran-kebenaran tersebut.

Kaum Sadum Mencemooh Nabi Luth

Akan tetapi, mendengar peringatan tersebut, kaum Sadum justru mencemooh Luth dan bahkan meminta agar ia diusir dari Sadum bersama dengan keluarganya.

Kaum Sadum juga menganggap bahwa Luth adalah orang yang sesat karena menolak kebiasaan keji yang lazim di kota tersebut.

فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِۦٓ إِلَّآ أَن قَالُوٓا۟ أَخْرِجُوٓا۟ ءَالَ لُوطٍ مِّن قَرْيَتِكُمْ ۖ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ

Fa mā kāna jawāba qaumihī illā ang qālū akhrijū āla lụṭim ming qaryatikum innahum unāsuy yataṭahharụn

Artinya:

Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih”

Dari kutipan dalam Alquran Surah an-Naml ayat 56 di atas, dapat kamu simpulkan bahwa kaum Nabi Luth as. adalah orang-orang sakit yang justru menolak obatnya.

Tindakan tersebut tentu membuat nabi bersedih karena kaumnya terus melakukan perbuatan tercela mereka tanpa rasa malu sedikit pun.

Bahkan, nabi menjadi semakin sedih saat tahu bahwa istrinya juga turut serta dalam melancarkan perbuatan-perbuatan keji para umatnya tersebut.

Pengkhianatan Istri Nabi Luth yang Mendukung Kaum Sodom

Berbeda dengan kedua putri Luth yang mengikuti seruan ayahnya untuk menyembah Allah Swt., istri nabi memilih untuk mengkhianati agama-Nya yang didakwahkan oleh suaminya tersebut.

Bahkan, istri Luth justru menjadi mata-mata bagi kaum Sadum dan mendukung mereka dalam melawan kebenaran yang diajarkan oleh suaminya.

Isyarat Istri Nabi Luth pada Penduduk Sadum

Saat tamu-tamu nabi datang ke rumah, ia akan memberi tahu keberadaan mereka dengan cara yang tidak baik.

Jika tamu tersebut datang pada malam hari dan ia tidak bisa memberitahu penduduk Sadum secara langsung, maka ia akan menyalakan api sebagai isyarat.

Sedangkan jika ada orang yang bertamu ke rumah Nabi Luth pada siang hari dan ia tidak bisa keluar untuk menemui kaum Sadum, ia akan membuat asap agar mereka mengetahui adanya tamu tersebut.

Bahkan saat malaikat-malaikat Allah Swt. datang ke rumah Luth dalam bentuk pemuda yang tampan, istri Luth juga mengisyaratkan kepada kaum Sadum mengenai hal tersebut.

Karena perbuatannya tersebut, istri Luth pun ikut mendapatkan azab dari Allah Swt. bersama kaum Sadum lainnya.

Hal ini juga digambarkan dalam Alquran Surah al-A’raf ayat 83-84 berikut ini:

فَأَنجَيْنَٰهُ وَأَهْلَهُۥٓ إِلَّا ٱمْرَأَتَهُۥ كَانَتْ مِنَ ٱلْغَٰبِرِينَ

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا ۖ فَٱنظُرْ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُجْرِمِينَ

Fa anjaināhu wa ahlahū illamra`atahụ kānat minal-gābirīn

Wa amṭarnā ‘alaihim maṭarā, fanẓur kaifa kāna ‘āqibatul-mujrimīn

Artinya:

Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).

Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.

Allah Menyelamatkan Nabi Luth dan Orang yang Beriman

Sebelum azab yang pedih itu datang menimpa kaum Sadum, Allah Swt. sebelumnya telah menyelamatkan Luth dan keluarganya, kecuali istrinya.

Saat itu, Allah Swt. melalui malaikat-malaikat-Nya mengingatkan nabi untuk segera meninggalkan kota Sadum bersama dengan orang-orang yang beriman kepadanya.

Sedangkan istrinya yang membantu kaum Sadum melakukan perbuatan keji mereka tidak diberitahu mengenai kepergian Luth .

Kisah ini juga tertulis dalam Alquran Surah at-Tahrim ayat 10 berikut ini:

ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱمْرَأَتَ نُوحٍ وَٱمْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَٰلِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا وَقِيلَ ٱدْخُلَا ٱلنَّارَ مَعَ ٱلدَّٰخِلِينَ

ḍaraballāhu maṡalal lillażīna kafarumra`ata nụḥiw wamra`ata lụṭ, kānatā taḥta ‘abdaini min ‘ibādinā ṣāliḥaini fa khānatāhumā fa lam yugniyā ‘an-humā minallāhi syai`aw wa qīladkhulan-nāra ma’ad-dākhilīn

Artinya:

Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”.

Dalam kisah tersebut, istri Nabi Luth pun menjadi perumpamaan seorang istri yang berperilaku buruk dan mengkhianati agama serta kebenaran suaminya.

Karena perbuatan istrinya tersebut, Luth bisa digambarkan sebagai seseorang yang tersiksa baik di dalam maupun di luar rumah.

Rumah tidak lagi menjadi tempat istirahat yang menenangkan baginya karena perilaku istrinya tersebut. Oleh karena itu, meskipun ia adalah istri seorang nabi, Walihah tidak dikecualikan dari azab Allah Swt. kepada kaum Sadum.

Azab Kaum Nabi Luth karena Perbuatan Tercela Mereka

Azab yang didatangkan Allah Swt. kepada kaum Luth beserta istrinya tentu tidak main-main, mengingat berbagai perbuatan tercela yang telah mereka lakukan.

Setelah bertahun-tahun Luth mencoba untuk mengingatkan kaumnya mengenai akibat dari perbuatan mereka dan mengajak mereka beriman kepada Allah Swt., tetap tidak ada yang berubah dari perilaku mereka.

Sehingga Allah Swt. pun memutuskan untuk menurunkan azab kepada mereka sesaat setelah para malaikat datang ke rumah Luth untuk memberikan peringatan kepadanya.

Mendengar perintah tersebut, Nabi Luth pun mengajak keluarganya yang beriman kepada Allah Swt. untuk pergi dari rumah pada waktu malam.

Allah Mengazab Negeri Sadum

Setelah Luth pergi bersama rombongannya dari Kota Sadum dan waktu subuh datang, Allah Swt. pun menyerukan perintahnya, seperti tertulis dalam Al-Quran Surah Hud ayat 82 dan 83 berikut ini:

فَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَٰلِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ مَّنضُودٍ

Fa lammā jā`a amrunā ja’alnā ‘āliyahā sāfilahā wa amṭarnā ‘alaihā ḥijāratam min sijjīlim manḍụd

Artinya:

Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,

Azab yang diberikan pada umat Luth tersebut sangat besar, bahkan seperti melenyapkan seluruh penduduk yang ada di dalam kota.

Jibril Membalikkan Kota Sadum

Dikisahkan bahwa Jibril menghancurkan tujuh daerah di kota tersebut menggunakan ujung sayapnya. Ia juga mengangkatnya ke langit sampai para malaikat mendengar gonggongan anjing dan suara ayam-ayam kaum Sadum tersebut.

Tak sampai di situ, Malaikat Jibril juga membalikkan kota tersebut dan menumpahkannya begitu saja ke muka bumi.

Saat kehancuran tersebut terjadi, langit menghujani kaum Luth dengan batu-batu yang berasal dari Neraka Jahim.

Batu-batu tersebut disebutkan sangat kuat dan keras sehingga kaum Nabi Luth pun musnah di antara kehancuran yang terjadi.

Setelah kota Sadum hancur dan tidak ada seorang pun di sana, Allah Swt. menghendaki agar air terpancar dari bumi dan menenggelamkan seluruhnya.

Peristiwa yang terjadi pada kaum Luth tersebut menjadi bukti kekuasaan Allah Swt. yang sangat nyata. Kota yang dihancurkan tersebut saat ini menjadi danau yang aneh dan mengandung batu-batu tambang yang mencair.

Banyak yang percaya bahwa danau yang saat ini dikenal dengan nama al-Bahrul Mayit di Palestina adalah kota-kota yang dulu menjadi lokasi penghancuran kaum Luth.

Setelah azab yang menimpa kaumnya, Nabi Luth pun menemui Nabi Ibrahim dan menceritakan tentang apa yang dialami oleh kaum Sadum.

Kemudian, Luth pun melanjutkan misi dakwahnya dan menyiarkan agama Allah Swt. seperti halnya Nabi Ibrahim.

Kata Penutup

Kisah Luth dan kaumnya di atas tentu bisa menjadi pelajaran bagi umat Islam agar menjauh dari perbuatan-perbuatan buruk yang sama.

Apalagi saat ini perilaku penyimpangan seksual sangat marak terjadi dan bahkan beberapa negara di dunia telah melegalkan pernikahan sesama jenis.

Oleh karena itu, pemahaman yang baik mengenai kaum Nabi Luth ‘Alaihissalam diharapkan dapat membendung perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan fitrah manusia tersebut.

Referensi:

http://quran.al-shia.org/id/qesseh-quran/06.htm

http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/yurisprudentia/article/download/2130/1695

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close-link