Kisah Nabi Ibrahim, Bapak dari Para Nabi

Salah satu Nabi yang juga termasuk ke dalam kelompok Ulul Azmi adalah Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim juga disebut sebagai ayah dari Nabi-Nabi karena keturunannya yang oleh Allah banyak diangkat menjadi Nabi. Sebut saja seperti Nabi Ismail, Nabi Ishaq hingga Nabi Yakub.

Kamu mungkin mengenal nama Nabi Ibrahim terkait dengan kisah bermulanya Hari Raya Qurban atau Idul Adha di mana Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail.

Namun, siapa yang menyangka jika kisah Ibrahim sendiri ternyata tidak kalah menarik untuk disimak dan dipetik hikmahnya. Nah, bagi yang tertarik untuk mengetahui seluk-beluk atau cerita lengkap tentang Nabi Ibrahim, tidak ada salahnya untuk menyimak penjelasan dari Hasana.id berikut!

Nabi Ibrahim dalam Al-Quran

Mungkin banyak dari kamu yang mengetahui Nabi Ibrahim lewat kisahnya bersama sang putra, Ismail. Bahkan, kisah antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini menjadi awal mula ditetapkannya Hari raya Idul Adha yang diperingati oleh umat Muslim setiap tahunnya.

Nabi Ibrahim juga dikenal sebagai ayah dari Nabi Ishaq, putranya dengan sang istri, Sarah. Beliau merupakan salah satu Nabi yang juga ditunjuk oleh Allah sebagai Rasul.

Tidak hanya dikenal oleh umat Muslim, nama Ibrahim rupanya juga dihormati oleh penganut Yahudi dan bahkan mendapat gelar “Bapak Kami Abraham” atau Avraham Avinu.

Nama dari Ibrahim sendiri disebutkan sebanyak 69 kali dalam Al-Quran. Adapun ayat-ayat yang menyebut nama Nabi Ibrahim, antara lain:

  1. Al-Baqarah ayat 258
  2. Al-An’am ayat 75-83
  3. Ibrahim ayat 35-42
  4. Maryam ayat 41-48
  5. Al-Anbiya’ ayat 51-70
  6. Asy-Syu’ara’ ayat 69-83
  7. Al-Ankabut ayat 16-27
  8. Ash-Shaffat ayat 83-98

Kelahiran Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim sendiri terlahir dari seorang ayah yang mata pencahariannya membuat patung berhala. Adapun tempat kelahiran Ibrahim diketahui berada di Babilonia, yakni di kota Ur Kasdmi.

Namun, tidak sedikit para ahli yang menyebut bahwa Ibrahim lahir di sebuah dataran rendah yang berada di Damaskus.

Tidak heran jika pada masa tersebut banyak orang yang masih berpegang kepercayaan dalam menyembah dewa dewi atau pun berhala. Dikisahkan pula bahwa Nabi Ibrahim lahir pada saat masa pemerintahan Raja Namrud. Raja Namrud merupakan salah satu raja yang zalim.

Bahkan, di masa pemerintahannya, Raja Namrud tega memerintahkan pembunuhan terhadap semua bayi laki-laki yang lahir.

Tidak heran jika saat mendekati waktu melahirkan, sang ibu yang bernama Amilah kemudian pergi meninggalkan kota tersebut. Amilah pun memilih berlindung di sebuah gua dan melahirkan bayi Ibrahim di sana.

Atas kebesaran dan kuasa Allah, selama bayi Ibrahim berada di gua tersebut, ia tak pernah sekalipun merasa lapar atau pun haus. Apalagi, Allah juga mengutus malaikat Jibril untuk mengasuh bayi Ibrahim. Bahkan, Nabi pun diketahui dapat berbicara saat usianya baru 20 hari saja.

Bayi Nabi Ibrahim pun tidak pernah merasa kelaparan dan haus karena sang ibu selalu bisa menyusuinya. Selain itu, sang ibu, Amilah juga selalu berkesempatan untuk mengirimkan makan serta minum hingga Ibrahim tubuh dewasa. Hal ini juga disebutkan dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 51, yang berbunyi:

۞ وَلَقَدْ ءَاتَيْنَآ إِبْرَٰهِيمَ رُشْدَهُۥ مِن قَبْلُ وَكُنَّا بِهِۦ عَٰلِمِينَ

Wa laqad ātainā ibrāhīma rusydahụ ming qablu wa kunnā bihī ‘ālimīn

Artinya:

“Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya.”

Kisah Nabi Ibrahim yang Menghidupkan Burung Mati

Salah satu mukjizat Nabi Ibrahim yang disebutkan dalam Al-Quran adalah kemampuannya yang dapat menghidupkan makhluk yang telah mati. Tentu saja mukjizat ini tidak terlepas dari kuasa dan kebesaran Allah Swt.

Terkait hal tersebut, rupanya Ibrahim sempat meminta kepada Allah Swt. agar diberitahukan bagaimana cara menghidupkan orang yang telah meninggal untuk meyakinkan dan memantapkan hatinya.

Allah Swt. pun meminta Nabi Ibrahim untuk mengambil empat ekor burung. Empat ekor burung tersebut juga telah dilatih agar bisa datang setelah Nabi memanggilnya.

Setelah keempat ekor burung tersebut menjadi terlatih, burung-burung tersebut disembelih dan dagingnya pun dicincang. Daging cincangan keempat ekor burung tersebut juga disebar di setiap bukit yang berbeda-beda.

Namun, atas kebesaran Allah Swt., Nabi Ibrahim yang kembali memanggil burung-burung tersebut terkejut karena keempat burung tersebut datang dengan kondisi seperti saat hidup. Padahal, keempat burung tersebut telah mati. Sungguh Maha Besar Allah!

Nabi Ibrahim Mengajak Sang Ayah Bertobat

Dakwah pertama yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim adalah dakwah yang dilakukan kepada ayah kandungannya, Azar. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa sang ayah merupakan pembuat patung berhala terbaik di zaman itu.

Tentu saja Nabi tidak mau jika ayahnya menerima azab dari Allah karena melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah dengan membuat dan menyembah berhala.

Nabi pun mengajak sang ayah dengan penuh kelembutan agar tidak lagi menyembah berhala yang bahkan tidak bisa bergerak. Nabi juga menjelaskan kepada sang ayah bahwa ia telah mendapatkan wahyu dari Allah sebagai salah satu bukti kenabian dan kerasulannya.

Sayangnya, ayah dari Nabi Ibrahim tidak mau mengindahkan ajakan putranya. Bahkan, sang ayah pun sampai mengancam akan merajam Nabi jika Nabi Ibrahim terus-menerus meminta ayahnya meninggalkan berhala dan meminta Ibrahim menjauhi ayahnya.

Sejak saat itu, Nabi pun bersumpah akan memecahkan patung berhala tersebut setelah mereka pergi menuju tempat perayaan di hari raya kaum tersebut.

Tidak hanya itu saja, dalam QS. Maryam ayat 41 sampai 48 juga diceritakan bahwa ayah dari Nabi Ibrahim yang gagal mengajak Azar kembali ke jalan Allah Swt. masih tetap mendoakan sang ayah agar senantiasa diberikan keselamatan.

Nabi Ibrahim juga memohon ampun kepada Allah Swt. atas ayahnya yang tidak mau menyembah Allah Swt. dan lebih memilih berhala-berhala di kota tersebut.

Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala

Tibalah hari di mana kaum Raja Namrud merayakan hari raya mereka. Pada saat itu, sang ayah mengajak Ibrahim untuk ikut merayakan hari raya tersebut. Nabi pun ikut berangkat bersama ayahnya dan kaum yang kafir tersebut.

Namun, di tengah perjalanan, Nabi Ibrahim menjatuhkan tubuhnya ke tanah dan mengatakan bahwa dirinya sedang sakit.

Nabi Ibrahim pun kembali pulang ke rumahnya. Namun, siapa yang menyangka jika hal itu hanyalah alasan saja bagi Nabi untuk bisa menghancurkan 72 patung berhala yang ada di kotanya.

Ibrahim pun menghancurkan berhala-berhala kebanggaan ayah dan kaumnya dan hanya menyisakan satu berhala yang paling besar.

Seusai menghancurkan berhala tersebut, Nabi juga meletakkan kapak yang telah ia gunakan untuk menghancurkan berhala-berhala itu di tangan berhala yang paling besar. Hal ini dilakukan agar kaum dari Raja Namrud mengira bahwa berhala paling besarlah yang menghancurkan berhala-berhala lainnya.

Saat sang ayah beserta kaum Raja Namrud kembali dari perayaan, alangkah terkejutnya mereka mengetahui ke-72 berhala yang ada di kota telah hancur.

Raja Namrud yang merasa kaget dan marah akhirnya bertanya siapa yang berani menghancurkan berhala-berhala tersebut sedangkan seluruh kaumnya telah ikut bersamanya merayakan hari raya di suatu tempat.

Para kaum Raja Namrud pun menyebutkan nama Ibrahim yang selama ini dikenal paling sering mengajak mereka untuk tidak menyembah berhala tersebut. Ibrahim pun ditanyai apakah benar dirinya yang telah menghancurkan berhala-berhala tersebut.

Namun, Nabi Ibrahim justru menjawab bahwa berhala paling besarlah yang telah melakukan perbuatan tersebut dan menyebutkan bahwa berhala tersebut bisa berbicara.

Pada saat itu, kaum Raja Namrud pun tidak mempercayai jawaban Ibrahim karena mereka mengetahui bahwa berhala-berhala tersebut tidak dapat berbicara.

Saat inilah Nabi Ibrahim bertanya kepada mereka mengapa kaum Raja Namrud ini masih menyembah berhala padahal sudah mengetahui bahwa berhala-berhala tersebut tidak dapat berbuat apa-apa. Hal ini juga tertuang dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 66-67 yang berbunyi:

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمْ شَيْـًٔا وَلَا يَضُرُّكُمْ

Qāla a fa ta’budụna min dụnillāhi mā lā yanfa’ukum syai`aw wa lā yaḍurrukum

Artinya:

“Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?”

أُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Uffil lakum wa limā ta’budụna min dụnillāh, a fa lā ta’qilụn

Artinya:

“Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?”

Nabi Ibrahim yang Tak Mati Kendati Dibakar

Setelah mengetahui bahwa Nabi Ibrahim merupakan pelaku yang menghancurkan berhala-berhala milik kaum Raja Namrud, kaum Raja Namrud pun semakin murka.

Apalagi pada saat itu mereka juga tidak bisa mengelak jawaban Ibrahim yang menyebutkan berhala-berhala tersebut tidak bisa bergerak atau pun memberikan manfaat bagi kaum Raja Namrud. Maka dari itu, akhirnya Raja Namrud akhirnya memberikan hukuman dengan membakar Ibrahim.

Sejak tersebarnya hukuman Raja Namrud kepada Ibrahim, kaum Raja Namrud pun berbondong-bondong ingin menyaksikan sekaligus membantu membuat perapian untuk membakar Ibrahim.

Kaum Raja Namrud pun menggali lubang yang besar dan mengumpulkan banyak kayu bakar. Saat api sudah dinyalakan, api pun berkobar dengan sangat besar sehingga tidak ada seorang pun yang berani mendekati perapian tersebut.

Nabi Ibrahim pun diikat dan dilemparkan ke dalam kobaran api yang sangat besar tersebut menggunakan manjanik. Nabi pun meminta perlindungan kepada Allah Swt. Mendengar doa Ibrahim, Allah pun memerintahkan api agar tidak membakar tubuh Ibrahim.

Api pun menjadi dingin dan menjadi penolong Nabi. Tidak hanya itu saja, disebutkan bahwa pada saat kaum Raja Namrud membakar tubuh Ibrahim, seluruh binatang ternyata berusaha untuk ikut memadamkan kobaran api kecuali tokek.

Tidak heran jika riwayat Az-Zuhri menyebut bahwa Nabi Muhammad saw. memerintahkan untuk membunuh tokek dan menyebutkan sebagai fuwaisiq.

Perjalanan Nabi Ibrahim dan Keluarga ke Negeri Syam

Setelah pembakaran tersebut, Allah Swt. pun mengutus Ibrahim untuk meninggalkan negeri Raja Namrud menuju Syam.

Pada saat itu, seluruh keluarga Ibrahim ikut berpindah, termasuk ayah dan ibunya. Nabi Ibrahim juga mengajak serta sang istri, Sarah dan keponakannya, Luth yang kelak juga diangkat menjadi Nabi oleh Allah Swt.

Saat menuju ke negeri Syam, Ibrahim sempat singgah di Haran yang penduduknya menyembah bintang. Ibrahim pun mengajak penduduk Haran untuk tidak menyembah bintang yang tenggelam saat matahari terbit dan menyembah kepada Allah Swt.

Di Haran pula ayah dari Ibrahim wafat dalam keadaan bukan sebagai orang yang beriman kepada Allah Swt. Setelah itu, Nabi pun melanjutkan perjalanannya menuju negeri Syam.

Nabi Ibrahim Pindah ke Mesir

Setelah beberapa lama hidup di negeri Syam, Sarah dan Ibrahim rupanya tidak kunjung dikaruniai seorang momongan.

Namun, hal tersebut tidak membuat keduanya lalai dalam beribadah dan berdoa kepada Allah Swt. saat negeri Syam dilanda kemarau panjang, keluarga Nabi Ibrahim pun kembali berpindah ke Mesir.

Kabar kecantikan Sarah, istri Ibrahim ternyata sampai di telinga Raja Mesir yang membuatnya ingin mengundang Sarah ke istananya.

Saat Ibrahim ditanya perihal siapa Sarah sebenarnya oleh prajurit Raja Mesir, ia mengaku bahwa Sarah adalah saudarinya. Nabi pun juga meminta kepada Sarah untuk mengatakan hal tersebut saat bertemu Raja Mesir.

Saat berada di istana, tiba-tiba saja tangan Raja Mesir menjadi lumpuh setelah akan menyentuh tubuh Sarah. Raja Mesir pun meminta Sarah agar berdoa kepada Allah Swt. untuk menyembuhkan tangannya.

Namun, setelah tangannya sembuh, Raja Mesir itu mengulangi perbuatan tersebut sehingga ia mengalami kelumpuhan yang lebih parah.

Setelah itu, Raja kembali meminta Sarah untuk berdoa kepada Allah Swt. dan berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Raja pun memerintahkan Sarah untuk pulang dan memberikannya seorang budak bernama Hajar. Hajar inilah yang kelak dinikahi oleh Ibrahim dan melahirkan Nabi Ismail.

Keturunan Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim sendiri memiliki dua putra yang masing-masing berasal dari wanita yang berbeda. Putra pertamanya, Nabi Ismail merupakan putra Ibrahim dengan Hajar, budak yang dihadiahkan oleh Raja Mesir kepada Sarah.

Dikisahkan bahwa Sarah meminta Ibrahim menikahi Hajar karena pada saat usia Ibrahim dan Sarah sudah semakin tua, keduanya tidak kunjung dikaruniai keturunan.

Ibrahim yang mengetahui bahwa Sarah cemburu dengan kehamilan Hajar akhirnya membawa Hajar bersama bayi Ismail menuju Mekkah. Di sinilah cikal bakal terbentuknya sumur air zam-zam yang keluar di antara kedua kaki bayi Nabi Ismail.

Kisah Hajar dan Nabi Ismail juga menjadi salah satu awal cerita dan perintah Allah kepada setiap umat Muslim untuk menunaikan haji.

Tidak hanya itu saja, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail juga dikenal akan cerita penyembelihan yang menjadi awal mula Hari Raya Kurban.

Bermula dari mimpi Ibrahim yang diperintahkan Allah Swt. untuk menyembelih putranya, Allah Swt. pun mengganti Ismail yang akan disembelih dengan seekor hewan yang besar.

Sedangkan Sarah sendiri masih berada di negeri Syam. Tidak lama setelah Ibrahim membawa pergi Hajar dan bayi Ismail ke Mekkah, Ibrahim pun kembali ke negeri Syam untuk menengok Sarah.

Keduanya juga mendapatkan kabar gembira lewat tiga malaikat yang diutus oleh Allah Swt. bahwa Sarah akan mengandung bayi laki-laki yang kelak bernama Ishaq.

Dari Ishaq pulalah Ibrahim juga akan dikaruniai keturunan yang bernama Yakub yang juga diangkat menjadi Nabi oleh Allah Swt. Hal ini juga tercantum dalam QS. Al-Ankabut ayat 26-27, yang berbunyi:

۞ فَـَٔامَنَ لَهُۥ لُوطٌ ۘ وَقَالَ إِنِّى مُهَاجِرٌ إِلَىٰ رَبِّىٓ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

Fa āmana lahụ lụṭ, wa qāla innī muhājirun ilā rabbī, innahụ huwal-‘azīzul-ḥakīm

Artinya:

“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

وَوَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِى ذُرِّيَّتِهِ ٱلنُّبُوَّةَ وَٱلْكِتَٰبَ وَءَاتَيْنَٰهُ أَجْرَهُۥ فِى ٱلدُّنْيَا ۖ وَإِنَّهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Wa wahabnā lahū is-ḥāqa wa ya’qụba wa ja’alnā fī żurriyyatihin-nubuwwata wal-kitāba wa ātaināhu ajrahụ fid-dun-yā, wa innahụ fil-ākhirati laminaṣ-ṣāliḥīn

Artinya:

“Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya’qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.”

Makam Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim yang juga termasuk ke dalam Ulul Azmi ternyata juga mendapatkan gelar Khaliullah yang berarti Nabi kesayangan Allah Swt. Para Ahli Kitab menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim meninggal saat berusia 175 tahun. Namun, riwayat Ibnu Al-Kalbi menyebut bahwa Nabi wafat di usia 200 tahun.

Nabi Ibrahim yang meninggal akhirnya dikebumikan di sebuah gua yang saat ini dikenal dengan nama Gua Makfilah. Di gua inilah bersemayam pula Sarah serta Nabi Ishaq dan keturunannya. Di atas Gua Makfilah sendiri juga berdiri sebuah bangunan masjid yang disebut dengan Masjid Ibrahim.

Siapa yang menyangka jika Nabi Ibrahim merupakan salah satu Nabi yang banyak berkaitan dengan Nabi-Nabi penerusnya. Tidak hanya itu saja, kisah hidupnya juga memberikan banyak pelajaran hidup yang bisa diteladani oleh umat Muslim. Semoga Allah Swt. senantiasa melindungi kamu, ya!

Source:

https://islam.nu.or.id/post/read/98709/tiga-siasat-nabi-ibrahim-as-dalam-bela-tauhid

https://islam.nu.or.id/post/read/82955/teladan-nabi-ibrahim-dalam-mencetak-keturunan-sukses-dunia-akhirat

https://www.nu.or.id/post/read/62383/nabi-ibrahim-dan-karsquobah

https://www.nu.or.id/post/read/53550/ibrahim-bapak-agama-agama

https://islam.nu.or.id/post/read/82574/belajar-dari-doa-doa-nabi-ibrahim

https://islam.nu.or.id/post/read/81197/kisah-di-balik-penyembelihan-putra-nabi-ibrahim-menurut-ibnu-athaillah

https://jateng.inews.id/berita/kisah-nabi-ibrahim-as

https://muslim.okezone.com/read/2019/07/31/614/2085906/kisah-nabi-ibrahim-hancurkan-72-berhala-raja-namrud

http://madinagate.org/index.php/id/tafsir-al-quran/kisah-dalam-al-quran/item/3527-hijrah-nabi-ibrahim-as-ke-syam-mesir-dan-baitul-maqdis-1

https://www.muslimahdaily.com/story/nabi-rasul/item/3706-sempat-sakit-sebelum-meninggal,-inilah-usia-terakhir-nabi-ibrahim.html

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hey!
Belajar islam lagi yuk..
Islam itu mudah dan menyenangkan kok..
Yes, saya mau!
Nggak usah, udah pinter!
close-link