Meneladani Kisah Nabi Ayub sebagai Manusia yang Paling Sabar

Setiap umat Islam patut mencontoh perilaku Nabi Ayub ‘alaihissalam dalam menghadapi setiap masalah di dunia.

Ia dikenal sebagai seorang nabi yang sangat sabar. Oleh karena itu, kisahnya seringkali dimuat sebagai pelipur lara, penghibur, dan pemberi semangat bagi orang-orang yang sedang dilimpahi dengan ujian.

Penasaran dengan kisah selengkapnya mengenai kehidupan Nabi Ayub as. yang penuh dengan ujian? Yuk, simak ulasan Hasana.id berikut ini!

Ujian-Ujian yang Diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Ayub

Awalnya Ayub merupakan seorang manusia biasa yang sehat walafiat dan tidak memiliki kekurangan sedikit pun.

Akan tetapi, Allah Swt. menghadirkan berbagai ujian kepadanya, mulai dari penyakit Nabi Ayub yang tidak kunjung sembuh hingga kehilangan orang-orang yang dicintainya.

Meskipun demikian, di balik seluruh ujian yang berderet dan panjang tersebut, Ayub tetap menerima kondisinya dengan penuh kesabaran. Ia juga tidak pernah mengeluh dan selalu tegar menghadapi ujian yang menimpanya.

Bahkan dia juga tidak menyalahkan siapa pun atas ujian yang bertubi-tubi tersebut. Justru ia tetap berpegang teguh pada keyakinannya terhadap keesaan Allah Swt.

Tak ayal jika kisahnya selalu menjadi gambaran ideal mengenai bagaimana seseorang harus sabar menghadapi semua cobaan yang ada.

Lalu, apa saja ujian yang dihadapi Ayub a.s. selama hidupnya? Mari kita cari tahu bersama.

Kehilangan Harta yang Berlimpah

Ayub a.s. mulanya merupakan seorang yang kaya raya dan selalu bersyukur terhadap nikmat yang ia terima setiap saat.

Ia memiliki banyak harta, termasuk ternak kambing, sapi, gajah, khimar, dan unta. Perkebunan yang dimilikinya pun sangat luas, yaitu lima ratus hektar.

Untuk mengurus perkebunan tersebut, Ayub as. bahkan harus meminta bantuan pada lima ratus hamba sahayanya.

Nabi Ayub juga seseorang yang mempunyai keluarga dan banyak keturunan. Singkatnya, kehidupan Ayub nyaris sempurna dan penuh dengan nikmat.

Hingga suatu ketika, saat iblis mendengar malaikat-malaikat memohon rahmat pada Allah Swt. dan membacakan salam untuk Ayub, mereka berinisiatif untuk menguji Ayub dengan kehilangan.

Iblis meminta izin kepada Allah Swt. untuk menguji Ayub sehingga dapat membuktikan apakah ia akan tetap taat dan bersyukur kepada-Nya.

Setelah mendapatkan izin dari Allah, iblis tersebut pun memanggil bala tentaranya untuk menguji Ayub as. atas harta yang dimilikinya.

Kemudian, Iblis pun memerintahkan ifrit untuk mendatangi semua unta yang dimiliki Ayub dan membakarnya.

Seusai unta-unta tersebut terbakar, Iblis pun mendatangi nabi yang saat itu sedang menjalankan ibadah salat.

Ia lalu berkata pada Ayub bahwa kaumnya telah membakar semua ternak untanya. Dengan penuh kesabaran, Ayub pun menjawab bahwa sudah sepantasnya Allah mengambil kembali unta-unta yang diberikan kepadanya karena semua itu adalah milik-Nya.

Mendengar hal tersebut, iblis pun kembali membakar dan memusnahkan seluruh ternak yang dimiliki Nabi Ayub as. Kali ini, iblis juga memusnahkan semua tanaman yang dimiliki nabi dengan angin.

Kehilangan Semua Keturunannya

Tidak hanya sampai di situ saja, iblis kembali memohon kepada Allah Swt. untuk memberikan ujian yang lain karena ternyata Ayub tetap memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya setelah mereka memusnahkan harta nabi.

Allah Swt. pun akhirnya mengizinkan para iblis untuk mengambil anak Nabi Ayub dengan cara mengguncangkan tempat tinggal nabi dan membalikkan tanah di bawahnya sehingga semua anak Ayub meninggal dunia.

Peristiwa tersebut hanya memusnahkan keturunan Ayub saja. Sedangkan, istri dan dua orang saudara terdekat Ayub masih ada di sana.

Setelah itu, iblis pun kembali kepada Ayub untuk mengabarkan hal tersebut. Dengan penuh rasa sedih, nabi pun beristighfar dan memohon ampunan Allah Swt.

Datangnya ujian berupa kefakiran dan kehilangan keturunan tersebut tentu menjadi sebuah cobaan yang berat bagi hamba mana pun tentu.

Namun, dengan keyakinannya kepada Allah, Nabi Ayub a.s. tetap tabah dalam menjalani cobaan-cobaan pedih tersebut.

Datangnya Penyakit yang Tak Kunjung Sembuh

Setelah para iblis memusnahkan seluruh harta dan keturunan Ayub, mereka kembali lagi kepada Allah Swt. untuk meminta izin memberikan ujian lain baginya.

Kali ini iblis memohon kuasa Allah untuk melakukan sesuatu pada jasad Ayub. Allah pun mengizinkan mereka dengan syarat mengecualikan akal, lisan, dan hatinya.

Kemudian, iblis pun datang kembali ke hadapan Ayub yang sedang bersujud dan meniup lubang hidungnya dari arah depan.

Tak lama kemudian, Nabi Ayub a.s. pun merasa badannya panas dan sangat gatal. Karena gatal yang teramat sangat, ia pun menggaruk kulitnya dengan kuku.

Diriwayatkan bahwa kuku Ayub sampai tidak tersisa karena menggaruk gatal di kulitnya tersebut. Setelah kukunya tak tersisa, ia pun menggunakan bahan pakaian yang sangat kasar untuk menggaruk kulit gatalnya tersebut.

Karena tak kunjung hilang rasa gatalnya, Ayub pun menggaruknya juga dengan barang tembikar dan batu. Sampai tak terasa hingga kulit dan dagingnya mulai berjatuhan.

Saat itu juga, mulai keluar bau tidak sedap dari kulit Ayub yang menyebabkan kaumnya mengeluarkannya dari pemukiman.

Kaumnya kemudian membuatkan gubuk di luar pemukiman dan menjauhi Ayub. Hanya istrinya saja lah yang bersedia terus mendampinginya.

Kesetiaan Istri Nabi Ayub yang Patut Diteladani

Saat Ayub diasingkan di sebuah gubuk di luar pemukiman karena penyakitnya, hanya istri dan dua orang saudara terdekatnya saja yang selalu menemui dan mengirimnya makanan.

Pada masa-masa inilah, kita bisa melihat kesetiaan dan ketulusan istri Ayub dalam mengurus suaminya yang sedang tidak berdaya tersebut.

Ia adalah Rahmah, seorang istri yang setia melayani kebutuhan Nabi Ayub dan menyediakan makanan baginya.

Apabila Ayub ingin buang hajat, istrinya pun menuntunnya dengan hati-hati karena badannya yang begitu lemah.

Setelah itu, istrinya menuntun Ayub dan menempatkannya kembali ke tempat istirahatnya di dalam gubuk.

Meskipun begitu, suatu ketika istri Ayub pernah terlambat pulang dan membuat ia tidak berkenan. Dalam beberapa riwayat lain, dikisahkan bahwa istrinya melakukan perbuatan lain yang membuat Ayub merasa kesal.

Saat itu, Nabi Ayub a.s. pun bernazar untuk mencambuk sang istri sebanyak 100 kali jika ia telah sembuh. Akan tetapi, setelah sembuh Ayub tidak kuasa melakukannya.

Ia teringat betapa setia dan sabar istrinya dalam merawat dan mengurus dirinya selama ini. Namun, di sisi lain hatinya pun juga merasa berat karena belum bisa memenuhi nazarnya.

Allah Swt. pun akhirnya memberikan jalan keluar dan kemudahan bagi Ayub. Ia meminta nabi untuk mengambil seikat jewawut atau jerami gandung.

Kemudian Allah Swt. memerintahkan Ayub untuk menggunakan jerami gandum tersebut dan memukulkannya satu kali kepada istrinya.

Dengan begitu, Nabi Ayub a.s. telah dianggap memenuhi nazarnya tanpa mengakibatkan sesuatu yang berbahaya terjadi pada istrinya.

Kisah ini juga diabadikan dalam Al-Quran Surah Shad ayat 44, seperti berikut:

وَخُذۡ بِيَدِكَ ضِغۡثٗا فَٱضۡرِب بِّهِۦ وَلَا تَحۡنَثۡۗ إِنَّا وَجَدۡنَٰهُ صَابِرٗاۚ نِّعۡمَ ٱلۡعَبۡدُ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٞ

Wa khuż biyadika ḍigṡan faḍrib bihī wa lā taḥnaṡ, innā wajadnāhu ṣābirā, ni’mal-‘abd, innahū awwāb

Artinya:

“Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar, dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya)”

Ayat di atas juga dijadikan sebagai dasar bagi Imam Ahmad untuk memperbolehkan hukuman cambuk bagi orang-orang yang melakukan zina bukan muhshan atau orang-orang yang menuduh perbuatan tersebut.

Cambukan tersebut dilakukan seperti yang dilakukan Ayub kepada istrinya. Cara ini lebih diutamakan jika orang yang akan dicambuk dikhawatirkan akan meninggal atau sedang dalam keadaan sakit.

Bahkan, seperti dituliskan dalam kitab Ightshah al-Lahfan oleh Ibnu al-Qayyim, Nabi Muhammad saw. pun pernah memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk memberikan cambukan pada seorang laki-laki yang sakit dan berzina.

Saat itu, para sahabat Rasul menggunakan pelepah kurma yang mempunyai seratus lidi untuk mencambuk laki-laki tersebut sebanyak satu kali.

Berapa Lama Ayub Menghadapi Ujian?

Selama hidupnya, yaitu kurang lebih 60 tahun, Ayub memang dikisahkan tak pernah merasakan penderitaan.

Sampai pada saat Allah Swt. menurunkan musibah yang bertubi-tubi kepadanya sebagai bagian dari cobaan sebagai hamba-Nya.

Dalam salah satu hadis Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, dan dikutip Abu Nu’aim dan Abu Ya’la, dikisahkan bahwa Ayub bersabar menghadapi ujian yang menimpanya selama kurang lebih delapan belas tahun.

Selama itu pula, Ayub tetap tabah dan sabar menghadapi segala cobaan yang diturunkan padanya. Namun, selama itu pula, ia juga tak pernah meminta agar Allah Swt. menghilangkan penderitaannya.

Bahkan diceritakan bahwa setelah beberapa bulan mengalami sakit, istrinya pun merasa penasaran mengapa seorang nabi seperti Ayub tidak memohon kepada Allah Swt. agar dilepaskan dari musibah tersebut.

Saat itu, Ayub pun tersenyum dan menjawab bahwa dirinya sangat malu jika harus mengangkat muka dan meminta kepada Allah Swt. untuk dilepaskan dari musibah tersebut padahal cobaan yang dia alami baru sebentar saja.

Sebab, Ayub merasa bahwa selama berpuluh-puluh tahun ia sudah merasakan banyak sekali nikmat dari Tuhannya tersebut.

Doa Nabi Ayub dan Kesembuhannya dari Penyakit

Suatu ketika istri Ayub datang terlambat dan pada saat yang sama Allah Swt. menurunkan wahyu agar Ayub menghentakkan kakinya yang tak berdaya ke tanah.

Tak lama kemudian, muncul sumur air dari tempat kakinya menghentak. Allah pun memerintahkan Ayub meminum air tersebut dan menggunakannya untuk mandi.

Kisah kesembuhan Ayub tersebut juga diabadikan dalam Al-Quran Surah Shad ayat 41-43, berikut ini:

وَٱذۡكُرۡ عَبۡدَنَآ أَيُّوبَ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّي مَسَّنِيَ ٱلشَّيۡطَٰنُ بِنُصۡبٖ وَعَذَابٍ ٤١ ٱرۡكُضۡ بِرِجۡلِكَۖ هَٰذَا مُغۡتَسَلُۢ بَارِدٞ وَشَرَابٞ ٤٢ وَوَهَبۡنَا لَهُۥٓ أَهۡلَهُۥ وَمِثۡلَهُم مَّعَهُمۡ رَحۡمَةٗ مِّنَّا وَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٤٣

Ważkur ‘abdanā ayyụb, iż nādā rabbahū annī massaniyasy-syaiṭānu binuṣbiw wa ‘ażāb (41) Urkuḍ birijlik, hāżā mugtasalum bāriduw wa syarāb (42) Wa wahabnā lahū ahlahụ wa miṡlahum ma’ahum raḥmatam minnā wa żikrā li`ulil-albāb (43)

Artinya:

“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan. (Allah berfirman): Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.”

Dalam ayat lain, yaitu Al-Quran Surah al-Anbiya ayat 83, dikisahkan juga bagaimana Ayub berdoa kepada Allah Swt. setelah mengalami penyakit sampai bertahun-tahun.

Berikut doa Nabi Ayub dalam kutipan Surah al-Anbiya ayat 83:

أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

annī massaniyaḍ-ḍurru wa anta ar-ḥamur-rāḥimīn

Artinya:

“Ya Tuhanku, sesungguhnya, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang”

Sedangkan dalam Al-Quran Surah al-Anbiya ayat 84, dikisahkan juga bagaimana Allah Swt. mengembalikan keluarga Ayub seperti semula dan melenyapkan penyakit yang ada padanya.

فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ فَكَشَفْنَا مَا بِهِۦ مِن ضُرٍّ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ أَهْلَهُۥ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَٰبِدِينَ

Fastajabnā lahụ fa kasyafnā mā bihī min ḍurriw wa ātaināhu ahlahụ wa miṡlahum ma’ahum raḥmatam min ‘indinā wa żikrā lil-‘ābidīn

Artinya:

“Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.”

Saat istrinya kembali dan menemui Ayub, ia pun terkejut dan hampir tidak mengenali suaminya sendiri yang sudah dalam keadaan sehat tersebut.

Istrinya juga tidak menyangka jika Ayub bisa kembali sehat dalam waktu yang singkat dan seperti tidak pernah sakit lama.

Perasaan senang dan bahagia dari sang istri pun tidak dapat terbayangkan karena melihat suaminya sembuh dan mendapatkan kembali nikmat yang Allah Swt. berikan.

Kisah Singkat Nabi Ayub a.s. Memetik Buah dari Kesabarannya

Allah Swt. bukan hanya menyembuhkan penyakit Ayub saja, tetapi juga melipatgandakan nikmat yang diberikan kepada Ayub sebagai bagian dari rahmat-Nya. Sebab, Ayub telah bersabar dan tidak menyekutukan-Nya selama mengalami cobaan-cobaan tersebut.

Ia juga mengirimkan dua awan yang kemudian turun kepada Nabi Ayub a.s. Salah satu dari awan tersebut menutupi gundukan jewatut. Sedangkan yang lainnya menutupi gundukan gandum.

Atas kuasa Allah Swt., awan yang menaungi gundukan jewatut tiba-tiba mengeluarkan perak. Kemudian, awan yang menaungi tumpukan gandum mengeluarkan emas.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan al-Nasa’i dari Abu Hurairah dalam hadis Rasulullah saw. bahwa pengganti kekayaan Ayub adalah berupa gerombolan belalang emas.

Berikut sabda Nabi Muhammad saw. dalam Bahasa Indonesia yang dikutip dari kitab Jami’ al-Ushul tersebut:

“Tatkala Ayub mandi dalam keadaan telanjang, tiba-tiba datang segerombolan belalang dari emas. Dia lalu mengumpulkannya dalam pakaian. Terdengar Allah menyeru kepadanya, ‘Wahai Ayub, bukankah Aku telah mencukupkanmu dari apa yang engkau lihat?’ Ayub menjawab, ‘Benar, tetapi aku tidak pernah puas dari limpahan berkah-Mu.’” (Lihat: Jâmi‘ al-Ushûl, jilid 8, hal. 251).

Dengan dikembalikannya kesehatan serta kekayaannya, Nabi Ayub pun seakan memetik hasil dari kesabaran dan ketabahannya selama menjalani cobaan dari Allah Swt.

Hikmah yang Bisa Diambil dari Kisah Nabi Ayub

Kisah Ayub ‘alaihissalam di atas tentu dapat menjadi pelajaran bagi kaum Muslim semuanya, terutama dalam hal keimanan terhadap Allah Swt. di segala kondisi.

Sebagai manusia, bukan hal yang mustahil untuk menemui kesenangan dan penderitaan semasa hidupnya.

Oleh karena itu, bersyukur akan kedua hal tersebut adalah suatu hal yang bijak karena kita tidak akan selamanya senang atau sebaliknya kita juga tidak akan selamanya menderita.

Selalu Menjadi Orang yang Sabar

Kisah Nabi Ayub dalam menghadapi cobaan yang bertubi-tubi dapat menjadi pengingat bagi kita untuk selalu sabar dengan ujian apa pun yang datang dari Allah Swt.

Saat mengalami musibah, hendaknya kita ingat bahwa Allah adalah zat Yang Maha Kuasa atas semua yang ada di dunia ini.

Ia bisa memberikan kesembuhan terhadap penyakit yang kita rasakan, memberikan rezeki, serta memberikan kekayaan dengan jalan yang mungkin belum pernah kita pikirkan sebelumnya.

Pelajaran lain yang dapat kamu ambil dari kisah Ayub adalah bahwa kesabaran akan membuahkan kebaikan yang tidak terhingga, baik di dunia maupun di akhirat.

Selanjutnya, kisah nabi tersebut juga mengingatkan kita bahwa selalu ada kemudahan bagi umat Islam yang senantiasa bersabar dan bertakwa kepada Allah Swt.

Sama halnya dengan yang terjadi pada Nabi Ayub saat tidak tahu jalan tengah dari nazar yang ia lakukan saat sakit.

Diperbolehkannya Nazar Saat Kesulitan

Selain itu, kisah di atas juga memberikan gambaran bahwa seseorang diperbolehkan bernazar ketika ia mengalami kesulitan atau sedang menghadapi sebuah ujian.

Yang perlu kamu ingat hanya lah untuk bernazar yang baik, bukan sesuatu yang keluar dari ketentuan syariat Islam.

Allah Selalu Memberikan Nikmat kepada Manusia

Motivasi lain yang dapat kamu ambil dari kisah Nabi Ayub di atas adalah untuk mengingat bahwa Allah pernah memberi kita kebahagiaan sebelumnya, bukan hanya musibah saja.

Seperti Ayub yang dapat sabar menjalani musibahnya karena ia ingat bahwa ia pernah merasa bahagia sebelumnya.

Dengan begitu, ia malu merengek pada Allah Swt. dengan cobaan yang sedang ditanggungnya sedangkan bertahun-tahun ia sudah merasakan kenikmatan dari-Nya.

Selanjutnya, kita juga dapat mengingat musibah yang dialami Ayub agar tidak terlalu bersedih saat apa yang kita alami tidak lah sebesar cobaannya.

Dibandingkan bersedih terlalu dalam, teruslah panjatkan doa kepada Allah Swt. agar dapat dikuatkan menjalankan cobaan tersebut dan percaya bahwa Ia akan menggantinya dengan kebahagiaan pada waktu yang tepat.

Jangan lupa juga untuk selalu bersyukur dengan setiap nikmat dan hikmah yang diturunkan oleh Allah Swt.

Kata Penutup dan Profil Singkat Nabi Ayub yang Sangat Sabar

Ayub atau nama lengkapnya, Ayyub bin Maush bin Zarah bin al-‘Aish bin Ishaq bin Ibrahim al-Khalil, adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah Swt. untuk berdakwah kepada kaum Bani Israil dan Amoria di Haran, Syam.

Allah Swt. mengangkatnya menjadi nabi pada kisaran tahun 1500 Sebelum Masehi dan namanya disebutkan sebanyak empat kali dalam Al-Quran, yaitu pada Surah al-An’aam, an-Nisaa, Shad, dan al-Anbiya.

Sampai saat ini, Nabi Ayub telah menjadi gambaran ideal bagi setiap umat Islam dalam hal kesabarannya menghadapi berbagai cobaan.

Referensi:

https://islam.nu.or.id/post/read/115960/kisah-nabi-ayub-dan-kesabarannya

https://pesantren.laduni.id/post/read/62986/belajar-kesabaran-dari-kisah-nabi-ayub

https://quran.laduni.id/post/read/62798/kesabaran-nabi-ayub-dalam-menghadapi-ujian-dari-allah-swt

https://islam.nu.or.id/post/read/122815/doa-doa-para-nabi-dalam-al-quran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *