Kisah Nabi Adam Lengkap sejak Diciptakan hingga Diwafatkan

Ingin tahu kisah Nabi Adam lengkap dari lahir sampai wafat? Kamu tak perlu susah-susah mencarinya karena karena Hasana.id akan menyajikannya di sini.

Riwayat berikut akan terbagi menjadi beberapa segmen, yakni sejak sebelum dan pada masa penciptaan, ketika Nabi Adam tinggal di surga, serta kehidupannya setelah diturunkan ke bumi.

Kisah awal manusia pertama ini disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 30:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Wa-idz qaala rabbuka lilmalaa-ikati innii jaa’ilun fii al-ardhi khaliifatan qaaluu ataj’alu fiihaa man yufsidu fiihaa wayasfiku alddimaa-a wanahnu nusabbihu bihamdika wanuqaddisu laka qaala innii a’lamu maa laa ta’lamuuna.

Artinya:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’. Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.”

Ayat di atas memang tidak menyebutkan nama Nabi Adam secara eksplisit.

Namun, oleh para ulama, “khalifah bumi” yang dimaksud oleh Allah Swt. dalam ayat tersebut adalah Nabi Adam alaihissalam.

Nantinya, beliau akan diturunkan ke bumi dan mendiaminya hingga masa yang telah ditetapkan Allah.

Bumi Sebelum Turunnya Nabi Adam

Bumi diperkirakan telah berusia 4,5 miliar tahun saat ini. Sementara itu, para ilmuwan berteori bahwa Nabi Adam hidup pada rentang sekitar 100–200 ribu tahun yang lalu.

Fakta awal ini sudah cukup untuk menjawab pertanyaan tentang jarak masa Nabi Adam sampai sekarang.

Lalu, adakah umat lain yang hidup di bumi sebelum beliau? Soal ini, Al-Qur’an menerangkan bahwa sebelum manusia, bangsa jin telah diciptakan lebih dahulu.

Apakah mereka hidup di bumi? Bisa jadi demikian, seperti pendapat sejumlah ulama.

Beberapa riwayat menyebutkan bahwa memang ada umat lain yang bertugas menjadi khalifah di muka bumi.

Mereka antara lain tabirunnasar, 70 laki-laki yang tak diketahui namanya, lalu bangsa jin, Azazil, Janna, serta Banul Janna yang versi Jawa-nya bernama Banujan.

Kesemua makhluk tersebut masing-masing pernah hidup lama di bumi, sebagian di antaranya juga berbuat kerusakan.

Oleh karena itulah, para malaikat kemudian menanyakan maksud Allah Swt. menciptakan khalifah, seperti yang tercantum dalam kutipan surah Al-Baqarah ayat 30 tadi.

Riwayat di atas belum terbukti secara otentik dan masih menjadi topik perdebatan.

Begitu pula dengan penafsiran tentang Nabi Adam sebagai manusia pertama dan bapak leluhur kita semua. Namun, sebagai umat Islam, tak layak jika kita meragukan eksistensi beliau.

Allah Swt. sendiri yang meriwayatkan kisah tentang sang nabi. Bahkan, namanya termasuk dalam daftar 25 nabi yang wajib diimani.

Al-Qur’an adalah kitab yang tak bisa diragukan lagi kebenarannya, tak ada satu pun yang mampu mengubahnya selain Allah sendiri.

Allah Swt. Menciptakan Adam

Nabi Adam diciptakan dari tanah yang diambil dari berbagai belahan bumi.

Itu membuktikan bahwa pada akhirnya, manusia berkembang dengan bentuk fisik dan watak berbeda-beda, yang salah satunya dipengaruhi oleh kondisi tempat hidupnya.

Selain itu, telah diketahui pula bahwa tubuh manusia mengandung berbagai unsur sari pati tanah.

Sebut saja kalsium yang terdapat pada tulang, zat besi dalam darah, hingga berbagai jenis mineral lain, seperti magnesium, kalium, natrium, dan fosfor.

Ada sebuah riwayat yang menerangkan bahwa penciptaan Adam bermula ketika malaikat Jibril diutus Allah untuk mengambil tanah di bumi.

Namun, bumi menolaknya karena merasa terbebani dengan kehadiran manusia yang akan menghuninya. Jibril pun kembali ke langit dan menyampaikan hal itu kepada Allah.

Kemudian, Allah mengalihkan tanggung jawab Jibril kepada Mikail dan Israfil. Keduanya pun mendapatkan penolakan serupa dari bumi dengan alasan yang sama.

Tugas itu pun akhirnya dilimpahkan kepada malaikat Izrail, yang kemudian berhasil atas petunjuk Allah Swt.

Malaikat Patuh, Iblis Membangkang

Pada fase berikutnya, Allah menciptakan Nabi Adam dari tanah dengan bentuk fisik terbaik di antara makhluk-makhluk lainnya.

Tubuh Adam didiamkan selama 40 hari, kemudian Allah meniupkan ruh ke dalam jasad tersebut melalui kepalanya. Adam terbangun, lalu mengucapkan “Alhamdulillah”.

Selain kesempurnaan fisik, Allah juga memberikan kelebihan kepada Adam berupa ilmu pengetahuan yang diajarkan-Nya sendiri.

Adam diperintahkan untuk menunjukkan kebesaran-Nya dengan mengajarkan pengetahuan itu kepada para malaikat.

Seluruh malaikat dibuat takjub. Tak mengherankan jika tanpa ragu, para malaikat menjalankan perintah Allah untuk menghormati Adam dengan bersujud kepadanya.

Namun, ada satu hamba Allah yang enggan melakukannya, dia adalah Iblis. Iblis sombong, merasa lebih unggul karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah.

Mengetahui penolakan iblis, Allah pun murka dan mengusirnya dari surga.

Namun, Iblis kemudian memohon diberi kesempatan hidup hingga hari akhir supaya dapat menjadi penggoda Adam beserta anak cucunya.

Tujuan Iblis hanya satu, yakni menjerumuskan Nabi Adam dan semua keturunannya.

Kelak, mereka-mereka yang tergoda rayuan iblis akan menjadi pengikutnya dan menghuni neraka bersamanya.

Demikian Allah mengabulkan permohonan iblis, seperti terekam dalam surah Al-A’Raf ayat 14–17 .

قَالَ اَنْظِرْنِيْٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

قَالَ اِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ

قَالَ فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَۙ

ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

Qaala anzhirnii ilaa yawmi yub’atsuuna. Qaala innaka mina almunzhariina. Qaala fabimaa aghwaytanii la-aq’udanna lahum shiraathaka almustaqiima. Tsumma laaatiyannahum min bayni aydiihim wamin khalfihim wa’an aymaanihim wa’an syamaa-ilihim walaa tajidu aktsarahum syaakiriina.

Artinya:

“Iblis menjawab, “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan’. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya, kamu termasuk mereka yang diberi tangguh’ Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian, saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)’.”

Ujian Pertama Adam dan Hawa

Kamu pasti sudah tahu bahwa pada awalnya, Nabi Adam ditempatkan di surga.

Pada suatu ketika, beliau merasa kesepian sehingga memohon kepada Allah agar Dia menghadirkan seorang teman.

Lalu, Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam yang dibekali jenis kelamin berbeda.

Mereka berdua dinikahkan, lalu diizinkan hidup di surga dengan satu syarat, yakni dilarang mendekati satu pohon.

Pohon tersebut diketahui dapat menghasilkan buah yang kemudian dinamakan buah khuldi.

Selama beberapa waktu, Nabi Adam dan Hawa sanggup mematuhi perintah Allah tersebut. Melihat itu, iblis pun tidak tinggal diam.

Sepanjang waktu, dia terus membujuk rayu Adam dan Hawa agar mendekati pohon khuldi. Bertahun-tahun pula Adam dan Hawa mencoba menahan diri.

Setelah sekian lama, rupanya rasa penasaran terhadap ucapan iblis mengalahkan ketaatan Adam dan Hawa. Mereka berdua pun terjerumus pada tipu daya iblis.

Adam dan Hawa memetik dan memakan buah terlarang.

Tiba-tiba, aurat mereka terbuka. Perasaan bersalah pun menyelimuti keduanya karena telah melanggar larangan-Nya.

Lantas, mereka berdua buru-buru mencari dedaunan untuk menutupi aurat.

Mengetahui kejadian itu, tentu saja Allah kembali murka. Adam dan Hawa menyesali perbuatannya dan bertobat. Allah menerima taubatnya, tetapi mereka diusir dari surga.

Selanjutnya, Allah memerintahkan mereka berdua turun ke bumi sebagai hukuman dan menetapkan Adam sebagai nabi pertama.

قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًا ۚ فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

Qulnaa ihbithuu minhaa jamii’an fa-immaa ya/tiyannakum minnii hudan faman tabi’a hudaaya falaa khawfun ‘alayhim walaa hum yahzanuuna.

Artinya:

“Kami berfirman, ‘Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian, jika datang petunjuk-Ku kepadamu maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Al-Baqarah: 38)

Adam dan Hawa Turun ke Bumi

Sampai sekarang, belum ada kepastian tentang lokasi turunnya Adam dan Hawa di bumi. Al-Qur’an tidak menerangkannya, para ulama pun berbeda pendapat.

Namun, ada satu pendapat yang paling banyak digunakan saat ini, yaitu bahwa Nabi Adam turun ke bumi India, sedangkan Ibu Hawa turun di daerah Jeddah.

Bapak dan ibu manusia ini hidup sendiri-sendiri selama beberapa waktu, sampai dipertemukan kembali di sebuah tempat yang kini dikenal sebagai Jabal Rahmah.

Secara administratif, gunung tersebut pada masa modern menjadi bagian dari wilayah Kota Makkah, Arab Saudi.

Petunjuk Allah datang kepada Nabi Adam melalui malaikat Jibril. Beliau diperintahkan untuk mendirikan rumah di bumi yang menggambarkan arsy Allah Swt.

Kemudian, Adam membangun Ka’bah dan mengelilinginya sampai beberapa kali. Hal itu diabadikan menjadi salah satu rukun haji, yakni thawaf. Ka’bah pun dinilai sebagai pusat bumi.

Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa Nabi Adam merasakan kesedihan mendalam, menyesali kesalahannya.

Lalu, beliau meminta petunjuk kepada Allah dan mendapatkan perintah untuk mendirikan rumah serupa Baitullah yang sebenarnya ada di langit.

Allah Swt. juga memerintahkan Adam dan anak cucunya untuk mengerjakan shalat di sana.

Nantinya, mereka yang tinggal di tempat-tempat yang jauh juga diwajibkan menghadapkan dirinya ke arah Ka’bah saat mendirikan shalat.

Kehidupan Adam dan Hawa di Bumi

Konon, tinggi Nabi Adam mencapai 60 hasta atau sekitar 18 meter. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa beliau memiliki postur 15 kali tinggi rata-rata manusia masa kini.

Itu dibuktikan dengan penemuan jejak kaki raksasa di Sri Lanka yang diyakini sebagai milik Adam alaihissalam.

Ada sumber yang mengatakan bahwa selepas mendirikan Ka’bah, Adam dan istrinya kembali ke India. Di sana, keduanya hidup seperti manusia biasa.

Sebagian hukuman bagi mereka adalah takdir Allah yang membagi tugas yang berbeda antara lelaki dan perempuan.

Allah membekali beberapa pasang hewan ternak untuk dijadikan sumber makanan berikut pengetahuan tentang cara bercocok tanam.

Mereka juga diberi petunjuk untuk menggunakan kulit-kulit hewan sebagai pakaian.

Bumi ditumbuhi pepohonan dengan batang-batang kayunya.

Nabi Adam kembali mendapatkan petunjuk untuk menggunakan batang-batang pohon sebagai sarana untuk membangun tempat perlindungan.

Beliau mendirikan rumah, menggali sumur, hidup menetap dan berkecukupan.

Namun, selama itu, Adam dan Hawa selalu diliputi rasa sedih dan kesusahan. Mereka senantiasa memohon petunjuk kepada Allah agar rasa tersebut bisa hilang.

Akhirnya, datanglah malaikat Jibril yang membawa obat penawar bagi kesedihan mereka. Petunjuk Allah berikutnya ini berupa perintah shalat.

Allah menghadirkan ayam yang bertasbih kepada-Nya pada waktu-waktu tertentu.

Suara hewan itulah yang kemudian memberi pengetahuan kepada Adam dan Hawa tentang waktu-waktu beribadah di bumi.

Selanjutnya, Allah juga memberikan pengetahuan tentang dasar hukum halal dan haram berupa larangan untuk memakan daging-daging tertentu dan memperbolehkan yang lainnya.

Lalu, peristiwa menakjubkan pun terjadi di dalam perut Ibu Hawa yang mengandung anak-anak Nabi Adam.

Adam-Hawa dan Keturunannya

Dikisahkan bahwa istri Nabi Adam mengandung selama 9 bulan 10 hari. Lalu, beliau melahirkan sepasang anak kembar yang kemudian diberi nama Habil dan Layutsa.

Tak berapa lama kemudian, beliau kembali mengandung dan melahirkan sepasang anak lagi, yaitu Qabil dan Iqlimah.

Begitulah, Hawa selalu melahirkan sepasang putra-putri, bahkan sampai 20 kali sehingga menghasilkan 40 anak lelaki dan perempuan.

Ada pula yang mengatakan bahwa keturunan pertama Adam-Hawa berjumlah 200 orang, bahkan mencapai 40.000 putra dan putri.

Mereka semua hidup tberpencar-pencar ke berbagai penjuru permukaan bumi.

Kelak, semuanya akan berkembang biak dan turut menghasilkan keturunan yang mendiami bumi sampai batas waktu yang telah ditentukan.

Kisah Habil dan Qabil

Ketika putra-putri pertama Adam dan Hawa mulai beranjak dewasa, datanglah wahyu yang baru.

Allah menurunkan perintah kepada Adam agar menikahkan putra putrinya secara silang. Maksudnya, putra pertama menikah dengan putri kedua, dan seterusnya.

Telah disebutkan bahwa keturunan pertama Adam-Hawa adalah Habil dan Layutsa, disusul Qabil dan Iqlimah.

Paras fisik mereka tentu saja berbeda-beda. Hal ini menjadi ujian besar bagi manusia di muka bumi yang berlaku pertama kali pada anak Adam.

Berdasarkan perintah Allah, Adam bermaksud memasangkan Habil dengan Iqlimah dan Qabil dengan Layutsa.

Sayangnya, Qabil membangkang karena merasa lebih berhak atas kembarannya. Selain itu, dia juga lebih tertarik kepada Iqlimah karena memiliki paras yang cantik.

Tindakan protes Qabil membuat Nabi Adam meminta petunjuk kepada Allah.

Alhasil, kemudian Allah memerintahkan Habil dan Qabil untuk mempersembahkan qurban. Peristiwa ini dikenal sebagai perintah pertama kepada manusia untuk ber-qurban.

Qurban yang diterima akan menentukan siapa yang berhak menikahi Iqlimah.

Habil yang seorang peternak ikhlas mempersembahkan kambing paling gemuk dan sehat. Sementara itu, sebagai seorang petani, Qabil justru memilih seikat gandum alakadarnya.

Hari penentuan pun tiba, ternyata Allah memilih qurban Habil karena dia tulus dan ikhlas memberikannya.

Lain halnya dengan Qabil yang seenaknya memilih qurban dengan kesombongan hatinya.

Pembunuhan Pertama dalam Sejarah Manusia

Tidak terima dengan keputusan Allah, Qabil marah besar. Dia dendam dan marah tak terkendali sehingga terbujuk rayuan iblis untuk berbuat kejam kepada Habil.

Qabil memukul Habil yang tidak memberikan perlawanan. Habil pun meninggal dunia di tangan Qabil. Inilah peristiwa pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

لَىِٕنْۢ بَسَطْتَّ اِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِيْ مَآ اَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَّدِيَ اِلَيْكَ لِاَقْتُلَكَۚ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ

اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ تَبُوْۤاَ بِاِثْمِيْ وَاِثْمِكَ فَتَكُوْنَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّارِۚ وَذٰلِكَ جَزَاۤؤُا الظّٰلِمِيْنَۚ

فَطَوَّعَتْ لَهٗ نَفْسُهٗ قَتْلَ اَخِيْهِ فَقَتَلَهٗ فَاَصْبَحَ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

Wautlu ‘alayhim naba-a ibnay aadama bialhaqqi idz qarrabaa qurbaanan fatuqubbila min ahadihimaa walam yutaqabbal mina al-aakhari qaala la-aqtulannaka qaala innamaa yataqabbalu allaahu mina almuttaqiina. La-in basathta ilayya yadaka litaqtulanii maa anaa bibaasithin yadiya ilayka li-aqtulaka innii akhaafu allaaha rabba al’aalamiina. Innii uriidu an tabuu-a bi-itsmii wa-itsmika fatakuuna min ash-haabi alnnaari wadzaalika jazaau alzhzhaalimiina. Fathawwa’at lahu nafsuhu qatla akhiihi faqatalahu fa-ashbaha mina alkhaasiriina.

Artinya:

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), ‘Aku pasti membunuhmu!’. Berkata Habil, ‘Sesungguhnya, Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh, kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya, aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya, aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim’. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.” (QS Al-Maidah: 27–30)

Tata Cara Pemakaman Manusia yang Wafat

Ketika Habil terbunuh, Qabil kebingungan. Dia takut melaporkan ulahnya kepada sang ayah dan tidak tahu bagaimana cara menyembunyikan jasad Habil.

Dikisahkan, Qabil membuang jasad Habil ke laut, tetapi ombak terus-menerus membawanya kembali ke bibir pantai.

Allah pun menyuruh seekor burung gagak untuk menunjukkan kepada Qabil cara menguburkan jenazah saudaranya.

Meniru si burung gagak, Qabil menggali tanah, lalu meletakkan jasad Habil dan menimbunnya kembali dengan tanah.

Nabi Adam tidak mengetahui kejadian itu sampai beberapa lama. Atas petunjuk Allah, beliau pergi ke sebuah gunung dan menemukan bekas darah Habil di atas tanah.

Yakin bahwa putranya telah terbunuh, sang ayah sedih tiada tara. Begitu pula Ibu Hawa setelah mendengar berita duka itu.

Di sisi lain, nyatanya Qabil tetap menuruti hawa nafsunya untuk menikahi Iqlimah. Qabil takut kepada ayah dan ibunya sehingga pergi ke belahan bumi yang lain.

Namun, sebelum pergi, dia sempat pulang untuk mengambil kembarannya berikut hewan ternak peninggalan Habil.

Kisah Nabi Syits

Sebagaimana diketahui, Ibu Hawa selalu melahirkan anak-anak kembar.

Namun, ternyata ada satu orang anak yang tidak lahir berpasangan. Anak ini kemudian dinamai Syits atau kitab-kitab dan kebudayaan lain menyebutnya Set, Seth, atau Sis.

Kisahnya tidak ada dalam Al-Qur’an, tetapi ada sebuah riwayat yang menerangkan sosoknya sebagai utusan Allah Swt.

Hal itu tercantum dalam Tarikh ath-Thabari yang mengutip riwayat Abu Dzar al-Ghifari.

Menurut al-Ghifari, Nabi Muhammad saw. mengatakan bahwa Allah menurunkan 50 shuhuf (lembaran berisi perintah) kepada Syits.

Mengenai Nabi Syits sendiri, nama beliau secara bahasa berarti “hadiah”.

Sebelumnya, telah diceritakan tentang kesedihan Nabi Adam dan Hawa setelah meninggalnya Habil.

Adam menilai bahwa Habil-lah yang seharusnya mewarisi kenabian beliau. Namun, Allah berkehendak lain.

Syits merupakan hadiah dari Allah Swt. kepada Nabi Adam. Putra kesayangan Adam ini ditakdirkan menjadi seorang yang saleh dan memiliki berbagai keistimewaan.

Syits begitu dekat dengan sang ayah, juga sangat patuh dan giat belajar sehingga memiliki pengetahuan tentang kebenaran.

Pada suatu hari nanti, Syits berperan menggantikan Nabi Adam dalam memimpin manusia di jalan Allah.

Keturunan beliau jugalah yang kelak meneruskan ajaran Allah dan riwayat kenabian, mulai dari Nabi Idris, Nuh, Ibrahim, Ismail, hingga Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam.

Wafatnya Nabi Adam

Masih mengutip dari Tarikh Ath-Thabarani, diceritakan bahwa Nabi Adam hidup bersama Nabi Syits hingga beliau wafat.

Menjelang akhir hayatnya, beliau sempat mewasiatkan pesan-pesan penting kepada Nabi Syits, sekaligus mewariskan risalah kenabian kepadanya.

Sebagai orang yang dekat dengan Allah Swt., beliau merasakan bahwa masa hidupnya akan segera berakhir.

Beliau juga sempat mengungkapkan permintaan terakhir kepada putra-putrinya untuk mencarikannya buah surga.

Keinginan itu tentu mustahil, tetapi karena kepatuhan mereka, putra-putri Adam tetap menjalankannya.

Ketika pergi untuk mencari buah itu, beberapa orang lelaki menghadang perjalanan mereka. Para lelaki itu tak lain adalah malaikat yang menyerupai wujud manusia.

Mereka datang dengan membawa kain kafan, wangi-wangian, beserta sejumlah peralatan untuk mempersiapkan pemakaman. Mereka pun kembali ke rumah untuk menghampiri sang ayah.

Nabi Adam adalah manusia istimewa sehingga sebelum nyawanya dicabut, malaikat menawari beliau untuk hidup lebih lama.

Akan tetapi, Adam menolak tawaran itu dan memilih untuk segera menemui Tuhannya.

Takdir telah ditentukan. Malaikat pun menjalankan perintah Allah Ta’ala.

Mereka mencabut nyawa Adam, lalu memandikannya, menutupinya dengan kain kafan, menyalatkan, dan menguburkan beliau dengan tata cara yang kita ikuti sampai sekarang.

Dengan demikian, berakhirlah kisah Nabi Adam alaihissalam setelah hidup selama sepuluh abad. Beberapa sumber mengatakan, usia beliau ketika wafat tepatnya adalah 960 tahun.

Kelahiran dan kematian beliau terjadi pada hari Jumat. Sementara itu, Ibu Hawa, menurut Ibnu Katsir, wafat satu tahun setelah Nabi Adam.

Referensi:
https://www.liputan6.com/global/read/813960/ilmuwan-nabi-adam-hidup-di-bumi-209-ribu-tahun-lalu

https://muslim.okezone.com/read/2019/07/02/614/2073576/tabirunnasar-makhluk-pertama-di-bumi-sebelum-nabi-adam?page=1

https://umma.id/article/share/id/8/189702

Click to access 234751655.pdf

M. Mukhid Mashuri, Ibnu Romadon, Jurnal Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir: KHALIFAH DI BUMI SEBELUM NABI ADAM AS, 2019

Pendapat Ulama Soal Berdirinya Ka’bah

Kisah Nabi Adam: Dari Awal Penciptaan Hingga Turun ke Bumi

https://sangguruofficial.id/kisah-nabi-syits-alaihissalam.html

https://m.oase.id/read/XWlpW0-nabi-adam-syits-dan-peristiwa-gerhana-seminggu-lamanya

https://www.ihram.co.id/berita/qd8ru7430/qurban-pertama-yang-dilakukan-habil-dan-qabil

https://kalam.sindonews.com/read/18929/70/tahun-musibah-habil-terbunuh-qabil-kawin-lari-dengan-iqlima-1588737955/30

https://www.laduni.id/post/read/69554/mengetahui-silsilah-nasab-dari-nabi-muhammad-hingga-nabi-adam

https://islam.nu.or.id/post/read/93660/kisah-wafatnya-nabi-adam

https://www.islampos.com/beberapa-pendapat-soal-tempat-makam-nabi-adam-120077/

Juga dicari:
kisah nabi adam
istri nabi adam
tinggi nabi adam
nabi adam turun ke bumi
nabi adam dan hawa
nabi adam diciptakan dari