Mengenal Kitab-Kitab Allah dan Rasul Penerimanya

Berbicara tentang kitab-kitab Allah, tentu kita akan langsung mengingat tentang kunci agama Islam dalam dua rukun utama.

Pertama, rukun Islam yang terdiri dari lima rukun, yaitu mengucapkan syahadat, mejalankan salat, membayar zakat, berpuasa Ramadan, dan melaksanakan ibadah haji untuk yang mampu.

Sedangkan yang kedua adalah rukun iman yang terdiri dari enam. Di antaranya iman kepada Allah Swt., Malaikat, Kitab-kitab Allah, Nabi dan Rasul, hari akhir, serta iman kepada qada dan qadar. Di sini, iman kepada kitab-kitab Allah ada di posisi ketiga.

Nah, pada kesempatan kali ini, Hasana.id ingin mengajak kamu sekalian untuk mengingat kembali tentang kitab-kitab Allah atau kitab suci.

Apa yang dimaksud dengan kitab suci? Ada berapa jumlahnya? Apa pula hikmah yang dapat kita petik dengan mengimaninya? Berikut uraian lengkapnya.

Pengertian Kitab-Kitab Allah

Secara bahasa, kitab adalah buku. Namun dalam konteks agama, kitab adalah wahyu-wahyu Tuhan yang dibukukan. Oleh karena berisi wahyu Tuhan, maka disebut dengan kitab suci.

Islam mengenal dua konsep pengertian kitab. Pertama, kitab adalah perintah, sedang yang kedua adalah tulisan untuk disampaikan kepada umat manusia. Jadi, bisa disimpulkan bahwa kitab-kitab Allah merupakan wahyu yang diturunkan untuk seluruh manusia.

Apa saja isi dari wahyu? Bermacam-macam, tetapi kesemuanya adalah tentang ajaran. Itu dimulai dari perintah, larangan, janji baik dan janji buruk, nasihat, petunjuk, pedoman hidup, riwayat-riwayat, hingga tata cara dalam beribadah.

Kitab-kitab Allah Swt. yang turun kepada utusan-utusan-Nya ini ada empat jumlahnya yang wajib diimani. Keempat kitab tersebut yaitu Taurat, Zabur, Injil, serta Al-Quran. Masing-masing diturunkan kepada nabi yang berbeda. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 285:

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Amanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr.

Artinya :

“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Quran) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata):”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka berkata: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): ”Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

Allah menurunkan empat kitab-Nya kepada nabi dan rasul yang berbeda. Isi dan proses turunnya wahyu tersebut pun berbeda-beda. Penjelasan mengenai kitab-kitab Allah dan penerimanya dapat kamu simak dalam uraian lengkap di bawah ini.

Taurat

Taurat merupakan satu dari beberapa kitab-kitab Allah. Kitab Taurat merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Musa alaihissalam pada sekitar abad ke-12 SM.

Sebagaimana diketahui, Nabi Musa adalah utusan Allah untuk Bani Israil. Oleh karena itu, Taurat juga disampaikan untuk kaum tersebut.

Seperti yang telah Allah firmankan di dalam Al-Quran Surat Al-Isra’ ayat kedua, yang berbunyi:

وَءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلْنَٰهُ هُدًى لِّبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ أَلَّا تَتَّخِذُوا۟ مِن دُونِى وَكِيلًا

Wa ātainā mụsal-kitāba wa ja’alnāhu hudal libanī isrā`īla allā tattakhiżụ min dụnī wakīlā

Artinya:

“Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami menjadikannya petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), ”Janganlah kamu mengambil (pelindung) selain Aku.”

Taurat juga merupakan istilah yang berasal dari bahasa Ibrani, yaitu tauran yang berarti ‘petunjuk’. Secara istilah, pengertian Taurat adalah lembaran-lembaran berisi kalimat-kalimat yang diturunkan kepada Nabi Musa alaihissalam di Gunung Tur (Tursina).

Isi pokok Kitab Taurat adalah sepuluh ajaran Allah, atau dikenal juga dengan The Ten Commandments atau 10 hukum. Sepuluh firman Allah tersebut menjelaskan hukum-hukum syariah, akidah, serta mengabarkan akan datangnya seorang nabi dari keturunan Ismail alaihissalam.

Ajaran Kitab Taurat

Berikut sepuluh firman Allah yang kemudian dituangkan dalam Kitab Taurat.

  1. Jangan ada padamu, Tuhan lain di hadirat-Ku
  2. Tidak boleh membuat patung atau ukiran dan tak boleh pula menyembahnya karena Aku Tuhan Allah-mu.
  3. Jangan kamu menyebut Tuhan Allah-mu dengan sia-sia
  4. Selalu mengingat hari sabat (sabtu), supaya kamu sucikan dia
  5. Hormatilah ibu bapakmu
  6. Jangan saling membunuh sesama manusia
  7. Tidak boleh berbuat cabul (berzina)
  8. Jangan mencuri
  9. Tidak boleh menjadi saksi palsu (berdusta)
  10. Jangan berkeinginan memiliki hak orang lain (dengan cara yang tidak halal)

Selain berisi syariat atau hukum dan kepercayaan yang benar, Taurat juga berisi tentang sejarah nabi-nabi terdahulu hingga Nabi Musa a.s. Adapun kitab Taurat juga disebutkan dalam ayat suci Al-Quran surat Ali ‘Imran ayat 3 yang berbunyi:

نَزَّلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزَلَ ٱلتَّوْرَىٰةَ وَٱلْإِنجِيلَ

Nazzala ‘alaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi wa anzalat-taurāta wal-injīl

Artinya:

“Dia menurunkan Al Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.”

Banyak ulama berpendapat bahwa Kitab Taurat yang ada saat ini sudah tidak lagi murni. Kitab Taurat yang dipegang umat Yahudi sekarang telah mengalami sejumlah perubahan. Salah satu indikasinya adalah tidak ditemukannya pembahasan tentang surga-neraka serta hari akhir dan hari kebangkitan.

Semasa Nabi Musa masih hidup, bangsa Israil masih mengimani Kitab Taurat asli. Mereka pun meyakini bahwa kelak Allah akan kembali menurunkan utusan-Nya pada akhir zaman. Hal itu mereka ketahui dari tanda-tanda yang terdapat dalam Kitab Taurat.

Zabur

Kata zubur yang memiliki arti ‘menulis’ adalah bentuk jamak dari zabur. Makna aslinya adalah kitab yang tertulis. Dalam bahasa Arab, Zabur juga disebut dengan mazmur dan jamaknya mazamir yang artinya merupakan nyanyian rohani yang dianggap suci.

Zabur juga merupakan salah satu dari kitab-kitab Allah. Dan kita sebagai umat Islam wajib mengimaninya. Kitab suci yang kedua ini diwahyukan kepada seorang raja bangsa Israil di Kanaan, yaitu yang dikenal sebagai Nabi Daud alaihissalam.

Sebagian besar pendapat menerangkan bahwa kitab ini turun pada sekitar abad ke-10 Sebelum Masehi. Sebagaimana diketahui, Nabi Daud dikenal sebagai sosok yang dibekali Allah memiliki suara yang merdu.

Kitab Zabur pun berisi mazmur, yaitu nyanyian pujian kepada Allah yang melukiskan limpahan nikmat-nikmat-Nya kepada Nabi Daud, juga tentang syariat dan hukum yang sesuai dengan kitab sebelumnya, yakni Taurat.

Firman Allah yang menegaskan tentang keberadaan Kitab Zabur tertuang dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 163. Berikut bunyi ayat tersebut:

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ ۚ وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ ۚ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا

Innā auḥainā ilaika kamā auḥainā ilā nụḥiw wan-nabiyyīna mim ba’dih, wa auḥainā ilā ibrāhīma wa ismā’īla wa is-ḥāqa wa ya’qụba wal-asbāṭi wa ‘īsā wa ayyụba wa yụnusa wa hārụna wa sulaimān, wa ātainā dāwụda zabụrā

Artinya:

”Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Yaqub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, Sulaiman. Dan kami berikan Zabur kepada Daud.”

Ajaran Kitab Zabur

Kitab berisi kumpulan ayat suci ini terdiri dari 150 surat, kesemuanya dituliskan dalam bahasa Qibti. Nyanyian rohani Nabi Daud AS terdiri dari lima macam, yaitu nyanyian untuk memuji Tuhan (liturgi), nyanyian perorangan sebagai ucapan syukur, ratapan-ratapan jemaah, ratapan dan doa individu, dan nyanyian untuk raja.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa di dalam kitab Zabur tidak terdapat hukum-hukum atau syariat. Isi di dalamnya adalah hikmah, nasihat, pujian, dan sanjungan kepada Allah Swt.

Namun, diperintahkan juga kepada Nabi Daud a.s. untuk melanjutkan syariat yang sudah ada dari zaman Nabi Musa a.s.

Sementara itu, ada pula pendapat lain mengenai isi pokok Kitab Zabur adalah seperti yang termuat dalam Mazmur 146 milik Nasrani. Berikut sejumlah kandungan inti dari ayat tersebut.

  1. Ajaran untuk menjunjung Allah dan memuji-Nya.
  2. Perintah untuk mengikuti pemimpin yang memuliakan Allah dan meyakini-Nya dengan sepenuh hati bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
  3. Petunjuk tentang kekuasaan Allah yang mutlak dan kekekalan-Nya.

Injil

Seperti yang kita ketahui, Allah menurunkan Injil kepada Nabi Isa a.s. Kitab ini diturunkan pada sekitar awal abad pertama tahun masehi.

Lokasi turunnya adalah di Yerusalem, tempat Nabi Isa alaihissalam menyebarkan ajaran Allah Ta’ala. Penjelasan tentang kitab ini terdapat pada Al-Quran surah Al Hadid ayat 27 :

ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَىٰٓ ءَاثَٰرِهِم بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ وَءَاتَيْنَٰهُ ٱلْإِنجِيلَ وَجَعَلْنَا فِى قُلُوبِ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً

Summa qaffainā ‘alā āṡārihim birusulinā wa qaffainā bi’īsabni maryama wa ātaināhul-injīla wa ja’alnā fī qulụbillażīnattaba’ụhu ra`fataw wa raḥmah..

Artinya:

”Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam; Dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya …”

Istilah injil berasal dari bahasa Ibrani yang berarti ‘kabar gembira’. Kabar gembira yang dimaksud adalah berita datangnya utusan Allah terakhir yang akan menjadi nabi untuk seluruh alam. Tentu kamu sudah bisa menebaknya. Benar sekali, dia adalah Nabi Muhammad.

Ajaran Kitab Injil

Menurut berbagai sumber, kitab Injil yang asli ditulis dalam bahasa Suryani. Isinya mengenai perintah kepada manusia untuk percaya kepada Allah Ta’ala. Caranya adalah dengan meng-Esa-kan dan tidak menyekutukan Allah.

Di dalam Kitab Injil juga berisi perintah. Jadi, ada beberapa hukum di Taurat yang dihapus dengan kedatangan Injil. Hal ini karena hukum di dalam Taurat sudah tidak sesuai dengan kondisi zaman saat itu.

Selain itu, juga ada keterangan tentang lahirnya nabi terakhir pada akhir zaman yang sekaligus menjadi penutup para nabi dan rasul.

Para ulama menilai bahwa Kitab Injil yang beredar pada masa kini hampir sama seperti Taurat, yakni telah mengalami perubahan yang luar biasa. Umat Kristiani saat ini memakai empat kitab, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes.

Adapun Kitab Injil modern dan dijadikan pedoman oleh umat Nasrani adalah karangan manusia, berisikan tentang kehidupan Nabi Isa alaihissalam.

Ajaran kepercayaan yang terkandung di dalamnya bukanlah pendapat dari Al-Hawariyyun (12 pengikut, teman, dan murid Nabi Isa as.), melainkan hasil pemikiran Paulus.

Namun, ada satu kitab lagi, yaitu Injil Barnabas yang dikarang oleh Barnaba. Naskah asli Kitab tersebut diperkirakan telah berumur 1.500 tahun. Banyak ulama muslim yang berpendapat bahwa isi Injil Barnabas justru lebih berkesesuaian dengan ajaran tauhid.

Hal tersebut cukup berdasar, mengingat salah satu keterangan di dalam Injil Barnabas juga memuat tentang berita datangnya utusan Allah terakhir setelah Nabi Isa. Selain itu, juga tentang sosok Yudas Iskariot dan keterangan bahwa Nabi Isa a.s. tidak disalib.

Kitab Suci Al-Quran

Kitab-kitab Allah terakhir dan yang paling wajib diimani adalah Al-Quran al-Karim. Tentu saja umat Islam lebih familiar dengan kitab satu ini. Al-Quran inilah yang menjadi pegangan sekaligus pedoman umat Islam dalam menjalani kehidupannya.

Kitab suci Al-Quran diturunkan kepada utusan Allah yang terakhir, yaitu Muhammad saw. Wahyu-wahyu di dalamnya turun secara berangsur-angsur. Lama waktunya adalah 23 tahun, atau tepatnya 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari.

Wahyu pertama turun pada tanggal 17 Ramadan tahun 610 Masehi. Tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai Nuzulul Quran. Turunnya wahyu pertama itu di saat Nabi Muhammad sedang berdiam di Gua Hira. Malam itu juga sekaligus menandai peresmian kenabian beliau.

Momen tersebut terekam dalam Surat Al-Baqarah ayat 185.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

Syahru ramaḍānallażī unzila fīhil-qur`ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān

Artinya:

“Di bulan Ramadhan, di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…”

Sejak pertama kali, Nabi Muhammad menyampaikan ayat-ayat Al-Quran secara lisan. Sementara, para pengikutnya menghafal atau mencatatnya pada berbagai media, misalnya pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit hewan, sampai tulang belulang binatang mati.

Penyusunan mushaf Al-Quran baru terjadi sepeninggal Rasulullah saw. Jadi, mungkin saja Rasulullah sendiri belum pernah melihat buku atau mushaf Al-Quran secara utuh, seperti yang umat Islam kenal pada masa sekarang.

Penyusunan Mushaf Al-Quran

Fase penyusunan kitab-kitab Allah menjadi mushaf Al-Quran dapat dirumuskan terbagi dalam empat fase. Pertama, fase pengumpulan pada masa Nabi Muhammad saw. masih hidup. Seperti telah disebutkan, sebagian besar dilakukan dengan cara hafalan oleh nabi sendiri dan para sahabat.

Selain itu, juga penulisan ayat-ayat Al-Quran pada media-media yang lazim dipakai kala itu. Para sahabat, termasuk Khulafaur Rasyidin berperan sebagai asisten Nabi. Rasulullah sendiri yang mengajarkan cara penulisan dan tata letak surat-surat kepada para asistennya.

Pada fase pengumpulan ini penulisan Al-Quran telah rampung. Namun, bentuknya masih terpisah-pisah, belum menjadi kitab yang utuh. Selain itu, sebenarnya terdapat tujuh macam cara membaca (qiraah) ayat Al-Quran.

Fase kedua terjadi pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Atas usulan Umar bin Khattab, Abu Bakar memerintahkan pengumpulan seluruh tulisan ayat Al-Quran yang tercecer. Seluruhnya kemudian dikumpulkan dan ditulis kembali menjadi sebuah mushaf.

Berikutnya adalah fase ketiga, yakni proses penyalinan naskah mushaf asli yang ditulis semasa Khalifah Abu Bakar. Pengganti beliau, Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan penggandaan pertama mushaf Al-Quran.

Sedangkan fase keempat, terjadi ketika Utsman bin Affan menjadi khalifah. Pada waktu itu timbul masalah baru, yakni perbedaan qiraah Al-Quran yang makin mengemuka.

Seperti diketahui, Rasulullah menghafal tujuh jenis bacaan berbeda, tetapi masing-masing sahabat hanya menghafal sebagian saja.

Maka dari itu, Khalifah Utsman r.a. kemudian merumuskan standar baku penulisan bacaan Al-Quran berdasarkan naskah asli untuk menghindari pertentangan. Mushaf inilah yang dikenal sebagai mushaf Utsmani dan standarnya masih digunakan sampai saat ini.

Mushaf yang baru ini tersusun secara sistematis. Terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6.236 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Dibagi ke dalam dua lokasi pewahyuan, yaitu di Mekkah dan Madinah. Diawali dari Al-Fatihah dan di akhirnya adalah An-Nash.

Ajaran Kitab Suci Al-Quran

Al-Quran menjadi pamungkas dari kitab-kitab Allah sebelumnya. Kalau kitab-kitab Allah terdahulu diturunkan untuk kaum tertentu, Al-Quran merupakan pedoman bagi seluruh umat manusia.

Isinya menyempurnakan kandungan dari kitab-kitab terdahulu, menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

Dżālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn

Artinya :

“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 2)

Kandungan pokok Al-Quran, antara lain tentang akidah, akhlak, dorongan dan bimbingan hikmah-hikmah, kisah-kisah umat terdahulu, janji ganjaran dan ancaman yang datang dari Allah, serta hukum-hukum ibadah dan muamalah.

Mengingat isinya begitu kompleks dan komprehensif, maka sah bila Al-Quran disebut sebagai pedoman hidup umat manusia, khususnya muslim. Maka dari itu, kedudukan Al-Quran menjadi penyempurna dan pembenaran bagi kitab-kitab Allah terdahulu.

Hikmah Mengimani Kitab Allah

Iman kepada kitab-kitab Allah Swt. yang diturunkan kepada rasul-Nya tentu bukanlah perintah yang tidak berdasar. Ada banyak hikmah beriman kepada kitab Allah. Beberapa di antaranya akan dijelaskan di bawah ini.

  • Iman kepada kitab-kitab Allah pasti turut menumbuhkan keimanan kita kepada Allah sendiri.
  • Mengimani kandungan yang diajarkan dalam kitab-kitab Allah akan membuat kita selalu mendapatkan petunjuk dalam menjalani kehidupan.
  • Ajaran dalam kitab-kitab Allah dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas manusia, baik secara personal maupun dalam lingkup sosial.
  • Kehidupan secara keseluruhan akan berjalan lebih baik jika kita mengimani kitab-kitab Allah dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya.
  • Isi kitab-kitab Allah, khususnya Al-Quran dapat memberikan kita begitu banyak wawasan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
  • Mengetahui cara-cara yang baik untuk beribadah dan beramal soleh, serta menghindari larangan-larangan-Nya, demi mendekatkan diri kepada-Nya dan memperoleh kehidupan lebih baik dunia-akhirat.

Cara Beriman kepada Kitab-Kitab Allah

Guna mewujudkan keimanan terhadap kitab-kitab Allah, kamu bisa menempuh cara-cara mudah di bawah ini. Cara-cara berikut juga bisa menjadi pedoman untuk mewujudkan keimanan pada kitab Allah.

  • Meyakini bahwa penerima kitab Taurat adalah Nabi Musa a.s., Nabi Daud a.s. menerima kitab Zabur, dan Injil diterima Nabi Isa as. Setiap kitab tersebut menjadi pedoman bagi kaumnya masing-masing.
  • Yakin bahwa Allah lah yang menurunkan kitab Zabur, Taurat, dan Injil dan menjadikannya sebagai peringatan hanya untuk kaum pada masanya.
  • Meyakini bahwa kitab suci ini merupakan wahyu dari Allah dan bukanlah karangan nabi dan rasul.
  • Yakin bahwa hanya Allah Swt. yang mengetahui semua tentang kitab Taurat, Zabur dan Injil.
  • Kitab Allah dijadikan sebagai pedoman khusus dan utama di kehidupan
  • Membaca, mempelajari, dan memahami isi kandungan Al-Quran
  • Mengamalkan isi kitab dalam kehidupan sehari-hari.

Selain kitab-kitab Allah tersebut, menurut beberapa keterangan Allah menurunkan total sebanyak 114 kitab suci.

Di samping itu, Allah Ta’ala juga mewahyukan suhuf kepada sejumlah nabi, seperti Nabi Adam (10 suhuf), Nabi Syits (60 suhuf), Nabi Idris (30 suhuf), Nabi Ibrahim (30 Suhuf), dan Nabi Musa (10 Suhuf).

Suhuf sendiri secara bahasa berarti lembaran-lembaran, yaitu wahyu yang Allah sampaikan kepada utusan-Nya, tetapi tidak wajib disampaikan kepada umatnya. Jadi, bisa disimpulkan bahwa isi suhuf tidak lebih lengkap daripada muatan yang terkandung dalam kitab-kitab Allah Ta’ala.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *