Khutbah Jumat

Dalam satu minggu ada satu hari yang paling mulia, sehingga disebut sayyidul ayyam. Dimana dalam hari tersebut sangat banyak keistimewaan. Amalan kebaikan yang dikerjakan dalam hari itu dilipatgandakan pahalanya.

Hari tersebut adalah hari jumat. Sayyidul ayyam sendiri bermakna penghulu dari sekalian hari. Allah mengagungkan hari ini melebihi dua hari raya, sebagaimana di sebutkan dalam sebuah hadits

tidak ada malaikat muqarrabin,langit, bumi, angin, gunung dan samudra, kecuali semua meluapkan kasih sayangnya pada hari jumat”(H.R Ibnu Majah no 1.137)

Salah satu keistimewaan lain dalam hari jumat adalah pelaksanaan salat zuhur yang menjadi 2 rakaat, dan ini disebut dengan salat jumat lengkap dengan pelaksanaan dua rukun khutbah yang akan selengkapnya kita bahas.

Histori Hari Jumat

Sebelum memahami lebih lanjut tentang khutbah jumat, terlebih dahulu kita akan mencoba membaca historis hari jumat.

Sebagaimana telah disebutkan dalam hadis di atas tentang kelebihan hari jumat, Sayyid abdullah bin alwi al haddad mengatakan: di hari ini dianjurkan memperbanyak amalan kebaikan dan mengurangi amal duniawi.

Ibnu qayyim juga mengatakan dimana pada hari jumat terdapat tiga puluh dua khushushiyyat yang tidak terdapat di hari lain.

Disebutkan dalam literatur sejarah, dulunya hari ini bernama ‘Arubah. Sejak kedatangan Islam maka berubah nama menjadi hari jumat. Menurut salah satu sumber, orang yang pertama kali menamakan hari jumat adalah Ka’ab bin luay.

Suatu ketika penduduk Madinah berkumpul dan saat itu Nabi belum tiba, sahabat Anshar berkata:

“Orang Yahudi memiliki hari untuk berkumpul setiap seminggu sekali, begitu juga orang Nasrani. Bagaimana kalau kita juga menentukan hari untuk berkumpul untuk berzikir, mengingat, dan mensyukuri nikmat Allah? Sabtu adalah harinya orang Yahudi, sedangkan Minggu milik orang nasrani.”

Maka para sahabat Anshar sepakat untuk berkumpul di hari Arubah di rumah sahabat As’ad bin Zurarah dan mereka melakukan salat dua rakaat serta berzikir setelahnya. Kemudian menyembelih kambing untuk dimakan pada pagi dan sorenya. Sehingga sepakatlah menamakan hari itu hari jumat dan itulah kali pertama salat jumat dilaksanakan.

Ibnu Hajar mengatakan jumat pertama dilaksanakan di kota Madinatul Munawwarah, begitu pula pendapat jumhur ulama. Hal ini berdasarkan sebuah ayat yang diturunkan di Madinah.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS Al Jumu’ah 9-10)

Apa itu khutbah jumat?

Salat jumat wajib dilakukan oleh setiap laki-laki yang sudah mukallaf di masjid secara berjamaah. Adapun salah satu komponen penting dalam pelaksanaan salat jumat adalah khutbah yang disampaikan oleh khatib di atas mimbar utama.

Umumnya khutbah berupa ceramah singkat atau tausiyah sekitar 15-20 menit yang berisi nasihat-nasihat atau pelajaran hidup untuk meningkatkan ketaqwaan kita.

Keberadaan khutbah jumat tidak dapat dipisahkan dalam salat jumat, karena keduanya satu paket yang harus ditunaikan dalam hari itu, sehingga apabila salat jumat tanpa khutbah menyebabkan salat itu tidak sah.

Khutbah jumat tersusun dari dua kata, yaitu khutbah dan jumat. Selanjutnya kita akan membahas satu persatu arti dari dua kata tersebut.

Khutbah adalah kalimat masdar yang berasal dari fiil madhi khataba-yakhtubu yang berarti pidato. Pidato disini lebih mengarah kepada menyampaikan sebuah pemikiran tentang ajaran agama yang disampaikan di hadapan khalayak ramai.

Adapula yang memaknai khutbah dengan “perkara besar yang diperbincangkan” karena adatnya orang Arab tidak berbicara hal besar selain dalam khutbah.

Merujuk kepada kitab Al mu’jam Al lhugah Al arabiyyah Al mu’ashirah, definisi khutbah secara istilah adalah

الخطبة: قطعة من الكلام توجه الى جمهور الناس, كلام يخاطب به المتكلم جمعا من الناس لاعلامهم واقناعهم

Khutbah adalah sebuah pembicaraan yang ditujukan kepada mayoritas manusia,yang diucapkan oleh si pembicara kepada khalayak untuk menyampaikan sesuatu dan mengajak manusia.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa khutbah itu merupakan penyampaian informasi dan berupa ajakan.

Maka dari itu seorang khatib harus menguasai seni dalam berbicara yang mampu mengajak setiap pendengar agar dapat menyerap informasi yang disampaikan secara benar dan akurat. Sehingga akan merubah pola pikir jamaah menjadi lebih baik lagi dengan materi khutbah.

Di samping itu, khutbah juga sebuah wadah untuk berdakwah. Dimana dalam khutbah kita selalu mengajak umat manusia untuk terus bertaqwa kepada Allah, melakukan amar makruh nahi mungkar.

Adapun Jumat adalah kalimat masdar dari fiil jama’a – yajma’u yang artinya perkumpulan/berhimpun. Kata jumat ini sendiri sudah diserap menjadi nama hari yang ke enam yaitu hari Jumat.

Mengenai sejarah hari jumat telah kita sebutkan pada awal-awal tulisan di atas.

Secara utuhnya sedikit sekali ditemukan defenisi khutbah jumat secara istilah, melainkan hanya menjelaskan syarat atau rukun khutbah. Sebagaimana salah satu definisi yang dijelaskan oleh ulama mazhab Hambali.

والخطبة في المتعارف اسم لما يشتمل علي تحميد الله والثناء عليه والصلاة علي رسوله والدعاء للمسلمين والوعظ والتذكير لهم

khutbah itu sesuatu yang mencakupi di dalamnya pujian kepada Allah, shalawat kepada rasul, doa untuk muslimin, serta nasihat dan peringatan kepada mereka

Takrif di atas lebih menjelaskan kepada bagian-bagian dari khutbah, atau disebut dengan rukun khutbah, sehingga masih jauh untuk dikatakan sebagai definisi rukun khutbah.

Meski pengertian di atas belum lengkap, secara garis umum setiap ucapan dari khatib berupa pidato, ceramah, nasihat dan sebagainya yang sesuai dengan syarat dan rukun sudah dapat kita pahami sebagai khutbah jumat.

Rukun khutbah jumat

Dalam suatu pengamalan ibadah terutama kajian fiqih, ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi, yaitu syarat dan rukun ibadah yang dikerjakan. Bahkan bila keduanya tidak dipenuhi, amalan tersebut bisa dikatakan tidak sah.

Begitupula khutbah yang menjadi unsur penting dalam pelaksanaan salat jumat dan salat dua hari raya. Pada ulasan selanjutnya kita akan melihat apa saja rukun khutbah jumat.

Dalam redaksi Fathul Qarib disebutkan rukun khutbah ada 5.

وأركان الخطبتين خمسة: حمد الله تعالى، ثم الصلاة على رسول الله ولفظهما متعين، ثم الوصية بالتقوى ولا يتعين لفظها على الصحيح، وقراءة آية في إحداهما، والدعاء للمؤمنين والمؤمنات في الخطبة الثانية، ويشترط أن يسمع الخطيب أركان الخطبة لأربعين تنعقد بهم الجمعة،

rukun dua khutbah ada 5: memuji Allah Ta’ala, kemudian bershalawat kepada rasulullah dengan lafaz puji dan shalawat yang telah ditentukan, kemudian washiat untuk bertaqwa, lafaz wasiat ini tidak terkhusus menurut pendapat sahih, kemudian membaca ayat Alquran pada salah satu rukun dan terakhir berdoa kepada mukmin dan mukminat pada khubah yang kedua.

Pada rukun yang pertama yaitu memuji Allah, ada ketentuan khusus dalam lafaz yang digunakan. Yakni menggunakan kata “hamdu” dan lafaz turunannya seperti “alhamdu”, “ahmadu” atau “nahmadu”. Begitu juga pada lafaz “Allah” harus menggunakan lafaz jalalah, tidak boleh dengan asma Allah yang lain.

Agar lebih mudah coba perhatikan pengucapan yang benar dan yang salah.

Rukun pujian yang benar seperti “alhamdulillah” atau “nahmadu lillah” karena mencakupi kata “hamdu” dan “Allah”

Sedangkan pengucapan seperti “asysyukru lillah” atau “alhamdu lirrahman” adalah salah karena pada pengucapan pertama tidak ada kata “hamdu” dan pada yang kedua tidak ada lafaz jalalah.

Selanjunya membaca shalawat kepada nabi . sama seperti di atas, di sini juga ada ketentuan dalam lafaznya yaitu harus menggunakan kata “shalatu” atau turunan dari kata tersebut. Dalam penyebutan kepada Nabi tidak terkhusus, artinya boleh menggunakan asma Nabi Muhammad yang lain. Dalam menyebutkan nama Nabi harus dengan Isim zhahir, tidak boleh dengan isim dhamir/kata ganti.

Contoh pengucapan yang benar seperti “ashsholatu ‘alan nabi” atau “ana ushallai ‘ala rasulillah”

Tidak boleh dengan pengucapan seperti “sallama lahu ‘ala Muhammad” atau “shallallahu ‘alaihi” karena tidak ada unsur shalah pada contoh yang pertama dan adanya isim dhamir pada pengucapan yang kedua.

Rukun yang ketiga wasiat. Dalam rukun ini tidak ada ketentuan khusus dalam lafaz atau konten materinya, akan tetapi wasiat itu pada umunya berisi ajakan untuk bertaqwa kepada Allah, ajakan untuk taat dan menjauhi maksiat.

Umumnya khatib dalam berwasiat mengajak dengan ucapan “ittaqullah…”. Dalam berwasiat tidak memadai jika hanya menjelaskan tipu daya dunia tanpa adanya ajakan taat dan menjauhi maksiat. Hal ini dijelaskan oleh Imam Bajuri dalam hasyiahnya.

rukun selanjutnya membaca ayat pada salah satu rukun.

Umunya ayat yang dibaca adalah ayat yang mengandung makna ajakan kebaikan, peringatan, kisah-kisah penuh hikmah yang mencakup makna yang dimaksudkan atau sepotong ayat yang sempurna makna dan maksudnya. Seperti ayat dari QS Attaubah ayat 119

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”

Jangan membaca ayat yang tidak memberi pemahaman kalau tidak memilki sambungan ayat yang lain. seperti ayat dari surat Mudatstsir “ثُمَّ نَظَرَ” yang berarti “kemudian memikirkan”

Rukun yang terakhir adalah doa.

Doa dibaca pada rukun khutbah yang kedua dengan kandungan doa yang membawaki suasana pengampunan di akhirat yaitu dengan mendoakan keampunan untuk kaum muslimin dan muslimat, seperti ucapan “allahummaghfir lil muslimin wal muslimat” atau “allahumma ajirna minan nar

Doa di sini tidak memadai doa-doa yang urusan duniawi seperti meminta dilimpahkan harta yang banyak semisal bacaan “Allahumma ‘athina malan katsiran

Kedua hal dia atas dijelaskan dalam redaksi kitab I’anatuth thalibin

(و) خامسها (دعاء) أخروي للمؤمنين وإن لم يتعرض للمؤمنات خلافا للأذرعي (ولو) بقوله (رحمكم الله) وكذا بنحو اللهم أجرنا من النار إن قصد تخصيص الحاضرين (في) خطبة (ثانة) لاتباع السلف والخلف

rukun ke lima adalah doa ukhrawi kepada mukminin sekalipun tidak menyebutkan mukminat, berbeda dengan Imam Azra’i. meskipun doa itu diucapakan dengan semoga Allah merahmati kamu sekalian atau Ya Allah lepaskanlah kami dari siksaan neraka, jika dikhusukan kepada hadirin yang hadir. Doa dibaca pada khutbah yang kedua mengikuti ulama salaf dan khalaf

Demikianlah serangkaian rukun khutbah berdasarkan fiqih mazhab Syafii. Dalam keadaan tertentu sesuai momen, khatib biasanya menyelaraskan pujian, nasehat dan ayat yang saling berkaitan sehingga khutbah yang dibacakan sangat indah.

Sedikit kami sebutkan juga bagaimana rukun khutbah versi mazhab lain, sebagai ilmu perbandingan bagi kita.

Dalam mazhab Hanafi sebagai mazhab yang lebih awal hanya ada satu rukun khutbah. Membaca hamdalah, tahlil dan tasbih adalah rukun khutbah. Sebagaimana dalilnya QS Al Jumuah ayat 9

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Barang tentu rukun dalam mazhab ini akan membuat terdengar aneh bagi kita mazhab syafii. Pun demikin peletakan dasarnya adalah seruan untuk mengingat Allah yang terkandung dalam ucapan tahmid, tahlil dan tasbih.

Dalam mazhab Maliki mengucapkan zikrullah tidak bisa dikatakan khutbah. Harus adanya unsur pidato baik sepatah dua patah kata sebagaimana makna khutbah versi adat orang arab semisal mengucapkan ”اتَّقُوا اللَّهَ فِيمَا أَمَرَ وَانْتَهُوا عَمَّا عَنْهُ نَهَى وَزَجَرَ” bertaqwalah kamu kepada Allah dari apa yang telah diperintahkan dan jahuilah dari apa yang telah dilarang.

Terakhir khutbah menurut mazhab Hambali hampir sama dengan mazhab Syafii. Akan tetapi dalam mazhab ini hanya ada empat rukun saja tanpa ada doa.

Syarat khutbah jumat

Syarat-syarat khuthbah jumat ada sebagaimana dalam redaksi kitab matan safinatun naja berikut

  1. Suci dari dua hadas; besar dan kecil.
  2. Suci dari najis baik pada pakaian, badan dan tempat.
  3. Menutup aurat.
  4. Berdiri bagi yang mampu.
  5. Duduk diantara dua khutbah dengan qadar melebihi tumakninah dalam salat.
  6. Muwalat/mengiringi diantara dua rukun khutbah.
  7. Muwalat antara rukun khutbah dan sholat
  8. Rukun khubah dibaca dengan bahasa Arab.
  9. Rukun khutbah didengar oleh 40 jamaah
  10. Khutbah jumat dilaksanakan pada waktu zuhur.

Selain syarat di atas, untuk menjadi khatib harus laki-laki. Seperti yang tertulis dalam redaksi kitab Hasyiah Qalyubi.

Syarat ini juga berlaku pada salat dua hari raya yang juga ada khutbahnya, sehingga tidak sah jumat jika perempuan menjadi khatib. Sebagaimana nukilan kitab hasyiah qalyubi juz 1 hal 322

ويشترط كون الخطيب ذكرا أو كونه تصح إمامته للقوم كما قاله شيخنا الرملي واعتمده شيخنا الزيادي الى ان قال وشرط الذكورة جار في سائر الخطب كالإسماع والسماع وكون الخطبة عربية

“disyaratkan khatib seorang laki-laki atau dia orang yang sah dijadikan sebagai imam, sebagai mana pendapat syaikhuna Ramli yang dijadikan pedoman syaikhuna Ziyad, sehingga syarat ini juga berlaku untuk syarat khutbah yang lain seperti memperdengarkan dan didengar oleh jamaah dan berbahasa Arab”

Tatacara khutbah jumat

Untuk menjadi seorang khatib ada beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk menjaga hal-hal ganjil di atas mimbar.

Hal utama itu adalah mental. Sehendaknya seorang khatib harus paham betul setiap syarat dan rukun khutbah. Untuk menjadi khatib bukanlah sembarangan orang, khatib harus paham ilmu agama dan mampu menjaga adab serta mengkonsisikan keadaan lingkungan khutbah.

Pelaksanaan khutbah di berbagai daerah tidak jauh berbeda dengan lainnya. Berikut ini tatacara yang sunah

  1. khatib yang sudah tiba duduk dalam masjid dan melaksanakan salat sunat.
  2. Khatib naik ke atas mimbar atau tempat yang lebih tinggi dan mengucap salam, anjuran mengucap salam ini ada dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah “sesungguhnya Nabi Shallaahu alaihi wa sallah jika naik mimbar membacakan salam
  3. Kemudian muazzin mengumandangkan azan ke dua. Saat azan dikumandangkan khatib duduk mendengarkan sambil mengulang bacaan azan. Setelah selesai azan, khatib berdiri dan membacakan rukun khutbah.
  4. Sebelum membacakan dua rukun khutbah, adatnya ada nasehat yang disampaikan oleh khatib tentang ajakan-ajakan untuk taat kepada Allah atau kisah inspiratif ulama terdahulu.
  5. Selesai itu khatib membacakan rukun khutbah yang pertama.
  6. Kemudian duduk sejenak diantara rukun pertama dan kedua.
  7. Terakhir membacakan rukun khutnah yang kedua.
  8. Dalam membaca rukun khutbah khatib disunatkan memegang tongkat atau semisalnya.
  9. Dalam membacakan khutbah khatib harus tenang, tidak emosi dan durasi jangan panjang
  10. Khutbah yang dibacakan haru jelas dan lantang, agar para jamaah mendengarkan khutbah.

Contoh khutbah jumat

Assalamuaalaikum warohmatullahi wa barokatuh…

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah atas segala rahmat dan nikmat yang telah diberikan kepada kita. Shalawat dan salam atas keharibaan Nabi Muhammad, begitu pula untuk keluarga dan sahabatnya. Dalam kesempatan ini khatib ingin mengajak kita semua untuk mengenal lebih dekat manusia pilihan yang menjadi kekasih Allah.

Hadirin sidang jamaah Jumat yang dirahmati Allah.

Dalam Alquran surat Al Imran ayat 81 Allah telah memberikan gambaran dan ciri-ciri nabi akhir zaman yang akan menjadi pimpinan nabi-nabi sebelumnya.

وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ النَّبِيّٖنَ لَمَآ اٰتَيْتُكُمْ مِّنْ كِتٰبٍ وَّحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهٖ وَلَتَنْصُرُنَّهٗ ۗ قَالَ ءَاَقْرَرْتُمْ وَاَخَذْتُمْ عَلٰى ذٰلِكُمْ اِصْرِيْ ۗ قَالُوْٓا اَقْرَرْنَا ۗ قَالَ فَاشْهَدُوْا وَاَنَا۠ مَعَكُمْ مِّنَ الشّٰهِدِيْنَ

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, “Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.” Allah berfirman, “Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?” Mereka menjawab, “Kami setuju.” Allah berfirman, ”Kalau begitu bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu.”

Rasul yang dimaksudkan di atas adalah Nabi Muhammad, yang kelak menjadi Rasul akhir zaman. Dalam ayat ini pula Allah meminta kesaksian kepada Rasul terdahulu untuk mengimani Nabi Muhammad sebagai Rasul yang menyempurnakan ajan rasul sebelumnya.

Hadirin sidang jamaah Jumat yang dirahmati Allah.

Dalam surat Al a’raf ayat 157 Allah juga memperkenalkan Nabi Muhammad kepada Nabi Musa Alaihis salam.

اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهٰىهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰۤىِٕثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ وَالْاَغْلٰلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْۗ فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِهٖ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ مَعَهٗٓ ۙاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung.

Hadirin sidang jamaah Jumat yang dirahmati Allah.

Dari dua ayat di atas dapat kita ambil pemahaman bahwa Allah sedari dulu telah memperkenalkan salah satu manusia termulia yang diangkat menjadi kekasihNya kepada Nabi terdahulu dan menjadi tugas bagi mereka untuk memperkenalkan kepada umat. Sehingga kabar ini menjadi kabar gembira bagi umat akhir zaman.

Sungguh betapa beruntungnya kita ditakdirkan menjadi umat Nabi Muhammad, maka dari itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengenal lebih dekat kepada Rasulllah, mari dalam momentum maulid ini kita perbanyak Shalawat dan membaca kitab atau buku yang menjelaskan lebih detil sirah nabawiyah.

Bacaan khutbah pertama.

– اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَهُ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَ لَهُ الْمُلْكُ كُلُّهُ وَ بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ وَ إِلَيْهِ يَرْجِعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِيْ ذَاتِهِ وَ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَخْلُوْقَاتِهِ

أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الْمُقْتَدِيْنَ بِهِ فِيْ كُلِّ حَالَاتِهِ-

فَيَا عِبَادَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَالزَّادِ التَّقْوَى –

فَقَالَ اللهُ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ : لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Bacaan khutbah kedua

اَلحمْدُ للهِ حَمْدًا كما أَمَرَ.وأَشْهدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ إِرْغامًا لِمَنْ جَحَدَ بِه وكَفَرَ. وأَشْهَدُ أَنَّ سَيّدَنا محمَّدًا عَبدُهُ ورسُولُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ.

اللَّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنا على عَبْدِكَ ورَسُولِك محمَّدٍ وآلِه وصَحْبِه مَااتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ.

( أمّا بعدُ ) فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تعالى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وما بَطَنَ وحافَظُوا على الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ.

فَقالَ تعالى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَة ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسلمينَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ. ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا. وَاجْعَلِ اللَّهمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ. اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلمُسلِمينَ والمُسلماتِ والمُؤْمنينَ والمُؤْمِناتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً وقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَكْبَرُ

Penutup

Dengan memahami tata tertib pelaksanaan jumat baik rukun khutbah dan salatnya, terlebih bagi siapa saja yang menjadi khatib, haruslah dengan tanggung jawab penuh. Supaya ibadah yang khusun ini menjadi sah dan diterima oleh Allah. Amin.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *