Kumpulan Khutbah Idul Fitri

Musibah global yang tengah terjadi satu tahun terakhir ini mengharuskan umat manusia untuk melakukan banyak hal di dalam rumah, tak terkecuali salat Idulfitri. Sehingga, tiap rumah dengan penghuni muslim di dalamnya mendadak memiliki khatib untuk memberikan khutbah Idul Fitri.

Penyampaian khutbah Idul Fitri dihukumi sunah dan boleh ditiadakan jika tidak ada yang memiliki kemampuan menyampaikan khotbah di antara para jamaah. Meski demikian, banyak yang merasa janggal melewatkan ritual ibadah ini karena sudah terbiasa dengannya.

Idulfitri berikutnya akan datang seiring dengan makin dekatnya bulan Ramadan. Tak ada yang tahu dengan pasti apakah umat muslim masih akan menyambutnya dari dalam rumah atau keadaan sudah membaik dan kita bisa mendatangi masjid dengan berombongan sebagaimana biasanya.

Meski terdengar cukup menyedihkan, kamu tetap harus mempersiapkan segala skenario yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, Hasana.id mengumpulkan beberapa khutbah Idul Fitri dalam artikel kali ini untuk turut membantumu menyiapkan hari raya terbaik.

Di antara naskah yang akan kamu temukan dalam artikel ini adalah khutbah Idul Fitri yang sedih tentang orang tua dan khotbah mengenai Corona.

Kamu juga akan membaca teks khotbah yang berkaitan dengan situasi di tahun-tahun lalu tetapi masih terasa tepat sasaran dengan keadaan tahun ini. Namun, mari simak tata cara khutbah Idul Fitri terlebih dahulu.

Rangkaian Penyampaian Khutbah Idul Fitri

Khotbah Pertama

  1. Menghadap jamaah
  2. Memberi salam
  3. Melafalkan takbir ‘Allahu Akbar’ 9 kali
  4. Mengucap hamdalah ‘alhamdulillah…’
  5. Melafalkan selawat nabi ‘Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad…’
  6. Melafalkan wasiyyat bit taqwa uushiikum wa iyyaaya bi taqwallah…
  7. Menyampaikan sedikit nasihat ketakwaan, utamanya perihal keutamaan zakat fitrah
  8. Membaca salah satu ayat Al-Qur’an
  9. Menutup khutbah Idul Fitri pertama dengan membaca ‘baarakallaahu lii wa lakum, wa nafa’anii wa iyyaakum…

Khotbah Kedua

  1. Melafalkan takbir ‘Allahu Akbar’ 7 kali
  2. Mengucap hamdalah ‘alhamdulillah…’
  3. Melafalkan selawat nabi ‘Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad…’
  4. Melafalkan wasiyyat bit taqwa uushiikum wa iyyaaya bi taqwallah…
  5. Membaca salah satu ayat Al-Qur’an, terutama bila belum dilakukan pada khotbah pertama
  6. Mengucapkan doa mohon ampun untuk umat muslim ‘Allaahummaghfir lil muslimiina wal muslimaat…
  7. Membaca doa kebaikan dunia dan akhirat ‘Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah…
  8. Menutup khutbah Idul Fitri kedua dengan membaca ‘’ibaadallah, innallaaha ya’murukum bin ‘adli wal ihsaan…’
  9. Memberi salam.

Sekarang, mari simak kumpulan khutbah Idul Fitri berikut ini!

Khutbah Idul Fitri tentang Corona

Khotbah I

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ للهُ أَكْبَرُ، الهُ  أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُاللهُ أَكْبَرُاللهُ أَكْبَرُ

الله أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً،  لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ.أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَأَشْهَدٌ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِي اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ.

اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. أَمَّا بَعْدُ.

فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، قالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar.

Allaahu akbar kabiiraa wal hamdulillaahi katsiiraa wa subhaanallahi bukrataw wa ashiilaa, laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, allaahu akbar wa lillaahil-hamd.

Alhamdulillaahil ladzii ja’ala lil muslimiina ‘iidal-fithri ba’da shiyaami ramadhaana. Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulkul-‘azhiimul akbar, wa asyhadu anna sayyidanaa muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhusy-syaafi’u fil mahsyar nabiyya qad ghafarallaahu lahu maa taqaddama min dzanbihi wa maa ta-akhkhar.

Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad, wa ‘ala aalihi wa ash-haabihil-ladziina adzhaba ‘anhumur-rijsa wa thahhar. Ammaa ba’d.

Fayaa ‘ibaadallaahi ittaquullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun, qaalallaahu ta’aalaa fii kitaabihil-kariim:

A’uudzubillaahi minasy-syaithaanir-rajiim. Bismillaahir-rahmaanir-rahiim.

Yaa ayyuhalladziina aamanuttaqullaaha wa quuluu qaulan sadiidaa. Yushliḥ lakum a’maalakum wa yaghfir lakum dzunuubakum, wa may yuthi’illaaha wa rasuulahuu fa qad faaza fauzan ‘azhiimaa.

Hadirin, Hadirat, jamaah Idulfitri yang dimuliakan oleh Allah Swt.,

Pada hari ini, umat muslim berada di Hari Kemenangan setelah satu bulan penuh menjalani salah satu ujian dari Allah Swt. untuk dapat meneguhkan keimanan, ketakwaan, kesabaran, keistiqomahan, dan ketaatan dalam rangka mengabdikan diri kepada Sang Pencipta.

Hadirin, Hadirat, jamaah salat Idul fitri yang dimuliakan oleh Allah Swt.,

Pada saat ini juga, umat manusia sedang berada dalam situasi wabah yang disebabkan oleh virus Corona – Covid-19. Hal ini kini menjadi suatu keresahan dan ancaman yang mendunia. Terciptalah sebuah pola pikir, tradisi, dan cara menjalani hidup yang berbeda.

Hal ini berdampak pula pada tata cara beribadah, bergaul dengan sesama, dan berkomunikasi dengan yang lain, kesemuanya mengalami perubahan. Umat manusia diharuskan stay at home dan mengerjakan segala pekerjaan di rumah serta tidak banyak bergerombol dengan karib kerabat pada umumnya.

Fenomena ini menuntut umat muslim untuk menciptakan satu tradisi yang positif dan selalu berpikir jernih, termasuk di antaranya adalah berpikir moderat dalam menyikapi segala perkara.

Salah satu di antara perkara itu adalah kehidupan milenial dengan segala kecanggihan teknologi yang sedang umat manusia jalani saat ini. Hal tersebut menjadi salah satu wasilah untuk menyambung penghidupan seluruh orang di tengah wabah akibat virus Corona ini.

Maka dari itu, perlu diketahui bahwa kemajuan teknologi merupakan bagian dari olah pikir manusia. Jika penggunaannya tidak dibersamai dengan akhlak mulia dan sikap arif, serba kecanggihan ini amat mungkin mendatangkan kehancuran.

Akan tetapi, teknologi yang dimanfaatkan dengan cara yang arif dan bijak akan dapat menghantarkan umat muslim sebagai wasilah pada amal-amal saleh, yaitu tercapainya keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi.

Oleh karena itu, mari bersama-sama bersikap sabar atas ujian yang diberikan oleh Allah Swt. Semoga Yang Mahakuasa memberikan keringanan pada hamba-hamba-Nya.

Wa bil imtihaani yukromul mar-u au yuhaanu.

Dengan ujian, seseorang akan dimuliakan atau dihinakan.”

Sesungguhnya, dengan ujian itu, Allah Swt. akan memberikan kemuliaan bagi hamba-Nya. Atau sebaliknya, orang-orang yang tidak tabah dan sabar atas ujian tersebut akan menjadi lebih hina dari kondisi sebelumnya.

Sampai di sini khutbah Idul Fitri yang dapat saya sampaikan. Semoga umat muslim mendapatkan barakat dari Allah Swt.

Baarakallahu lii wa lakum fil qur’aanil ‘azhiim, wa nafa’anii wa iyyakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim, wa taqabbala minni wa minkum tilaawatahu, innahu huwas-samii’ul bashiir.

Khotbah II

اللهُ اَكْبَرْ (٣×) اللهُ اَكْبَرْ (٤×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ .اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيِنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدَ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا اتَّقُوا الله. قال الله تعالى: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. اَلَّلهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Allaahu akbar (3x) Allaahu akbar (4x) Allaahu akbar kabiiraa wal-hamdulillaahi katsiiraa wa subhaanallaahi bukrataw wa ashiilaa, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, allaahu akbar wa lillaahil-hamd.

Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin, asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullah.

Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihi ajma’iin. Ammaa ba’d: yaa ayyuhan-naasut-taqullaah.

Qaalallaah ta’aalaa: a’uudubillaahi minasy-syaithaanir-rajiim, yaa ayyuhal-ladziina aamanuttaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.

Allaahummaghfir lil muslimiina wal muslimaati wal mu’miniina wal mu’minaati al-ahyaa-i minhum wal amwaat.

Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanataw wa fil-aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaaban-naar. Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa il-lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal-khaasiriin.

‘Ibaadallah! Innallaaha ya’muru bil-‘adli wal-ihsaanin iitaa-i dzil-qurbaa wa yanhaa ‘anil-fahsyaa-i wal-munkari wal-baghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruun, wadzkurullaahal-‘azhiima wadzkurkum wasykuruuhu ‘alaa ni’amihi yazidkum wa ladzikrullaahi akbar.

Khutbah Idul Fitri tentang Orang Tua

Khotbah I

بسم الله الرحّمان الرّحيم

الله اكبر( 9x )   ولله الحمد

اَلحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىَ انْزَلَ شَهْرَ رَمَضاَنَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

اَشْهَدُ اَنْ  لاَ الَهَ الاَّ اللهُ

وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَلَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى محمّد عَبْدِكَ وَ رَسُولِكَ وَعَلَى آَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ: أَمَّابَعْدُ

فَيَا اَيُّهَ المُحَضِرُوْنَ : اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْن

قَالَ الله تَعَلَي فِي الكِابِ الكَارِمِ:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا

صَدَّقَ اللهُ الْعَظِمَ وَ صَدَّقَ رَسُوْلُ اللهِ الْكَرِمَ

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Allaahu akbar (9 x) wa lillaahil-hamd

Alhamdulillaahil-ladzin-zala syahra ramadhaanal-ladzii unzila fiihil-qur-aanu hudal-linnaasi wa bayyinaatin minal-hudaa wal-furqaan. Asyhadu anlaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh

Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa Muhammad ‘abdika wa rasuulika wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihi ajma’iin: ammaa ba’d

Fayaa ayyuhal-muhadhiruun: ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun

Qaalalaa ta’aalaa fil-kitaabil-kariim:

Wa washshainal-insaana bi waalidaihi husnaa

Shaddaqallaahul-‘azhiim wa shaddaqa rasuulullaahil-kariim

Hadirin, Hadirat, jamaah Idul fitri yang dimuliakan oleh Allah Swt.,

Segala pujian dan rasa syukur hanya untuk Allah Swt. yang sudah memberikan karunia kepada umat manusia dengan menurunkan Al-Qur’an sebagai panduan dan pembeda antara yang benar dan salah.

Salam dan selawat senantiasa untuk yang mulia Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau.

Allah Swt. berfirman dalam surah al-Ankabut ayat 8:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حُسْنًا وَإِن جَٰهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَآ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Wa washshainal-insaana biwaalidaihi ḥusnaa, wa in jaahadaaka litusyrika bii maa laisa laka bihii ‘ilmun fa laa tuthi’humaa, ilayya marji’ukum fa unabbi-ukum bimaa kuntum ta’maluun.

Artinya:

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Maka dari itu, judul khutbah yang akan disampaikan di pagi hari ini ialah: BERBAKTI TERHADAP ORANG TUA.

Allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, walillaahil-hamd.

Hadirin, Hadirat, jamaah Idulfitri yang dimuliakan oleh Allah Swt.,

Kita sering menemukan kata ‘Kami’ dalam Al-Qur’an yang digunakan Allah Swt. untuk menyebut entitas-Nya. Dalam pemahaman orang Indonesia, kata itu bermakna ‘Sang Pencipta bersama yang lainnya’.

Berdasarkan para ahli tafsir, kata ‘Kami’ tersebut Allah Swt. gunakan dalam Al-Qur’an karena Sang Khalik hendak mengangkat derajat dan memberi kemuliaan pada makhluk ciptaan-Nya yang bertugas menjadi perantara, seperti orang tua, contohnya.

Dengan perantara orang tualah Allah Swt. memberikan kasih sayang dan karunia-Nya kepada umat manusia. Sembilan bulan sosok ibu mengandung sepenuh cinta dan doa. Walaupun ia belum pernah melihat anaknya, ibu rela mengorbankan seluruh tenaga dan harta, berpeluh-payah untuk melahirkan.

Ini dia makna karunia yang sesungguhnya yang Allah Swt. limpahkan untuk saya dan para jamaah sekalian melalui tangan ibu dan ayah. Oleh karenanya, Sang Pencipta mengingatkan hamba-Nya dalam ayat yang lain, yaitu surah Luqman ayat 14:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Wa washshainal-insaana biwaalidaiih, ḥamalat-hu ummuhuu wahnan ‘alaa wahniw wa fishaaluhuu fii ‘aamaini anisykur lii wa liwaalidaiik, ilayyal-mashiir.

Artinya:

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.”

Orang tua menyambut gembira jerit tangis lahirnya sang anak. Ibu amat menyayangi buah hatinya. Beliau menyuapi, membersihkan kotoran, menyelimuti, dan senantiasa mendekap ketika anaknya sakit. Ibu ikut merintih menahan perih saat putra/putrinya kesakitan.

Namun, bila anaknya berseri-seri dan sehat, ia merasa dunia dan sepenuh isinya turut bahagia pula.

Hadirin, Hadirat, jamaah Idulfitri yang dimuliakan Allah Swt.,

Seorang wanita dan dua anaknya yang kelaparan pernah bertamu kepada Ummul Mu’minin ‘Aisyah r.a. Qadarullah, hanya tiga buah kurma yang ada dalam kepemilikan istri Rasulullah saw. tersebut. Ketiganya beliau ra. berikan pada tamu-tamunya itu.

Setelah membagi rata, satu kurma per orang, dan anak-anaknya memakan habis bagian mereka, dilihatnya ibunya tengah membawa satu kurma lagi yang belum dimakan.

Sang ibu, yang tidak tega memandang tatapan kelaparan kedua buah hatinya, membagi dua kurma bagiannya dan memberikannya pada anak-anaknya. Tak ada lagi sisa, sang ibu memilih untuk tidak memakan bagian miliknya.

Sehingga, tidak mengherankan mengapa Rasulullah saw. mengatakan hingga tiga kali bahwa ibu adalah orang yang layak menerima bakti anaknya. Begitu Nabi Muhammad saw. mengajari kaum muslimin agar memuliakan sosok ibu.

Demikian besar peran ibu sebagai perantara datangnya karunia Sang Pencipta pada hamba-Nya. Bahkan, terdapat sebuah teori yang mengatakan bahwa peradaban bermula dari peran sesosok ibu.

Saat belum dikenalnya bercocok tanam dalam peradaban, laki-laki bertugas mencari penganan dengan berburu, sementara perempuan tinggal di gua untuk menjaga keturunan mereka. Suatu ketika, sang anak menangis karena lapar, padahal yang melakukan perburuan belum juga kembali.

Si perempuan kebingungan, lantas mengedarkan pandangan ke sekitar gua dan mendapati tanaman semacam umbi-umbian tumbuh di tempat terakhir ia mencabutnya. Diambilnya umbi-umbian tersebut untuk memberi makan anaknya.

Perempuan itu akhirnya berpikir untuk menanam umbi-umbian yang sama di sekitar tempat tinggal mereka. Mulai saat itu, terciptlah peradaban dengan sistem ketahanan pangan berbasis pertanian.

Jamaah Idulfitri yang dirahmati Allah Swt.,

Itu sebabnya Allah Swt. turut murka saat ada hamba yang tak berbakti pada orang tuanya. Rasulullah saw. bersabda:

فَمَنْ اَرْضَي وَالِدَيْهِ فَقَدْ اَرْضَي خَالِقَهُ وَمَنْ اَسْخَطْ وَالِدَيْه فَقَد اَسْخَطْ خَالِقَهُ

Faman ardhaa waalidaihi faqad ardhaa khaaliqahu wa man askhath waalidaiih faqad askhath khaaliqah.

Artinya:

“Maka barang siapa meridakan dua orang tuanya, maka sungguh dia telah meridakan  Penciptanya, dan barang siapa memurkakan dua orang tuanya, maka dia sungguh telah memurkakan Penciptanya.”

Lebih jauh lagi, Rasulullah saw. menyebutkan bahwa mendurhakai orang tua adalah salah satu dari empat dosa besar.

الْكَبَائِرُ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَالْيَمِينُ الْغَمُوسُ

Alkabaa-irul-isyraaku billaahi wa ‘uquuqul-waalidaini wa qatlun-nafsi wal yamiinul-ghamuus.

Artinya:

“Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa, dan sumpah palsu.”

Setiap orang tua menginginkan kesalehan bagi anak-anaknya, tetapi tidak banyak orang yang menyadari hal tersebut. Yang terjadi justru makin maraknya fenomena anak yang menghancurkan hati orang tuanya.

Demikian khutbah Idul Fitri di pagi ini. Semoga saya dan para jamaah Idul fitri yang dimuliakan Allah Swt. termasuk ke dalam golongan orang yang diberi kecerdasan dengan memuliakan orang tua. Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِئ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ اَنِ الْعَظِمَ

وَنَفَعَنِئ وَ أِيَكُم بِا لاَيَاتِ وَالْذِّكْرِ الْحَكِيْمَ

وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَ اَنْتَ خَيْرٌ الَّحِمِيْنَ

Baarakallaahu lii wa lakum fil-qur-aanil-‘azhiim, wa nafa’anii wa iyakum bil aayaati wadz-dzikril-hakiim, wa qur-rabighfir warham wa anta khairul-lahimiin.

Khotbah II

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَللهِ الْحَمْدُ.

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ اْلأَعْيَادَ بِالأَفْرَاحِ وَالسُّرُوْرِ وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيْلَ اْلأُجُوْرِ، فَسُبْحَانَ مَنْ حَرَّمَ صَوْمَهُ وَأَوْجَبَ فِطْرَهُ وَحَذَّرَ فِيْهِ مِنَ الْغُرُوْرِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فَهُوَ أَحَقُّ مَحْمُوْدٍ وَأَجَلُّ مَشْكُوْرِ. أَشْهَدُ أَنَّ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً يَشْرَحُ اللهُ لَهَا لَنَا الصُّدُوْرَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِىْ أَقَامَ مَنَارَ اْلإِسْلاَمِ بَعْدَ الدُّثُوْرِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّابَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ. فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِىِّ الْكَرِيْمِ. وَقَالَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ؛ إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تسْلِيْمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى أٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأْ َمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اللّٰهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَنَا أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمَشْرِكِيْنَ، وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ اكْفِنَا شَرَّ الظَّالِمِيْنَ وَاكْفِنَا شَرَّ الْحَاسِدِيْنَ. وَاكْفِنَا شَرَّ مَنْ يُؤْذِيْنَا وَأَهْلِكْ مَنْ أَرَادَنَا بِالسُّوْءِ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. وَاْلحَمْدُ لله رَبِ اْلعالميْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar. Allaahu akbar kabiiraa, wal-hamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukrataw wa ashiilaa, laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar, allaahu akbar, wa lillaahil-hamd.

Alhamdulillaahil-ladzii ja’alal-a’yaada bi afraahi was-suruuri wa dhaa’afa lil muttaqiina jaziilal-ajuur, fa subhaana man harrama shaumahu wa aujaba fithrahu wa hadzdzara fiihi minal-ghuruur, ahmadahu subhaanahu wa ta’aalaa fa huwa ahaqqu mahmuudin wa ajallu masykuur. Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu syahaadatan yasyrahullaahu lahaa lanash-shuduur, wa asy-hadu anna sayyidanaa wa nabiyyanaa muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluhul-ladzii aqaama manaaral-islaami ba’dad-dutsuur.

Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi shalaatan wa salaaman daa-imaini mutalaazimaini ilaa yaumil-ba’tsi wan-nusyuur. Ammaa ba’d.

Fayaa ayyuhan-naasut-taqullaaha ta’aalaa wa’lamuu anna yaumakum haadzaa yaumun ‘azhiim. Fa aktsiruu minash-shalaati ‘alan-nabiyyil-kariim. Wa qaala ta’aalaa fii kitaabihil-kariim. Innallaaha wa malaa-ikatahuu yushalluuna ‘alan-nabiyyi yaa ayyuhal-ladziina aamanuu shalluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa. Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa sayyidinaa muhammadin sayyidil-mursaliina wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihii wat-taabi’iina wa taabi’it-taabi’iina wa taabi’iihim bi ihsaanin ilaa yaumid-diin.

Warhamnaa ma’ahum bi rahmatika yaa arhamar-raahimiin.

Allaahummaghfir lil muslimiina wal-muslimaati wal-mu’miniina wal-mu’minaatil-ahyaa-i minhum wal-amwaat, innaka samii’un qariibun mujiibud-da’awaat. Allaahumman-shur man nasharad-diina wakh-dzul man khadzalal-muslimiina wa dammir a’daa-anaa a’daa-ad-diini wa ahlikil-kafarata wal-mubtadi’ata wal-masyrikiin, wa a’li kalimaatika ilaa yaumid-diin. Allaahummak-finaa syarrazh-zhaalimiina wak-finaa syarral-haasidiin. Wak-finaa syarra man yu’dziinaa wa ahlik man araadanaa bis-suu-i yaa arhamar-raahimiin. Rabbanagh-firlanaa wa li-ikhwaaninaal-ladziina sabaquunaa bil-iimaani wa laa taj’al fii quluubinaa ghillan lilladziina aamanuu rabbanaa innaka ru-uufur rahiim.

Walhamdulillaah rabbil’aalamiin.

‘Ibaadallaah, innallaaha ya’muru bil-‘adli wal-ihsaani wa iitaa-i dil-qurbaa wa yanhaa ‘anil-fahsyaa-i wal-munkari wal-baghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruun. Fadzkurullaahal-‘azhiima yadzkurkum, wasykuruuhu ‘alaa ni’amihi yazidkum wa-aluuhu min fadhlihi yu’thikum wa ladzikrullaahi akbar.

Khutbah Idul Fitri 2019: Bermaafan sebagai Selebrasi Perbedaan

Khotbah I

اللهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ للهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَتَمَّ لَنَا شَهْرَ الصِّيَامِ، وَأَعَانَنَا فِيْهِ عَلَى الْقِيَامِ، وَخَتَمَهُ لَنَا بِيَوْمٍ هُوَ مِنْ أَجَلِّ الْأَيَّامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الواحِدُ الأَحَدُ، أَهْلُ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ إلَى جَمِيْعِ الْأَنَامِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ التَّوْقِيْرِ وَالْاِحْتِرَامِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.  أَمَّا بَعْدُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ

Allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, Allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, Allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, walillahil-hamd.

Alhamdulillaahil-ladzii atamma lanaa syahrush-shiyaam, wa a’aananaa fiihi ‘alal-qiyaam, wa khatamahu lanaa bi yaumin huwa min ajallil-ayyaam, wa nasyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, waahidu ahad, ahlul-fadhli wal-in’aam, wa nasyhadu anna sayyidanaa wa nabiyyanaa muhammadan rasuulullaahi ilaa jamii’il-anaam, shallallaahu wa sallama wa baaraka ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihi ahlit-tauqiiri wal-ihtiraam, wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid-diin. Ammaa ba’d.

Yaa ayyuhan-naasu au shiikum wa iyyaaya bi taqwallaahi faqad faazal-muttaquun. Qaala ta’aalaa: yaa ayyuhal-ladziina aamanuttaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun. Yaa ayuuhal-ladziina aamanut-taqullaahu wa quuluu qaulan sadiidaa. Yushlih lakum a’maalakum, wa yaghfir lakum dzunuubakum, wa man yuthi’illaaha wa rasuulahu faqad faaza fauzan ‘azhiimaa.

Allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, wa lillaahil-hamd.

Jamaah salat Idul fitri yang dirahmati Allah Swt.,

Agama Islam diturunkan ke dunia dengan banyak tujuan, salah satunya adalah menjaga ukhuwah antarmanusia yang hidup dalam perbedaan. Allah Swt. berfirman dalam surah Hud ayat 118:

وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ

Walau syaa-a rabbuka laja’alan-naasa ummataw waaḥidataw wa laa yazaaluuna mukhtalifiin.

Artinya:

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat,

Kitab tafsir Ath-Thabari menceritakan bahwa Rasulullah saw. suatu kali pernah amat mengharapkan keimanan dari semua umat manusia di seluruh dunia. Beliau saw. sangat ingin semuanya mengimani kenabian dan kerasulannya.

Akan tetapi, Allah Swt. seketika itu juga mengingatkan tugas Rasulullah sebagai mubasysyir (pembawa kabar gembira) dan mundzir (pembawa peringatan) atas umat manusia. Tak seorang pun, bahkan sang nabi sendiri, yang sanggup memaksa orang lain untuk memiliki kadar keimanan yang setara.

Surah Yunus ayat 99 mengabadikan firman Allah Swt. berikut.

وَجَٰوَزْنَا بِبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱلْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُۥ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّىٰٓ إِذَآ أَدْرَكَهُ ٱلْغَرَقُ قَالَ ءَامَنتُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱلَّذِىٓ ءَامَنَتْ بِهِۦ بَنُوٓا۟ إِسْرَٰٓءِيلَ وَأَنَا۠ مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

Wa jaawaznaa bibanii israa-iilal-baḥra fa atba’ahum fir’aunu wa junuuduhuu bagyaw wa ‘adwaa, ḥattaa idzaa adrakahul-garaqu qaala aamantu annahuu laa ilaaha illalladzii aamanat bihii banuu israa-iila wa ana minal-muslimiin.

Artinya:

Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Firaun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: ‘Saya percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan Ilah yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’”

Jamaah salat Idulfitri yang dirahmati Allah Swt.,

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. meminta pamannya, Abu Thalib, untuk memeluk Islam di saat-saat terakhirnya.

Kemudian, Allah Swt. mengingatkan utusan-Nya tersebut bahwa hanya Zat-Nya-lah yang memiliki hak untuk memberi hidayah, seperti yang direkam dalam surah al-Qashash ayat 56.

إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Innaka laa tahdii man aḥbabta wa laakinnallaaha yahdii may yasyaa`, wa huwa a’lamu bil-muhtadiin.

Artinya:

Sesungguhnya, kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

Jamaah salat Idulfitri yang dirahmati Allah Swt.,

Kalam-kalam Allah Swt. tersebut dimaksudkan-Nya untuk menegaskan bahwa perbedaan adalah suatu keniscayaan, dan kita tidak boleh memaksakan agar keseragaman berlaku dalam hal apa pun. Jika harus bersikap, hadapi ketidakseragaman tersebut dengan menganggapnya sebagai karunia.

Dalam bermuamalah atau berhubungan dengan sesama manusia, Islam mengenalkan dua prinsip yang harus dijadikan prioritas, yakni al-‘adl (berlaku adil) dan al-ihsan (berbuat baik), seperti yang telah dituliskan dalam surah an-Nahl ayat 90.

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Innallaaha ya`muru bil-‘adli wal-iḥsaani wa iitaa-i dzil-qurbaa wa yan-haa ‘anil-faḥsyaa-i wal-mungkari wal-bagyi ya’idzukum la’allakum tadzakkaruun.

Artinya:

Sesungguhnya, Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Ayat ini sudah dibaca oleh para khatib dalam tiap khotbah Jumat sejak lebih dari seribu tiga ratus tahun yang lalu.

Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz r.a. yang menginstruksikan demikian untuk mengganti budaya mencaci maki dalam khotbah yang berlangsung setelah perang saudara pecah sejak kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib r.a. berakhir.

Setelah instruksi khalifah ‘Umar r.a. turun, hilanglah ujaran-ujaran yang mengandung kebencian dan permusuhan.

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ

Allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, wa lillaahil-hamd.

Jamaah salat Idulfitri yang dirahmati Allah Swt.,

Dalam kitab At-Tahrir wa at-Tanwir, Syekh Muhammad Ath-Thahir bin Asyur menyatakan bahwa ayat ke-90 surah an-Nahl ini adalah inti dari syariat Islam.

Hal tersebut diamini oleh Syekh Izzudin bin Abdis Salam yang menuturkan bahwa kalam Allah Swt. tersebut merupakan tonggak dasar dari semua hukum dan fikih dalam Islam.

Memberi kepada kaum kerabat’ juga disebutkan sebagai pengingat untuk selalu mendahulukan orang terdekat dalam memberikan bantuan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah orang tua, anggota keluarga, dan tetangga yang dekat secara fisik.

Poin berikutnya adalah dilarang-Nya manusia melakukan kerusakan yang membahayakan, tidak hanya bagi orang lain, tetapi juga dirinya sendiri.

Contohnya adalah membunuh, mencuri, mabuk-mabukan, dan hal lain yang termasuk ke dalam tindakan sewenang-wenang dalam berinteraksi dengan sesama ciptaan-Nya. Perbuatan yang mengikuti hawa nafsu ini adalah bagian dari budaya orang Arab jahiliah sebelum diutus-Nya Rasulullah saw.

Pada masa itu, mereka terkenal amat setia dengan kabilahnya. Namun, karena jahil (bodoh)-nya, kesetiaan tersebut diusung dengan tindak kekerasan dan ujaran kebencian. Hanya karena berbeda klan, persamaan derajat antar manusia seolah tak dianggap.

Islam kemudian datang untuk memperbaiki kebiasaan buruk itu. Allah Swt. juga mengutus Rasulullah saw. sebagai contoh pelaku kehidupan yang baik dan sabar. Dikisahkan, Nabi Muhammad saw. dizalimi oleh orang-orang kafir Quraisy. Berbagai tindak aniaya pun pernah beliau saw. terima.

Namun, Rasulullah saw. tidak membalasnya. Para sahabat yang juga merasakan darahnya mendidih melihat kezaliman itu pun diredam amarahnya oleh sang nabi. Dikatakan oleh manusia mulia ini agar mereka bersabar, seperti yang sudah diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Salim Abu an-Nadhr r.a.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَسَلُوا اللَّهَ تَعَالَى الْعَافِيَةَ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلَالِ السُّيُوفِ

Yaa ayyuhannaasu laa tatamannau liqaa-al-‘aduwwi wa salullaaha ta’aalal-‘aafiyata fa idzaa laqiitumuuhum fashbiruu wa’lamuu annal-jannata tahta zhilaalis-suyuuf.

Artinya:

Wahai manusia, janganlah kalian berharap bertemu dengan musuh, dan mohonlah keselamatan kepada Allah Ta’ala. Apabila kalian telah bertemu dengan mereka, maka bersabarlah, dan ketahuilah bahwa surga di bawah naungan pedang.

Allah Swt. menurunkan Al-Qur’an di tengah bangsa Arab jahiliah dengan kondisi yang mengedepankan emosi dan hawa nafsu. Oleh karenanya, larangan berbuat aniaya dan kerusakan disebutkan dengan khusus dalam an-Nahl: 90.

Jamaah salat Idul fitri yang berbahagia,

Islam mengakui perbedaan, tetapi juga mengajarkan pemeluknya untuk menghargai ketidakseragaman itu. Tradisi saling meminta maaf serta memaafkan sudah membudaya di hari Idulfitri ini, dan ini adalah kesempatan yang amat baik untuk kembali menjalin ukhuwah yang mungkin sempat meregang.

Demikian khutbah Idul Fitri pagi ini. Selama Hari Raya Idul fitri, mohon maaf lahir dan batin.

تقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ عِيْدِنَا، وَأَعِدْهُ عَلَينَا أَعْوَامًا عَدِيْدَةً أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ  جَعَلَنَا اللهُ  وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبوْلِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. وَاَقوْلُ قوْلِى هَذَا، وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، فَاسْتغْفِروهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Taqabbalallaahu minnaa wa minkum. Allaahumma baariklanaa fii ‘iidinaa, wa a’id-hu ‘alainaa a’waaman ‘adiidatan:

A’uudzubillaahi minasy-syaithaanir-rajiim. Yaa ayyuhannaasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wa untsaa wa ja’alnaakum syu’uuban wa qabaa-ila lita’aarafuu, inna akramakum ‘indallaahi atqaakum, innallaaha ‘aliimun khabiirun ja’alanallaahu wa iyyaakum minal-‘aa-idiina wal-faa-iziina wal-maqbuuliin, wa adkhalanaa wa iyyaakum fii jumrati ‘ibaadihish-shaalihiin.

Was-taghfirullaahal-‘azhiima lii wa lakum wa liwaalidayya wa lisaa-iril-muslimiina wal-muslimaaat, fastaghfiruuhu innahu huwal-ghafuurur-rahiim.

Khotbah II

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللهُ أكبرُ، وللهِ الحَمْدُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الرَّحِيمِ الرَّحْمَنِ، أَمَرَ بِالتَّرَاحُمِ وَجَعَلَهُ مِنْ دَلاَئِلِ الإِيمَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى نِعَمِهِ الْمُتَوَالِيَةِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ الرَّحْمَةُ الْمُهْدَاةُ، وَالنِّعْمَةُ الْمُسْدَاةُ، وَهَادِي الإِنْسَانِيَّةِ، إِلَى الطَّرِيقِ الْقَوِيمِ. فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ. إنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى فِيْهِ بِمَلَائِكَتِهِ، فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. وقالَ رسولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً. اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.

Allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, allaahu akbar, wa lillaahil-hamd

Alhamdulillaahir-rahiimir-rahman, amara bit-taraahumi wa ja’alahu min dalaa-i-ilil-iimaan, ahmaduhu subhaanahu ‘alaa ni’amihil-mutawaaliyah, wa asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, wa asyhadu anna sayyidanaa wa nabiyyanaa muhammadan ‘abdullaahi wa rasuuluhur-rahmatul-muhdaah, wan-ni’matal-musdaah, wa haadii insaaniyyah, ilath-thariiqil-qawiim. Fallaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin, wa ‘alaa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid-diin. Ammaa ba’d:

Fa uushiikum ‘ibaadallaahi wa nafsii bitaqwallaahi. Innallaaha amarakum bi wamrin bada-a fiihi bi nafsihi wa tsannaa fiihi bi malaa-ikatih, fa qaala ta’aalaa: innallaaha wa malaa-ikatahu yushalluuna ‘alan-nabiyyi yaa ayyuhal-ladziina aamanuu shalluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa. Wa qaala rasuulullaahi shallallaahu ‘alaihi wa sallam: man shalla ‘alayya shalaatan shallallaahu ‘alaihi bihaa ‘asyraa. Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iin, wardhallaahumma ‘anil-khulafaa-ir-raasyidiina abii bakrin wa ‘umara wa ‘utsmaana wa ‘allii, wa ‘an saa-irish-shahaabatil-akramiin, wa ‘anit-taabi’iina wa man tabi’ahum bi-ihsaanin ilaa yaumid-diin. Allaahumaghfir lil mu’miniina wal-mu’minaati wal-muslimiina wal-muslimaati al-ahyaa-I minhum wal-amwaat.

Allaahummadfa’ ‘annal-balaa-a wal-wabaa-a waz-zalaazila wal-mahin, wa suu-al-fitnati wal mahin, maa zhahara minhaa wa maa batan, ‘an baladinaa induuniisiyyaa khaashshatan wa saa-iril-buldaanil-muslimiina ‘aammatan yaa rabbal-‘aalamiin. Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanatan wa fil-aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adzaaban-naar. Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa in lamtaghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal-khaasiriin.

‘Ibaadallaah, innallaaha ya’muru bil-‘adli wal-ihsaani wa iitaa-i dzil-qurbaa wa yanhaa ‘anil-fahsyaa-i wal-munkari wal-baghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruun, wadzkurullaahal-‘azhiima yadzkurkum, wasykuruuhu ‘alaa ni’amihi yazidkum, wa ladzikrullaahi akbar.

Penutup

Kumpulan khutbah Idul Fitri di atas masih dapat kamu ubah teksnya hingga menyesuaikan dengan kondisi jamaah atau situasi saat khotbah disampaikan, sepanjang rukun-rukun dalam tata cara penyampaiannya terpenuhi seluruhnya.

Kamu dapat membuatnya menjadi khutbah Idul Fitri yang membuat jamaah menangis, misalnya dengan menyinggung topik yang lebih dalam mengenai orang tua.

Kumpulan khutbah Idul Fitri berformat PDF pun banyak terdapat di internet. Kamu bisa mengunduhnya jika perlu. Semoga umat muslim di seluruh dunia bisa menyambut Idulfitri yang akan datang dengan penuh suka cita meski mungkin wabah global ini belum usai.

Sumber:

https://islam.nu.or.id/post/read/120282/tata-cara-khutbah-id-di-rumah

Ujian Tulis Awal Tahun : “Bil Imtihaani Yukromul Mar’u au Yuhaanu”

https://islam.nu.or.id/post/read/107286/khutbah-idul-fitri-momentum-perkuat-trilogi-ukhuwah

https://www.hadits.id/hadits/nasai/3946

http://kutbah.blogspot.com/2014/08/khutbah-idhul-fitri-berbakti-kepada.html

https://cendikiapendidikan.blogspot.com/2018/06/khutbah-idul-fitri-1439-h2018-m.html

https://islam.nu.or.id/post/read/46328/khutbah-idul-fitri-7-menit-di-rumah–virus-corona–puasa–dan-ketaatan-kepada-allah

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=11&nomorayat=

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=10&nomorayat=

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=16&nomorayat=

https://www.hadits.id/hadits/dawud/2261

https://islam.nu.or.id/post/read/107272/khutbah-idul-fitri-merayakan-perbedaan-dengan-bermaaf-maafan?_ga=2.20889400.1094416982.1615152078-583326084.1612144276