Penjelasan Teori Masuknya Islam ke Indonesia dan Penyebarannya

Berbicara tentang teori masuknya Islam ke Indonesia, tentu tidak bisa lepas dari berbagai penelitian sejarah. Para ahli sejarah telah sejak lama menelusuri jejak-jejak penyebaran Islam di Indonesia. Lalu membuat kesimpulan-kesimpulan yang nantinya mewarnai kajian teori masuknya Islam ke Indonesia.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia merupakan salah satu negara dengan Islam sebagai agama mayoritas masyarakatnya. Negeri ini bahkan memiliki populasi umat muslim terbesar di dunia, diikuti India, Pakistan, Bangladesh, Nigeria, baru kemudian negara-negara Timur Tengah.

Namun, bagaimana negara di garis khatulistiwa mendapatkan pengaruh Islam dan berkembang pesat hingga saat ini? Tentu hal itu akan membuat kamu bertanya-tanya. Nah, untuk menjawab rasa penasaran, mari kita simak pembahasan tentang berbagai teori masuknya Islam ke Indonesia berikut ini.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Pertama-tama, perlu diingat bahwa hanya Allah-lah yang Maha Tahu segala sesuatu yang terjadi. Islam masuk ke Indonesia pertama kali itu kapan dan caranya seperti apa, sampai kini belum ada jawaban pasti. Umat Islam di Nusantara hanya bisa meyakini pendapat-pendapat para sejarawan yang lebih ahli.

Islam memang satu-satunya agama yang ajarannya menyebar sangat cepat. Berawal dari Kota Mekkah dan Madinah pada abad ke-7, ajaran Islam kemudian meluas hingga ke seluruh Jazirah Arab, bahkan sampai ke Asia Tenggara pada beberapa abad berikutnya.

Di antara penyebab begitu pesatnya penyebaran agama Islam, salah satunya adalah karena ajaran yang mudah diterima. Allah sendiri telah mewasiatkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, sehingga otomatis mudah diterima oleh masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang.

Perdagangan disinyalir menjadi jalur masuknya Islam ke Indonesia dan daerah lainnya, baru kemudian melalui pendidikan dan kebudayaan. Meski tercatat ada sejumlah peperangan, penduduk negeri yang takluk pada Kekhalifahan Muslim tetap dibebaskan memeluk agamanya masing-masing.

Keberadaan Selat Malaka sebagai rute perdagangan internasional juga memiliki peranan penting. Kawasan tersebut menjadi persinggahan kapal-kapal dagang lintas negara. Interaksi antara pedagang inilah yang menjadi salah satu fakta penting dalam teori masuknya Islam ke Indonesia.

Dikatakan pula bahwa rute-rute pelayaran dan perdagangan telah berkembang sejak awal tahun masehi. Masyarakat Arab telah berhubungan dengan para pedagang Asia. Konon, sebagian pedagang Arab banyak ditemukan di Kanton, China pada abad ke-8 Masehi.

Beberapa teori Islam masuk Indonesia memunculkan pedagang sebagai pembawanya. Namun, ada pula yang menyebut jika Islam disebarkan oleh para ulama. Teori-teori awal yang muncul, juga berpandangan kalau para pedagang yang dimaksud bukanlah dari Arab, melainkan dari India atau China.

Wallahu’alam. Terlepas dari berbagai perbedaan pendapat tersebut, ada baiknya kamu mengetahui semua teori masuknya Islam ke Indonesia. Jumlahnya ada dua, empat, bahkan ada yang menyebut lima teori masuknya Islam ke Indonesia. Berikut penjelasan masing-masing teori hasil rangkuman Hasana.id.

Teori India (Asia Kecil)

Teori India ini paling banyak dipercayai sebelum munculnya pandangan-pandangan lain yang kemudian dinilai lebih rasional. Sejumlah ilmuwan pendukung teori masuknya Islam ke Indonesia pertama ini kebanyakan adalah orang Belanda, seperti Pijnappel, Moquette, dan Snouck Hurgounje.

Pendapat umum dalam teori masuknya Islam ke Indonesia satu ini adalah dibawa oleh orang India, bukan bangsa Arab. Mereka tidak hanya berasal dari satu daerah, tetapi lima kawasan di Asia Kecil, yaitu Gujarat, Cambay, Malabar, Coromandel, dan Bengal (Bangladesh).

Secara umum, teori masuknya Islam ke Indonesia menurut versi ini adalah lewat jalur perdagangan pada abad ke-13. Berawal dari kawasan Indonesia bagian barat (Sumatera), para pedagang India berinteraksi dengan masyarakat pribumi melalui pernikahan, lalu menyebarkan Islam secara turun temurun.

Berikutnya, ada dua jalur penyebaran yang muncul dalam Teori India. Pertama, para ulama Arab menetap di India (Gujarat), sebelum akhirnya pergi ke Nusantara. Kedua, memang Islam pertama kali dibawa oleh orang-orang Gujarat, baru kemudian disusul oleh orang-orang Arab.

Sementara itu, terdapat pula sejumlah bukti fisik yang mendukung teori masuknya Islam ke Indonesia dari India. Bukti-bukti tersebut, antara lain keberadaan batu nisan di Samudera Pasai (Sultan Malik As-Saleh) dan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), bentuknya sama dengan batu nisan di Cambay, Gujarat.

Teori Persia Masuknya Islam ke Indonesia

Teori masuknya Islam ke Indonesia yang kedua didukung oleh sejumlah sejarawan, antara lain Umar Amir Husen, Hoesein Djadjadiningrat, dan M. Dahlan Mansur. Salah satu alasan utamanya adalah Islam Syiah dari Persia disinyalir menjadi yang paling marak pada awal masuknya Islam ke Indonesia.

Ilmuwan pendukung Teori Persia masuknya Islam ke Indonesia juga mendasarkan pendapatnya pada fakta asimilasi kebudayaan Persia dan Nusantara. Bahasa Arab orang Indonesia yang memiliki aksen Persia, juga seni kaligrafi yang terdapat pada batu nisan bercorak Islam di Indonesia.

Lalu, adanya peringatan Hari Asyura tiap 10 Muharram untuk mengenang meninggalnya cucu Nabi Muhammad saw., Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib. Di Persia terdapat peringatan Tabuik/Tabut yang serupa dengan di wilayah Sumatera Barat dan Jambi.

Teori masuknya Islam ke Indonesia versi ini juga mendasarkan pendapatnya pada pemberian gelar Syah yang dipakai raja-raja Nusantara, aslinya berasal dari Persia. Ajaran-ajaran sufistik ala Syekh Siti Jenar juga dianggap memiliki kesamaan dengan yang dikembangkan oleh sufi Iran, al-Hallaj.

Teori Cina Masuknya Islam ke Indonesia

Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby memiliki teori masuknya Islam ke Indonesia melalui perantara masyakarat muslim China. Salah satu bukti penguat teori masuknya Islam ke Indonesia satu ini adalah jika Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China (Champa).

Teori Cina masuknya Islam ke Indonesia tidak lepas dari kiprah Laksamana Ceng Ho. Dia melakukan ekspedisi ke Jawa pada awal 1400 dan menemukan kerajaan Islam Samudera Pasai. Dia sempat singgah di Tuban, Gresik, dan Surabaya, lalu mengetahui bahwa di situ sudah terdapat komunitas muslim China.

Di Palembang, Laksamana Cheng Ho membentuk masyarakat muslim Tionghoa. Kemudian berlanjut di daerah Sambas. Dua peristiwa pembentukan komunitas muslim Tionghoa tersebut terjadi pada tahun yang sama, yakni 1407.

Selain itu, diketahui bahwa Yunan menaungi Kerajaan Champa. Kerajaan ini telah berhubungan sejak lama dengan raja-raja di Pulau Jawa. Raja Singasari, Jayasingawarman III dikatakan menikahi putri Champa, Darawati yang telah beragama Islam.

Negeri Champa sempat diserang Raja Vietnam pada pertengahan abad ke-15. Kerajaan itu jatuh, kemudian para penduduknya banyak yang berbondong-bondong mengungsi ke Nusantara. Sebagian besar dari mereka telah beragama Islam.

Teori Arab (Mekkah)

Teori masuknya Islam ke Indonesia berikutnya sedikit bertolak belakang dengan teori pertama. Jika yang pertama menekankan orang India sebagai pembawa Islam pertama sebelum bangsa Arab, teori yang satu ini menerangkan fakta berbeda.

Tokoh-tokoh pendukung Teori Arab, antara lain Crawfurd, Keijzer, Anthony H. Johns, Niemann, de Hollander, T.W. Arnold, J.C. van Leur, hingga Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka. Dasar-dasar pandangan para sejarawan ini cukup membikin penasaran.

Masing-masing membawa bukti yang relatif jauh lebih kuat. Terutama fakta bahwa Selat Malaka merupakan rute perdagangan utama di Asia sejak abad ke-7/8 Masehi. Di mana para pedagang muslim sudah banyak melintasi kawasan sibuk tersebut dalam pelayaran mereka ke Asia Tenggara dan Timur.

Menurut teori masuknya Islam ke Indonesia versi Arab, para pembawa ajaran Islam bukan hanya pedagang, melainkan juga para musafir yang memang memiliki agenda dakwah, baik secara pribadi maupun mandat dari khalifah.

Kedatangan para musafir ini terjadi pada abad ketujuh. Teori ini tentu ada landasan yang memperkuatnya, yaitu adanya perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara.

Tempat tersebut kini dikenal dengan Bandar Khalifah. Wan Husein Azmi menyatakan bahwa mereka berangkat bersama para saudagar muslim dari Yaman dan Oman (Hadramaut).

Rusdi Sufi meneliti sumber-sumber lokal Melayu yang kemudian memperkuat pendapat di atas. Dia menemukan dalam berita Hikayat Raja-Raja Pasai bahwa Islam masuk Indonesia dibawa oleh Syekh Ismail, seorang utusan dari Mekkah.

Wan Husein Azmi juga menerangkan adanya sahabat bernama Mu’adz bin Jabal yang secara khusus diutus Rasulullah untuk mengajarkan Alquran dan hukum-hukum Islam ke daerah Hadramaut. Mu’adz bin Jabal dikenal sebagai salah satu cendekiawan terbaik muslim pada masa Rasulullah.

Hadis tentang Mu’adz bin Jabal Diutus oleh Rasulullah

إِنَّكَ سَتَأْتِيْ قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَىْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ– وَفِيْ رِوَايَةٍ – : إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ – فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَـمْسَ صَلَوَاتٍ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْـمَظْلُوْمِ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ

Innaka sataktiiqauman ahlakitaabin, falyakun awwalamaatad’uuhum ilaihi syahaadatu an laa ilaaha illallaahu wa anna muhammadan rasuulullaahi – wa fii riwaayatin -: ilaa an yuwahhidullaaha – fainhum athaa’uulaka bidzaalika, fa akhbirhum annallaaha qadfaradha’alaihim shadaqatan tuk khadzumin aghniyaaihim faturaddu ‘alaa fuqaraa ihim’ fa inhum athaa’uulaka bidzaalika, faiyyaaka wakaraa ima amwaalihim, wattaqida’watal madhzluumi, fainnahulaisabainahu wabainallaahi hijaabun

Artinya:

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa anna Muhammadar Rasûlullâh -dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allâh.’- Jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh Azza wa Jalla mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mentaati hal itu, maka jauhkanlah dirimu (jangan mengambil) dari harta terbaik mereka, dan lindungilah dirimu dari do’a orang yang teraniaya karena sesungguhnya tidak satu penghalang pun antara do’anya dan Allâh.” (Hadis ini sahih, diriwayatkan Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Majah, ad-Darimi, Ahmad, dan sebagainya)

Bukti-Bukti Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Meski belum ada satu teori masuknya Islam ke Indonesia yang benar-benar mutlak kepastiannya, tetapi fakta-fakta sejarah telah membuktikannya. Beberapa bukti tentang teori masuknya Islam ke Indonesia dapat kamu lihat dalam uraian berikut.

Islam di Sumatera

  • Berita dari China pada masa Dinasti Tang tentang keberadaan masyarakat muslim yang mendiami sebuah wilayah bagian dari Kerajaan Sriwijaya mulai abad ke-7 Masehi.
  • Marcopolo pernah mampir di Perlak pada tahun 1292 Masehi. Perlak kala itu merupakan nama sebuah kota di Aceh yang berpenduduk muslim.
  • Tome Pires orang Portugis yang menulis Suma Oriental menerangkan bahwa antara tahun 1512 – 1515 sudah banyak masyarakat muslim di pesisir Sumatera Utara dan Timur. Maksudnya adalah dari wilayah Aceh hingga Palembang. Di sana juga berdiri sejumlah kerajaan Islam.
  • Ibnu Batutah pernah memberitakan bahwa dirinya mengunjungi Kerajaan Islam Samudera Pasai pada tahun 1345.

Islam di Jawa

  • Makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik bertuliskan tahun 475 Hijriah (1085 Masehi).
  • Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik bertuliskan tahun 1419 M.
  • Dua makam orang muslim di Troloyo dan Trowulan, Jawa Timur yang merupakan wilaha Kerajaan Majapahit. Batu nisan pada makam tersebut berlambang Surya Majapahit. Makam pertama menuliskan tahun 1290 Saka (1368 M), sedang yang kedua tertulis 1289 – 1533 Saka (1376 – 1611).
  • Buku Ying-yai Sheng Lan karya Ma-Huan mencantumkan adanya komunitas muslim di Gresik yang menunjukkan Islamisasi di wilayah Majapahit pada sekitar tahun 1413 – 1415.
  • Tome Pires juga menuliskan tentang adanya kerajaan bercorak Islam di Demak dan beberapa wilayah pesisir utara Pulau Jawa.

Islam di Kalimantan

  • Hikayat Banjar menerangkan tentang Islam di Kalimantan Selatan. Pada tahun 1550 di Kerajaan Nagara Daha, Pangeran Samudra dan Pangeran Tumenggung sedang memperebutkan kekuasaan. Pangeran Samudra mohon bantuan Demak, dengan jaminan bahwa dia dan rakyatnya akan memeluk Islam.
  • Hikayat Kutai menerangkan tentang Islam masuk di Kalimantan Timur. Diperkirakan proses Islamisasi dimulai sejak 1575 M. Islam dibawa dua tokoh bernama Tuan di Bandang dan Tunggang Pangarang. Mereka mengislamkan Raja Mahkota, setelah sebelumnya juga berhasil di Makassar.

Islam di Maluku

  • Tome Pires dan Antonio Galvao memberitakan tentang Raja Ternate telah bergelar sultan dan memeluk Islam sekitar tahun 1460 – 1465.
  • Hikayat Tanah Hitu karya Rijali menerangkan bahwa Perdana Menteri Jamilu dan Hitu bernama Zainal Abidin (1486 – 1500). Rijali pernah menemani Zainal Abidin pergi ke Giri untuk belajar agama Islam.

Islam di Sulawesi

  • Hikayat Kutai juga memuat informasi tentang Tuan di Bandang yang berhasil mengislamkan Raja Makassar sekitar tahun 1575.
  • Tome Pires juga sempat singgah di Sulawesi. Kemudian dia menemukan bahwa pada awal abad ke-16 telah banyak masyarakat muslim dan orang Portugis di daerah Gowa.

Perkembangan dan Penyebaran Islam di Nusantara

Teori masuknya Islam ke Indonesia di atas masih menjadi perdebatan di kalangan para cendekiawan. Pasalnya, masing-masing memiliki pendapat yang sama kuatnya. Namun, belakangan mulai banyak umat Islam di Indonesia yang meyakini bahwa semua teori tersebut memiliki hubungan antara satu sama lain.

Semua bangsa, baik orang India, China, Persia, maupun Arab sendiri, sama-sama berpengaruh besar dalam proses masuknya Islam ke Indonesia. Masing-masing membawa pengaruh sendiri-sendiri. Hal itu kemudian tampak pada kebudayaan Islam yang kini muncul di tengah masyarakat muslim Nusantara.

Sebagai contoh, arsitektur berbau China cukup kental terlihat pada masjid-masjid lawas di Pulau Jawa. Masjid Agung Demak, Masjid Agung Kudus, dan Masjid Agung Kasepuhan Cirebon banyak menampilkan porselen-porselen Dinasti Ming tertempel pada dindingnya.

Pengaruh Persia dan India pun tak kalah banyaknya. Islam di India sendiri mendapatkan pengaruh besar dari Persia. Keduanya banyak memengaruhi ranah kesusastraan. Istilah-istilah, seperti kenduri, istana, bandar, jadah, saudagar, nakhoda, firman, dan lain-lain, semuanya berasal dari bahasa Persia-India.

Berdasarkan berbagai teori masuknya Islam ke Indonesia, bukti, dan contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia tanpa kekerasan. Semuanya terjadi secara natural, utamanya melalui asimilasi budaya yang terjadi antara pemeluk Islam dengan warga lokal.

Memang, para pembawa Islam tersebut memiliki berbagai latar belakang. Ada yang seorang pedagang, ada pula yang memang seorang ulama. Namun, pada akhirnya terbukti bahwa ajaran Islam berhasil diterima masyarakat dari berbagai kalangan, dari raja dan bangsawan sampai rakyat jelata.

Peran Wali Songo

Tentu saja, teori masuknya Islam ke Indonesia tidak akan lengkap tanpa menyertakan peran Wali Songo. Sembilan ulama tersebut meneladani riwayat Rasulullah saw yang mengedepankan dakwah bil hikmah dan sebisa mungkin menghindari kontak fisik, dalam pengertian anti kekerasan.

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Ud’u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau’iẓatil-ḥasanati wa jādil-hum billatī hiya aḥsan, inna rabbaka huwa a’lamu biman ḍalla ‘an sabīlihī wa huwa a’lamu bil-muhtadīn

Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)

Profil Singkat Wali Songo

Di antara sembilan tokoh wali yang dikenal umat Islam di Indonesia, khususnya Pulau Jawa.

Sunan Gresik

Tokoh wali yang pertama adalah Sunan Gresik. Tokoh ini sering diidentikkan dengan Maulana Malik Ibrahim, ulama asal Samarkhand yang mendiami Desa Laren, Gresik.

Sunan Ampel

Lalu, Sunan Ampel yang berasal dari Negeri Champa. Pria bernama asli Raden Rahmat datang ke Pulau Jawa dan memusatkan dakwahnya di Ampeldenta, Surabaya. Dua keturunan beliau juga menjadi wali, yaitu Sunan Bonang dan Sunan Drajat.

Sunan Bonang

Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim dikenal sebagai penggagas dakwah melalui jalur kesenian. Beliau merumuskan tradisi kenduri dan konsep mo limo, penggubah tembang macapat, pencipta tembang Tombo Ati, dan gamelan bonang.

Sunan Drajat

Adiknya, Sunan Drajat atau Raden Qasim berdakwah di Paciran, Lamongan. Tokoh yang satu ini gemar berdakwah melalui pendekatan kemanusiaan.

Sunan Kudus

Selanjutnya ada Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq. Peninggalan beliau yang masih terasa sampai kini adalah perlakuan terhadap sapi di Kudus untuk menghormati umat Hindu. Masyarakat diperbolehkan mengonsumsi daging kerbau, tetapi tidak boleh makan dan mengolah dading sapi.

Sunan Giri

Ada pula Sunan Giri yang bernama asli Muhammad Ainul Yakin. Pria kelahiran 1442 dikenal sebagai politikus sekaligus guru suci. Area dakwah beliau mencapai daerah Banjar, Martapura, Kutai, hingga Maluku.

Sunan Gunung Jati

Wali berikutnya adalah Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, sosok di balik terbentuknya Kesultanan Banten dan Cirebon.

Ulama kelahiran Kairo tahun 1448 ini memang memiliki darah raja. Ayahnya, Sultan Hud, salah satu raja Bani Israil. Ibunya Nyi Rara Santang, putri Raja Siliwangi dari Pajajaran.

Sunan Kalijaga

Wali paling populer adalah Sunan Kalijaga atau Raden Said. Lahir di Tuban tahun 1450, menjadi murid Sunan Bonang dan Sunan Ampel. Beliau juga menggunakan seni dan budaya dalam menyebarkan Islam. Karya-karya beliau, seperti tembang Lir Ilir dan Gundul-Gundul Pacul masih lestari hingga kini.

Sunan Kalijaga memiliki putra yang kelak juga menjadi salah satu Wali Songo. Beliau adalah Sunan Muria atau Raden Umar Said. Meniru sang ayah, Raden Umar Said pun berdakwah lewat media seni. Beliau dikenal cakap mendalang dan menggubah tembang-tembang kinanthi.

Pembahasan tentang para wali di atas sekaligus mengakhiri penjelasan teori masuknya Islam ke Indonesia kali ini. Mengenai benar tidaknya fakta yang termuat dalam artikel ini, marilah menyandarkan semuanya hanya kepada Allah Ta’ala. Semoga bermanfaat.

Referensi:

https://www.nu.or.id/post/read/121612/antara-islam-masuk-dan-menyebar-di-nusantara

https://tafsirweb.com/4473-quran-surat-an-nahl-ayat-125.html

Achmad Syafrizal, Sejarah Islam Nusantara, Islamuna Volume 2 No. 2, Desember, 2015

Rosita Baiti & Abdur Razzaq, Teori dan Proses Islamisasi di Indonesia, Wardah: No. XXVIII, Desember, 2014