Dahsyatnya Makna Kalimat Innallaha Ma’ana serta Keutamaannya

La tahzan, innallaha ma’ana. Kalimat ini belakangan cukup sering terdengar di telinga kita.

Biasanya, kalimat tersebut diucapkan kepada seseorang yang sedang mendapatkan ujian dari Allah Swt. berupa peristiwa yang memicu kesedihan.

Lalu, apa makna dari kalimat tersebut? Selengkapnya, mari kita kupas bersama.

Arti La Tahzan Innallaha Ma’ana

Pertama-tama, perlu kamu ingat bahwa tidak akan pernah seseorang mendapatkan beban dari Allah Swt. kecuali pasti akan sesuai dengan kemampuannya untuk mengatasi beban tersebut.

Allah senantiasa memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-Nya sebagai salah satu cara agar manusia selalu berpegang teguh pada kebenaran.

Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak berputus asa kala menghadapi ujian dari Allah Ta’ala. Cara agar tidak berputus asa adalah dengan selalu mengingat-Nya.

Jika kamu sedang menemani seseorang yang sedang mendapatkan cobaan, ingatkanlah dia agar bertawakal kepada-Nya.

Salah satu cara untuk mengajak orang tersebut kembali mengingat Allah Swt. adalah dengan mengucapkan kalimat la tahzan innallaha ma’ana.

Berikut tulisan kalimat la tahzan innallaha ma’ana Arab dan artinya, lengkap beserta pelafalan dan terjemahannya.

ا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا

La tahzan innallaha ma’ana.

Artinya:

“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.”

Siapa saja yang sedang mengalami sesuatu yang kurang berkenan, sebaiknya terus mengingat bahwa Allah tetap selalu bersama setiap hamba-Nya.

Hal itu sebagaimana arti la tahzan innallaha ma’ana di atas. Dengan begitu, jiwanya bisa kembali tenang dan menghadapi cobaan dengan sabar dan tawakal.

Innallaha Ma’ana dan Konsep Taqarrub dalam Islam

Bentuk lengkap kalimat la tahzan innallaha ma’ana secara garis besar memiliki makna yang berkaitan dengan kesabaran dalam menghadapi ujian.

Namun, khusus untuk frasa innallaha ma’ana, ini lebih dekat hubungannya dengan konsep taqarrub dalam Islam.

Frasa innallaha ma’ana sendiri memiliki makna “Allah beserta kita”.

Ini berarti bahwa Allah tidak pernah luput mengawasi hamba-hamba-Nya sehingga bisa disimpulkan bahwa Dia juga selalu berada dekat dengan kita.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan taqarrub? Secara sederhana, istilah tersebut dapat dipahami sebagai usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Kedekatan di sini bisa saja terjadi secara fisik, meski persepsi manusia tidak mungkin menjangkau wujud asli Allah Ta’ala.

Namun, untuk lebih memudahkan pemahaman, akan lebih baik jika kita mengiaskan kedekatan dalam taqarrub sebagai kedekatan yang bersifat metafisik.

Jadi, meski tidak mampu menyaksikan keberadaan Allah dengan kasat mata, kita masih bisa merasakan kehadiran-Nya di dekat kita.

Untuk bisa merasakan kedekatan dengan Allah Ta’ala, kita juga harus senantiasa mendekat kepada-Nya.

Kedekatan itu dapat diperoleh melalui usaha sungguh-sungguh dalam menjaga ketaatan kepada-Nya.

Mengerjakan segala bentuk ibadah baik mahdhah maupun muamalah serta menjauhi larangan-Nya juga merupakan cara untuk ber-taqarrub kepada Allah Swt.

Keutamaan Kalimat Innallaha Ma’ana

Kalimat la tahzan innallaha ma’ana yang bentuk lengkapnya telah ditulis pada poin sebelumnya memiliki sejumlah keutamaan.

Di antaranya dapat memotivasi diri untuk bangkit dari keterpurukan dan menghindari prasangka buruk kepada Allah Ta’ala.

Jika kita memahami bahwa Allah selalu bersama kita, sebesar apa pun masalah yang dihadapi tidak akan membuat kita mudah berputus asa.

Hati akan senantiasa merasa tenteram karena setiap kesulitan pasti juga akan diiringi dengan kemudahan.

Memang, kadang kala kita terlalu menyelami kesedihan sehingga lupa bahwa Allah pun menjanjikan kemudahan yang akan datang bersamaan dengan kesulitan.

Bukan sesudah, tetapi bersamaan. Jadi, tidak pantas rasanya jika kita cenderung terlalu menjerumuskan diri dalam kesedihan ketika menghadapi kesulitan.

Kalimat la tahzan innallaha ma’ana dapat menjadi obat kesedihan yang mujarab jika kita mau mendalaminya.

Bacalah kalimat tersebut dengan menjiwainya, seperti pada saat melafalkan dzikir.

Jika kiat tersebut dilakukan terus-menerus, insyaallah bukan hanya ketenteraman yang akan kita dapatkan, melainkan juga pahala di sisi Allah Ta’ala.

Selain dua keutamaan di atas, la tahzan innallaha ma’ana juga memiliki keistimewaan lain, yaitu mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran menghadapi cobaan.

Sebagaimana kita tahu, sabar merupakan salah satu sifat yang paling dicintai Allah Ta’ala dari hamba-Nya.

Kutipan Kalimat Innallaha Ma’ana

Sejatinya, kalimat innallaha ma’ana merupakan kutipan dari ayat Al-Qur’an surath At-Taubah ayat ke-40.

Berikut bacaan surat At-Taubah ayat 40 dalam bahasa Arab, berikut pelafalannya dalam huruf latin dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ثَانِىَ ٱثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِى ٱلْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلسُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِىَ ٱلْعُلْيَا ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Illā tanṣurụhu fa qad naṣarahullāhu iż akhrajahullażīna kafarụ ṡāniyaṡnaini iż humā fil-gāri iż yaqụlu liṣāḥibihī lā taḥzan innallāha ma’anā, fa anzalallāhu sakīnatahụ ‘alaihi wa ayyadahụ bijunụdil lam tarauhā wa ja’ala kalimatallażīna kafarus-suflā, wa kalimatullāhi hiyal-‘ulyā, wallāhu ‘azīzun ḥakīm.

Artinya:

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Qur’an menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Seperti yang tercantum dalam Tafsir Jalalain, kalimat la tahzan innallaha ma’ana diikuti dengan fa anzalallāhu sakīnatahụ.

Kalimat terusan ini diterjemahkan sebagai “Maka Allah menurunkan ketenangan atau rasa aman-Nya.”

Demikian pula M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah. Beliau juga menerangkan secara khusus kalimat la tahzan innallaha ma’ana.

Menurut penafsiran beliau, la tahzan innallaha ma’ana maknanya adalah “Janganlah bersedih karena sesungguhnya, Allah bersama kita dengan kemenangan dan pertolongan.”

Pada saat kalimat la tahzan innallaha ma’ana diucapkan, Allah kemudian menurunkan ketenangan kepada hati seorang sahabat yang dimaksud dalam ayat di atas.

Dia pun menguatkan hati hamba-Nya dengan bala tentara-Nya, tanpa diketahui siapa pun kecuali Allah sendiri.

Riwayat Turunnya Surah At-Taubah Ayat 40

Pada waktu itu, dakwah Rasulullah di Makkah sudah mulai mendapatkan begitu banyak penentangan dari kaum musryik.

Penentangan yang terjadi bahkan makin intens karena kaum kafir Quraisy merasa terancam dengan kehadiran Nabi Muhammad saw. yang mulai memiliki banyak pengikut.

Tentu saja Allah Ta’ala tidak tinggal diam melihat kekasih-Nya mendapatkan perlakuan buruk terus-menerus dari kaum kafir Quraisy.

Dia pun kemudian menurunkan wahyu yang memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk segera berhijrah meninggalkan Kota Makkah dan berpindah ke Madinah.

Perjalanan Hijrah

Ternyata, perjalanan hijrah pun tidak berlangsung semulus yang dibayangkan.

Beliau memerintahkan agar perjalanan sejauh 460 km itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi dalam kelompok-kelompok kecil.

Pada waktu itu, Abu Bakar as-Shiddiq sudah memeluk Islam.

Beliau meminta izin untuk segera berangkat menuju Madinah, tetapi Rasulullah menganjurkannya untuk bersabar terlebih dulu.

Rasulullah bermaksud mengajak Abu Bakar r.a. menempuh perjalanan bersama-sama dirinya.

Di sisi lain, para pemuka kaum kafir Quraisy diam-diam mengetahui rencana hijrah tersebut.

Mereka kemudian berkumpul dan bermusyawarah untuk mengakhiri hidup Nabi Muhammad saw dalam perjalanannya.

Ditunjuklah para pemuda pilihan yang dipersenjatai pedang untuk menuntaskan misi tersebut.

Rasulullah saw. pun berangkat bersama Abu Bakar r.a. Sebelum meninggalkan Mekkah, beliau juga sempat mengetahui bahwa dirinya sedang berada dalam pengejaran.

Oleh karena itu, beliau memutuskan untuk bersembunyi di dalam sebuah gua yang bernama Tsur.

Ketika Rasulullah saw. Menenangkan Abu Bakar r.a.

Dikisahkan bahwa di dalam gua, Abu Bakar as-Shiddiq gemetar mendengarkan suara langkah kaki pasukan pemburu itu, takut kalau persembunyian mereka akan terbongkar.

Ketakutan itu. beliau ungkapkan kepada Rasulullah. “Wahai Rasulullah, kalau salah satu dari mereka melihat ke bawah dua kakinya, maka kita akan ketahuan,” kata Abu Bakar r.a.

Menyaksikan kekhawatiran sahabatnya, Rasulullah saw. pun mencoba menenangkan.

Beliau menepuk punggung Abu Bakar sambil berkata, “Janganlah engkau mengira kita hanya berdua. Sesungguhnya kita bertiga dan yang ketiga adalah Allah. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Benarlah pada akhirnya, Allah menghindarkan Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar ra. dari kejaran para pemuda kafir Quraisy itu.

Mereka tidak mengetahui persembunyian Nabi di Gua Tsur dan gagal menuntaskan misi jahatnya.

Sabar dalam Menghadapi Ujian

Demikianlah Al-Qur’an merekam salah satu peristiwa semasa hidup Rasulullah saw. yang penuh ujian dan cobaan selama mengemban tugas berat sebagai utusan Allah.

Meski kerap berada dalam kesulitan, beliau menghadapinya dengan tenang dan selalu mengingat bahwa Allah senantiasa bersamanya.

Kalimat innallaha ma’ana juga mengajarkan kepada kita bahwa ujian harus dihadapi dengan penuh kesabaran.

Ungkapan “janganlah berduka cita” atau “janganlah bersedih hati” merupakan suatu anjuran yang bermakna untuk menjaga kesabaran.

Sabar sendiri berasal dari kata as-shabru yang berarti menahan diri dari mengucapkan kalimat bernada keluh kesah.

Bisa juga berasal dari kata as-shibru, dengan makna obat yang sangat pahit dan tidak enak, atau shuburun yang berarti menahan diri kala berada dalam kesedihan atau kesusahan.

Al-Qur’an menerangkan perilaku sabar dalam berbagai konteks yang bermacam-macam.

Dari situ, pengertian sabar pun dapat dirumuskan secara berbeda, tergantung situasi yang sedang dihadapi.

Adapun lima pengertian sabar dalam Al-Qur’an menurut kamus Al-Quran aw Ishlah al-Wujuh wa an-Nadlair fi Al-Quran Al-Karim akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini.

Sabar dalam Arti “Menahan”

Pengertian sabar yang pertama, yaitu dimaknai sebagai “menahan”. Hal ini sebagaimana terekam dalam surah Al-Baqarah ayat 153 yang bacaannya adalah sebagai berikut.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Yā ayyuhallażīna āmanusta’īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha ma’aṣ-ṣābirīn.

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Sabar dan salat dalam ayat ini dijadikan pedoman untuk menahan diri dan meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Frasa terakhir dalam ayat ini pun memiliki makna yang kurang lebih sama dengan arti innallaha ma’ana.

Sabar dalam Arti “Berani”

Berbeda dengan ayat sebelumnya, makna sabar dalam surah Al-Baqarah ayat 175 ini terungkap dari asal kata asbarahum yang berarti “berani”.

Namun, keberanian yang dimaksud ayat ini memiliki makna negatif. Berikut bunyi surah Al-Baqarah ayat 175 tersebut.

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱشْتَرَوُا۟ ٱلضَّلَٰلَةَ بِٱلْهُدَىٰ وَٱلْعَذَابَ بِٱلْمَغْفِرَةِ ۚ فَمَآ أَصْبَرَهُمْ عَلَى ٱلنَّارِ

Ulā`ikallażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā wal-‘ażāba bil-magfirah, fa mā aṣbarahum ‘alan-nār.

Artinya:

“Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!”

Sabar yang bermakna “berani” ditujukan bagi orang-orang yang menyembunyikan ilmu kebenaran dan menggantinya dengan kesesatan.

Mereka ini disebut sabar dalam melakukan sesuatu yang justru akan menjerumuskannya ke dalam siksa api neraka, seakan-akan tidak peduli.

Sabar dalam Arti “Ketabahan”

Lain lagi dengan pengertian sabar dalam konteks peristiwa yang diterangkan dalam ayat ke-42 surah Al-Furqan.

Sabar di sini mengandung makna ketabahan dalam menghadapi ujian dari Allah Ta’ala, seperti yang telah dicontohkan Nabi Muhammad saw.

إِن كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ ءَالِهَتِنَا لَوْلَآ أَن صَبَرْنَا عَلَيْهَا ۚ وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ ٱلْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلًا

Ing kāda layuḍillunā ‘an ālihatinā lau lā an ṣabarnā ‘alaihā, wa saufa ya’lamụna ḥīna yaraunal-‘ażāba man aḍallu sabīlā.

Artinya:

“’Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar(menyembah)nya’ dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya.”

Rasulullah saw. mendapatkan banyak olok-olok dari kaum kafir Quraisy ketika menyebarkan ajaran Islam di Makkah.

Mereka cenderung membanggakan berhala-berhalanya dengan mengatakan bahwa Rasulullah-lah yang sebenarnya akan menyesatkan mereka.

Sabar dalam Arti “Ridha”

Berikutnya, sabar dimaknai sebagai ridha atau menerima segala ketetapan Allah Ta’ala. Hal itu berkaitan dengan keterangan dalam surah At-Thur ayat 48.

وَٱصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا ۖ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ

Waṣbir liḥukmi rabbika fa innaka bi`a’yuninā wa sabbiḥ biḥamdi rabbika ḥīna taqụm.

Artinya:

“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri.”

Allah memerintahkan Rasulullah saw. untuk bersabar menunggu ketetapan atau takdir-Nya.

Lagi-lagi, ini juga berhubungan dengan kalimat la tahzan innallaha ma’ana yang juga bermakna agar kita selalu berpasrah diri kepada Allah Ta’ala.

Sabar dalam Arti Sabar Itu Sendiri

Sabar dalam surah Shad ayat 44 inilah yang disebut sebagai makna yang sebenarnya. Berikut bunyi ayat yang menerangkan tentang sepenggal riwayat dari Nabi Ayyub a.s. tersebut.

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَٱضْرِب بِّهِۦ وَلَا تَحْنَثْ ۗ إِنَّا وَجَدْنَٰهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ ٱلْعَبْدُ ۖ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ

Wa khuż biyadika ḍigṡan faḍrib bihī wa lā taḥnaṡ, innā wajadnāhu ṣābirā, ni’mal-‘abd, innahū awwāb.

Artinya:

“Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).”

Nabi Ayyub adalah seorang yang sabar. Beliau memiliki sifat menahan diri, tabah, berani, sekaligus ridha terhadap segala cobaan yang menimpanya.

Cobaan berat itu pun tidak mengurangi ketaatannya terhadap Allah Swt.

Cara-Cara Menghadapi Ujian Allah

Seperti sudah kamu simak, ungkapan innallaha ma’ana yang bentuk lengkapnya adalah la tahzan innallaha ma’ana membawa kita lebih jauh mendalami makna kesabaran.

Kalimat yang tercantum dalam surah At-Taubah ayat 40 ini dapat menjadi landasan awal untuk mengetahui berbagai kiat bersabar menghadapi ujian Allah Swt.

Sebagaimana telah diketahui, tidak ada seorang pun yang luput dari cobaan. Manusia hanyalah hamba yang tidak memiliki kemampuan secuil pun untuk menolak ketetapan-Nya.

Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk menerima ujian dan cobaan dengan melakukan kiat-kiat berikut.

Memperteguh Iman

Rukun iman ada enam, yakni beriman kepada Allah, malaikat, nabi dan rasul, kitab-kitab-Nya, hari akhir, serta qada dan qadar.

Ujian seharusnya merupakan sarana untuk semakin memperteguh iman kita pada semua yang termasuk dalam rukun tersebut.

Beriman kepada Allah artinya meyakini bahwa hanya Allah yang berkenan memberikan cobaan tersebut melalui perantara para malaikat.

Kita pun wajib mengimani para nabi dan rasul, juga meyakini bahwa mereka pun mendapatkan cobaan, bahkan lebih berat daripada kita.

Iman kepada kitab-kitab Allah memberikan keyakinan dalam diri kita bahwa salah satu solusi untuk mengatasi ujian dan cobaan dapat ditemukan di dalam ayat-ayat yang dikandungnya.

Kitab suci merupakan pedoman bagi manusia dalam rangka menjalani hidupnya di dunia.

Sementara itu, iman kepada hari akhirat serta qada dan qadar pun dapat memberikan ketenangan.

Selalu ada akhir dalam setiap takdir, bagaimanapun bentuknya.

Cobaan seberat apa pun pasti akan berakhir dengan seizin Allah Ta’ala. Di kemudian hari, kita pasti bisa memetik hikmahnya.

Memperbanyak Mengingat Dosa

Cara menghadapi ujian dan cobaan berikutnya adalah dengan jalan mengingat dosa. Memperbanyak ingat dosa di sini bukan bermaksud untuk meratapinya.

Namun, menjadikannya sebagai pelecut motivasi dan semangat untuk meningkatkan usaha memohon ampun dan bertaubat kepada Allah Ta’ala.

Jadi, la tahzan innallaha ma’ana. Jangan bersedih ketika mengingat dosa-dosa yang telah diperbuat karena Allah selalu bersama kita.

Allah pun memiliki sifat Maha Pengampun sehingga akan mengampuni setiap dosa-dosa setelah kita bertaubat dan tidak mengulanginya.

Mengingat dosa dapat membuat kita menyadari karunia Allah berupa ditutupi-Nya semua aib yang melekat pada diri kita.

Ini membuat kita merasa malu di hadapan-Nya sehingga senantiasa merendah dan ingin menebusnya dengan beramal saleh sebanyak mungkin.

La tahzan innallaha ma’ana. Jangan pula bersedih hati ketika menghadapi ujian berat. Kita dapat melaluinya dengan memperbanyak dzikir dan memohon ampun kepada Allah.

Memohon ampun bisa dilakukan lewat metode shalat taubat atau meningkatkan frekuensi bersedekah.

Perlu diingat pula bahwa ujian dan cobaan juga merupakan sarana menghapus dosa-dosa. Makin berat ujiannya, bukan mustahil semakin besar pula ampunan yang akan diperoleh.

Karena itulah, kita harus bisa bersabar dalam menghadapinya.

Ternyata, kalimat la tahzan innallaha ma’ana maknanya tidak cuma mengajak kita untuk menghindari kesedihan dan mengingat Allah.

La tahzan innallaha ma’ana juga mengajarkan pentingnya menanamkan sifat sabar dalam kehidupan sehari-hari. Semoga uraian kali ini dapat memberi manfaat bagimu.