Husnul Khotimah [Penjelasan Lengkap]

Sebagai umat muslim, tentu kamu pernah mendengar atau bahkan berharap untuk mati dalam keadaan yang baik. Tidak jarang orang akan mengatakannya dalam kata lain seperti khusnul khotimah.

Namun, belakangan timbul perdebatan antara penggunaan kata khusnul dengan husnul. Tidak sedikit pula yang menyebut jika penggunaan kata khusnul khotimah memiliki arti yang “hina” atau “tidak baik”.

Sedangkan kata husnul khotimah-lah yang memiliki arti kata “baik”. Nah, agar lebih jelasnya, tidak ada salahnya untuk mencari tahu kata mana yang paling cocok untuk diucapkan berikut ini!

Arti Kata Khusnul Khotimah dan Husnul Khotimah

Belakangan ini, media sosial sempat dihebohkan dengan pernyataan “Semoga meninggal dalam keadaan yang khusnul khotimah”. Kehebohan tersebut disebabkan oleh sebagian orang yang merasa kata khusnul khotimah tidaklah tepat diucapkan kepada orang yang meninggal karena memiliki arti hina.

Bahkan, kelompok tersebut juga mengatakan kata yang tepat untuk mendoakan jenazah tersebut adalah husnul khotimah. Bicara mengenai perbedaan dua kata ini, baik kata khusnul dan juga husnul khotimah berasal dari bahasa Arab.

Kata khusnul yang terdapat huruf hijaiyah kha’ mempunyai makna tidak baik atau hina. Hal tersebut juga telah dijelaskan oleh salah satu ulama, KH Faishal Zulkarnaen yang juga dikenal sebagia salah satu pengasuh di Pesantren Darul Hikam, Mojokerto.

Dalam penjelasannya, KH. Faishal mengatakan bahwa penggunaan khusnul khotimah tidaklah tepat. Selain memiliki arti kata yang tidak baik, dalam aturan bahasa Arab, kata khotimah tidak pernah disandingkan dengan kata khusnul.

Sebaliknya, dalam bahasa Arab hanya dikenal dua istilah yang menggunakan khotimah, yakni husnul dan su’ul khotimah. Kendati demikian, KH. Faishal juga mengatakan bahwa banyak orang yang salah menuliskan kata husnul dengan khusnul karena kurangnya pengetahuan dalam menerjemahkan kata dalam bahasa Arab tersebut ke dalam bahasa Indonesia.

Mungkin saja orang tersebut ingin menuliskan kata حسن الخاتمة yang seharusnya diterjemahkan menggunakan huruf ha’ bukan kha’. Adapun kalimat husnul khotimah yang menggunakan huruf ha’ sendiri merupakan kalimat yang tepat untuk mendoakan seseorang yang telah meninggal.

Dalam bahasa Arab, arti dari husnul khotimah adalah akhir yang baik. Maka dari itu, kata yang tepat untuk mendoakan jenazah yang telah meninggal adalah husnul khotimah dengan menggunakan huruf ha’.

Keadaan Husnul khotimah

Banyak umat muslim yang mendoakan jenazah mau pun meminta kepada Allah Swt. agar diwafatkan dalam keadaan yang husnul khotimah.

Namun, tidak sedikit pula yang masih belum memahami apa dan bagaimana keadaan yang husnul khotimah. Sebagai tambahan informasi, meninggal dalam keadaan husnul khotimah berarti orang tersebut wafat dalam keadaan telah diridhoi oleh Swt.

Hal tersebut juga telah dijelaskan oleh Allah Swt. lewat QS Ali-Imran ayat 102 yang berbunyi:

يٓاَيُّهَا الَّذِينَ امَنُوا اتَّقُوا اللّهَ حَقَّ تُقىتِهٖ وَلَا تَمُوتُنَّ اِلَّا وَاَنتُم مُّسلِمُونَ

Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha ḥaqqa tuqātihī wa lā tamụtunna illā wa antum muslimụn

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (Ali-Imran: 102)

Dalam ayat tersebut bisa disimpulkan jika seseorang yang meninggal dalam keadaan muslim atau masih memeluk agama Islam dan juga bertakwa kepada Allah Swt. adalah seseorang yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah.

Mengapa banyak umat muslim yang menginginkan meninggal dan menghadap Allah Swt. dalam keadaan yang husnul khotimah?

Bukan tanpa alasan, meninggal dengan kondisi husnul khotimah ternyata memiliki beberapa keutamaan. Kendati demikian, ternyata terdapat tanda-tanda tersendiri untuk mengetahui apakah orang tersebut meninggal dalam keadaan husnul khotimah atau tidak.

Adab Mengucapkan Husnul khotimah

Mengucapkan “semoga almarhum/almarhumah husnul khotimah” secara tidak langsung telah menjadi kebiasaan umat muslim di Indonesia saat mendengar kabar salah satu seorang kerabat yang meninggal atau saat sedang bertakziah.

Namun, apakah ada anjuran dalam Islam mengenai hal ini? Bicara mengenai hal ini tentu masih berkaitan dengan adab saat mendengar atau mengetahui seseorang meninggal dunia.

Satu hal yang wajib saat mengetahui ada seseorang yang meninggal dunia adalah datang untuk bertakziah.

Tidak hanya itu, kamu juga dianjurkan untuk mendoakan keluarga yang telah ditinggalkan. Tujuannya agar mereka mendapatkan kesabaran selama menghadapi musibah ini.

Selain mendoakan keluarga yang ditinggalkan, sebagai umat muslim ternyata juga disarankan untuk mendoakan almarhum atau almarhumah agar diampuni segala dosa-dosanya.

Hal ini seperti yang tertuang dalam sejumlah hadis riwayat berikut yang berbunyi:

لَفْظُ التَّعْزِيَةِ: عَظَّمَ اللهُ أَجْرَكَ، وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ، وَغَفَرَ لِمَيْتِكَ، وَأَلْهَمَكَ صَبْرًا، وَأَجْزَلَ لَنَا وَلَكَ بِالصَّبْرِ أَجْرًا، وَأَحْسَنُ مِنْ ذٰلِكَ: تَعْزِيَةُ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم لِإِحْدَى بَنَاتِهِ كَانَ قَدْ مَاتَ لَهَا وَلَدٌ فَقَالَ: (إِنَّ لِهُِٰ مَا أُخِذَ، وَلَهُ مَا أُعْطِيَ، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُّسَمَّى).

Lafdzu attaʿziati: ʿadzamallahu ajraka, waahsana ʿazā aka, waghafara limaitika, waʾalhamaka shabrā, waʾajzala lanā walaka bishshabri ajrā, waahsanu min dzalika: taʿziyatu rasūlillāhishallahllāhu ‘alaihi wasallam liihdabanātihi kāna qad māta lahā waladunfaqāla: (īnwaa lihiun mā auẖiḏa, walahu mā auʿṭīa, wakulwu šaī ʿindahu biʾāǧalٍ mwusamwai).

Artinya:

”Lafal Ta‘ziyah: ’Semoga Allah membesarkan pahala padamu, memperbaguskan dukamu, memberikan ampunan bagi mayitmu, dan membimbingmu bersabar, dan semoga Dia memperbesar pahala sebab kesabaran kepada kami dan kepadamu.’

Redaksi yang lebih bagus dari redaksi tersebut adalah ucapan ta‘ziyah Rasulullah saw. kepada salah seorang putrinya yang berduka karena kematian putranya.

Rasulullah bersabda, ’Sungguh bagi Allah apa yang Dia ambil, bagi-Nya apa yang telah Dia berikan, dan segala sesuatu yang ada pada sisi-Nya telah ditetapkan ajalnya.’”

(Imam Az-Zabîdî, Al-Jauharatun Nayyirah Syarh Mukhtashar Al-Qudûrî fîl Furû‘il Hanafiyyah, [Beirut, Dârul Kutub Al-‘Ilmiyyah: 1971 M], halaman 274).

Kendati demikian, menurut Nahdlatul Ulama, pengucapan “semoga husnul khotimah” ternyata akan lebih tepat jika diperuntukkan kepada orang yang masih belum meninggal dunia. Misalnya saja saat kamu sedang mengunjungi orang yang sudah sakit keras atau yang tengah dekat dengan ajalnya.

Tanda-Tanda Mati dalam Keadaan yang Husnul khotimah

Seperti yang telah diketahui, meninggal dalam keadaan husnul khotimah merupakan impain bagi setiap muslim.

Apalagi, meninggal dalam keadaan yang baik dan husnul khotimah ternyata memiliki keutamaan tersendiri. Sayangnya, tidak semua umat muslim dapat meninggal dalam keadaan husnul khotimah.

Namun, tidak ada salahnya untuk mencari tahu bagaimana tanda-tanda seseorang yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah seperti yang telah berhasil dirangkum oleh Hasana.id berikut ini:

Mengucap Kalimat Syahadat

Salah satu tanda meninggal dalam kondisi husnul khotimah adalah orang tersebut sempat mengucap kalimat syahadat sebelum ajal menjemput. Hal ini juga dijelaskan dalam salah satu hadis riwayat muslim, Abu Daud yang berbunyi:

Dari Mu’adz bin Jabal ra, Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang akhir perkataannya adalah kalimat ‘Laa ilaha illallah’ (tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah), maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud).

Sedari kecil, kamu tentu sudah diajarkan beberapa adat dan aturan dalam Islam salah satunya adalah mengucap kalimat syahadat menjelang ajal menjemput.

Hal ini diperintahkan bukan tanpa alasan. Mengucap kalimat syahadat sebelum meninggal ternyata memiliki keistimewaan tersendiri.

Bahkan, Allah Swt. telah menjamin orang-orang yang mengucap syahadat sebelum meninggal akan berada di sisi Allah Swt. dan masuk ke dalam surga-Nya.

Orang yang meninggal sebelum mengucap kalimat syahadat juga bisa dibilang meninggal dalam keadaan bertauhid.

Apakah orang yang mengucapkan kalimat syahadat sebelum meninggal akan langsung masuk surga? Jawabannya adalah iya.

Namun, jika kamu bertanya apakah orang tersebut akan langsung masuk surga tanpa diazab atas dosa-dosa selama hidup maka jawabannya adalah tidak.

Allah Swt. memang menjamin orang tersebut masuk surga tetapi setelah ia menjalani azab di neraka atas dosa-dosa yang telah dilakukan selama masih hidup.

Hal tersebut juga terterang dalam sejumlah hadis riwayat muslim yang berbunyi:

مَن قَالَ أَشهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبدُ اللَّهِ وَابنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلقَاهَا إِلَى مَريَمَ وَرُوحٌ مِنهُ وَأَنَّ الجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدخَلَهُ اللَّهُ مِن أَيِّ أَبوَابِ الجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ

man qāla āšhadu ān lā īlaha īlawā al-lawhu waḥdahu lā šarīka lahu waʾānaw muḥamawddā ʿabduhu warasūluhu waʾānaw ʿīsai ʿabdu al-lawhi wābnu āmatihi wakalimatuhu ālqāhā īlai marīama warūḥٌ minhu waʾānaw al-ǧanawẗa ḥaqٌw waʾānaw al-nawāra ḥaqٌw ādẖalahu al-lawhu min āīiw ābwābi al-ǧanawẗi al-ṯawmānīaẗi šāʾa

Artinya:

Dari Ubadah bin Shamit radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan-Nya, dan bahwasanya Isa adalah hamba Allah dan anak dari budak wanita-Nya serta kalimat-Nya yang ia sampaikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya. Allah akan masukkan ke dalam surga lewat pintu surga yang delapan sekehendaknya.”

(HR. Bukhari, no. 3252 dan Muslim, no. 28)

Keningnya Berkeringat

Tanda lain dari seseorang yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah adalah keningnya berkeringat. Hal ini rupanya juga diceritakan dalam sebuah riwayat muslim Buraidah RA.

Pada saat itu, Buraidah RA berada di Khurasan dan sempat menyaksikan saudaranya yang sakit hingga meninggal.

Saat saudara dari Buraidah RA meninggal, Buraidah RA melihat ada sejumlah keringat yang keluar dari kening saudaranya tersebut. Buraidah RA pun langsung mengucap takbir karena melihat hal tersebut.

Ia juga mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. sempat bersabda:

وَعَن بُرَيدَةَ رضي الله عنه عَنِ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( اَلمُؤمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ الجَبِينِ ) رَوَاهُ اَلثَّلَاثَةُ وَصَحَّحَهُ ابنُ حِبَّانَ

Waʿan buraīdaẗa rḍī al-lh ʿnh ʿani ālnwabīwi ṣli al-lh ʿlīh ūslm qāla: ( ālmūʾminu īamūtu biʿaraqi al-ǧabīni ) rawāhu ālṯwalāṯaẗu waṣaḥwaḥahu abnu ḥibwāna

Artinya:

“Dari Buraidah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang yang beriman itu mati dengan keringat di dahi.”

Meninggal di Hari Jumat

Banyak sekali umat muslim yang menginginkan dapat meninggal di hari Jumat. Rupanya hal tersebut bukan tanpa alasan.

Diketahui bahwa salah satu orang tersebut meninggal dalam keadaan husnul khotimah adalah meninggal tepat di hari Jumat atau di siang hari Jumat.

Hal tersebut juga telah disebutakn dalam sebuah hadis riwayat muslim Abdullah bin Umar RA. Dalam hadisnya, Abdullah bin Umar RA menyebut jika Nabi Muhammad saw. pernah mengatakan bahwa orang yang meninggal di hari Jumat atau malamnya akan dilindungi Allah dari fitnah dan siksa kubur.

Adapun hadis tersebut berbunyi:

ما من مسلم يموت يوم الجمعة أو ليلة الجمعة إلا وقاه الله تعالى فتنة القبر

Artinya:

“Tidaklah seorang Muslim mati di hari atau malam Jumat, kecuali Allah menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. al-Tirmidzi).

Meninggal dalam Keadaan yang Syahid

Selain tanda-tanda di atas, tanda lain dari orang yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah adalah meninggal dalam kondisi yang syahid.

Definisi meninggal dalam keadaan syahid ternyata tidak hanya berkaitan dengan meninggal saat berperang.

Terdapat beberapa keadaan yang masuk ke dalam keadaan syahid, yaitu:

Meninggal yang Disebabkan oleh Wabah

Jika melihat salah satu tanda ini, bisa dibilang jika orang-orang yang meninggal karena virus Covid-19 termasuk ke dalam golongan orang-orang yang meninggal dalam keadaan syahid.

Apalagi Covid-19 merupakan wabah yang telah merenggut jutaan nyawa manusia dari berbagai penjuru dunia.

Wallahu’alam bisshawwab.

Meninggal karena Sakit Perut

Sakit perut yang masuk ke dalam kategori syahid adalah diare yang sangat parah. Bisa juga penyakit perut yang disebabkan karena sistem pencernaan mengalami gangguan yang membuat seseorang tersebut tidak dapat menyerap makanan dengan sempurna.

Namun, tidak menutup kemungkinan sakit perut yang dimaksud adalah sakit perut yang diakibatkan oleh proses pencampuran makanan dan enzim di dalam perut yang tidak sempurna sehingga mengganggu atau bahkan merusak organ-organ di dalam tubuh.

Meninggal karena Tenggelam

Mungkin banyak yang belum mengetahui alasan mengapa orang yang meninggal dalam keadaan tenggelam akan tergolong ke dalam orang-orang yang mati syahid di akhirat kelak.

Syahid akhirat ini berarti mereka akan masuk surga sekaligus mendapat perlakuan yang syahid di dunia. Perlakuan syahid yang dimaksudkan adalah disalatkan dan dimandikan terlebih dahulu sebelum dikebumikan.

Namun, orang tersebut baru akan masuk ke dalam kategori syahid jika semasa berada di kapal atau kendaraan yang ditumpanginya untuk melintasi air tidak melakukan maksiat.

Meninggal Akibat Terkena Reruntuhan

Salah satu orang yang meninggal sembari berjihad adalah orang yang meninggal diakibatkan karena terkena reruntuhan.

Meninggal karena tertimpa reruntuhan ternyata juga tergolong ke dalam mati syahid akhirat. Orang tersebut tetap akan masuk surga Allah Swt. dan mendapatkan perlakuan yang syahid sebelum dimakamkan.

Kendati sudah dijamin dapat masuk surga, orang yang meninggal karena tertimpa reruntuhan masih akan dihisab terlebih dahulu dan mendapatkan azab atas dosa-dosa yang ia lakukan selama di dunia.

Barulah setelah itu ia bisa masuk ke dalam surga Allah Swt..

Meninggal karena Berperang di Jalan Allah Swt.

Berperang di jalan Allah Swt. atau yang juga dikenal nama jihad merupakan salah satu kata yang sensitif. Bahkan, tidak sedikit orang yang kini menilai kata jihad sebagai salah satu kata bermakna negatif lantaran banyaknya teroris yang menggunakan kata tersebut untuk melakukan pengeboman.

Berperang di jalan Allah Swt. merupakan usaha yang dilakukan seorang hamba untuk menegakkan aturan Allah Swt. Bagi umat muslim, berjihad di jalan Allah Swt. ternyata banyak variasinya.

Misalnya saja menjalankan ibadah, menuntut ilmu, menegakkan kebenaran di lingkungan yang zalim, berbakti kepada orang tua, melawan hawa nafsu, hingga membantu janda serta orang-orang miskin di sekitar.

Meninggal Saat Menjalani Masa Kehamilan atau Nifas

Dalam Islam, kaum wanita mendapat beberapa keistimewaan. Salah satunya adalah meninggal dalam kondisi yang syahid.

Hal ini berlaku jika wanita tersebut meninggal dalam kondisi sedang hamil atau menjalani masa nifas.Hal ini juga telah disebutkan dalam salah satu hadis yang berbunyi:

القَتِيلُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ شَهِيدٌ وَالمَطعُونُ شَهِيدٌ وَالمَبطُونُ شَهِيدٌ وَمَن مَاتَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

Al-qatīlu fī sabīli al-lwahi šahīdٌ wālmaṭūnu šahīdٌ wālmabṭūnu šahīdٌ waman māta fī sabīli al-lwahi fahuwa šahīdٌ

Artinya:

“Orang yang terbunuh di jalan Allah (fii sabilillah) adalah syahid; orang yang mati karena wabah adalah syahid; orang yang mati karena penyakit perut adalah syahid; dan wanita yang mati karena melahirkan adalah syahid.”

(HR. Ahmad, 2: 522. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan ‘Adil Mursyid menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).

شهداء أمتي إذاً لقليل ، القتل في سبيل الله عز وجل شهادة ، والطاعون شهادة ، والغرق شهادة ، والبطن شهادة ، والنفساء يجرها ولدها بسرره إلى الجنة

Artinya:

“Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku cuma sedikit. Orang yang mati berjihad di jalan Allah, syahid, orang yang mati karena Tha’un, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati karena sakit perut, syahid. Dan wanita yang mati karena nifas, dia akan ditarik oleh anaknya menuju surga dengan tali pusarnya.”

(HR. Ahmad dalam musnadnya 15998. Syaikh Syuaib Al-Arnauth menilai hadis ini: Shahih li Ghairih).

Sebagai tambahan informasi, saat menjalani masa kehamilan atau pun nifas, kondisi seorang wanita bisa dikatakan sangat rawan dan tidak stabil.

Bahkan, kemungkinan meninggal dari seorang wanita yang sedang hamil atau pun nifas lebih tinggi risikonya.

Meninggal karena Dirampok

Salah satu keadaan lain yang menyebabkan orang tersebut meninggal dalam keadaan husnul khotimah adalah meninggal saat sedang melawan perampok.

Seperti yang telah diketahui, meninggal dalam keadaan tengah menegakkan kebenaran atas hal-hal yang keji dan zalim tergolong ke perbuatan berjihad.

Tidak heran jika orang yang meninggal karena dirampok atau dibegal akan meninggal dalam keadaan syahid. Hal tersebut juga secara jelas telah tercantum dalam sebuah hadis yang berbunyi:

عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : « مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَدُونَ أَهْلِهِ أَوْ دُونَ دَمِهِ أَوْ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ »

‘An sa’id ibni zaidin ‘aninnabiyyi shallallahu ‘alaihi wasallam qala: <<manqutila dunmalihi fahuwa syahidun waman qutila duna ahlihi au duna damihi au duna dinihi fahuwa syahidun>>

Artinya:

“Dari Sa’id bin Zaid, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Siapa yang dibunuh karena membela hartanya maka ia syahid. Siapa yang dibunuh karena membela keluarganya maka ia syahid. Siapa yang dibunuh karena membela darahnya atau karena membela agamanya, ia syahid.”

(HR. Abu Daud No. 4772 dan An Nasa’i no. 4099. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Meninggal Saat Ribath

Disebutkan jika salah satu tanda orang yang meninggal dalam keadaan syahid adalah orang yang tengah menjalankan ribath. Ribath bisa didefinisikan sebagai aktivitas untuk bersiap siaga dan berjaga.

Dulunya, istilah ribath digunakan oleh tentara Islam yang berjaga-jaga di wilayah perbatasan atau daerah yang mungkin dimasuki oleh musuh.

Namun, tidak sedikit pula yang kini mengartikan ribath sebagai salah satu cara untuk menahan seseorang untuk tidak melakukan hawa nafsunya dari perbuatan maksiat dan haram.

Tak hanya itu saja, orang yang sedang menjalankan ribath ternyata juga dijanjikan oleh Allah Swt. mendapat imbalan atau pahala yang besar.

Seperti yang telah dijelaskan dalam salah satu hadis riwayat Bukhari berikut:

رِبَاطُ يَومٍ وَلَيلَةٍ خَيرٌ مِن صِيَامِ شَهرٍ وَقِيَامِهِ وَإِن مَاتَ جَرَى عَلَيهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعمَلُهُ وَأُجرِيَ عَلَيهِ رِزقُهُ وَأَمِنَ الفَتَّانَ

Ribathu yaumin walailatin khorun min shiyamni syahrin wa qiyamihi wainmata jara ‘alaihi ‘amaluhuladzi kana ya’maluhu waujriya ‘alaihi rizquhu wa aminalfatana

Artinya:

“Berjaga-jaga sehari-semalam (di daerah perbatasan) lebih baik daripada puasa beserta shalat malamnya selama satu bulan. Seandainya ia meninggal, maka pahala amalnya yang telah ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rezeki baginya, dan ia terjaga dari fitnah.” (HR. Muslim)

Meninggal Saat Sedang Beramal Saleh

Tanda lain husnul khotimah yang bisa kamu ketahui adalah meninggal saat sedang mengerjakan amal saleh.

Hal ini pun juga tertera dengan jelas dalam sejumlah hadis yang menyebutkan bahwa orang-orang yang tengah mengerjakan perbuatan yang diperintahkan oleh Allah Swt. akan masuk ke dalam surga.

Salah satu hadis yang membahas tentang hal ini adalah:

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Manqala lailahaillallahu ibtigha a wajhillahi khutimalahu biha dakhalaljannata waman shama yaumabtigha a wajhillahi khutimalahubiha dakhalaljannata waman tashaddaqatin khutimalahubiha dakhalaljannata

Artinya:

“Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah Allah kemudian amalnya ditutup dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Siapa saja yang bersedekah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga.” (HR. Imam Ahmad dan selainnya).

Hal-Hal yang Harus Dilakukan agar Husnul Khotimah

Meninggal dalam keadaan husnul khotimah memang menjadi salah satu hal yang paling didambakan oleh umat iIslam. Apalagi, Allah Swt. juga telah menjamin bahwa orang yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah akan masuk ke dalam surga-Nya.

Namun, tidak sedikit orang yang melupakan bahwa untuk bisa meninggal dalam keadaan tersebut, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan selama hidupnya.

Apa saja hal-hal tersebut? Berikut sejumlah hal yang dianggap dapat membuat seorang umat muslim meninggal dalam keadaan yang husnul khotimah kelak.

  1. Menjaga dan meningkatkan iman dan takwa secara istiqomah kepada Allah Swt.
  2. Bersungguh-sungguh dalam memperbaiki lahir dan batinnya.
  3. Berdoa dan meminta kepada Allah Swt. agar dimatikan dalam keadaan husnul khotimah.
  4. Berzikir kepada Allah Swt. di mana pun dan kapan pun berada.

Meninggal dalam Keadaan Tidak Baik

Su’ul khotimah merupakan kebalikan dari keadaan husnul khotimah. Su’ul khotimah sendiri bisa diartikan sama dengan khusnul khotimah di mana seseorang yang meninggal dalam keadaan yang tidak baik.

Orang yang meninggal dalam keadaan su’ul khotimah sudah tentu meninggal dalam keadaan yang tidak beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.

Hal ini bisa jadi karena orang tersebut terkena tipuan atau godaan dari setan yang terkutuk. Salah satu contoh orang yang meninggal dalam keadaan su’ul khotimah adalah orang yang meninggal saat mengerjakan perbuatan maksiat.

Misalnya saja, meninggal saat sedang berzina di mana orang tersebut tidak sempat bersuci dan memohon ampun kepada Allah Swt.

Lebih lanjut, orang yang meninggal dalam keadaan su’ul khotimah justru akan merugi. Allah Swt. akan menghapuskan kebaikan selama ia hidup.

Semoga kita semua dihindarkan dari golongan orang-orang tersebut, ya!

Tanda Seseorang Meninggal dalam Keadaan yang Buruk

Sama seperti husnul khotimah yang memiliki ciri-ciri khusus, ternyata orang yang meninggal dalam keadaan su’ul khotimah juga dapat diperhatikan.

Berikut sejumlah tanda-tanda seseorang meninggal dalam keadaan su’ul khotimah:

  1. Akidah dan imannya telah rusak
  2. Terus melakukan perbuatan yang berdosa besar
  3. Gemar melakukan maksiat semasa hidupnya
  4. Kerap meninggalkan dan meremehkan untuk mendirikan salat
  5. Selalu lalai dalam membayarkan zakat
  6. Berteman dengan orang yang tidak baik
  7. Gemar mencari dan membicarakan aib orang lain
  8. Gemar mencurangi takaran atau timbangan semasa hidupnya
  9. Kerap menipu dan menzalimi orang lain

Jika melihat sejumlah tanda-tanda su’ul khotimah di atas, bisa disimpulkan orang yang meninggal dalam keadaan tidak baik tersebut ternyata semasa hidupnya tidak pernah melakukan aktivitas yang diperintahkan oleh Allah Swt.

Kendati orang tersebut dinilai baik oleh orang lain dan kerap melakukan sejumlah kebaikan, siapa yang menyangka jika di akhir umurnya, Allah Swt. akan menghapusnya. Sungguh benar-benar merugi orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.

Selain itu, jangan pernah lupa untuk selalu melakukan kegiatan dan perbuatan yang memang diperintahkan oleh Allah Swt. dan disunahkan oleh Nabi Muhammad saw. agar dapat meninggal dalam kondisi yang baik atau husnul khotimah.

Yuk, perbanyak berdoa sekaligus melaksanakan perintah Allah Swt. agar bisa mendapatkan husnul khotimah dan dihindarkan dari khusnul khotimah!

Source:

https://www.nu.or.id/post/read/111057/khusnul-khatimah-atau-husnul-khatimah–

https://umma.id/post/khusnul-khotimah-atau-husnul-khotimah-mana-penulisan-yang-benar-21616195010626?lang=id

https://www.laduni.id/post/read/69403/khusnul-khotimah-atau-husnul-khotimah-mana-penulisan-yang-benar

https://www.laduni.id/post/read/57995/perbedaan-orang-yang-mati-khusnul-khotimah-dan-suul-khotimah

https://islam.nu.or.id/post/read/123054/bolehkah-pengucapan-semoga-husnul-khatimah-dalam-taziyah-?_ga=2.261044621.1874845931.1612162500-684136446.1612162500