Hadist Kebersihan Raga dan Jiwa dalam Islam

Kebersihan adalah awal dari segala hal yang positif, itulah alasan mengapa sebelum beribadah, umat Islam selalu diwajibkan untuk menyucikan diri. Dalam Islam, juga terdapat berbagai ayat dan hadist kebersihan yang mengatur aspek ini secara jelas.

Islam sangat mengutamakan kebersihan, bahkan dalam ajaran agama, kebersihan adalah bagian daripada iman. Salah satu hadist kebersihan yang shahih adalah sebagai berikut:

عَنْ سَعْدِبْنِ اَبِى وَقَّاصٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ اللهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ نَظِيْفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ جَوَادٌيُحِبُّ الْجَوَادَفَنَظِّفُوْااَفْنَيْتَكُمْ

‘aansa’diini abii waqqashin ‘aniabiihii ‘aninnayyi shallallau’alaihi wasallama innallaaha thayyibun yukhibbutthayyiba nadhiifun yukhibbunnadhaa fata kariimun yukhibbul karama jawaadun yukhibbul jawaada fanaddhifuu afnaitakum

Artinya:

“Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah Swt. itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu.”

Lalu, seberapa penting kebersihan dalam pandangan agama Islam? Kalau kamu penasaran, simak artikel ini baik-baik karena Hasana.id akan mengulasnya secara lengkap untukmu di sini lengkap dengan hadist kebersihan.

Kebersihan adalah Awal Mula dari Kesehatan Tubuh

Kesehatan adalah sebuah rahmat berharga dari Allah Swt. Apabila kamu senantiasa sehat, kita tentu bisa jadi orang yang menebar manfaat kepada sekitar.

Seseorang yang sehat dapat beribadah dengan optimal dan dapat bekerja sehingga bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya.

Islam telah mengatur fitrah tentang bagaimana seharusnya para kaum muslimin dan muslimah menjaga kebersihan tubuhnya, sesuai dengan hadist kebersihan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ (أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ) الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ،وَنَتْفُ الإِبِطِ، وَقَصّ الشّارِبِ

alfithratun khamsun (awkhamsun minalfithrati) khitaanu, wal istikhdaad, wataqliimul andgfaari, wanatful ibithi, waqassassyaarib

Artinya:

“Ada 5 macam fitrah, yaitu khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.”

Lebih jelasnya, berikut adalah beberapa jenis fitrah manusia untuk menjaga kebersihan tubuhnya sendiri berdasarkan hadist kebersihan di atas.

Fitrah Kebersihan Manusia

Khitan/Sunat

Setiap pria Muslim wajib hukumnya untuk khitan atau disunat. Sunat merupakan sebuah proses penghilangan atau pemotongan kulit bagian depan pada penis.

Kulit tersebut adalah tempat berkumpulnya berbagai macam kotoran yang timbul dari air seni dan dari luar tubuh.

Jika seorang pria telah disunat, maka akan lebih mudah untuk membersihkan bagian tersebut, sehingga ia akan terhindar dari risiko infeksi menular seksual dan kanker pada alat vital.

Bagi pasangan, khitan juga akan membawa manfaat karena ia dapat mengurangi risiko kanker rahim pada perempuan karena hubungan seksual.

Perintah untuk khitan telah diatur di dalam hadis riwayat Abu Dawud nomor 356, yakni:

أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ وَاخْتَتِنْ

alqi ‘ankasya’ral kufri waakhtatin

Artinya:

“Cukurlah (hilangkanlah) rambut kekafiran yang ada pada dirimu dan berkhitanlah!

Mencukur Bulu Kemaluan

Islam menganjurkan umatnya untuk mencukur bulu kemaluan. Sama seperti kulit pada ujung alat vital pria, bulu kemaluan adalah tempat di mana bakteri dan kotoran mudah untuk bersarang.

Bulu kemaluan yang tidak kunjung dicukur akan menyebabkan penyakit kulit pada bagian alat vital, gatal-gatal, aroma tidak sedap, dan juga membuatmu rentan terkena penyakit yang berhubungan dengan kelamin.

Mencukur bulu kemaluan dapat dilakukan secara rutin baik dengan menggunakan gunting mau pun alat cukur otomatis.

Jangan lupa untuk membersihkan sisa bulu kemaluan yang telah dicukur agar tidak menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan dan penyakit bagi orang lain.

Terkait kapan waktu yang tepat untuk mencukur bulu kemaluan, ada sebuah hadist kebersihan yang menjelaskannya, yakni:

وقت لنا في قص الشارب وتقليم الأظفار ونتف الإبط وحلق العانة أن لا نترك أكثر من أربعين ليلة

Artinya:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan batasan waktu kepada kami untuk memotong kumis, memotong kuku, mencabuti bulu ketiak, dan mencukur bulu kemaluan, agar tidak dibiarkan lebih dari empat puluh hari.” (HR. Muslim, Abu Daud, dan An-Nasa’i).

Memotong Kumis

Seorang pria diwajibkan untuk memotong kumisnya agar rapi dan bersih. Kumis yang terlalu panjang adalah sarang kuman dan penyakit, serta membuat wajah menjadi terlihat lebih kotor.

Dalil yang mengatur tentang pemotongan kumis adalah pada hadist kebersihan berikut ini:

وعَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رضي الله عنه قَالَ : ( كَانَ شَارِبِي وَفَى – أي زاد – فَقَصَّهُ لِي – يعني النبي صلى الله عليه وسلم – عَلَى سِوَاكٍ ) رواه أبو داود (188) وصححه الألباني في صحيح أبي داود .

Artinya:

Mughiroh bin Syu’bah radhiallahu’anhu berkata, “Dahulu kumisku panjang, maka Nabi Sallallahu’alaihi wa sallam memendekkannya untukku (panjangnya) di atas siwak.” (HR. Abu Dawud (188) dishohehkan Al-Albany dishohehkan Abi Dawud).

Lalu, kapan saat yang tepat untukmu mencukur kumis?  Menurut sebuah hadist kebersihan yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, dan an-Nasa’i yang telah dituliskan di atas, batas waktu untuk mencukur kumis adalah empat puluh hari.

Memotong Kuku

Kuku yang terlalu panjang akan mendatangkan berbagai macam mudarat. Ia berbahaya bagi kulitmu dan kulit orang di sekitar, rentan patah.

Selain itu kuku panjang juga mudah menyimpan debu serta bakteri. Itulah sebabnya memotong kuku adalah sunah dalam agama Islam.

Sebelum memotong kuku, diwajibkan untuk mengucapkan bismillah sehingga tidak terjadi ketidaksengajaan yang buruk seperti misalnya luka pada bagian jari atau kuku yang tidak terpotong dengan baik.

Menghilangkan Bulu Ketiak

Islam juga menganjurkan para umatnya untuk menghilangkan bulu ketiak. Bulu ketiak yang tidak dicukur akan menimbulkan aroma yang tak sedap.

Kadang, bulu ketiak yang panjang juga bisa merangsang keringat yang lebih banyak. Hal ini membuat bakteri dan kotoran menjadi mudah untuk bersarang di dalamnya.

Soal Mandi Junub

Usai menstruasi dan bersetubuh dengan pasangan, wajib hukumnya untuk mandi junub. Sebab, seseorang yang mengalami kondisi tersebut terhitung memiliki hadast besar.

Karena itulah wajib hukumnya membersihkan diri agar bisa menjalankan ibadah di mana salah satu rukunnya adalah suci dari hadast besar.

Jika tidak, mau sebanyak apa pun ibadah yang dilakukan akan menjadi percuma apabila masih dalam keadaan memiliki hadast besar. Mandi junub dilakukan dengan rukun sebagai berikut:

  • Mengucapkan niat
  • Mengguyur air di semua bagian tubuh
  • Menyiramkan air ke kepala 3 kali
  • Membersihkan sela-sela bagian kemaluan atau ketiak sehingga berbagai macam kotoran pun akan terangkat

Adapun niat mandi junub adalah:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلحَدَثِ اْلأَكْبَرِ مِنَ اْلِجنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

Nawaitul gusla lirof’il hadatsil akbari minal jinabati fardlon lillahi ta’ala.

Artinya:

“Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardu karena Allah ta’ala.”

Kebersihan Makanan dan Minuman

Islam sudah sangat jelas memberi aturan mengenai makanan dan minuman. Semua yang dikonsumsi haruslah bersih dan halal. Ada hubungan yang sangat erat antara makanan yang halal di dalam Islam dan juga aspek kebersihan pada makanan.

Pada zaman yang modern ini, perubahan terjadi begitu cepat, begitu pula terkait makanan.

Ada begitu banyak makanan dan minuman menggoda yang beredar di pasaran, sehingga terkadang membuat kita melupakan aspek penting seperti kandungan yang ada di dalamnya.

Itulah alasan mengapa Islam mengatur dengan sangat detail mengenai bagaimana cara menyembelih hewan, bagian hewan mana saja yang boleh dimakan, dan juga adab memasak dan juga makan.

Kebersihan makanan dan minuman adalah awal dari tubuh yang sehat. Sebaliknya, jika kamu mengonsumsi makanan-makanan yang kotor, kamu akan mengalami berbagai macam penyakit, seperti flu dan juga diare.

Dalam sebuah hadist kebersihan, Nabi Muhammad saw. bersabda mengenai pentingnya menutup bejana  (untuk air/makanan):

غَطُّوْا الإِنَاءَ وَأَوْكُوْا السِّقَاءَ وَأَغْلِقُوْا البَابَ وَأَطْفِؤُا السِّرَاجَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَحُّلُ سِقَاءً وَلاَ يَفْتَحُ بَابًا وَلاَ يَكْشِفُ إِنَاءً فَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ إِلاَّ أَنْ يَعْرُضَ عَلىَ إِناَئِهِ عُوْداً وَيَذْكُرُ اسْمَ اللهِ فَلْيَفْعَلْ . وفي رواية : غَطُّوْا الإِناَءَ وَأَوْكُوْا السِّقَاءَ فَإِنَّ فِي السَّنَةِ لَيْلَةٌ يَنـْزِلُ فِيْهَا وَبَاءٌ لاَ يَمُرُّ بِإِناَءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ غِطَاءٌ أَوْ سِقَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ وِكَاءٌ إِلاَّ نَزَلَ فَيْهِ مِنْ ذَلِكَ الْوَبَاءِ .

ghatthuul inaa awa awkuussiqaa awa aghliqulbaaba wa athfi ussiraaja fainnassyaithaanal ayakkhulu siqaa an walaayaftakhu baaban wal ayaksyifu inaa an fain lamyajid akhadukum illaa an ya’rusha ‘alaa inaa ihi ‘uudan wayadzkurusmallaahi falyaf’al

Artinya:

Tutuplah bejana, ikatlah kantung air, kuncilah pintu, dan padamkanlah lampu. Sesungguhnya setan tidak bisa membuka kantung air, tidak bisa membuka pintu, dan tidak pula bisa membuka bejana. Jika salah seorang dari kalian tidak mendapatkan (penutup) kecuali hanya dengan membentangkan sebatang ranting pohon kemudian ia menyebut nama Allah, hendaklah ia lakukan itu.

Menjaga Kebersihan Lingkungan

Di dalam agama Islam, wajib hukumnya menjaga lingkungan agar tetap bersih. Lingkungan yang bersih adalah awal dari tubuh yang sehat dan juga mental yang jernih.

Hidup di dalam lingkungan yang sehat sangat menyenangkan, membuat manusia semakin dekat kepada Allah Swt. dan semakin menghargai hidup.

Menjaga kebersihan lingkungan bisa dimulai dari rumah. Bersihkan rumah secara rutin dan jangan biarkan makanan tersisa di atas meja hingga membusuk dan beraroma tidak sedap.

Kemudian, perhatikan kebersihan di sekitar rumah, seperti sampah, selokan, dan juga pekarangan dan jalan yang terdapat di depan rumahmu. Menjaga kebersihan lingkungan berarti juga menjaga kesehatan orang di sekitar.

Kepedulian pada kebersihan adalah cara untuk menghargai nikmat hidup yang sudah Allah berikan kepada kita. Juga, untuk menghargai hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas).

Pentingnya Kebersihan pada Saat Beribadah

Islam sangat ketat dalam mengatur kebersihan ketika menjalankan ibadah. Seseorang yang tengah mengalami menstruasi atau usai bersetubuh dengan suami/istri dilarang untuk melakukan salat dan juga puasa sebelum menstruasinya selesai atau sebelum mandi junub. 

Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, mandi junub juga memiliki rukun-rukun tertentu yang wajib untuk dipatuhi guna memastikan bahwa seluruh bagian tubuh, termasuk di sela-selanya, betul-betul bersih dari najis.

Ibadah merupakan momen di mana para muslimin dan muslimah mendekatkan diri kepada Allah Swt., sehingga seluruh bagian tubuh harus bersih.

Dengan tubuh yang bersih, kamu akan merasa nyaman, sehingga pikiran menjadi lebih jernih pada saat beribadah.

Jenis-Jenis Najis dan Cara Menghilangkannya

Najis merupakan kotoran yang bisa menjadikan ibadah kepada Allah Swt. jadi terhalang. Di dalam Islam, terdapat empat jenis najis, yakni najis mafu, najis mukhaffafah, najis mutawassithah, dan juga najis mughaladzah.

Najis Mafu

Najis mafu adalah salah satu najis yang masih dimaafkan dan kita tak perlu membersihkannya.

Beberapa contoh najis yang tergolong ke dalam jenis najis mafu adalah setetes darah yang sulit dibersihkan, nanah, bangkai binatang tanpa darah mengalir, atau debu.

Jika najis ini terdapat pada alat salatmu, maka salatnya tetap dianggap sah.

Najis Mukhaffafah

Najis mukhaffafah merupakan jenis najis ringan yang bisa dibersihkan hanya dengan memercikkan air saja di bagian tubuh/benda yang terkena najis.

Bekas dari najis tersebut memang masih ada, tetapi ia dianggap bersih sehingga tidak mengganggu proses ibadah.

Salah satu contoh najis mukhaffafah adalah air kencing bayi di bawah usia dua tahun.

Menurut sebuah hadist kebersihan, diriwayatkan Rasulullah saw. pernah mencontohkan cara membersihkan najis ini hanya dengan memercikkan air tanpa membasuhnya sama sekali.

Namun, perlu kamu ingat bahwa air seni bayi berusia dua tahun yang tergolong di dalam najis ini adalah mereka yang belum mengonsumsi apa pun selain air susu ibu (ASI).

Apabila bayi telah diberi minum berupa susu formula, tentu tidak lagi tergolong ke dalam najis ini dan air seninya harus dibasuh.

Najis Mutawassithah

Najis mutawassithah di dalam agama Islam merupakan jenis najis sedang. Najis mutawassithah berasal dari bagian alat vital serta bagian dubur dari manusia dan juga hewan, bangkai selain bangkai manusia, belalang, dan ikan, serta zat cair yang bersifat memabukkan seperti wine atau bir.

Pada dasarnya, terdapat dua jenis najis mutawassithah, yakni:

  • Najis yang terasa, tercium, atau pun terlihat
  • Najis mutawassithah yang tidak terlihat.

Secara spesifik, jenis najis sedang yang ada di sekitar kita adalah:

Air Seni

Air seni yang dimaksud dapat berupa air seni dari manusia atau dari hewan. Air seni masuk ke dalam golongan najis karena ia merupakan sisa-sisa pembuangan dari metabolisme tubuh

Sehingga, berisi kotoran dan zat-zat lain yang sangat berbahaya serta menimbulkan penyakit.

Tinja Manusia/Hewan

Tinja atau kotoran manusia serta hewan juga masuk ke dalam golongan najis. Yaitu kotoran dari sisa-sisa dari metabolisme dan racun yang dikeluarkan dari tubuh makhluk hidup.

Bukan hanya penuh dengan penyakit dan zat beracun, feses juga memiliki aroma yang sangat menyengat dan tidak sedap.

Darah

Darah merupakan najis dan harus dibersihkan, terutama darah menstruasi. Namun, ada beberapa ketentuan di mana darah tidak dianggap najis:

  • Darah yang mengalir di dalam tubuh manusia
  • Darah dari hewan-hewan laut
  • Darah yang jumlahnya terlalu sedikit sehingga masih dapat ditoleransi (setetes darah, dsb)
  • Darah para syuhada (orang-orang yang meninggal dunia di jalan Allah Swt.).

Terkait najisnya darah, hal tersebut berhubungan dengan diharamkannya mengonsumsi darah ayam atau sapi yang dibekukan.

Itulah alasan mengapa penyembelihan hewan di dalam Islam menggunakan syariat khusus. Hak ini diaksudkan agar tidak menyiksa hewan dan darah dapat dikeluarkan semua sehingga tidak terkandung di dalam daging yang akan dikonsumsi.

Madzi

Madzi merupakan air yang mengalir dari bagian kelamin akibat nafsu syahwat. Madzi dapat dibersihkan, caranya cukup mengalirkan air ke tempat yang terkena sampai najis tersebut tidak berbekas lagi.

Selain menggunakan air, kamu juga dapat membersihkan najis ini dengan menggunakan tanah, sabut kelapa, atau spons sabun.

Najis Mughallazhah

Merupakan jenis najis yang terberat. Untuk dapat menyucikannya, dibutuhkan lebih dari sekadar air yang mengalir, sabut kelapa, atau bahkan sabun sekali pun. Yang termasuk di dalam najis mughallazhah adalah air liur anjing.

Apabila bagian tubuhmu, pakaianmu, atau alas salatmu terkena air liur anjing, kamu bisa membersihkannya dengan menggunakan air bilasan sebanyak tujuh kali, di mana salah satunya menggunakan tanah.

Rasulullah saw. pernah bersabda dalam sebuah hadist kebersihan mengenai bejana yang dijilati oleh Anjing. Beliau memerintahkan perilaku seperti itu agar bejana tersebut menjadi suci kembali dan dapat diisi dengan air.

Untuk menghindari tempat ibadah yang najis akibat liur anjing, umat Islam tidak disarankan untuk memelihara anjing, kecuali untuk keperluan-keperluan khusus seperti misalnya menjaga ternak, atau sebagai anjing pelacak (pemburu).

Memelihara anjing akan menyulitkan karena kita kesulitan untuk menebak di mana saja air liur anjing jatuh.

Namun, kendati air liur anjing itu najis dan memelihara anjing hukumnya haram, manusia tidak diperbolehkan untuk menyakiti, bahkan membunuh anjing.

Selain karena Islam melarang keras perilaku semena-mena terhadap makhluk hidup, pada dasarnya anjing membawa manfaat bagi kehidupan manusia, seperti misalnya dapat dijadikan sebagai pelindung gembala.

Hukum memelihara anjing menurut hadis Rasulullah saw. sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim adalah:

مَنِ اتَّخَذَ كَلْباً إِلاَّ كَلْبَ مَاشِيَةٍ ، أوْ صَيْدٍ ، أوْ زَرْعٍ ، انْتُقِصَ مِنْ أجْرِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ  ) رواه مسلم 1575 )

Artinya:

Siapa yang memelihara anjing, kecuali anjing untuk menjaga hewan ternak, berburu dan menjaga tanaman, maka akan dikurangi pahalanya setia hari sebanyak satu qirath.

Kebersihan Jiwa

Selain kebersihan yang nampak di mata, Islam juga mengatur mengenai kebersihan jiwa. Tubuh yang bersih erat kaitannya dengan kebersihan jiwa, tetapi hal tersebut tidak cukup untuk membuat jiwa kita menjadi bersih.

Jiwa yang bersih bersumber dari ketiadaan penyakit hati. Berbagai penyakit hati yang harus dibersihkan antara lain adalah marah, dengki, dendam, dan sombong.

Marah

Penyakit marah timbul karena kita merasa dilecehkan, dikhianati, atau karena kejadian yang tidak seperti dengan apa yang kita inginkan.

Kemarahan memang normal, tetapi jika berlebihan dapat memicu berbagai hal berbahaya seperti pertengkaran, perusakan, kerusuhan, bahkan pembunuhan.

Untuk menghindari rasa marah, memang dibutuhkan kesadaran diri untuk menahan ego dan keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Imbauan terkait mengurangi rasa marah terkandung dalam hadist kebersihan yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berikut ini:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Laisasysyadiidubishura’ati, innamasyadiidulladzii yamlikunafsahu ‘indalghadhabi

Artinya:

Orang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat. Tetapi orang kuat adalah orang yang bisa menahan dirinya saat marah.

Dengki

Kedengkian menggerogoti manusia dari segala keikhlasan dan kebaikan. Rasa dengki timbul akibat kita menginginkan apa yang dimiliki orang lain dan tidak senang akan fakta tersebut.

Kita menginginkan segala keuntungan bagi kita sendiri dan merasa terbakar saat orang lain terlihat senang.

Sifat dengki ini bisa mendorong timbulnya keburukan lain seperti misalnya fitnah, penyakit ‘ain, bahkan menghancurkan hubungan antar manusia serta menjauhkan kita dari Allah SWT. Semakin kamu dengki, semakin tidak bisa kamu menikmati hidup.

Agar kamu terhindar dari kedengkian orang lain, bacalah surat Al-Falaq. Salah satu ayatnya memuat tentang pinta seseorang terhadap perlindungan dari orang-orang dengki:

وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

waminsyarri khaasidin idzaa khasad

Artinya:

“dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”

Dendam

Dendam timbul di dalam diri manusia akibat ada suatu hal yang belum diselesaikan di masa lalu. Ketika kita disakiti oleh orang lain, kita cenderung ingin orang tersebut merasakan hal yang sama, sehingga kita pun merasa dendam.

Dendam adalah sesuatu yang merugikan karena membuat hati tidak tenang dan menjauhkan kita dari sifat ikhlas.

Ada sebuah hadist kebersihan yang diriwayatkan oleh Muslim, Nabi Muhammad saw. Bersabda,

أَبْغَضُ الرَّجُلِ إِلَى اللهِ أَلَدُّ الْخِصَامِ

Abghadhurrajuli ilallaahi aladdulkhishaami

Artinya:

Orang yang paling dibenci Allah ialah orang yang menaruh dendam kesumat (bertengkar).

Sombong

Kesombongan tidak seharusnya ada di dalam diri manusia, karena di mata Allah Swt. semua manusia sama, pembedanya hanyalah tingkat ketakwaan. Manusia bisa menjadi sombong karena merasa diri lebih baik, lebih saleh, lebih pintar, lebih kaya, atau lebih menarik.

Kesombongan akan membuat kita enggan mawas diri, tidak mau berhubungan baik dengan manusia, menciptakan kasta dan jurang kelas sosial, serta menjauhkan kita dari Allah Swt. Orang-orang yang sombong tidak betul-betul memikirkan Allah Swt. karena mereka sibuk mengagumi diri mereka sendiri.

Allah Swt. melaknat orang-orang yang sombong, bahkan perintah untuk menjauhi kesombongan ini tegas disebutkan dalam surat Al-Isra ayat 37:

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا

Wa lā tamsyi fil-arḍi maraḥā, innaka lan takhriqal-arḍa wa lan tablugal-jibāla ṭụlā

Artinya:

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”

Sekarang, kamu sudah mengetahui tentang berbagai macam hadist kebersihan dan bagaimana Islam memandang kebersihan, baik jiwa, raga, mau pun lingkungan.

Islam mengatur setiap sendi kehidupan dengan sempurna, dan jika kamu betul-betul menuruti segala perintah Allah Swt., niscaya kamu akan mendapatkan kehidupan yang lebih damai dan dirahmati oleh Allah Swt..

Demikianlah pembahasan mengenai hadist kebersihan yang tidak hanya secara fisik saja, melainkan juga kebersihan yang berkaitan dengan jiwa.

Hasana.id juga membahas mengenai macam-macam najis aga kamu lebih mengetahui bagaimana cara membersihkan diri dari najis-najis tersebut.

Semoga informasi tentang hadist kebersihan ini dapat bermanfaat buatmu, ya!