Profil Habib Umar bin Hafidz dan Keteladanan yang Dimilikinya

Habib Umar bin Hafidz adalah seorang ulama dari Yaman yang cukup populer di Indonesia. Kedekatan beliau dengan Nahdlatul Ulama (NU) juga banyak menjadi perhatian.

Apabila kamu ingin mengetahui informasi terkait beliau secara lebih dalam, Hasana.id telah memaparkannya dalam artikel ini. Yuk, dibaca!

Profil Habib Umar bin Hafidz

Tanggal 4 Muharram 1383 Hijriah atau 27 Mei 1963 merupakan hari lahir Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Beliau lahir di daerah Tarim.

Di usianya yang masih belia, beliau mulai mempelajari sejumlah ilmu agama. Di antaranya adalah tauhid, fiqih, ushul fiqih, dan al-hadis.

Beliau belajar dimulai dari keluarganya terlebih dahulu, terutama dari sang ayah. Ayah Habib Umar adalah seorang mufti di Tarim, namanya adalah Muhammad bin Salim.

Selain ayahnya, Habib Umar juga belajar dati tokoh-tokoh agama ternama. Sebut saja Al-Habib Abdullah bin Shaykh Al-Aidarus, Al-Habib Ahmad bin Ali bin Al-Shaykh Abu Bakar, Al-Habib Ahmad bin Hasan al-Haddad, dan ulama lainnya di Tarim.

Perjalanan Hidup Habib Umar

Pada waktu ada gejolak di negeri Yaman, pemerintah yang kebetulan memegang kuasa waktu itu adalah pemerintah yang berhaluan Marxis Komunis.

Saat itu, negara tersebut mengeluarkan peraturan bahwa setiap cendekiawan muslim diharuskan untuk wajib lapor setiap hari.

Ditangkapnya Sang Ayah

Tepatnya hari Jumat pada tahun 1972, giliran ayah Habib Umar untuk melapor. Saat berada di perjalanan ke masjid, Habib Muhammad melakukan wajib lapor di pos yang dimiliki pemerintah.

Habib Muhammad yang kala itu ditemani oleh Habib Umar meminta agar putranya tersebut menunggu di luar pos. Surban dan juga syal milik Habib Muhammad dilepaskannya sebelum memasuki pos.

Kedua barang tersebut dititipkan kepada Habib Umar yang waktu itu masih berusia 9 tahun. Tentu tidak ada yang menyangka, kalau hari itu, merupakan hari terakhir Habib Umar melihat sang ayah.

Sudah lama menunggu, sang ayah tak kunjung muncul. Waktu terus berjalan, ayahnya juga tidak keluar-keluar. Saat Habib Umar masuk ke dalam dan bertanya kepada para petugas, tak satu pun yang memberinya jawaban.

Habib Umar kemudian kembali ke rumah. Kedua barang yang sang ayah titipkan kepadanya menjadi satu-satunya kenangan yang ditinggalkan.

Menurutnya, barang peninggalan ayahnya tersebut merupakan titipan yang memiliki pesan. Sang ayah menginginkan Habib Umar melanjutkan perjuangan dakwah dan tanggung jawabnya menyebarkan agama Islam.

Berguru kepada Habib Ali Masyhur bin Muhammad

Habib Umar bin Hafidz memilih berdakwah setelah ayahnya, Habib Muhammad diculik dan tidak kembali. Beliau memilih dakwah untuk mengisi perjalanan hidupnya.

Habib Umar kemudian berguru kepada kakak sulungnya, Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.

Beliau yang tumbuh di kalangan ulama besar, sejak masih kecil sudah bisa menghafal Al-Qur’an. Tak hanya Al-Qur’an, beliau juga diketahui dapat menghafal teks inti pada hadis, fiqih, ilmu keagamaan, dan bahasa Arab.

Sejak umur 15 tahun, Habib Umar sudah mulai mengajar dan berdakwah. Bersamaan dengan itu, beliau juga melanjutkan belajar dari para ulama.

Tahun 1981, kondisi di Tarim sangat kacau, baik itu politik ataupun sosial. Hal ini terjadi karena rezim komunis menguasai Tarim.

Habib Umar Pindah ke Kota Al-Bayda

Karena kekacauan itu, Habib Umar memilih untuk pindah. Beliau pindah ke utara Yaman, tepatnya di Kota Al-Bayda.

Di tempat inilah beliau memulai babak penting dalam perkembangan perjalanan intelektualnya.

Sekolah Ribat di Al-Bayda menjadi tempat Habib Umar belajar. Dengan bimbingan dari al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar, beliau belajar tentang ilmu agama.

Tak hanya satu guru saja, habib Umar juga merupakan anak didik dari ulama bermazhab Syafi’i, yakni Al-Habib Ibrahim bin Umar bin Aqil dan Al-Habib Zain bin Ibrahim Bin Sumayt.

Pada tahun 1982, Habib Umar mempunyai kesempatan belajar kitab ulama yang tersohor, seperti Al-Habib Abdul Qadir bin Al-Saqqaf.

Al-Habib Abdul Qadir bin Al-Saqqaf melihat bahwa ada cinta yang mendalam kepada Allah dan rasul-Nya. Selain itu, Habib Umar juga punya semangat seorang pemuda.

Oleh karena kesungguhannya dalam mengajarkan ilmunya dan menebarkan keadilan kepada banyak orang, beliau benar-benar dicintai oleh salah seorang gurunya tersebut.

Habib Umar kembali memperoleh kesempatan untuk belajar. Beliau dibimbing oleh Al-Habib Ahmed Mashur Al-Haddad dan Al-Habib Attas Al-Habashi. Mereka berdua adalah ketua simbol keadilan di Hijaz.

Sudah banyak ijazah sanad dari musnid dunya Syekh Al-Fadani dan Muhaddist Haromain Sayin Muhammad bin Alawi Al-Maliki yang telah didapatkannya.

Sembari belajar, keilmuan Habib Umar bin Hafidz diajarkan di Kota Al-Bayda, Al-Hudaydah, dan Ta’izz serta membuat sebuah forum kajian di sana.

Pada tahun 1992, dari Al-Bayda, beliau pindah ke Kota Al-Shihr, yaitu ibu kota dari Provinsi Hadramaut untuk mengajar, tepatnya setelah Rezim Komunis berhasil ditaklukkan.

Kembali Ke Tarim dan Mendirikan Pondok Pesantren

Baru di tahun 1994, beliau kembali ke kota asalnya di Kota Tarim. Masih di tahun yang sama, sebuah pondok pesantren yang bernama Darul Mustofa didirikan. Habib Umar juga sudah menerima murid di tahun tersebut.

Meski sudah beroperasi sejak tahun 1994, pondok pesantren Darul Mustofa baru diresmikan pada tahun 1997. Setelahnya, banyak murid yang berdatangan dari berbagai negara. Mereka datang tentu untuk belajar di Darul Mustofa.

Di Kota Tarim, Habib Umar rupanya juga menginisiasi beberapa forum kajian keagamaan. Salah satu yang sering dihadiri adalah pertemuan warga setempat yang digelar di pusat Kota Tarim.

Tak hanya bertemu secara formal, beliau juga rajin bersilaturahmi. Banyak tempat yang beliau kunjungi di Yaman. Mulai dari kampus sampai ke berbagai organisasi.

Hingga saat ini, beliau telah melakukan dakwah di berbagai negara. Selain Indonesia, negara lain yang sering dijadikan sebagai tujuan dakwahnya adalah Lebanon, Syiria, Mesir, Aljazail, Mali, Sudan, Jordania, Kenya, Afrika Selatan, Tanzania, Sri Lanka, India, Pakistan, Malaysia, dan Singapura.

Habib Umar bin Hafidz bahkan berdakwah hingga ke Australia dan sejumlah negara Eropa.

Awal Mula Mulai Berdakwah di Indonesia

Di Indonesia, Habib Umar bin Hafidz sudah melakukan dakwahnya secara rutin sejak tahun 1994.

Awal mula beliau datang ke Indonesia adalah diutus oleh Al-Habib Abdul Wadir bin Ahmad Assegaf yang waktu itu berada di Jeddah untuk meningatkan dan menggugah ghirah para Alawiyyin Indonesia.

Bagi yang tidak tahu apa itu ghirah, istilah ini memiliki arti semangat atau rasa kepedulian.

Perintah untuk meningkatkan ghirah itu dilakukan oleh Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi. Sebab, Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi mengeluh tentang Alawiyyin di Indonesia yang mulai menjauh dan melupakan ajaran dan nilai dari leluhur.

Perintah meningkatkan ghirah itu disebabkan karena sebelumnya terdapat keluhan dari Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi yang mulai jauh dan lupa terhadap nilai-nilai ajaran para leluhurnya.

Karena intensitas kedatangan yang semakin sering ke Indonesia, Habib Umar bin Hafidz kemudian menginisiasi kelahiran organisasi ulama bernama Majelis Al-Muwasholah Bayna Ulama Muslimin atau yang dikenal juga dengan istilah yang lebih singkat, Forum Silaturrahmi Antar Ulama.

Kedekatannya dengan NU

Nampaknya, Habib Umar bin Hafidz sudah menempati tempat khusus di hati Nahdlatul Ulama (NU). Penghormatan kepadanya sudah ditanamkan jauh-jauh hari dalam lingkungan pondok pesantren.

Dalam struktur pengurusan NU sendiri, selalu ada sosok habib yang menjabat di kepengurusan NU, mulai dari tingkat cabang hingga pusat. Habib Umar juga sangat menghormati ulama Indonesia.

Dalam pengajian rutinnya, beliau mengkaji kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim yang merupakan karya dari pendiri NU, yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Penghormatan beliau terhadap para ulama telah diakui oleh pengurus NU.

Hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia juga menempati posisi yang cukup spesial di hati Habib Umar bin Hafidz. Beliau yakin kalau Indonesia adalah tempat awal kebangkitan Islam.

Beliau ingin memastikan bahwa kebangkitan tersebut memiliki makna yang positif dan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peradaban umat manusia dan perbaikan dunia.

Habib Umar merupakan sosok ulama yang senantiasa mendorong agar umat Islam di seluruh dunia dapat bangkit dan turut berperan serta dalam memberikan kontribusi terhadap masyarakat bangsa dan negaranya.

Karomah Habib Umar bin Hafidz

Menundukkan Jin

Diketahui, Habib Umar bin Hafidz bisa menundukkan jin. Ada salah satu dari daftar murid Habib Umar bin Hafidz, yaitu santri Darul Mustofa yang berasal dari Malaysia.

Murid tersebut mendapat kabar bahwa di rumahnya, salah satu saudarinya dirasuki jin. Pihak keluarga sudah mencoba banyak cara, namun jin dalam diri saudari murid tersebut tidak mau keluar juga.

Santri tersebut akhirnya berinisiatif untuk meminta bantuan pada gurunya, Habib Umar bin Hafidz. Ia mengutarakan hajatnya ketika Habib Umar selesai melaksanakan salah.

Habib Umar paham akan maksud santri tersebut. Tiba-tiba, beliau terlihat seperti sedang memandang seseorang dan berucap, “ihtariq!” yang artinya, “terbakar kau!”.

Santri tersebut tampak bingung dengan yang dilakukan oleh Habib Umar, tetapi ia berhusnudzon, mungkin ada hikmah di baliknya.

Setelahnya, santri itu undur diri, dia langsung menghubungi keluarga di rumah. Dia memastikan, saudarinya apakah sudah baikan atau belum. Dia kemudian mendapatkan kabar bahwa jin yang merasuki saudarinya telah keluar.

Saat itu, ia baru sadar dengan sikap sang guru tadi. Ternyata, Habib Umar sedang melihat ke arah jin itu. Kemudian, beliau mengancam agar jin tersebut keluar dari tubuh seseorang.

Menyelamatkan Anak Sekarat Lewat Mimpi

Karomah Habib Umar bin Hafidz yang kedua adalah dapat menyelamatkan anak sekarat lewat mimpi. Pada tahun 2015, terdapat salah satu jamaah yang sedang dalam perjalanan melihat anak kecil mengalami kecelakaan di depan kendaraannya.

Pada kejadian itu, tidak seorang pun yang berani menolong kecuali jamaah tersebut. Saat dilihat, ternyata kondisi si anak sudah sangat parah dan kepalanya hancur.

Ia langsung dilarikan ke rumah sakit, tetapi pihak rumah sakit menolak karena tidak sanggup menanganinya.

Jamaah tersebut kemudian membawanya ke rumah sakit lain. Dalam perjalanan, dia terus bertawasul memohon pertolongan Allah untuk anak ini agar sembuh, dengan mengatakan,

“Ya Allah, dengan keberkahan Guru Mulia Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dan dengan keberkahan Syekh Abu Bakar bin Salim, mohon tolong ya Allah anak ini!”

Sesampainya di rumah sakit, anak tersebut langsung mendapatkan pertolongan dan kepalanya dirapikan. Karena terkena cedera selaput otak, anak itu harus dioperasi.

Setelah selesai operasi, anak ini berhasil sadar dan dengan polosnya ia mengatakan, “di mana orang yang tadi memberi saya makanan, yang pakai surban di kepalanya?” Pertanyaan ini membuat bingung seisi ruangan.

Jamaah yang menolong pun bertanya tentang siapa yang dimaksud anak kecil tersebut. Pasalnya hanya dialah yang membawa si anak ke rumah sakit, tidak ada orang lain lagi dan tidak mengenakan surban.

Kemudian si anak memperjelas lagi bahwa orang yang dimaksud memiliki jenggot merah. Mendengar anak ini, jamaah tersebut langsung teringat pada Habib Umar bin Hafidz.

Ia kemudian mengambil ponselnya dan mencari foto Habib Umar dan ditunjukkan kepada si anak untuk memastikan. Dan betul, Habib Umar bin Hafidz adalah sosok yang dimaksudnya.

Imbauan untuk Berdakwah dengan Bijak

Dalam berdakwah, lebih baik memang dilakukan dengan bijak. Salah satu tujuannya adalah agar pesan yang dibawa bisa tersampaikan dengan baik tanpa menyakiti hati siapa pun.

Pilih Kata-Kata Sesuai dengan Lawan Bicara

Habib Umar bin Hafidz pernah berkata bahwa kita harus menyesuaikan lawan bicara. Sesuaikan dengan tingkat pendidikan dan juga cara berpikir lawan bicara kita.

Misalnya, kita berdakwah di majelis dan yang datang adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya. Maka, jangan membahas tentang celakanya orang yang durhaka.

Ucapan mengenai hal tersebut dapat membangkitkan hawa nafsu orang yang durhaka tadi dan ia pun akan menentangnya. Alih-alih menggunakan bahasa yang susah, hendaknya sampaikanlah dakwah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

Misalnya, kita akan berdakwah dan menyampaikan tentang silaturahmi. Bahasan yang akan diambil adalah mencegah agar kita tidak memutus hubungan kekerabatan. Dengan tema itu, ada kata-kata yang harus dihindari, misalnya:

“Di pertemuan kita kali ini, sepertinya ada seseorang yang memutus hubungan dengan kerabatnya.”atau “Pada zaman ini, hampir semua orang memutus hubungan kekerabatan, maka mereka semua terkena laknat.”

Sekalipun ucapan di atas mengandung kebenaran, tetapi orang-orang tidak bisa menerimanya karena merasa dihakimi. Daripada menggunakan bahasa yang seperti itu, lebih baik sampaikanlah secara halus, misalnya:

“Mari kita lihat kondisi kerabat kita, mari kita dapatkan banyak kebaikan dari mereka, mari kita berusaha agar hubungan dengan kerabat menjadi suatu nikmat. Jika kita bisa mengalahkan nafsu dan menyambung silaturahmi serta melakukan hal baik kepada mereka, ada kabar gembira untuk kita. Akan diperoleh umur panjang dan rezeki yang berlimpah.”

Berdakwah dengan Baik Seperti yang Ada di Ali Imran Ayat 159

Kata-kata Habib Umar bin Hafidz ini bisa menjadi contoh dakwah yang baik dan dapat merangkul semua orang sehingga pesan dakwah lebih mudah diterima. Terkait hal ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 159, yang berbunyi:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Fa bimaa raḥmatim minallaahi linta lahum, walau kunta faẓẓan galiiẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulika fa’fu ‘an-hum wastagfir lahum wa syaawir-hum fil-amr, fa iżaa ‘azamta fa tawakkal ‘alallaah, innallaaha yuḥibbul-mutawakkiliin

Artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Kebiasaan Sehari-hari Hafidz Umar yang Bisa Diteladani

Dalam kesehariannya, Habib Umar dikenal sebagai pribadi yang rajin beribadah.

Beliau selalu menjalankan salat ba’diyah, apabila tidak memungkinkan, ia akan melakukannya di mobil dan dilanjutkan dengan berzikir. Bahkan di pesawat pun, Al-Qur’an selalu dibacanya.

Beliau selalu menjaga minimal membaca Al-Qur’an sebanyak 5 juz setiap malam dalam tahajudnya. Walaupun dalam keadaan safar, amalan ini selalu dijaga.

Suatu ketika diceritakan dalam perjalanan dakwah yang cukup padat, yaitu 12 acara dalam satu hari, semua yang bersama Habib Umar masuk untuk beristirahat. Kebetulan, beliau juga istirahat bersama jamaah, tidak terpisah.

Ketika semuanya beristirahat karena kelelahan, salah satu dari mereka bangun dan melihat di antara beberapa orang yang rebahan, ada sosok yang terlihat memegang Al-Qur’an dengan penerangan yang sangat redup dan membacanya dengan sangat pelan.

Hal itu terus dilakukannya hingga dekat waktu azan subuh. Seselesainya salat dan munajat, beliau beristirahat beberapa menit sembari menunggu azan subuh.

Kebiasaan-kebiasaan Habib Umar bin Hafidz ini mungkin terlihat berat untuk dilaksanakan orang biasa. Akan tetapi, hal yang demikian ini bisa dijadikan sebagai pelajaran.

Apabila merasa tidak sanggup mengerjakan amalan ibadah sebanyak yang dilakukan Habib Umar bin Hafidz, tak mengapa jika hanya melakukan sebagian sesuai dengan kemampuan saja. Yang terpenting bukan banyak atau sedikitnya, melainkan konsisten dalam melakukannya.

Sumber:

https://www.nu.or.id/post/read/97528/mengenal-sosok-habib-umar-bin-hafidz

https://www.nu.or.id/post/read/97333/hubungan-erat-habib-umar-bin-hafidz-dengan-nu

https://www.laduni.id/post/read/68299/karomah-habib-umar-bin-hafidz-menundukkan-jin

https://www.laduni.id/post/read/68153/kisah-pertama-kali-habib-umar-mendatangi-indonesia.html

https://www.laduni.id/post/read/68338/berdakwah-dengan-cara-bijak.html

https://www.laduni.id/post/read/70156/karomah-habib-umar-bin-hafidz-menyelamatkan-anak-sekarat-lewat-mimpi.html