Meneladani Sosok Fatimah az Zahra, Putri Kesayangan Rasulullah saw

Fatimah az Zahra bukan hanya dikenal sebagai putri Nabi Muhammad saw., ia juga dikenal sebagai perempuan yang mulia dan patut untuk dicontoh oleh setiap muslimah.

Ia dikenal dengan sifatnya yang pemberani dan perilakunya yang penuh penghambaan kepada Allah Ta’ala.

Penasaran dengan kisah-kisah Fatimah az Zahra dan hal-hal apa saja yang bisa kita teladani darinya?

Ulasan Hasana.id berikut ini akan membantumu untuk lebih mengenal sosok wanita mulia yang satu ini.

Mengenal Sosok dan Kisah Fatimah az Zahra

Sebagaimana kita ketahui, teladan utama dalam Islam adalah Rasulullah saw. Namun, selain beliau ada juga sosok-sosok yang bisa kita teladani.

Dari kaum perempuan, Fatimah putri Rasulullah merupakan salah satu di antara perempuan-perempuan yang patut diteladani dalam Islam.

Sosok lainnya tentu saja adalah Khadijah binti Khawalid, juga Maryam binti Imran dan Asiyah isteri Fir’aun.

Tertulis dalam kitab Dzakhair al-‘Uqba bahwa saat Sayyidah Fatimah lahir ke dunia, hadir para perempuan dari surga seperti Hawa dan Maryam.

Dalam kisah tersebut, diceritakan juga bahwa bayi Fatimah az Zahra saat lahir langsung bersujud kepada Allah Swt.

Putri kesayangan Nabi Muhammad saw. dari pernikahan dengan Siti Khadijah tersebut dikenal sebagai pelipur lara bagi Rasulullah.

Lalu, bagaimana dengan kisah-kisah Sayyidah Fatimah yang bisa dijadikan sebagai teladan bagi kita?

Kisah Fatimah az Zahra Ditegur oleh Rasulullah saw.

Nabi Muhammad saw. selalu berpesan kepada putra-putri beliau untuk menjalani kehidupan biasa saja seperti manusia-manusia lainnya.

Beliau tidak ingin mereka berlebihan dan bermewah-mewah. Oleh karena itu, Rasulullah saw. tidak akan segan untuk menegur mereka jika bersikap demikian.

Begitu pula dengan Fatimah az Zahra yang pernah ditegur oleh Nabi Muhammad saw. karena mengenakan gelang emas.

Dikisahkan bahwa pada saat itu, Sayyidah Fatimah menjelaskan bahwa gelang tersebut merupakan hadiah yang diberikan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, yang tak lain adalah suaminya.

Rasulullah saw. pun langsung menegur Fatimah pada saat itu juga.

Dikutip dari buku Bilik-bilik Cinta Muhammad karangan Nizar Abazhah, berikut teguran Rasulullah saw. kepada putri kesayangannya:

“Wahai Fatimah, senangkah kau bila orang-orang mengatakan, ‘Lihat, itu putri Nabi mengenakan gelang neraka’?”

Mendengar hal tersebut, Fatimah pun bergegas melepaskan gelang emasnya dan meminta seseorang untuk menjualnya.

Fatimah kemudian menggunakan uang hasil penjualan itu untuk membeli seorang budak dan memerdekakannya.

Sikap Fatimah tersebut menegaskan bahwa ia mengerti maksud sang ayahanda.

Nabi Muhammad saw. selalu mengajarinya untuk hidup mandiri dan tidak mengandalkan beliau, termasuk dalam hal pertanggungjawaban terhadap Allah Swt.

Meskipun merupakan putri seorang rasul, bukan berarti ia akan terbebas dari pertanggungjawaban di akhirat jika melakukan sesuatu yang tidak sejalan dengan ajaran Islam.

Dengan kata lain, Fatimah tetap harus beribadah dan mengikuti ajaran-ajaran Islam sebab ayahandanya bukanlah jaminan bagi dirinya untuk menjadi penghuni surga.

Kisah Fatimah az Zahra pada Saat Wafatnya Rasulullah saw.

Ada juga kisah menarik antara Sayyidah Fatimah dengan Rasulullah saw. pada waktu ayahnya tersebut akan wafat.

Menjelang wafatnya Nabi Muhammad saw., Sayyidah Fatimah duduk di samping ayahnya dam beliau membisikkan sesuatu kepadanya.

Sayyida Fatimah menangis ketika mendengar bisikan Rasulullah saw. yang pertama. Akan tetapi, ia kemudian tertawa setelah mendengar bisikan yang kedua.

Hal itu pun membuat keluarga yang lainnya bingung dengan apa yang sedang terjadi.

Dikutip dari buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih karya M Quraish Shihab, Sayyidah Fatimah merahasiakan pembicaraan dengan ayahnya.

Bahkan, kepada ibu tirinya sekalipun, yaitu Sayyidah Aisyah, ia tidak langsung memberi tahukan hal tersebut.

Akan tetapi, beberapa saat setelah ayahanda tercinta berpulang menghadap Allah Swt, Fatimah az Zahra pun menceritakannya.

Pada bisikan pertama, Rasulullah saw. menyampaikan kepada putrinya bahwa beliau memiliki kebiasaan bertadarus Al-Qur’an bersama malaikat Jibril setiap tahun sekali.

Akan tetapi, pada tahun tersebut, mereka berdua bertadarus dua kali dan Rasulullah saw. menyadari bahwa hal itu merupakan tanda ajal beliau telah dekat.

Saat itulah, Fatimah menangis karena mengerti bahwa ayahnya akan wafat tidak lama lagi. Lalu, apa yang dikatakan Rasulullah saw. setelah itu?

Ternyata, bisikan kedua dari Rasulullah yang membuat Fatimah tertawa saat itu adalah pertanyaan apakah ia senang telah menjadi pemimpin perempuan-perempuan mukmin.

Sementara itu, Rasulullah saw. juga mengatakan kepada sang putri kesayangan bahwa dialah anggota keluarga yang pertama kali akan diwafatkan setelah Nabi.

Hal ini benar terjadi karena Fatimah az Zahra meninggal pada usia 27 tahun, kurang lebih tiga bulan dari waktu wafatnya Nabi Muhammad saw.

Rasulullah wafat pada bulan Agustus 632 Masehi dan Sayyidah Fatimah menyusul beliau pada bulan Juni tahun yang sama.

Kisah Liang Kubur Fatimah yang Berbicara

Dalam Durratun Nashihin fil Wa’dzi wal Irsyadi yang ditulis oleh Syaikh Utsman bin Hasan al-Khaubawi, ada salah satu kisah menarik ketika Sayyidah Fatimah dimakamkan.

Pada saat Sayyidah Fatimah wafat, janazahnya diusung oleh empat orang, yaitu Abu Dzar al-Ghifari, Sayyidina Ali, serta dua putranya, yaitu Hasan dan Husain.

Setibanya di liang kubur, Abu Dzar berkata kepada liang kubur tersebut tentang jenazah siapa yang ia bawa kepadanya dan akan dimakamkan.

Tidak lama setelah itu, orang-orang yang mengantar jenazah Fatimah mendengar suara dari liang kubur tersebut.

Dikisahkan bahwa liang kubur itu menyebutkan bahwa ia adalah tempat amal saleh.

Artinya, tidak akan ada yang selamat darinya kecuali orang-orang yang rajin berbuat kebaikan, ikhlas dalam beramal, dan mempunyai hati yang bersih.

Kisah di atas mengingatkan kita bahwa faktor keturunan bukanlah suatu hal yang bisa menyelamatkan kita baik dari siksaan alam kubur maupun di akhirat nanti.

Justru yang bisa menyelamatkan kita adalah amal saleh.

Jadi, setiap hamba-Nya memang harus mengikuti prosedur yang sudah ada, meski ia adalah seorang putri dari pimpinan dan utusan Allah, seperti Nabi Muhammad saw.

Cerita tersebut sejalan dengan kalam Allah Swt. dalam surah al-Hujarat ayat 13 yang berbunyi sebagai berikut.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja’alnākum syu’ụbaw wa qabā`ila lita’ārafụ, inna akramakum ‘indallāhi atqākum, innallāha ‘alīmun khabīr.

Artinya:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dengan kata lain, standar kemuliaan seseorang di mata Allah Swt. tidaklah ditentukan oleh nasab atau kekayaan, melainkan dari kualitas pribadinya dalam hal ketakwaan.

Rasulullah saw. pun menolak adanya diskriminasi yang berdasarkan pada strata ekonomi dan sosial maupun faktor keturunan.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, diceritakan Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa beliau tetap akan memotong tangan Fatimah az Zahra jika putrinya memang mencuri.

Di sini Rasulullah saw. mengajarkan bahwa hukum Islam tidak memandang seseorang dari faktor keturunan atau kebangsawanan.

Tidak ada celah dalam Islam bahwa seorang bangsawan yang mencuri akan dibiarkan, sedangkan jika kaum lemah yang mencuri akan dijatuhi hukuman.

Keistimewaan Fatimah az Zahra

Kisah-kisah Sayyidah Fatimah di atas secara tersirat telah membocorkan keistimewaan-keistimewaan putri bungsu Rasulullah saw. tersebut.

Sayyidah Fatimah dikenal sebagai perempuan yang mulia, taat kepada perintah Allah Ta’ala, sangat sabar, dan mempunyai sifat qana’ah.

Ia juga merupakan sosok perempuan yang menjaga kesucian dan sikapnya sejak kecil.

Sayyidah Fatimah selalu menundukkan pandangan dari kaum adam dan menjauhkan pikirannya dari mengingat-ingat atau melamunkan orang lain yang bukan mahramnya.

Selain sifat dan sikapnya sebagai pemimpin perempuan yang istimewa, berikut adalah keistimewaan-keistimewaan lain yang dimiliki Fatimah az Zahra.

Tidak Takut untuk Berperang di Jalan Allah Swt.

Meskipun lahir sebagai seorang putri pimpinan umat Islam, hal tersebut tidak menghalangi Sayyidah Fatimah untuk ikut terjun ke medan perang.

Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, diceritakan bahwa Sayyidah Fatimah merupakan seseorang yang membersihkan luka-luka Rasulullah saw. dalam sebuah peperangan.

Dikisahkan bahwa ia membakar potongan tikar dan membubuhkannya pada luka Nabi Muhammad saw. ketika melihat banyaknya darah yang keluar dari luka ayahnya tersebut.

Perawatan darurat tersebut pun berhasil dengan baik dan dapat menghentikan pendarahan yang terjadi pada luka Rasulullah saw.

Selain memberikan pengobatan darurat bagi mereka yang berperang di jalan Allah, Fatimah az Zahra juga membantu umat Islam di medan perang dengan menyiapkan logistik dan air minum.

Ikut Terjun di Bidang Politik

Bukan hanya turut berperang dengan ayahnya dan kaum muslim lainnya, Sayyidah Fatimah juga dikenal sebagai perempuan yang terjun ke dunia politik.

Hal ini terjadi ketika ia mencalonkan Ali bin Abi Thalib untuk meneruskan kepemimpinan Rasulullah saw. sebagai khalifah pertama.

Fatimah tampil sebagai orator untuk mendukung suaminya tersebut, meskipun akhirnya umat muslim menjatuhkan pilihan kepada sahabat Nabi lainnya, yaitu Abu Bakar as-Shidiq.

Memiliki Banyak Julukan Mulia

Berkat ketakwaan, perilaku baik, dan keteguhannya, julukan Fatimah az Zahra dari kaum muslim sangatlah beragam.

Az-Zahra sendiri merupakan gelar yang sangat mulia bagi Fatimah.

Gelar yang disematkan pada namanya tersebut menunjukkan bahwa ia diciptakan dari cahaya keagungan Allah Ta’ala sehingga mampu menerangi bumi dan langit.

Gelar lainnya adalah al-Mubarakah. Gelar mulia tersebut diberikan kepada Fatimah karena ia memancarkan berkah berupa lahirnya nasab keturunan Nabi Muhammad saw. darinya.

Sikap Sayyidah Fatimah yang senantiasa ridha dan ikhlas terhadap keputusan Allah Ta’ala menjadikan gelar ar-Radhiyah juga diberikan kepadanya.

Sementara itu, julukan az-Zakiyyah disematkan kepada Sayyidah Fatimah karena ia senantiasa berlaku lembut, tenang, dan selalu menjauhkan dirinya dari berbagai jenis keburukan serta dosa.

Sayyidah Fatimah juga mendapatkan julukan Ummu Abihaa karena menggantikan peran ibunya setelah Sayyidah Khadijah wafat.

Selain itu, ia juga mendapatkan beberapa julukan lainnya, seperti al-Muhaddatsah, at-Tahirah, as-Shiddiqah, al-Mardhiyah, Sayyidatun Nisa Ahlul Jannah.

Belajar Kesederhanaan dari Sayyidah Fatimah az Zahra

Di balik keanggunannya, Sayyidah Fatimah merupakan seorang perempuan yang penuh kesederhanaan.

Menjadi anak perempuan seorang pimpinan tertinggi dan penyampai risalah Ilahi tidak membuatnya menjadi perempuan yang haus akan kemewahan.

Gaya hidupnya yang sederhana banyak dimuat dalam kitab-kitab para ulama, termasuk pada kitab al-Aqthaf ad-Daniyyah dan Hilyah al-Auliya.

Kamu bisa membaca uraian selengkapnya pada poin-poin berikut ini.

Tidak Menggunakan Perhiasan yang Berlebihan

Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Hajar dan beberapa ulama lainnya, disebutkan bahwa suatu kali, Nabi Muhammad saw. mendatangi rumah Fatimah.

Beliau lalu melihat dua anting-anting, kalung, dan dua gelang perak tergantung di tirai kamar putrinya tersebut.

Melihat hal itu, Rasulullah saw. pun terlihat marah dan langsung pergi ke masjid untuk duduk di mimbarnya.

Sayyidah Fatimah pun mengerti bahwa ayahnya tidak suka melihat banyak perhiasan di rumahnya.

Kemudian, ia pun memutuskan untuk mengirimkan perhiasan-perhiasan tersebut kepada Rasulullah saw. agar dapat digunakan di jalan Allah Swt.

Ketika menerima kiriman tersebut, Rasulullah saw. pun bersabda bahwa putrinya melakukan hal yang diinginkan ayahnya, yaitu tidak menyimpan perhiasan-perhiasan yang bersifat duniawi.

Sebagai seorang muslimah, Fatimah az Zahra memahami bahwa keutamaan dan kebanggaannya terletak pada kemuliaan akhlaknya, bukan kekayaan duniawi.

Ketika melihat sikap ayahnya, Sayyidah Fatimah langsung mengerti bahwa ia seharusnya meninggalkan perhiasan-perhiasan tersebut dan membebaskan dirinya dari kemewahan dunia.

Pemahaman tersebutlah yang membuat Sayyidah Fatimah dengan mudah memberikan perhiasan yang ia dapatkan untuk dimanfaatkan di jalan Allah Swt.

Cara Berpakaian Fatimah az Zahra yang Sederhana

Dalam hal berpakaian, Sayyidah Fatimah juga sangat sederhana.

Sebagaimana tertulis dalam kitab Hilyah al-Auliya, Fatimah bahkan tidak mempunyai pakaian yang pantas ketika berada di rumah.

Bahkan, suatu ketika, Rasulullah saw. sampai memberikan jubahnya kepada Fatimah untuk menutupi dirinya pada saat ada tamu yang datang ke rumah.

Diriwayatkan oleh Umar bin Khattab dalam kitab al-Aqthaf ad-Daniyyah, Fatimah hanya mengenakan pakaian usang dengan 12 jahitan dan beberapa serpihan daun kurma di sela-selanya.

Melihat hal tersebut, Umar pun merasa heran melihat seorang putri pimpinan seperti Nabi Muhammad saw. mengenakan pakaian yang demikian.

Padahal, putri-putri lain di luar sana menggunakan pakaian sutra yang halus.

Fatimah az Zahra pun menceritakan bahwa Umar terheran-heran ketika melihat dirinya dengan pakaian tersebut.

Sang putri kemudian menceritakan juga bahwa ia dan suaminya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, bahkan tak pernah memakai kasur selama lima tahun.

Mereka berdua hanya memanfaatkan kulit kambing sebagai alas tidur yang pada siang harinya digunakan sebagai tempat makan unta.

Sementara itu, bantal yang mereka gunakan terbuat dari kulit yang diisi dengan serpihan-serpihan daun kurma.

Mendengar hal tersebut, Rasulullah saw, pun bersabda yang artinya, “Wahai Umar, tinggalkan putriku. Mungkin Fathimah sedang menjadi kuda pacu yang unggul (al-khailus sabiq).”

Arti kuda pacu yang unggul dalam hal ini adalah sifat yang unggul dibanding dengan putri-putri pemimpin lainnya.

Tidak Segan dalam Mengerjakan Pekerjaan Rumah

Bukan hanya dalam hal berpakaian, kesederhanaan Fatimah juga dapat dilihat dari pilihan mas kawinnya ketika menikah dan caranya menjalani kehidupan rumah tangga dengan sepenuh hati.

Ia bahkan mengerjakan pekerjaan rumah seperti menggiling gandum dengan tulus ikhlas, meski ia juga harus menggendong anaknya di waktu yang sama.

Kisah ini tertulis dalam buku hadits Musnad Ahmad yang diriwayatkan dari Anas bin Malik.

Suatu ketika, Bilal terlambat datang untuk menyerukan waktu salat Subuh di masjid Rasulullah saw.

Bilal kemudian menjelaskan bahwa ia bertemu dengan Sayyidah Fatimah yang sedang menggiling gandum, sementara anak yang digendongnya menangis.

Melihat keadaan tersebut, Bilal pun menawarkan bantuan, yaitu menggilingkan gandumnya agar Sayyidah Fatimah bisa menenangkan anaknya.

Mendengar cerita tersebut, Nabi Muhammad saw. pun mendoakan supaya kebaikan Bilal dirahmati oleh Allah Swt.

Hikmah Mengenal Sosok Fatimah az Zahra dan Kisahnya

Menjadi putri kesayangan dari utusan Allah sekaligus manusia paling mulia di muka bumi tidak membuat Sayyidah Fatimah melalaikan ibadah dan mengharapkan kemewahan duniawi.

Padahal, dengan kedudukan serta kharisma ayahnya yang sangat luar biasa, Fatimah bisa saja mendapatkan apa pun yang ia inginkan, apalagi sekadar pakaian yang bagus atau perhiasan.

Akan tetapi, Fatimah sepertinya mewarisi kepribadian bersahaja dari Rasulullah saw. sehingga ia memiliki tampilan lahiriah yang sederhana, tetapi penuh kemewahan dalam jiwanya.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya ia menjadi sosok panutan bagi kaum muslimah sampai saat ini.

Kelembutan hati Fatimah az Zahra sungguh mencerminkan bagaimana seorang muslim berlaku sebagai hamba-Nya.

Penutup

Tentunya, setelah membaca kisah-kisah dan keistimewaan dari Fatimah az Zahra, kita semakin mengenal sosok perempuan mulia yang patut dijadikan panutan bagi setiap muslimah.

Keberanian, kepatuhan, kesabaran, serta penghambaan kepada Allah Ta’ala yang dimilikinya merupakan contoh teladan yang harus kita ikuti.

Dalam menapaki kehidupan, terkadang kita dihadapkan pada berbagai macam permasalahan dan cobaan. Namun, dengan meneladani sosok Fatimah az Zahra, kita akan semakin mampu menghadapi setiap cobaan dengan keberanian dan kesabaran yang tinggi.

Maka, sebagai muslimah, mari kita selalu mengingat dan meneladani perilaku mulia dari putri Nabi Muhammad saw. tersebut. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan kita kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi setiap ujian kehidupan.

Terima kasih telah membaca blog post ini, dan jangan lupa untuk membagikan informasi ini kepada teman-teman muslimah yang lain agar semakin banyak yang mengenal sosok Fatimah az Zahra dan mendapatkan manfaat dari kisahnya. Wassalamu’alaikum.