Bacaan Doa Robithoh dan Hukum Mengamalkannya Menurut para Ulama

Doa robithoh mungkin tidak sepopuler doa hajat atau tajahud. Akan tetapi, sebagai umat Islam, kamu tentu harus memahami apa yang dimaksud dengan doa tersebut dan cara mengamalkannya.

Robithoh sendiri menurut mayoritas ulama merupakan suatu hubungan atau ikatan secara rohani, terutama di antara seorang murid dengan gurunya.

Tujuan dari hubungan tersebut adalah untuk memperoleh wasilah.

Lalu, bagaimana dengan doa robithoh? Mengapa seorang Muslim harus mengetahui doa tersebut dan mengamalkannya?

Pada kesempatan ini, Hasana.id akan membahas mengenai hal tersebut lebih jauh sebagai bahan referensi untuk kita semua. Langsung saja, yuk, simak!

Bacaan Doa Robithoh Beserta Latin dan Artinya

Pertama-tama, mari kita simak bacaan doa tersebut dalam bahasa Arab dilengkapi dengan latin dan artinya berikut ini.

اَللّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذِهِ الْقُلُوْبَ , قَدِ اجْتَمَعَتْ عَلَي مَحَبَّتِكَ

Allahumma innaka ta’lamu anna hadzihil qulub, qadijtama-at ‘alaa mahabbatik

وَالْتَقَتْ عَلَى طَاعَتِكَ, وَتَوَحَّدَتْ عَلَى دَعْوَتِكَ

wal taqat ‘alaa tha’atik, wa tawahhadat ‘alaa da’watik

وَتَعَاهَدَتْ عَلَى نُصْرَةِ شَرِيْعَتِكَ

wa ta ahadat ala nashrati syari’atik.

فَوَثِّقِ اللَّهُمَّ رَابِطَتَهَا, وَأَدِمْ وُدَّهَا، وَاهْدِهَا سُبُلَهَا

Fa watsiqillahumma rabithataha, wa adim wuddaha, wah dihaa subulahaa

وَامْلَأَهَا بِنُوْرِكَ الَّذِيْ لاَ يَخْبُوْا

wamla’haa binuurikal ladzi laa yakhbu

وَاشْرَحْ صُدُوْرَهَا بِفَيْضِ الْإِيْمَانِ بِكَ, وَجَمِيْلِ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ

wasy-syrah shuduroha bi faidil imaanibik wa jamiilit tawakkuli ‘alaik

وَاَحْيِهَا بِمَعْرِفَتِكَ، وَأَمِتْهَا عَلَى الشَّهَادَةِ فِيْ سَبِيْلِكَ

wa ahyiha bi ma’rifatik, wa amitha ‘alaa syahaadati fii sabiilik.

إِنَّكَ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرِ

Innaka ni’mal maula wa ni’man nashiir.

اَللَّهُمَّ أَمِيْنَ

Allahumma aamiin.

Artinya:

“Ya Allah, menjelanglah kini malam/siang ciptaan-Mu. Berakhirlah sudah siang/malam-Mu. Inilah keluhan suara dan pinta dari para du’ah-Mu. Maka ampunkanlah dosa-dosa kami

(Lalu hadirkan wajah para saudara kita di dalam benak kita, baik yang kita kenal ataupun tidak, kemudian tumbuhkanlah dan rasakanlah bahwa ada ‘tali-tali Illahi’ yang mempersatukan batin kita dengan mereka. Kemudian, bacalah do’a berikut dengan merasakan persaudaraan ini.)

Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun untuk mencurahkan kecintaan kepada-Mu, telah berjumpa dalam taat kepada-Mu, telah bersatu dalam dakwah-Mu, telah berjanji setia dalam membela syari’at-Mu.

Maka kuatkanlah ya Allah ikatan pertaliannya. Kekalkanlah kasih sayangnya. Tunjukilah akan jalannya.

Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah redup. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan dan keindahan bertawakal kepada-Mu.

Hidupkanlah dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah dia dalam syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya, Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.

Ya Allah, curahkanlah selalu shalawat dan salam kepada pemimpin kami, Nabi Muhammad saw., keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti jalan beliau hingga akhir zaman. Ya Allah, perkenankanlah permohonan kami.

Aamiin….”

Makna Doa Robithoh Menurut para Ulama

Secara umum, doa robithoh pada dasarnya tidak berbeda dari doa-doa lain yang kita panjatkan dengan bahasa sendiri.

Asal-usul doa tersebut memang bukan dari kitab suci Al-Qur’an layaknya doa-doa para nabi yang banyak diamalkan oleh umat muslim pada waktu-waktu tertentu.

Doa ini juga tidak berasal dari hadits Nabi, melainkan sebuah rangkaian kata-kata yang disusun oleh ulama terdahulu, yakni Hasan Al Banna Rahimahullah.

Dikutip oleh Helmi Abu Bakar el-Langkawi, doa robithoh bertujuan agar umat Islam dipersatukan dalam iman dan takwa serta diwafatkan dalam keadaan beriman dan berislam.

Mengingat tujuan tersebut, tak heran jika doa ini seringkali digunakan sebagai penyemangat bagi kaum muslim dalam berdakwah dan berjihad di jalan Allah Swt.

Waktu untuk Mengamalkan Doa Robithoh al-Ma’tsurat

Rangkaian doa robithoh merupakan bagian dari wirid al-Mat’surat dan biasanya diamalkan setiap pagi dan sore.

Selain digunakan sebagai penyemangat dalam berdakwah dan berjihad, doa ini juga sangat umum dibaca sebagai pembuka dan penutup aktivitas di sekolah-sekolah Islam.

Salah satu tujuannya adalah untuk memohon perlindungan Allah Swt. selama melakukan kegiatan baik tersebut, yaitu menuntut ilmu.

Hal ini tentu senada dengan perintah Allah Swt. dalam Al-Qur’an surah Al-Mu’min ayat 60 yang berbunyi:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Wa qāla rabbukumud’ụnī astajib lakum, innallażīna yastakbirụna ‘an ‘ibādatī sayadkhulụna jahannama dākhirīn.

Artinya:

“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya, orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina’.”

Ayat tersebut menegaskan anjuran berdoa kepada-Nya agar dimudahkan dalam melakukan segala hal, termasuk ketika akan menuntut ilmu, berdakwah, berjihad, dan hal lain di jalan-Nya.

Hukum Doa Robithoh bagi yang Mengamalkannya

Seperti disebutkan sebelumnya, doa robithoh bukanlah suatu doa yang dapat kamu temukan dalam Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah saw.

Lalu, bagaimana hukumnya jika kita mengamalkan doa tersebut sehari-hari?

Untuk menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu kamu harus mengetahui hukum membaca doa yang disusun oleh manusia, bukan dari Al-Qur’an atau hadits.

Sebagaimana diketahui, doa yang disusun oleh al-Banna rahimahullah dan al-Ustadz Syahidul Islam ini menjad populer karena bacannya sangat bagus.

Selain itu, karena termaktub dalam rangkaian wirid al-Ma’tsurat, banyak orang yang beranggapan bahwa doa robithoh tersebut ma’tsur.

Doa-doa yang ada di dalam kitab Al Ma’tsurat diketahui sebagai doa Rasululllah. Baginda Rasul bahkan dikisahkan rutin membaca doa-doa tersebut setiap pagi dan sore.

Akan tetapi, doa robithoh yang ada dalam kitab tersebut tidak termasuk doa yang disunahkan diamalkan karena dikerjakan oleh Rasulullah saw.

Hukum Membaca Doa Robithoh Menurut para Ulama

Dijelaskan oleh Ustadz Farid Nu’man Hasan, sebagian besar ulama membolehkan kaum muslim menggunakan doa yang disusun manusia, termasuk diri sendiri, sesuai kehendak masing-masing.

Bahkan, dijelaskan juga bahwa para sahabat Rasul juga tak jarang melakukan hal yang sama.

Akan tetapi, mengamalkan doa yang ma’tsur tentunya lebih menjadi prioritas, sebagaimana tertulis dalam kitab Asnal Mathalib dan Raudhatuth Thalibin berikut ini.

ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى جَوَازِ كُل دُعَاءٍ دُنْيَوِيٍّ وَأُخْرَوِيٍّ ، وَلَكِنَّ الدُّعَاءَ بِالْمَأْثُورِ أَفْضَل مِنْ غَيْرِهِ

Dzahaba jumhhurul faqahha i ila jawazi kuldu’a in dunyawiyyin wa akhrawiyyin walakinnaddu ‘u aa bilmi atsuri afdhol min ghoirihi.

Artinya:

“Mayoritas fuqaha berpendapat bolehnya setiap doa duniawi dan ukhrawi, tetapi doa yang ma’tsur lebih utama daripada selainnya.”

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa sebagai umat Islam, kita memang diperbolehkan untuk membaca doa apa saja, termasuk doa robithoh.

Yang penting, hal tersebut baik dan bukan diamalkan untuk sesuatu yang melanggar perintah Allah Swt.

Jika tidak memungkinkan, bahkan kita juga diperbolehkan berdoa dengan menggunakan bahasa kita masing-masing, misalnya dalam bahasa Indonesia.

Hal tersebut selaras dengan hadits sahih riwayat Bukhari yang berbunyi:

ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ فَيَدْعُو

Tsumma yatakhoyyaru minadda ‘aami a’jabahhu ilaihi fayad’uu.

Artinya:

“Maka ia boleh memilih doa yang ia suka.”

Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan lebih lanjut mengenai hadits tersebut dalam Fathul Bari Syarah Bukhari.

Ia menjelaskan bahwa hadits tersebut menjadi landasan dasar diperbolehkannya berdoa dengan doa pilihan masing-masing, baik soal akhirat maupun dunia.

Selama doa tersebut baik, artinya tidak ada larangan mengenai hal tersebut.

Lebih lanjut, Ibnu Hajar mengatakan bahwa pemahaman tersebut merupakan pendapat mazhab Syafi’i yang dalam hal ini berbeda dengan pandangan mazhab Hanafi.

Dalam mazhab Hanafi, membaca bacaan doa seperti doa robithoh yang tidak diajarkan oleh nabi dan rasul hukumnya dilarang.

Hukum Membaca Doa Robithoh secara Rutin

Sebagaimana diketahui, menjadikan doa dan dzikir sebagai rutinitas merupakan suatu hal yang baik.

Sebagai contoh, membaca istighfar sebanyak tiga kali dan membaca ayat kursi merupakan perbuatan yang sunah dirutinkan.

Membaca doa yang terikat atau muqayyad pada aktivitas tertentu, seperti doa ketika akan berpergian atau doa setelah makan juga merupakan sunah yang patut diamalkan umat Islam.

Lalu, bagaimana dengan membaca doa-doa yang tidak ma’tsur seperti doa robithoh? Apakah diperbolehkan mengamalkan doa tersebut secara rutin?

Ustadz Farid Nu’man Hasan menjelaskan, sebaiknya hal tersebut dihindari karena ditakutkan akan menyebabkan pengultusan kepada penyusunnya dan akan menjatuhkannya pada bid’ah.

Artinya, kamu diperbolehkan membacanya, tetapi tidak menjadikannya sebagai rutinitas yang “wajib” dan terasa kurang afdhal jika tidak dilakukan.

Apalagi jika rutinitas doa yang tidak ma’tsur tersebut justru mengurangi rutinitas kita dalam membaca doa-doa yang sifatnya sunah rasul.

Rasulullah saw. pernah meninggalkan shalat sunah tarawih berjamaah pada malam ketiga atau keempat karena khawatir para sahabat akan menganggap shalat tersebut hukumnya wajib.

Apabila yang sudah jelas sunah saja Rasulullah sengaja meninggalkannya supaya tidak dianggap wajib, bagaimana dengan doa robithoh yang jelas-jelas bukan berasal dari Allah dan Rasulullah?

Oleh karena itu, demi kehati-hatian, Ustadz Farid menganjurkan untuk tidak mengamalkan doa tersebut sebagai rutinitas.

Apalagi, banyak aktivis Islam yang menyangka bahwa doa robithoh merupakan kewajiban dan merasa “bersalah” jika tidak mengamalkannya sebelum memulai majelis atau kegiatan lainnya.

Fadilah Mengamalkan Doa Robithoh

Meskipun keutamaan dari setiap doa adalah untuk mendekatkan kita kepada Allah Swt., setiap doa mempunyai keistimewaanya sendiri.

Keistimewaan doa robithoh, misalnya, adalah disusun untuk para pendakwah agar mereka selalu mengingat prinsip perjuangan dari dakwahnya.

Adapun fadilah dari doa tersebut dijelaskan antara lain dapat melembutkan hati seorang muslim.

Maksudnya adalah ia akan turut merasakan dan bersimpati pada suatu hal yang terjadi pada makhluk Allah Swt.

Selain itu, mengamalkan doa ini juga dapat mempererat ukhuwah Islamiyah, baik di antara sesama kaum muslim maupun sesama makhluk ciptaan Allah Swt.

Kemudian, dijelaskan juga bahwa doa robithoh untuk pengikat hati, tetapi bukan dalam hal mencari jodoh. Doa ini juga bukan dimaksudkan untuk memudahkan mendapatkan jodoh.

Pengikat hati dalam hal ini adalah menyambungkan rasa persaudaraan yang ada pada sesama umat Islam.

Terakhir, membaca doa robithoh juga dikatakan dapat membantu seseorang dalam menuntaskan masalah, seperti pertikaian di antara saudara sendiri ataupun saudara sesama muslim.

Memaknai Doa Robithoh dari Perspektif para Ulama

Jika dirunut lebih jauh, makna, tujuan, waktu dan fadilah doa robithoh tampaknya tidak lepas dari pengertian rabithah itu sendiri.

Dalam berbagai perbuatan yang bertujuan menegakkan agama Islam, tak jarang kita mengerjakan hal tersebut secara bersama-sama.

Bahkan, shalat wajib yang kita amalkan setiap hari pun lebih utama jika dikerjakan bersama-sama atau secara berjamaah.

Hal tersebut tentu tidak terlepas dari anjuran agama Islam kepada umatnya untuk hidup berjamaah, sebagaimana tertuang dalam hadits Imam Bukhari.

Sayyidina Umar Bin Khattab dalam salah satu khutbahnya juga menyampaikan sabda Nabi Muhammad saw., yang dalam kitab Sunan Tumudzi tertulis sebagai berikut.

“Kalian harus berjamaah dan hindarilah bercerai (dari jamaah) karena setan bersama orang yang sendirian.” (Kitab Sunan Tumudzi, jlid IV: 465, Sunan al-Kubra, Jilid V, hal. 388)

Hubungan atau keterikatan antar umat Islam tersebut kemudian dikenal dengan sebutan robithoh dalam ilmu tasawuf.

Lalu, bagaimana para ulama memandang doa robithoh? Untuk memahami hal ini, sebaiknya kita lihat dulu perspektif ulama dalam melihat robithoh “الرَّابِطَةِ” itu sendiri.

Apa Itu Robithoh Menurut para Ulama

Bukan rahasia lagi jika para ulama selalu melandaskan pernyataan serta perbuatannya pada dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad saw.

Secara bahasa, “robithoh” sendiri berarti “hubungan atau ikatan”. Makna tersebut diambil dari kata robth yang artinya :menghubungkan atau mengikat”.

Adapun secara istilah tarikat, robithoh merupakan perbuatan menghubungkan rohaniah seorang murid dengan rohaniah seorang guru.

Dalam Diya ‘ul-Murid karya Syaikh Daud al-Fatani, robithoh adalah perbuatan mengkhayalkan rupa seorang syaikh di antara matanya, terutama yang sangat membekas dalam hati.

Selaras dengan pernyataan Syaikh Daud, Syaikh ‘Abdus Shamad al-Palimbangi juga menjelaskan hal yang sama dalam kitabnya, Hidayatus-Salik.

Ia menjelaskan bahwa salah satu adab ber-dzikrullah adalah membayangkan rupa syaikhnya di antara kedua mata dan hal ini disebutkan sebagai adab yang muakadah bagi ahli tasawuf.

Dalam kitabnya yang berjudul Bahjah Saniyyah, Syaikh Muhammad bin ‘Abdullah al-Khani tidak secara khusus menerangkan mengenai doa robithoh.

Akan tetapi, ia menjelaskan pentingnya robithoh itu sendiri dan bagaimana cara mengamalkannya sesuai perintah Allah Swt.

Menurutnya, seorang murid wajib melakukan robithoh sehingga ia tetap bisa memperoleh limpahan rahmat dari Allah Swt., meski tanpa wasilah.

Sementara itu, Syakh Muhammad Amin al-Kurdi juga menganjurkan hal yang sama bagi para murid agar mereka mendapatkan karunia dari Allah.

Dalam hal ini, rohaniah syaikh guru yang mursyid hanya sebagai salah satu media, tetapi yang memberi karunia dan syafaat tetaplah Allah Swt.

Penafsiran Robithoh dari Sudut Pandang Lahiriah

Perintah tentang robithoh sendiri ditegaskan dalam firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 200 yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Yā ayyuhallażīna āmanuṣbirụ wa ṣābirụ wa rābiṭụ, wattaqullāha la’allakum tufliḥụn.

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

Menurut para ahli tafsir, kata “warabitu” dalam ayat tersebut mempunyai makna yang tak lepas dari robithoh.

Syekh Ibnu Kasir dalam tafsirnya mengartikan ribath yang ada dalam ayat di atas menjadi dua makna.

Makna yang pertama adalah keteguhan melawan musuh dengan cara mempertahankan kemuliaan Islam dan menjaga agar musuh tidak masuk ke dalam wilayah kaum muslim.

Makna robithoh yang demikian juga berdasarkan pada hadits riwayah Imam Bukhari.

Hadits tersebut menyatakan bahwa ribath, yaitu bersikap siaga sepanjang hari di jalan Allah Swt., lebih baik dibanding dunia dan isinya.

Kedua, robithoh juga dimaknai sebagai senantiasa berada di tempat ibadah dan menantikan datangnya waktu shalat, bahkan setelah mengerjakan shalat di salah satu waktu.

Contohnya, setelah shalat Maghrib, kamu tetap duduk dan berdzikir kepada Allah Swt. sambil menanti waktu shalat Isya tiba.

Hal ini didasarkan pada hadits riwayat Imam Muslim dan Nasa’i dari Malik bin Anas dari Abu Hurairah.

Dalam hadits itu, Rasulullah saw. bersabda bahwa salah satu perbuatan yang dapat meninggikan derajat seorang muslim dan menghapuskan dosa adalah menunggu shalat selepas shalat.

Penafsiran Robithah dari Sudut Pandang Rohaniah

Doa robithoh yang kita bahas saat ini tentu tidak terlepas dari penafsiran dari kata robithoh dalam perspektif rohani juga.

Para ahli tafsir, termasuk Syaikh al-Alusi, telah menerangkan secara umum mengenai penafsiran kata tersebut dari sudut pandang rohani dalam kitab tafsirnya yang berjudul Ruh al-Ma’ani.

Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa melakukan robithoh pada tingkat ruh akan membantu manusia tidak tertimpa kelemahan iman dan kelalaian untuk bertakwa kepada Allah Swt.

Sementara itu, Syaikh Fakhruddin al-Razi mempunyai pandangan lain mengenai robithoh yang ia paparkan dalam kitabnya, Mafaith al-Ghaib.

Menurutnya, robithoh yang diperintahkan dalam Al-Qur’an adalah untuk mengembangkan sifat bersabar dan kegigihan dalam memegang keimanan kepada Allah Ta’ala.

Ia menambahkan bahwa semua proses tersebut berada di dalam hati seseorang, baik ketika sedang mengerjakan ibadah atauoun berjihad di jalan-Nya.

Hubungan antara Makna Robithah secara Lahir dan Batin

Perintah Allah Swt. untuk ber-robithoh bukan hanya dianjurkan untuk hal-hal yang bersifat lahiriah saja, melainkan juga mencakup sesuatu yang ada di dalam hati (rohani).

Sunan al-Tirmidzi menjelaskan bahwa rabithah di dalam hati lebih diutamakan dibandingkan dengan yang bersifat lahir.

Oleh karena itu, doa robithoh digunakan bukan hanya untuk menguatkan hubungan antara umat Islam secara lahiriah, tetapi juga menyatukan hati mereka dalam ketakwaan kepada Allah Swt.

Begitu pula pada saat berdoa, akan lebih afdhal jika kita berdoa bersama-sama.

Lebih diutamakan lagi apabila dalam berdoa, kita mengajak atau mengikutsertakan orang yang dianggap lebih dekat kepada Allah Swt. dalam hal ibadah dan ketakwaan.

Dalam salah satu riwayatnya, Umar bin Khattab dikisahkan meminta izin kepada Baginda Rasul untuk menunaikan ibadah umrah.

Pada saat itu, Rasulullah pun meminta agar Umar melibatkan beliau dan orang-orang yang tidak ikut dengannya ke Makkah dalam doanya.

Dijelaskan juga dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Baihaqi bahwa Umar bin Khattab sempat mengajak paman Nabi, Abbas r.a. untuk menemaninya berdoa agar diturunkan hujan.

Jadi, sudah sepantasnya kita mengikutsertakan orang lain, terutama orang-orang yang taat kepada-Nya dan meyakini bahwa mereka ikut mengaminkan doa yang kita panjatkan tersebut.

Itulah sedikit ulasan mengenai doa robithoh dan maknanya menurut para ulama yang telah Hasana.id rangkum. Semoga bisa menjadi referensi dalam mengamalkan doa tersebut.

Referensi:

https://alif.id/read/redaksi/sabilus-salikin-14-rabitah-merabit-b205554p/

https://www.laduni.id/post/read/45228/rabithah-1-perspektif-ulama-tentang-rabithah

https://www.laduni.id/post/read/45165/esensi-rabithah-dalam-dunia-tarekat

https://www.laduni.id/post/read/45166/rabithah-dalam-perspektif-ulama

https://www.alkhoirot.net/2015/08/berdoa-bahasa-indonesia-dalam-shalat.html

Karena doa Robithoh

https://www.islamedia.id/2017/05/hukum-merutinkan-membaca-doa-rabithah.html

Fadhilah dan Makna Doa Rabithah Beserta Rahasia Di dalamnya

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *