Kisah dan Hikmah di Balik Doa Nabi Musa a.s.

Kamu mungkin sering mendengar sebuah bacaan yang diucapkan pembicara muslim sebelum memulai majelis, yaitu yang diawali dengan “rabbisyrah lii shadrii.”

Ucapan dalam bahasa Arab ini dikenal sebagai doa Nabi Musa a.s.

Doa yang terekam dalam Al-Qur’an surah Thaha ayat 25 hingga 28 ini merupakan bagian dari kisah heroik sang nabi melawan seorang manusia yang mengira dirinya semulia tuhan: Firaun.

Banyak rintangan yang beliau lalui pada saat menghadapi musuhnya ini. Di saat tersulitnya itulah, Nabi Musa a.s. kemudian berdoa:

رَبِّ ا شْرَحْ لِيْ صَدْرِ وَيَسِّرْلِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْ قَوْلِيْ

Rabbisy rahlii shadri wa yassrlii amrii wahlul ‘uqdatam mil lisaanii yafqahuu qaulii.

Artinya:

Ya Rabb, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.”

(QS Surah Thaha: 25–28)

Apakah yang terkandung di dalam doa yang dipanjatkan Nabi Musa a.s. tersebut? Lalu, adakah doa-doa lain dari sang pembawa risalah yang juga tertera dalam Al-Qur’an?

Jawabannya, tentu ada, dan kamu akan menemukannya dalam artikel ini.

Hasana.id akan memberikan informasi seputar doa Nabi Musa a.s. yang dikisahkan langsung oleh Alah Swt. dalam Al-Qur’an.

Doa Nabi Musa untuk Bercakap-Cakap

Lafal doa Nabi Musa a.s. untuk kelancaran berbicara ini sama dengan doa yang disebutkan di atas. Setidaknya, terdapat tiga permintaan yang terkandung dalam doa ini.

  1. Meminta agar Allah Swt. mengangkat segala hal yang menyempitkan dada.
  2. Memohon supaya Allah Swt. menguatkan diri sehingga sanggup menghadapi segala urusan.
  3. Meminta agar Allah Swt. memberikan kelancaran dalam bercakap-cakap sehingga bisa dipahami oleh yang mendengarnya.

Karena tiga kandungan di ataslah, doa Nabi Musa a.s. ini sering kali dibaca ketika seseorang akan menghadapi hal-hal penting.

Contohnya adalah pada saat akan mengerjakan soal ujian atau berbicara di depan umum.

Di kalangan mahasiswa muslim tingkat akhir, ini terkenal ampuh mengatasi kegugupan ketika akan menjalani sidang skripsi.

Jika kamu pada suatu kesempatan akan menghadapi audiens yang terdiri dari orang Barat, doa Nabi Musa dalam bahasa Inggris berikut ini bisa membantumu.

Oh, My Lord, open my chest and ease my task for me. Remove the impediment from my speech so that they may understand what I say.

Doa Nabi Musa a.s. Meminta Keselamatan dari Orang Zalim

فَخَرَجَ مِنْهَا خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ قَالَ رَبِّ نَجِّنِى مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ

Fa kharaja min-haa khaa-ifay yataraqqabu qaala rabbi najjinii minal-qaumizh-zhaalimiin.

Artinya:

Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa, ‘Ya Rabb-ku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu’.’

(QS Surah Al-Qashash: 21)

Ada sebab yang membuat Nabi Musa a.s. memanjatkan doa ini, yaitu ketika beliau tak sengaja membunuh seseorang karena dimintai bantuan oleh seseorang lainnya.

Suatu saat, datang kembali ke hadapannya orang yang pernah meminta bantuan tersebut untuk minta dibantu lagi melawan orang Mesir lainnya.

Nabi Musa a.s. tak ingin mengulangi kesalahan yang sama sehingga beliau pun menghardik orang tersebut untuk tidak memaksa.

Namun, didorong rasa permusuhan terhadap orang Mesir lainnya ini, tebersit dalam pikiran sang nabi untuk melakukan sebuah tindakan.

Akan tetapi, sebelum Nabi Musa a.s. bertindak apa pun, orang Mesir tersebut memojokkan sang nabi dengan mengungkit perbuatan beliau yang lalu, yaitu membunuh seseorang.

Tanpa disangka, perkataan itu terdengar dan tersebar hingga ke seluruh kota.

Ketika itu, datanglah ke hadapan Nabi Musa a.s. seseorang dari kalangan keluarga Firaun yang beriman.

Ia berniat memberi tahu sang nabi bahwa beliau akan dikejar untuk dibunuh oleh kalangan kerajaan akibat kabar pembunuhan tersebut.

Orang tersebut memberi nasihat agar Nabi Musa a.s. segera pergi meninggalkan kota supaya selamat dari rencana Firaun.

Karena ketakutan, sang nabi pun segera melarikan diri secepatnya. Pada saat itulah, beliau memanjatkan doa tersebut pada Allah Swt.

Kemudian, Allah Swt. mengabulkan doa beliau dengan menuntun Nabi Musa a.s. pergi menuju Madyan, sebuah negeri yang damai dan aman, di mana kekuasaan Firaun tak bisa meraihnya.

Seperti Nabi Musa a.s, kamu bisa membaca doa ini ketika mendapatkan tindak aniaya dari orang lain.

Allah yang Maha Mengetahui akan memberikan pertolongan-Nya kepada hamba yang teraniya, insyaallah.

Doa Nabi Musa Minta Rezeki

فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰٓ إِلَى ٱلظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّى لِمَآ أَنزَلْتَ إِلَىَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ

Fa saqaa lahumaa tsumma tawallaa ilazh-zhilli fa qaala rabbi innii limaa anzalta ilayya min khairin faqiir.

Artinya:

Maka, Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya. Kemudian, dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, ‘Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku’.”

(QS Surah Al-Qashash: 24)

Ada kisah yang amat menarik yang melatarbelakangi doa Nabi Musa ini.

Hasana.id akan menceritakannya terlebih dahulu untukmu, yang dinukil dari Tafsir Jalalain, sebelum beranjak menuju kandungan dan hikmahnya.

Bertemu Dua Gadis Penggembala Ternak

Kisah ini merupakan kelanjutan dari pelarian diri Nabi Musa a.s. atas pengejaran yang dilakukan oleh Firaun dan kaumnya.

Dikisahkan, Nabi Musa melihat dua orang perempuan di belakang para penggembala yang tengah memberi minum ternak-ternak mereka di sebuah sumur.

Anehnya, kedua gadis tersebut tak kunjung maju menuju sumber air dan menuntun hewan gembalaan mereka untuk turut minum juga.

Yang terlihat oleh beliau adalah dua orang perempuan itu justru menahan ternaknya agar tidak meminum air sumur.

Setelah ditanya mengapa mereka melakukannya, salah seorang dari keduanya menjawab bahwa mereka takut berdesak-desakan dan berebut bagian air.

Dua orang perempuan tersebut menggantikan ayah mereka yang sudah renta dan tak sanggup lagi memberi minum ternaknya.

Nabi Musa pun membantu kedua gadis itu untuk meminumkan hewan gembalaan tersebut di sumber air lainnya yang berjarak tak jauh dari sana.

Sumber air ini tak banyak dikunjungi karena ada bongkahan batu amat besar yang menutupi mulut sumur dan dibutuhkan kekuatan sepuluh orang kuat untuk mengangkatnya.

Namun, penutup sumur raksasa itu dapat dengan mudah diangkat oleh Nabi Musa a.s.

Setelahnya, kedua orang perempuan itu pulang. Nabi Musa kemudian duduk di bawah pohon samurah untuk berteduh dari hari yang dirasa sangat panas.

Pada saat itulah, Nabi Musa yang tengah menahan lapar, mengucapkan doa seperti yang tertulis dalam surah Al-Qashash ayat 24 di atas.

Menjadi Menantu Nabi Syu’aib a.s.

Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di rumah kedua perempuan yang ditolong oleh Nabi Musa as. tadi, terjadi percakapan antara seorang ayah dengan dua orang putrinya.

Sang ayah , yang cukup kaget mendapati kedua anak perempuannya pulang lebih cepat dari hari biasanya, bertanya mengapa bisa demikian.

Diceritakanlah kepada sang ayah tentang seorang pemuda yang membantu pekerjaan mereka hari itu.

Setelah mendengarnya, sang ayah meminta salah seorang dari putrinya untuk meminta pemuda yang dimaksud mengunjungi rumah mereka agar ia bisa menjamunya..

Singkat cerita, pergilah salah satu dari kedua anak perempuan itu untuk memanggil Nabi Musa agar datang ke rumahnya dan terjadi acara perjamuan oleh tuan rumah.

Tahukah kamu siapa sang ayah dalam cerita ini? Beliau adalah Nabi Syu’aib a.s. Kelak, Nabi Syu’aib a.s. menikahkan salah satu putrinya dengan Nabi Musa a.s.

Perjumpaan pertama mereka tidak lain adalah ketika sang nabi menolong sang gadis di tempat sumber air tersebut.

Hikmah Doa Nabi Musa

Dari kisah yang melatarbelakangi doa Nabi Musa terkait rezeki ini, paling tidak ada tiga hikmah yang dapat kamu pelajari.

  1. Kamu pasti ingat bahwa tepat sebelum Nabi Musa dijamu oleh Nabi Syu’aib, beliau mengucapkan sebuah doa tersebab rasa lapar, bukan?

Beliau amat membutuhkan rezeki-Nya berupa makanan dan Allah Swt. langsung memperkenankan doa beliau.

Jadi, jika di suatu hari kamu amat membutuhkan rezeki dari Allah Swt., doa ini bisa dibaca.

Semoga Yang Maha Mengabulkan doa segera mengabulkannya sesegera Ia menjawab doa Nabi Musa a.s.

  1. Kamu juga tidak lupa bahwa Nabi Musa a.s. tak begitu saja duduk di bawah pohon dan berdoa, bukan?

Sebelum mengajukan pintanya, beliau terlebih dahulu melakukan suatu kebaikan yang kamu ketahui kini sebagai perantara terkabulnya doa tersebut.

Dengan kata lain, ada faktor penentu yang menyebabkan sebuah doa terkabul. Dalam kasus ini, kamu bisa meniru tindakan Nabi Musa a.s. yang mendahului doanya dengan amal baik.

Lalu, percaya saja bahwa amalan tersebut dapat “mendorong” doamu naik ke langit.

  1. Nabi Musa berjodoh dengan gadis yang ia tolong sebelum meminta Allah Swt. untuk menurunkan “kebaikan” kepada beliau.

Nah, ternyata bukan hanya rezeki berupa makanan saja yang diberikan Sang Pencipta, melainkan juga jodoh untuk sang nabi.

Dengan demikian, doa ini agaknya dapat juga menjadi doa Nabi Musa tentang jodoh.

Menyerupai Doa Nabi Isa a.s

Sebagai catatan, kalimat permintaan Nabi Musa di atas mirip dengan doa Nabi Isa a.s. yang mengabadi dalam sebuah ayat pada surah Al-Maidah.

قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ٱللَّهُمَّ رَبَّنَآ أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ ٱلسَّمَآءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِّأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَايَةً مِّنكَ وَٱرْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ

Qaala ‘Iisabnu maryamallaahumma rabbanaa anzil ‘alainaa maa-idatam minas-samaa-i takuunu lanaa ‘iidal li-awwalinaa wa aakhirinaa wa aayatam minka warzuqnaa wa anta khairur-raaziqiin.

Artinya:

Isa putra Maryam berdoa, ‘Ya Rabb kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama.”

(QS Surah Al-Maidah: 114)

Kedua doa nabi-nabi Allah Swt. tersebut berkenaan dengan “diturunkannya” rezeki berupa makanan. Bedanya adalah bentuk pengabulan doa bagi keduanya.

Jika permohonan Nabi Musa diperkenankan melalui jamuan Nabi Syu’aib, tidak demikian cara-Nya mengabulkan doa Nabi Isa a.s.

Allah Swt. mengabulkan doa Nabi Isa a.s. dengan menurunkan hidangan dari langit, yang sekaligus menjadi sebuah mukjizat sang nabi putra Maryam tersebut.

Doa Nabi Musa Melawan Sihir

فَلَمَّآ أَلْقَوْا۟ قَالَ مُوسَىٰ مَا جِئْتُم بِهِ ٱلسِّحْرُ إِنَّ ٱللَّهَ سَيُبْطِلُهُۥٓ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ ٱلْمُفْسِدِينَ وَيُحِقُّ ٱللَّهُ ٱلْحَقَّ بِكَلِمَٰتِهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُجْرِمُونَ

(81) Falammaa alqau qaala Muusaa maa ji’tum bihis-sihru innallaaha sayubthiluhuu innallaaha laa yushlihu ‘amalal-mufsidiin. (82) Wa yuhiqqullaahul-haqqa bi kalimaatihii walau karihal-mujrimuun.

Artinya:

“(81) Maka, setelah mereka lemparkan, Musa berkata, ‘Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir. Sesungguhnya, Allah akan menampakkan ketidakbenarannya’. Sesungguhnya, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang membuat kerusakan. (82) Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukainya.

(QS Surah Yunus: 81–82)

Jika diadaptasi ke dalam sebuah film, bisa dipastikan peristiwa Nabi Musa yang diabadikan dalam surah Yunus di atas menjadi salah satu episode yang menegangkan untuk dilihat.

Betapa tidak, sang nabi dihadapkan pada para tukang sihir Firaun yang pasti memiliki kekuatan magis, sedangkan dirinya tak dapat melakukan apa pun tanpa wahyu dari Allah Swt.

Nabi Musa as. tidak pernah tahu bahwa tongkatnya akan berubah menjadi ular yang sangat besar atas izin Allah Swt. sebelum beliau melemparkannya.

Yang beliau ketahui adalah bahwa mukjizat-mukjizatnya sebelum itu dipandang sebagai praktik sihir oleh Firaun dan pengikutnya.

Nabi Musa a.s. kemudian mempersilakan para tukang sihir untuk menunjukkan kekuatan yang mereka punyai.

Dengan begitu, beliau bisa berbalik menuding bahwa yang mereka lakukan itulah yang serupa dengan sihir dan Allah Swt. pasti akan melenyapkannya.

Mukjizat yang Tidak Diduga

Kalimat dalam surah Yunus tersebut memang tidak bisa dikatakan sebagai doa Nabi Musa untuk melawan sihir.

Beliau menujukan ucapannya kepada para tukang sihir dengan segala usaha tipu dayanya bahwa kekuatan mereka bukan apa-apa.

Namun, di balik kalimat-kalimat ini, ada sikap tawakal yang ditujukan hanya pada Allah Swt. semata.

Keadaan berserah kepada Sang Pencipta inilah yang kemudian membuat Nabi Musa a.s. berbicara dengan keyakinan yang kuat bahwa ucapannya akan menjadi nyata.

Terbukti, setelah Nabi Musa a.s. melemparkan tongkatnya ke tanah atas petunjuk Allah Swt, seketika para tukang sihir Firaun menyungkurkan diri.

Mereka mengimani kekuasaan Dzat yang mereka sebut sebagai “Tuhan Musa dan Harun” (Surah Al-A’raf: 122 dan surah Asy-Syu’ara: 48).

Setelah melihat sendiri bahwa tongkat Nabi Musa berubah menjadi ular raksasa yang menelan semua sihir mereka, para tukang sihir menyadari bahwa sang nabi tidak serupa dengan mereka.

Tak ada satu tukang sihir pun, bahkan juga Firaun yang mengaku sebagai Tuhan, yang dapat melakukan apa yang Nabi Musa as. tunjukkan kepada pada mereka.

Itulah mukjizat yang datang dari Tuhan semesta alam.

Doa untuk Menghindari Fitnah

رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Rabbanaa laa taj’alnaa fitnatal-lil qaumizh-zhaalimiina wa najjinaa bi rahmatika minal-qaumil-kaafiriin.

Artinya:

Yaa Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat-Mu dari (tipu daya) orang-orang kafir.

(Surah Yunus: 85–86)

Doa ini dilafalkan oleh pengikut Nabi Musa ketika mereka mendapat serangan fitnah dan tindak aniaya yang bertubi-tubi dari Firaun.

Bani Israil yang memilih untuk beriman berjumlah sangat sedikit.

Namun, Firaun dengan kezalimannya tetap kejam menindak pengikut Nabi Musa a.s. agar mereka mau melepaskan keimanan dan kembali menganggap sang raja zalim sebagai Tuhan.

Sang nabi pun mendorong mereka agar tetap pada keyakinan dan bertawakal hanya kepada Allah Swt.

Setelah itu, pengikut Nabi Musa menyatakan sikap bertawakal kepada Sang Pencipta dan membaca doa tersebut di atas.

Terdapat dua permintaan yang terkandung dalam doa yang dipanjatkan dalam keadaan takut dan khawatir ini, yaitu meminta agar terhindar dari fitnah dan meminta rahmat Allah Swt.

Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah berpendapat bahwa penggalan doa yang kedua melebihi yang pertama.

Meminta agar diselamatkan dari keburukan akhlak dan akidah orang kafir yang dapat memengaruhi keimanan lebih utama dibandingkan meminta agar dihindarkan dari siksa mereka.

Bagaimanapun, dari kisah pengikut Nabi Musa a.s. ini, kamu dapat mempelajari bahwa apa pun keadaan yang dijalani, tawakal harus selalu mengikuti.

Memasrahkan segala urusan, yang baik dan buruk, hanya kepada Allah Swt. adalah sebenar-benarnya sikap.

Firaun mungkin sudah tak ada, tetapi Allah Swt. berkehendak mengawetkan jasadnya agar menjadi pelajaran bagi umat muslimin yang datang kemudian tentang kesudahan orang zalim.

Hikmah ini tak hanya dikemas sebagai peringatan bagi orang-orang yang menganiaya saja, tetapi juga sebagai penghiburan bagi mereka yang teraniaya untuk tak usah khawatir akan kezaliman.

Allah Swt. akan membalas dengan cara-Nya sendiri. Yang diperlukan hanya menaruh tawakal kepada-Nya.

Doa Nabi Musa a.s. Meminta Pertolongan

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَإِلَيْكَ الْمُشْتَكَى، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ

Allaahumma lakal-hamdu wa ilaikal-musytaka, wa antal-musta’aan, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil ‘azhiim.

Artinya:

Ya Allah, hanya milik-Mu segala puji, hanya kepada-Mu, DZat yang dimintai pertolongan. Tidak ada kekuatan untuk menjalankan sebuah ketaatan dan menghindari kemaksiatan kecuali pertolongan Allah yang Mahaagung.

Ketika Nabi Musa as. dan Bani Israil melarikan diri dari kejaran Firaun beserta antek-anteknya, mereka dihadapkan pada ujung daratan.

Di depan mereka, terhampar lautan dalam yang secara logika tak bisa diseberangi dengan berenang, apalah lagi dengan berjalan kaki.

Bani Israil pun mulai berteriak putus asa karena Firaun sudah makin mendekat!

Pada saat seperti itu, tak ada jalan lain bagi Nabi Musa selain memuncakkan keyakinannya terhadap pertolongan Allah Swt.

Maka, benar saja, Allah Swt. segera menolong Nabi Musa a.s. dengan memberi perintah agar sang nabi menghentakkan tongkatnya ke arah lautan.

Dengan izin Yang Mahakuasa, hamparan lautan di hadapannya seketika terbelah dan menampakkan jalan yang dapat dilintasi dengan berjalan kaki.

Doa yang tertulis di atas adalah bacaan yang dilafalkan Nabi Musa as. ketika beliau dan Bani Israil menyeberangi lautan yang terbelah itu.

Hadits Doa Nabi Musa a.s.

Rasulullah saw. mengajarkan lafal doa tersebut kepada sahabat beliau yang kemudian dirawi dari Abdullah bin Mas’ud r.a.

Hadits lengkap yang di dalamnya terdapat bacaan doa yang diucapkan Nabi Musa a.s. di dalamnya itu ditulis dalam Al-Mu’jam as-Shaghir oleh at-Thabarani sebagai berikut.

أَلَا أُعَلِّمُكَ الْكَلِمَاتِ الَّتِي تَكَلَّمَ بِهَا مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ حِينَ جَاوَزَ الْبَحْرَ بِبَنِي إِسْرَائِيلَ؟ فَقُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: قُولُوا: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ وَإِلَيْكَ الْمُشْتَكَى، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ.

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ شَقِيقٌ: وَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ. قَالَ الْأَعْمَشُ: وَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ شَقِيقٍ. قَالَ الْأَعْمَشُ: فَأَتَانِي آتٍ فِي الْمَنَامِ فَقَالَ: يَا سُلَيْمَانُ , زِدْ فِي الْكَلِمَاتِ: وَنَسْتَعِينُكَ عَلَى فَسَادٍ فِينَا , وَنَسْأَلُكَ صَلَاحَ أَمْرِنَا كُلَّهُ

Alaa u’allimukal-kalimaatil latii takallama bihaa Muusa shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallama hiina jaawajal-bahrabi banii israa-iil? Faqulnaa: balaa yaa Rasuulallaah. Qaala: quuluu: Allahumma lakal-hamdu wa ilaikal-musytaka, wa antal-musta’aan, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil-‘azhiim.

Qaala ‘Abdullaah: famaa taraktuhunna mundzu sami’tuhunna min Rasuulillaahi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Qaala Syaqiiq: wa maa taraktuhunna mundzu sami’tuhunna min ‘Abdillaah. Qaalal-A’amasy: wa maa taraktuhunna mundzu sami’tuhunna min Syaqiiq. Qaalal-A’masy: fa-ataanii aatin fil-manaami fa qaala: yaa Sulaimaan, zidfil-kalimaat: wa nasta’iinuka ‘alaa fasaadin fiina, wan as-aluka shalaaha amrinaa kullah.

Artinya:

’Maukah kamu kuajari tentang kalimat-kalimat yang dibaca oleh Musa a.s. ketika ia melintasi lautan bersama Bani Israil?’ Kami menjawab, ‘Tentu, ya, Rasulallah’. Kemudian, Rasul menjawab, ‘Bacalah (doa seperti di atas)’.”

“Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Aku tidak pernah meninggalkan doa tersebut sejak aku mendengar doa itu dari Rasulullah’. Kata Syaqiq, ‘Aku tidak pernah meninggalkan doa tersebut sejak aku mendengar doa itu dari Abdullah’. Kata A’masy, ‘Aku tidak pernah meninggalkan doa tersebut sejak aku mendengar doa itu dari Syaqiq’.”

“Kata A’masy, ‘Kemudian, ada orang yang datang kepadaku ketika aku tidur. Ada yang mengatakan, ‘Tambahilah kalimat berikut: wa nasta’iinuka ‘alaa fasaadin fiina, wan as-aluka shalaaha amrinaa kullah (dan kami meminta pertolongan Engkau atas kerusakan yang ada pada kami, dan kami minta Engkau atas kebaikan semua urusan kami)’.”

Amalan Doa Nabi Musa a.s.

Kamu bisa mengamalkan doa ini pada saat mengalami kesulitan yang terasa menyempitkan dada.

Sambil membacanya, berharaplah agar Allah Swt. memberikan bantuan-Nya secepat pertolongan pada Nabi Musa a.s. diberikan.

Dalam doa tersebut, kamu memuji Allah Swt. sekaligus merendahkan diri yang memang tak berkekuatan apa pun di hadapan Ia yang Mahakuasa.

Bertawakallah kepada-Nya dan yakini bahwa masalah tercipta diikuti dengan solusinya, sedangkan keduanya datang dari Dzat yang Maha Mengatur.

Penutup

Kisah Nabi Musa a.s. dikisahkan melalui firman-Nya baik disusun secara berurutan agar kaum muslimin mengerti kronologinya maupun diletakkan bertebaran di sepanjang Al-Qur’an.

Dari kisah tersebut, kamu pasti memahami bahwa sang nabi selalu melibatkan Allah Swt. dalam tiap perjalanan hidupnya.

Hal itu terbukti dari doa-doa beliau yang selalu terekam menjadi penanda masing-masing peristiwa.

Hingga kini, doa-doa tersebut kerap dipanjatkan oleh kaum muslimin dalam situasi-situasi tertentu.

Semoga dengan melafalkan doa Nabi Musa a.s., orang-orang beriman mengingat bahwa tak ada permintaan yang tidak dikabulkan-Nya jika tawakal pada Allah Swt. yang menjadi landasannya.

Sumber:

https://islam.nu.or.id/post/read/72661/doa-nabi-musa-memohon-kemudahan-urusan

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=28&nomorayat=24

https://islam.nu.or.id/post/read/111390/doa-nabi-musa-saat-dikejar-fir-aun#:~:text=Artinya%3A%20%E2%80%9CMaukah%20kamu%20kuajari%20tentang,bill%C3%A2hil%20’aliyyil%20adz%C3%AEmi%E2%80%9D%20(ya

https://islam.nu.or.id/post/read/93043/doa-pengikut-nabi-musa-agar-terhindar-dari-fitnah-dan-kezaliman

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=28%20%20%20&nomorayat=%2018

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=28%20%20&nomorayat=%2019

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=28%20&nomorayat=%2020

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=28&nomorayat=

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=28%20&nomorayat=23

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=28%20%20%20&nomorayat=%2025

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=10&nomorayat=80

http://antalalai.com/quran/perayat.php?ayat&nomorsurat=10%20&nomorayat=%2081