Doa Buka Puasa: Keutamaan, Amalan Sunnah, DLL [PEMBAHASAN LENGKAP]

Tak diragukan lagi bahwa ibadah puasa memiliki keutamaan yang luar biasa dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain.

Ada satu hadis qudsi yang menyebutkan fadilah puasa. Allah Swt mengkhususkan ibadah puasa untuk-Nya sendiri, hal ini tidak ditemukan saat Allah Swt menyebutkan keutamaan ibadah-ibadah yang lain.

Nabi saw bersabda dalam sebuah hadis qudsi, bahwa Allah Swt berfirman:

كل عمل ابن آدم له إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به (رواه البخاري).[1]

Artinya:

“Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung.” (HR. Bukhari).

Namun, dari seluruh keistimewaan ibadah puasa ada satu yang paling ditunggu oleh orang yang menjalankannya. Itulah waktu berbuka puasa. Setelah sehari penuh menahan lapar dan dahaga, tentu saja waktu berbuka adalah hal yang paling dinanti-nanti.

Buka puasa adalah salah satu kebahagiaan bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa di dunia. Selain itu, ada kebahagiaan lain yang menanti di akhirat, yaitu bertemu dengan Allah Swt.

Hal ini disampaikan oleh Nabi saw dalam hadisnya:

للصائم فرحتان، فرحة عند فطره، وفرحة عند لقاء ربه (رواه مسلم).[2]

Artinya:

“Ada dua kebahagiaan bagi orang berpuasa yaitu; kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.” (HR.Muslim).

Kira-kira apa yang terkandung di dalamnya sehingga Nabi saw menyebut bahwa kebahagiaan orang berpuasa itu salah satunya ketika berbuka?

Nah, pada artikel kali ini hasana.id akan membahas doa buka puasa serta beberapa hal seputar kebaikan, amalan-amalan sunah yang baik diamalkan, dan hal-hal yang perlu diperhatikan saat berbuka puasa.

Fadhilah Puasa

Doa Buka Puasa

Ada beberapa macam bacaan doa buka puasa. Berikut ini beberapa di antaranya:

Doa Buka Puasa (Versi 1)

أَلّلهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شاَءَ اللّهُ تَعَالَى، يَا وَاسِعَ الْفَضْلِ اغْفِرْ لِيْ، الحَمْدُ لِلّهِ هَدَانِيْ فَصُمْتُ، وَرَزَقَنِيْ فَأَفْطَرْتُ.[9]

Allahumm laka shumtu, wa ‘ala rizkika afthartu, wa ‘alaika tawakkaltu, wabika aamantu, dhahbadz dzamau, wabtala’atil ‘uruqu, watsabatal ajru insya Allahu ta’ala, ya waasi’al fadzli igfirli, Alhamdulillahi hadaani fashumtu, wa razaqani fa afthartu.

Artinya: “Ya Allah bagimu aku berpuasa, karena rizkimu aku berbuka, kepadamu aku berserah diri, kepadamu aku beriman. Telah hilanglah dahaga, telah basahlah urat, dan telah tetaplah pahala dengan izin Allah. Wahai yang memiliki karunia yang luas ampunilah dosaku. Segala puji bagi Allah yang telah memberiku petunjuk sehingga aku berpuasa. Dan yang telah memberiku rezeki sehingga aku berbuka.”

Doa Buka Puasa (Versi 2)

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمأُ وابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأجْرُ إِنْ شاءَ اللَّهُ تَعالى

Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu dzahaba-dh-dhama’u wabtalatil ‘urûqu wa tsabatal ajru insyâ-allâh ta‘âlâ

Artinya, “Duhai Allah, untuk-Mulah aku berpuasa, atas rezekimulah aku berbuka. Telah sirna rasa dahaga, urat-urat telah basah, dan (semoga) pahala telah ditetapkan, insyaaallah.”

(Lihat, Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir)

Dikutip dari islam.nu.or.id

Doa Buka Puasa (Versi 3)

(كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ : (للَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Artinya: “Rasulullah ketika Berbuka, beliau berdoa: ‘Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa dan atas rezeki yang Engkau berikan kami berbuka,” (HR. Abu Daud).

Dikutip dari islam.nu.or.id

Doa Buka Puasa (Versi 4)

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthartu bi rahmatika yaa arhamar raahimiin.

Artinya: Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa), dengan rahmat-mu, Ya Allah yang Maha Pengasih.

Buka Puasa: Hal yang Penuh Kebaikan

Berbuka puasa adalah hal yang sederhana. Namun, di balik kesederhanaan itu berbuka puasa memiliki keutamaan yang berbuah pahala apabila diamalkan dengan benar.

Perlu kamu ketahui, bahwa waktu berbuka puasa adalah salah satu waktu mustajab terkabulnya doa. Oleh karena itu, umat Islam disunnahkan untuk memperbanyak doa kepada Allah Swt pada momen tersebut. Hal ini sebagaimana sabda Nabi saw:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ لَا تُرَدّ، دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الصّـَائِمِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ[3]

Artinya: “Dari Anas bin Malik RA dia berkata, Nabi SAW bersabda, ada tiga orang yang doanya tidak ditolak: (1) Doa orang tua kepada anaknya, (2) Orang yang berpuasa ketika berbuka, (3) Doa orang yang sedang safar (musafir).” Hadits Shahih (HR. al-Baihaqi 3/345 dan yang lainnya).

Waktu berbuka puasa

Buka Puasa Ala Nabi saw

Bagaimana cara Rasulullah saw berbuka puasa? Ternyata, berbuka puasa ala Rasulullah saw sangat sederhana sekali.

Biasanya, beliau hanya mengonsumsi kurma dan seteguk air. Tidak ada makanan yang berat yang masuk ke dalam tubuh beliau. Apalagi, sampai makan dalam jumlah banyak.

كانَ رَسُو لُ اللِّهِ صَلَّى اللَّهً عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَا تٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَم تَكُنْ حَسَا حَسَواتٍ مِنْ مَاءٍ (رواه الترمذى وأبو داود)[4]

Artinya: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air. (HR. Turmizi dan Abu Daud).

Syekh nawawi al-Bantani dalam kitabnya Nihayah al-Zain juga mengutip satu hadis yang berbunyi:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ, فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَعَلَى تَمَرَاتٍ, فَإِنْ لَمْ يَكُنْ حَسَّا حَسَوَاتٍ مِنَ الْمَاءِ

Artinya: “Nabi SAW berbuka puasa sebelum salat dengan beberapa kurma basah, apabila tidak ada maka dengan kurma kering, apabila tidak ada maka beliau meminum beberapa teguk air”.

Syekh Nawawi al-Bantani menyebutkan bahwa hadis tersebut menjelaskan keutamaan mendahulukan kurma basah saat berbuka puasa.

Apabila tidak ada kurma basah barulah berbuka dengan kurma kering. Jika tidak ada juga, berbukalah dengan air putih. Intinya, dahulukan yang paling manis karena akan bermanfaat untuk kesehatan mata.[5]

Hadis ini juga menunjukkan bahwa ketika berbuka puasa itu disunnahkan memakan sekurang-kurangnya tiga kurma atau tiga teguk air. Karena hal itu dipahami dari lafal jama’ (kata yang menunjukkan kepada arti banyak) pada hadis tersebut.[6]

Sunnah buka puasa

Keutamaan Menyegerakan Waktu Berbuka

Waktu berbuka puasa ditandai dengan terbenamnya matahari. Saat adzan Magrib mulai berkumandang, kamu harus segera berbuka puasa karena hal itu sunnah.

Selain itu, ada anjuran untuk menyegerakan makan dan minum. Ketika waktu buka puasa telah tiba, kamu dianjurkan untuk langsung membatalkan puasa atau segera minum dan makan.

Maksud dari anjuran ini jelas bukan buka puasa sebelum waktunya, tetapi segera batalkan puasa saat adzan magrib mulai berkumandang. Tak perlu menunggu adzan selesai atau setelah salat magrib.

Menyegerakan waktu berbuka merupakan sunnah Nabi Muhammad saw sebagaimana sabdanya:

لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ [7]

Artinya: “Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari)

Maksud Hadis Kebahagiaan Orang Berpuasa Saat Berbuka

Pada awal tulisan ini, saya mengutip satu hadis yang menyebutkan bahwa kebahagiaan orang yang berpuasa itu ada dua, yaitu ketika berbuka dan saat berjumpa dengan Rabb-nya. Apa maksudnya?

Terkait hadis ini, Syekh Muhammad bin Muhammad al-Sanusi menjelaskan dalam kitabnya bernama “Ikmal al-Kamal al-Mu’allim” tentang maksud kebahagiaan orang yang berpuasa.

Saat berbuka disebut membahagiakan sebab puasa adalah bentuk ibadah kepada Allah Swt yang telah dikerjakan dengan selamat, tanpa ada kerusakan (fasad).

Di samping itu, orang yang berpuasa juga berbahagia karena bisa mencicipi hidangan setelah sehari menahan lapar dan dahaga dengan rezeki yang diberikan Allah Swt kepadanya.

Terkait kebahagiaan orang berbuka saat berjumpa Rabb-nya, beliau menafsirkan bahwa di akhirat nanti semua orang yang berpuasa akan diberi keistimewaan lebih berupa gandaan pahala dari Allah Swt. [8]

Amalan Sunnah Saat Berbuka Puasa

Saat berbuka puasa, sangat dianjurkan untuk mengisinya dengan amalan-amalan sunnah. Inilah beberapa di antaranya.

Membaca Zikir Sebelum Berbuka Puasa

Adapun wirid yang sunnah diamalkan sebelum berbuka puasa secara berurutan adalah sebagai berikut:

Bacaan 1:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ، أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ (x3)

Ayshadu anla ilaha illallah, astaghfirullah, asalukal jannata wa a’uzubika minan nar. (3x).

Artinya: “Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, aku memohon ampunan kepada Allah, aku memohon surga dariMu dan aku berlindung daripada neraka”

أَللّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا

أَللّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا

أَللّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا يَا كَرِيْمُ

Allahumma innaka ‘afuwwun karimun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anna (2X)

Allahumma innaka ‘afuwwun karimun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anna ya karim

Artinya:

Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan mencintai keampunan, maka ampunilah dosa kami. Yaa Allah, Engkau Maha Pengampun dan mencintai keampunan, maka ampunilah dosa kami. Ya Allah, engkau Maha Pengampun dan mencintai keampunan, maka ampunilah dosa kami wahai yang Maha Dermawan”

Bacaan 2:

جَزَى اللهُ عَنَّا سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا خَيْرًا

يَا تَوَّابُ تُبْ عَلَيْناَ، وَارْحَمْناَ وَانْظُرْ إِلَيْنا

يَا تَوَّابُ تُبْ عَلَيْنَا، وَسَامِحْنَا فِيْمَا جَنَيْنَا.

يَا تَوَّابُ تُبْ عَلَيْنَا، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا .

Jazallahu ‘anna sayyidana Muhammadan Khaira

Ya tawwabu tub ‘alaina, warhamna wandhur ilaina

Yaa tawwabu tub ‘alaina, wa samihna fima janaina

Ya tawwabu tub ‘alaina, waghfirlana waliwalidaina

Artinya:

“Semoga Allah membalas kebaikan kepada kita dan kepada Nabi kita Muhammad SAW. Wahai yang Maha Pengampun, berilah keampunan kepada kami, sayangilah kami dan lihatlah keadaan kami.

Duhai yang Maha Pengampun, berilah keampunan kepada kami, maafkanlah segala sesuatu yang terkadang membuat kami gila karenanya. Wahai yang Maha Pengampun, berilah keampunan kepada kami dan kedua orang tua kami.”

Bacaan 3:

يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ، أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ غَيْرُكَ، فَاغْفِرِ الذَّنْبَ الْعَظِيْمَ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذَّنْبَ الْعَظِيْمَ إِلَّا الْعَظِيْمُ

Ya ‘adhim (3x), anta rabbi la ilaha ghairuk, faghfiri dzanbal ‘adhima, fa innahu la yaghfiru dzanbal ‘adhima illal ‘adhima.

Artinya:

“Wahai yang Maha Agung (3x), engkaulah Tuhanku, tidak ada tuhan selain engkau. Ampunilah dosa yang besar, karena tidak ada yang mampu mengampuni dosa besa kecuali zat Yang Maha Besar.”

Membaca Doa Berbuka Puasa

Sunnah yang selanjutnya adalah membaca doa ketika berbuka puasa. Adapun doa yang disunnahkan adalah:

أَلّلهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شاَءَ اللّهُ تَعَالَى، يَا وَاسِعَ الْفَضْلِ اغْفِرْ لِيْ، الحَمْدُ لِلّهِ هَدَانِيْ فَصُمْتُ، وَرَزَقَنِيْ فَأَفْطَرْتُ.[9]

Allahumm laka shumtu, wa ‘ala rizkika afthartu, wa ‘alaika tawakkaltu, wabika aamantu, dhahbadz dzamau, wabtala’atil ‘uruqu, watsabatal ajru insya Allahu ta’ala, ya waasi’al fadzli igfirli, Alhamdulillahi hadaani fashumtu, wa razaqani fa afthartu.

Artinya:

“Ya Allah bagimu aku berpuasa, karena rizkimu aku berbuka, kepadamu aku berserah diri, kepadamu aku beriman. Telah hilanglah dahaga, telah basahlah urat, dan telah tetaplah pahala dengan izin Allah.

Wahai yang memiliki karunia yang luas ampunilah dosaku. Segala puji bagi Allah yang telah memberiku petunjuk sehingga aku berpuasa. Dan yang telah memberiku rezeki sehingga aku berbuka.”

Sebagai catatan, doa tersebut dibaca bukan sebelum berbuka puasa, melainkan disunnahkan setelah makan sedikit makanan seperti sebutir kurma atau setelah minum seteguk air.

Doa ini bukan hanya untuk puasa Ramadan saja, tetapi juga berlaku pada semua puasa lain yaitu puasa-puasa sunnah, seperti puasa Syawal, puasa Senin-Kamis, puasa Arafah, dan lain-lain.

Kamu juga bisa membacanya pada puasa Nabi Daud. Puasa sunnah ini dikerjakan selang-seling, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka. Kamu pun dapat membacanya ketika berpuasa yaumul baidh (puasa pada tanggal 13, 14, 15 bulan Hijriyah).

Memperbanyak Doa

Sebagaimana diterangkan sebelumnya, waktu berbuka puasa adalah waktu dikabulkannya doa. Maka, selain membaca doa buka puasa, sangat dianjurkan pula untuk memperbanyak doa kepada Allah Swt.

Fadhilah berdoa adalah salah satu dari tiga kemungkinan yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا أَثَمٌ وَلَا قَطِيْعَةُ رَحْمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ الله بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ؛ إِمَّا أَنْ تُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يُدْخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يُصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلِهَا”. قَالُوا: إِذَا نُكْثِرُ. قَالَ: “اللهُ أَكْثَرُ”. (رواه أحمد والحاكم وغيرهما).[10]

Artinya:

“Tidak ada seorang muslim yang berdoa kepada Allah SWT yang tidak mengandung dosa atau pemutusan hubungan dengan kerabat, kecuali Allah akan memberikan baginya salah satu dari tiga perkara: pertama, boleh jadi akan disegerakan doanya,

kedua, Allah akan menyimpannya untuk kebaikan (pahala) baginya di akhirat, ketiga, akan dihidarkan darinya keburukan (bencana) yang sesuai dengannya”.

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum berkata: Kalau begitu, kami akan memperbanyak (doa kepada Allah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salalm bersabda, “Allah lebih luas (rahmat dan karunia-Nya).”

Karena dikerjakan di luar salat, membaca doa pada waktu ini tidak mesti menggunakan bahasa Arab. Kamu boleh menggunakan bahasa lain, termasuk bahasa daerah sendiri.

Berbeda halnya apabila dikerjakan di dalam salat, maka wajib menggunakan bahasa Arab. Waktu ini boleh juga diisi dengan memperbanyak salawat kepada Nabi saw atau istigfar.

Memberi Makanan untuk Orang Berbuka Puasa

Salah satu amalan yang bisa dilakukan berkenaan dengan berbuka puasa adalah memberi makanan untuk orang berbuka puasa. Karena saat memiliki keluasan rezeki kamu disunnahkan untuk berbagi dengan orang lain.

Begitu pula dalam hal berbuka puasa. Apabila sudah dirasa cukup kepada diri sendiri dan keluarga, dianjurkan untuk membagikan sebagian makanan atau minuman kepada tetangga atau orang lain yang akan berbuka puasa.

Amalan sunnah ini menjadi ladang pahala selain dari puasa yang kamu kerjakan karena telah memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا[11]

Artinya:

Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”

(HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, Hasan Shahih).

Amalan buka puasa

Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Berbuka Puasa

Tidak Makan dan Minum Berlebihan

Usai berpuasa seharian, tentunya perut menjadi kosong. Kalau sudah begitu, biasanya sebagian orang akan banyak makan dan minum saat berbuka demi menambal kekosongan itu.

Faktanya, makan berlebihan bisa membahayakan kesehatan dan membuat kamu malas beribadah. Oleh karena itu, hindari terlalu banyak makan saat berbuka puasa.

Syekh Ibnu Qayyim al-Jauziah, dalam kitabnya yang berjudul al-Thib an-Nabi, menyebutkan bahwa Nabi saw sangat menganjurkan umatnya untuk selalu menyedikitkan makan dan minum.

Selain itu, Rasullulah mengungkapkan bahwa perut dibagi menjadi tiga bagian; satu bagian untuk makanan, satu bagian untuk air, dan satu bagian untuk napas.

Jika seseorang banyak makan, ruang yang tersisa untuk air dan napas akan menyempit. Hal ini bisa menimbulkan kesulitan bernapas dan menjadi seperti orang kelelahan.

Dampak lain yang muncul adalah memperburuk kesehatan, menjadi sebab kerasnya hati, malas beribadah, dan mengundang syahwat.[12]

Hal yang sama juga disampaikan oleh Imam Syafi’i rha. Beliau mengatakan bahwa banyak makan akan membuat hati menjadi keras dan membuat malas beribadah, beliau berkata:

مَا شَبِعْتُ مُنْذُ سِتَّ عَشَرَةَ السَّنَةِ. لِاَنَّ الشَّبَعَ يُثْقِلُ الْبَدَنَ، وَيَقْسِي الْقَلْبَ، وَيُزِيْلُ الْفَطَنَةَ، وَيَجْلَبُ النَّوْمَ، وَيُضْعِفُ صَاحِبَهُ عَنِ الْعِبَادَةِ.[13]

Artinya: “Aku tidak pernah kenyang semenjak umur 16 tahun. Karena kekenyangan itu membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah.”

Dari beberapa pernyataan di atas bisa disimpulkan bahwa terlalu banyak makan tidak baik bagi kesehatan sekaligus mengundang rasa malas untuk beribadah.

Tidak heran saat Ramadan sebagian orang malas pergi ke masjid atau tempat ibadah untuk salat Tarawih. Kemungkinan penyebabnya adalah terlalu kenyang saat berbuka puasa.

Tentu saja hal ini bertolak belakang dengan hikmah disyariatkannya berpuasa, yaitu agar tubuh menjadi sehat dan membuat kamu giat melakukan ibadah.

Maka, jangan sampai puasa diklaim tidak memiliki keutamaan hanya karena kamu salah dalam mengamalkan dan tidak menghindari hal-hal yang diperintahkan untuk dijauhi.

Menyegerakan Salat Magrib

Dalam berpuasa, seseorang juga harus memerhatikan pentingnya menjaga waktu salat, lebih-lebih waktu Magrib. Jangan sampai karena asyik makan saat berbuka puasa, kamu tidak lagi memprioritaskan Allah dengan menyegerakan panggilan-Nya.

Menyegerakan salat adalah satu hal yang terlihat sepele namun sering sekali diabaikan oleh banyak orang. Padahal, melaksanakan salat di awal waktu akan mendatangkan banyak kebaikan.

Tidak ada salahnya berbuka dengan makanan dan minuman yang sekedarnya dulu, kemudian mendirikan salat Magrib berjamaah. Setelahnya, kamu bisa melanjutkan makan dan minum lagi sekedarnya.

Melaksanakan salat pada awal waktu adalah sunnah yang sangat dianjurkan dalam agama. Rasulullah saw menyebutkan bahwa salat di awal waktu adalah amalan yang paling baik (khair al-a’mal).

Hal ini sesuai dengan sabdanya dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Nafi’ dari Ibnu Umar, beliau berkata:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: خَيْرُ الْأَعْمَالِ الصَّلَاةُ فِى أَوَّلِ وَقْتِهَا[14]

Artinya:

“Bersabda Rasulullah saw: “Amal yang paling baik adalah salat pada awal waktunya.”

Kesimpulan

Puasa adalah ibadah yang memiliki keutamaan luar biasa dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain.

Salah satu hal yang membahagiakan orang yang berpuasa adalah waktu berbuka. Waktu tersebut adalah momen di mana doa-doa diijabah oleh Allah Swt, di samping juga menjadi waktu untuk melepaskan rasa lapar dan dahaga.

Ada beberapa amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan saat berbuka puasa, yaitu membaca zikir sebelum waktu berbuka, membaca doa berbuka puasa, memperbanyak membaca doa, dan memberi makanan untuk orang lain untuk berbuka puasa.

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berbuka puasa, yaitu menghindari banyak makan dan minum, serta menyegerakan shalat Magrib. Wallahu a’lam.

Referensi

  1. Imam Bukhari, Muhammad bin Ismail, Al-Jami’ al-Shahih, Jld. II, (kairo: Mathba’ah Salafiyah, 1403 H), h. 31. ↑
  2. Imam Muslim, Muslim bin al-hajjaj, Shahih Muslim, dalam Syarh; Muhammad bin Muhammad al-Sanusi, Ikmal al-Kamal al-Mu’allim, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t), h. 267. ↑
  3. Ali Muttaqi bin Hishamuddin, Kanz al-Ammal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al, (Beirut: Muassisah Risalah, 1985), h. 99. ↑
  4. Yusuf bin Ismail, Al-Arbain Arba’in min Ahadis Said al-Murssalin, (Beirut: Shabra, 1329 H), h. 179. ↑
  5. Syekh Nawawi al-Bantani, Muhammad bin Ali, “Nihayah al-Zein fi Irsyad al-Mubtadin”, (Semarang: al-Haramain, t.t), h. 194. ↑
  6. Syekh Nawawi al-Bantani, Muhammad bin Ali, “Nihayah al-Zein fi Irsyad al-Mubtadin”…, h. 194. ↑
  7. Imam Bukhari, Muhammad bin Ismail, Al-Jami’ al-Shahih…, h. 47. ↑
  8. Syarh; Muhammad bin Muhammad al-Sanusi, Ikmal al-Kamal al-Mu’allim, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t), h. 267. ↑
  9. Syekh Nawawi al-Bantani, Muhammad bin Ali, “Nihayah al-Zein fi Irsyad al-Mubtadin”…,h. 194. ↑
  10. Yusuf ibn abd al-Barr, Al-Tamhid lima fi al-Muwatha’ min al-Ma’ani wa al-Asanid, Jld, 5, h 344. ↑
  11. Ibnu hajar al-Haytamy, Ahmad bin Hajar, Ittihaf Ahli Islam bi Khusus al-Shiyam, (Beirut: Muassisah Kutub al-Tsaqafiyah, 1990), h. 34. ↑
  12. Ibnu Qayyim al-jauziah, Muhammad bin Abu Bakar ad-damsyiqy, “Al-Thib an-Nabi”, (Beirut: Dar al-Fikri, t.t), h. 13. ↑
  13. Muhammad bin Muhammad al-Husaini, “Ittihaf al-Sadah al-Muttaqin bi Syarh Ihya al-Ulum al-Din”, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1971), h. 303. ↑
  14. Imam Hakim an-Naisaburi, Mustadrak ‘ala Shahihaini, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, tt), h. 189. ↑