Doa Bercermin dan Doa Lain yang Berkaitan dengan Aktivitas Sehari-hari

Islam tidak melarang umatnya untuk bercermin, tetapi ada beberapa adab yang perlu diperhatikan. Sama seperti aktivitas lain, salah satu adab tersebut adalah berdoa.

Apabila kamu belum hafal, di sini Hasana.id akan catatkan mengenai doa bercermin dan informasi terkait lainnya.

Tak hanya doa bercermin saja, kamu juga akan mendapatkan informasi yang berhubungan dengan doa sehari-hari lainnya. Seperti doa berpakaian dan doa naik kendaraan.

Jika sekiranya informasi tersebut sangat kamu butuhkan, simak penjelasan selengkapnya pada artikel berikut ini, ya!

Doa Bercermin

Bercermin merupakan salah satu kegiatan sehari-hari manusia. Dengan melakukannya, seseorang dapat melihat wajahnya sendiri dan merapikan penampilan tanpa memerlukan bantuan dari orang lain.

Meskipun begitu, tetap ada adab yang harus dilakukan di mana salah satunya adalah berdoa. Membiasakan diri untuk membaca doa bercermin dapat menambah rasa syukur atas nikmat dari Allah SWT.

Ada lebih dari satu sumber dari doa bercermin, tetapi dalam pelaksanaannya hanya terdapat beberapa doa yang paling sering dilafalkan.

Salah satu alasannya adalah karena doa bercermin tersebut biasanya singkat, mudah untuk dihafalkan, dan mengandung makna untuk menunjukkan rasa syukur.

Nah, di Indonesia sendiri, doa bercermin yang paling umum dilafalkan adalah sebagai berikut.

اَلْحَمْدُ لِلهِ كَمَا حَشَّنْتَ خَلْقِيْ فَحَسِّنْ خُلُقِىْ

Alhamdulillahi kamaa hassanta kholqii fahassin khuluqii

Artinya:

“Segala puji bagi Allah, baguskanlah budi pekertiku sebagaimana Engkau telah membaguskan rupa wajahku.”

Doa bercermin di atas berasal dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi. Ia menuliskannya pada kitab al-Adzkar yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib dahulu meriwayatkan apabila Rasulullah saw. Ketika bercermin, doa bercermin yang beliau lafalkan adalah doa ini.

اَللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِيْ فَحَسِّنْ خُلُقِيْ

Allâhumma kamâ hassanta khalqî fahassin khuluqî.

Artinya:

“Hai Tuhanku, sebagaimana telah Kau baguskan kejadianku, maka baguskanlah perangaiku,” (Lihat Sayid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta).

Doa bercermin ini diharapkan mampu mengantarkan manusia menuju ke kesempurnaan perilaku, tak hanya sekadar tampilan fisik semata.

Adab Ketika Bercermin

Selain membiasakan diri membaca doa bercermin, ada adab lain yang perlu diperhatikan ketika melihat bayangan sendiri di cermin atau sedang berhias. Berikut Hasana.id uraikan secara lebih rinci.

Bersyukur

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sejatinya membaca doa bercermin diharapkan mampu mengingatkan kita untuk bersyukur atas pemberian Allah Swt.

Dari cermin, kita dapat melihat bahwa Allah telah menciptakan kita sebagai manusia dalam kondisi terbaik dibandingkan makhluk lainnya.

Terkait hal ini, Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat At-Tiin ayat 4 yang berarti:

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin: 4)

Bentuk manusia yang sebaik-baiknya merujuk kepada keadaan fisik manusia yang sempurna dan juga seimbang. Dengan begitu, sudah sepatutnya kita bersyukur atas pemberian Allah yang luar biasa ini.

Jangan Bercermin Terlalu Lama

Ketika memandang bayangan wajah atau keseluruhan badanmu di cermin, hendaklah seperlunya saja. Sebab apabila terlalu lama, dikhawatirkan kamu akan merasa resah, tertekan, dan cemas karena merasa memiliki kekurangan dan itu berpotensi untuk kamu pikirkan terus menerus.

Bercermin terlalu lama juga dapat membuatmu lupa untuk bersyukur kepada Sang Pencipta yang telah memberimu nikmat tiada tara.

Jangan Berlebihan

Setelah membaca doa bercermin, ingatlah untuk bercermin sewajarnya saja. Maksudnya adalah tidak perlu bercermin setiap saat bahkan setiap detik hanya karena takut berlebihan akan riasan yang berlebihan atau kondisi lainnya.

Orang lain yang melihatmu sering bercermin bisa jadi akan terganggu karena merasa risih.

Jangan Sombong dan Tetap Rendah Hati

Allah memang telah menciptakan manusia dalam keadaan yang paling sempurna dan sebaik-baiknya. Namun, janganlah kamu menjadikannya sebagai hal yang bisa disombongkan atau terlalu dibanggakan.

Alih-alih terlalu bangga terhadap diri sendiri, alangkah baiknya untuk mensyukuri pemberian dari Allah ini.

Karena seperti yang telah diketahui, Islam melarang sifat sombong dan sifat ini sangat dibenci oleh-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 18, yang berbunyi:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

Wa laa tuso’ir khoddakalinnasi wa laa tamsyi fil ardhi marohaa. Innallaha laa yuhibbu kulla mukhtalin fakhuur

Artinya:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Daripada terlalu membanggakan diri yang berujung pada kesombongan, lebih baik jadikan kegiatan bercermin sebagai kesempatan untuk tetap tawadhu atau rendah hati.

Dengan tawadhu, seseorang dapat terhindar dari berbuat sewenang-wenang terhadap orang lain, seperti merundung, melecehkan, mengejek, dan lain sebagainya.

Jangan Berkecil Hati

Meski diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya apabila dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya, manusia tak luput dari kekurangan, termasuk dari segi fisik.

Apabila kamu merasa memiliki kekurangan fisik, janganlah berkecil hati. Ingatlah untuk selalu bersabar dan tetap bersyukur. Dengan demikian, kamu bisa terhindar dari rasa cemas yang berlebihan.

Rasulullah bersabda seperti yang diriwayatkan dari Shuhaib bin Sinan,

“Sungguh menakjubkan keadaan orang mukmin, karena semua urusannya adalah baik. Jika ia mendapatkan kesenangan lalu ia bersyukur, maka yang demikian itu lebih baik baginya. Dan ketika ia tertimpa kesusahan lalu ia bersabar, maka yang demikian itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Untuk itu, jangan lupa membiasakan membaca doa bercermin supaya kamu ingat untuk selalu bersyukur dan sabar ketika menjumpai suatu kekurangan.

Doa Berpakaian

Selain bercermin, berpakaian juga merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan dalam rutinitas sehari-hari seseorang.

Apabila doa bercermin memiliki maksud dan tujuannya sendiri, begitu pula dengan doa berpakaian. Doa ini setidaknya dibagi menjadi dua kategori, yaitu mengenakan dan melepas pakaian.

Mengenakan pakaian:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهِ وَخَيْرِ مَا هُوَ لَهُ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا هُوَ لَهُ

Allâhumma innî as’aluka min khairhi wa khaira mâ huwa lahu, wa a‘ûdzubika min syarrihi wa syarri mâ huwa lahu

Artinya:

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu kebaikan pakaian ini dan kebaikan sesuatu yang di dalamnya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pakaian ini dan keburukan sesuatu yang ada di dalamnya.” (Lihat: Muhyiddin Abi Zakariya Yahya ibn Syaraf an-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Al-Hidayah, Surabaya)

Melepaskan pakaian:

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لَا إِلهَ إِلاَّ هُوَ

Bismillâhil ladzî lâilâha illâ huwa

Artinya:

“Dengan nama Allah yang tiada tuhan selain Dia.”

(Lihat: Muhyiddin Abi Zakariya Yahya ibn Syaraf an-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Al-Hidayah, Surabaya)

Tak hanya mengenakan dan melepas pakaian saja, ada pula doa yang diperuntukkan ketika memakai pakaian baru.

Doa Mengenakan Pakaian Baru

Rasulullah ketika memakai pakaian, baik gamis, jubah, maupun serban baru, beliau selalu memberi nama dengan namanya kemudian mengucapkan:

اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أنْتَ كَسَوْتَنِيهِ أسألُكَ خَيْرَهُ وَخَيْرَ ما صُنِعَ لَهُ وأعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرّ ما صُنِعَ لَهُ

Allâhumma lakal hamdu anta kasautanîhi, as-aluka khairahu wa khaira mâ shni‘a lahû wa a‘ûdzu bika min syarrihi wa syarri mâ shuni‘a lahu

Artinya:

“Ya Allah bagi-Mu segala puji. Engkau telah memakaikannya untukku, aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan apa yang ia dijadikan untuknya, dan aku berlindung dari keburukannya dan keburukan apa yang ia dijadikan untuknya.”

Dalam riwayat lain juga disebutkan bagi mereka yang memiliki baju baru, ketika akan mengenakannya dianjurkan untuk membaca doa sebagai berikut.

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَساني ما أُوَاري بِهِ عَوْرَتي وَأَتَجَمَّلُ بِهِ في حياتي

Alhamdulillâhil ladzî kasânî mâ uwâriy bihi ‘aurâtî wa atajammalu bihi fî hayâtî

Artinya:

“Segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian sebagai penutup auratku dan penghias dalam hidupku.”

Dari hadis riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi ini dijelaskan barang siapa yang membaca kedua doa tersebut, kemudian dirinya mengambil pakaian lamanya dan menyedekahkannya, niscaya ia berada dalam penjagaan dan perlindungan Allah Swt. baik hidup maupun mati.

Tak hanya gamis, jubah, atau serban saja. Doa tersebut dapat dibaca ketika hendak memakai pakaian baru secara umum, seperti kerudung, mukena, sepatu, sendal, tas, jam tangan, dan lainnya.

Adab Mengenakan Pakaian

Berpakaian rupanya juga memiliki adabnya tersendiri. Diketahui bahwa mengenakan pakaian merupakan salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan hewan.

Manfaat dari pakaian sendiri tak hanya untuk menjaga kehangatan tubuh, namun juga untuk menutup aurat.

Menurut Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad melalui kitabnya, Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudzâharah wal Muwâzarah (Dar Al-Hawi, 1994, hal. 82-83) disebutkan bahwa setidaknya terdapat dua belas adab berpakaian.

Baca Basmalah

Sebagai kaum muslim, kita dianjurkan untuk membaca basmalah dalam memulai segala sesuatu, tak terkecuali ketika hendak berpakaian.

Dengan melakukan amalan ini diharapkan kamu selalu ingat bahwa dalam berpakaian, sudah sepatutnya harus mengikuti aturan Allah sehingga tidak memakai pakaan sembarangan dan semaumu tanpa mengindahkan apa yang sudah menjadi perintah-Nya.

Baca Doa Lain ketika Lupa Membaca Basmalah

Apabila lupa membaca basmalah ketika hendak mengenakan pakaian, maka segera ucapkan bacaan bismillâhi fi awwalihi wa âkhirihi (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya) ketika ingat.

Tujuannya adalah agar kamu tidak perlu mengulang dari awal mengenai caramu berpakaian. Cukup hanya membaca bacaan tersebut begitu kamu menyadai kalau telah lupa membaca basmallah.

Sesungguhnya Allah tidak pernah menyulitkan sesuatu yang mudah.

Berniat Menutup Aurat

Menutup aurat adalah salah satu perintah Allah yang wajib untuk ditaati hamba-Nya. Apabila kamu telah mengenakan pakaian dan telah menutup aurat, sama saja bahwa berpakaian adalah ibadah.

Sebaliknya, jika belum menutup aurat, berpakaian tidak bisa disebut sebagai ibadah karena tidak mengikuti aturan yang telah dibuat-Nya.

Mulai Kenakan dari Sebelah Kanan

Pakaian terdiri dari dua sisi, yakni sebelah kanan dan sebelah kiri. Untuk mengikuti adab yang benar, mulailah mengenakan pakaian dari sebelah kanan. Namun ketika melepas, lakukanlah dari sebelah kiri.

Ketika memakai baju contohnya, masukkanlah tangan kanan ke dalam lengan baju sebelah kanan terlebih dahulu. Pada saat melepas, lakukanlah sebaliknya, yaitu keluarkan tangan kirimu dari lengan baju.

Tidak Melampau Mata Kaki

Bagi laki-laki yang akan mengenakan sarung atau baju gamis, usahakan hanya sampai batas pertengahan batang kaki, dalam artian tidak melampaui mata kaki. Hal demikian berlaku pula untuk celana panjang.

Kenakan Pakaian hingga Menyentuh Tanah bagi Perempuan

Berbeda dari laki-laki yang dianjurkan untuk mengenakan pakaian tidak melampau mata kaki, bagi perempuan justru boleh memanjangkan pakaiannya sampai menyentuh tanah.

Namun, haruslah berhati-hati karena rentan terkena najis. Apabila telanjur terkena najis, gantilah dengan pakaian yang bersih ketika hendak melaksanakan ibadah.

Panjangkan Lengan Sampai Pergelangan Tangan atau Ujung Jari

Adab berpakaian selanjutnya adalah panjangakan lengan baju atau gamis hingga pergelangan tangan atau bagian ujung jari. Akan tetapi, jangan sampai melampaui batas tersebut.

Hal ini berlaku terutama untuk perempuan karena terkait langsung dengan aurat. Bagi laki-laki, penerapannya tidak harus seperti itu.

Miliki Pakaian Secukupnya

Adab berpakaian berikutnya adalah dianjurkan untuk memiliki pakaian secukupnya saja. Hindari kecanduan membeli pakaian sehingga jumlahnya melebihi dari apa yang diperlukan.

Apabila masih bisa mengatur keseimbangan jumlahnya sebenarnya tidak masalah. Akan tetapi jika hanya untuk memuaskan nafsu semata, perilaku ini sudah masuk ke dalam sifat boros dan yang ditakutkan adalah akan ada beberapa pakaian yang tidak terpakai dan menjadi mubazir.

Namun kalau sudah terlanjur memiliki banyak pakaian, kamu bisa memberikan pakaian layak pakaianmu yang sudah tidak digunakan lagi untuk mereka yang lebih membutuhkan.

Pilih Pakaian yang Sederhana

Untuk pakaian sehari-hari, dianjurkan mengenakan pakaian yang sedang-sedang saja. Hindari memilih pakaian yang terlalu bagus ataupun terlalu buruk.

Sebagaimana hadis nabi, sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan. Apabila mengenakan pakaian yang terlampau bagus atau terlalu buruk, ditakutkan akan menarik perhatian orang untuk menggunjingkannya.

Seperti yang telah diketahui, bergunjing sejatinya bukanlah sifat terpuji.

Jangan Membuka Aurat

Menutup aurat adalah salah satu perintah Allah yang wajib ditaati oleh hamba-Nya. Jangan sekali-kali membuka aurat seluruhnya maupun hanya sebagian saja kecuali jika ada perlu.

Ada beberapa kondisi di mana kamu tidak bisa menutup aurat seterusnya. Contohnya saja ketika berwudu, melakukan pemeriksaan ke dokter, buang hajat, atau yang lainnya.

Ingatlah bahwa membuka aurat dilakukan jika ada alasan yang benar, baik ketika tengah sendirian maupun sedang bersama orang lain.

Membaca Doa Ketika akan Membukanya

Apabila kamu memiliki keperluan untuk membuka pakaian, maka ucapkanlah doa bismillâhil ladzî lâilâha illâ huwa (Dengan nama Allah yang tiada tuhan kecuali Dia).

Doa tersebut diharapkan mampu menjadi pengingat bagimu untuk selalu berhati-hati dan terhindar dari hal-hal yang berpotensi membuatmu menjauhi Allah Swt.

Baca Doa Setelah Mengenakannya

Setiap kali kamu selesai mengenakan pakaian, bacalah doa alhamdulillâhil ladzî kasânî hâdzâ min ghairi haulin minnî walâ quwwatin (Segala puji Allah yang telah memberiku pakaian ini tanpa daya dan kekuatan dariku).

Apabila dalam memulai sesuatu harus diawali dengan membaca basmalah, maka sempurnakanlah dengan mengucapkan hamdalah ketika menyelesaikannya.

Hal ini menjadi ungkapan syukur terhadap Allah atas segala nikmat-Nya. Dalam kondisi ini, nikmat tersebut adalah berupa pakaian yang dapat digunakan untuk menutup aurat demi memenuhi perintah Allah Swt.

Kedua belas adab berpakaian di atas pada intinya menekankan bahwa berpakaian sebenarnya tergolong ibadah karena merupakan perintah-Nya.

Maksud dan tujuan hal tersebut adalah untuk menutup aurat, baik untuk perempuan maupun laki-laki.

Doa Naik Kendaraan

Dalam aktivitas sehari-hari, manusia juga tidak bisa dilepaskan dari keperluannya untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan kendaraan.

Rupanya, sama halnya seperti doa bercermin dan berpakaian, berkendaraan juga memiliki doanya sendiri.

Rasulullah saw. telah mengajarkan untuk membaca doa naik kendaraan ketika hendak menaiki atau mengendarai kendaraan sendiri.

Tujuannya adalah untuk terhindar dari marabahaya yang bisa saja menimpa dan bisa mendapatkan perlindungan dari Allah Swt.

Dengan begitu, kamu bisa sampai tujuan dengan selamat dan sehat. Doa naik kendaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. secara umum berbunyi:

سُبْحَانَ الَّذِىْ سَخَّرَلَنَا هَذَا وَمَاكُنَّالَهُ مُقْرِنِيْنَ وَاِنَّآ اِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ

Subhaanalladzii sakkhara lanaa hadza wama kunna lahu muqriniin wa-inna ilaa rabbina lamunqalibuun

Artinya:

“Maha suci Allah yang telah menundukkan untuk kami (kendaraan) ini. padahal sebelumnya kami tidak mampu untuk menguasainya, dan hanya kepada-Mu lah kami akan kembali.”

Kisah Tentang Pentingnya Berdoa Sebelum Bepergian

Apabila ingin selamat dalam perjalanan, ada amalan yang dianjurkan untuk dilakukan. Seperti yang dikutip oleh Imam Az-Zarkasyi, ia mengutip kisah yang pernah diamalkan oleh al-Kiya al-Harasi, seorang yang lahir pada tahun yang sama dengan Imam al-Gazali dan wafat hanya selisih satu tahun.

Mereka berdua dikenal selalu bersama karena merupakan teman dekat. Segala hal hampir dilakukan secara bersama-sama, mulai dari belajar, mengajar, hingga menjadi ulama.

Namun, keistimewaan yang dimiliki mereka berdua tidaklah sama. Al-Harasi terbilang memiliki kemampuan lebih dalam hal mengajar, sementara al-Ghazali lebih piawai dalam hal menulis.

Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Imam al-Kiya al-Harasi membaca huruf-huruf yang terdapat di permulaan surat awailus suwar ketika sedang dalam perjalanan.

Ketika ditanya mengenai amalan tersebut, ia menjawab bahwa tidak ada tempat yang dibacakan atau tempat maupun barang yang dituliskan tulisan tersebut, kecuali pembacanya dan hartanya akan dijaga karena harta dan jiwanya aman dari kerusakan serta risiko tenggelam. Badruddin Muhammad bin Abdullah Az Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulumil Qur’an [Darut Turats, Kairo], vol 1, h. 434)

Dari riwayat tersebut, menurut salah satu pakar fiqih mazhab Syafi’i ini, barang siapa yang bersedia membaca atau menulis di suatu tempat, pembacanya akan selamat.

Harta dan jiwanya juga akan aman dari malapetaka dan tenggelam. Demikianlah ulasan mengenai doa sehari-hari, mulai dari doa bercermin, berpakaian, hingga ketika hendak naik kendaraan.

Penutup

Segala sesuatu yang dimulai dengan doa diharapkan menjadi sesuatu yang selalu diliputi kebaikan. Ingatlah juga untuk selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.

Manusia memang diciptakan dalam kondisi terbaik dibanding ciptaan Allah lainnya. Akan tetapi juga tidak luput dari kekurangan, contohnya saja dari segi fisik.

Jika mengalami hal demikian, tetaplah bersyukur agar tidak menjadi cemas berlebihan. Semoga informasi mengenai doa bercermin dan doa sehari-hari lainnya ini dapat bermanfaat dan bisa membuatmu tidak lupa untuk memulai segala sesuatu dengan berdoa, sekecil apa pun itu.