Waspada, Ini Ciri Ciri Orang Munafik dalam Islam dan Cara Mengatasinya

Kamu tentu sering mendengar kata munafik dipakai di berbagai kondisi. Namun, sudahkah kamu tahu ciri ciri orang munafik dalam Islam?

Sebagai manusia yang dikarunia akal dan hati, kita mempunyai dua potensi untuk berkembang, yaitu ke arah negatif dan ke arah positif.

Potensi yang bersifat positif muncul karena kita menggunakan anugerah dari Allah Swt. sebagaimana telah digariskan oleh-Nya.

Sedangkan potensi yang bersifat negatif muncul akibat kita lebih cenderung mengikuti hawa nafsu daripada menuruti petunjuk yang sudah Allah Swt. berikan.

Lalu, bagaimana dengan sifat munafik sendiri? Apakah ia termasuk potensi negatif atau positif? Apa ciri ciri orang munafik dan akibatnya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kamu bisa menyimak ulasan yang telah Hasana.id tuliskan di bawah ini.

Apa yang Dimaksud dengan Orang Munafik?

Secara umum, orang munafik merujuk pada mereka yang tidak mampu menyelaraskan antara apa yang mereka ucapkan dengan jalankan.

Di dalam Islam, kamu bisa melihat firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 8 untuk memahami bagaimana agama memandang orang munafik. Berikut bunyinya:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

Wa minan-nāsi may yaqụlu āmannā billāhi wa bil-yaumil-ākhiri wa mā hum bimu`minīn

Artinya:

“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”

Sebagaimana dijelaskan oleh at-Thabary (310 H), para ahli ta’wil yakin bahwa ayat di atas menyampaikan karaktersitik atau ciri ciri orang munafik .

Apa Saja Ciri Ciri Orang Munafik dalam Pandangan Islam?

Dalam kitab tafsirnya, Ma’alimut Tanzil, al-Husain bin Mas’ud al-Baghawy (516 H) membahas mengenai karakteristik orang munafik seperti disebutkan oleh at-Thabary.

Secara khusus, ia menjelaskan bagaimana ayat tersebut menyampaikan mengenai orang munafik.

نَزَلَتْ فِي الْمُنَافِقِينَ(٢) عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ سَلُولٍ، وَمُعَتِّبِ بْنِ قُشَيْرٍ، وَجَدِّ بْنِ قَيْسٍ وَأَصْحَابِهِمْ حَيْثُ أَظْهَرُوا كَلِمَةَ الْإِسْلَامِ لِيَسْلَمُوا مِنَ النَّبِيِّ ﷺ وَأَصْحَابِهِ وَاعْتَقَدُوا خِلَافَهَا وَأَكْثَرُهُمْ مِنَ الْيَهُودِ

Nazalat fil munafiqina ‘abdillahibni bayabni salalin wamu’attabibni qasyayrin wajaddabni qaysin wa ashhabihim haytsu adzaharuu kalimatal lslami liyaslamuu minannabiyyi shaallahu’alaihissalam wa ashhabihi wa’ taqaru khilafaha wa aktsaru hum minalyahudi.

Artinya:

“Ayat ini diturunkan untuk menjelaskan kaum munafiqin yaitu Abdullah bin Ubay bin Salul, Mu’attib bin Qusyair, Jad bin Qais beserta rekan-rekannya yang dalam ucapannya telah menyatakan masuk Islam bersama Nabi dan para sahabatnya. Namun, dalam kenyataannya, mereka justru memiliki keyakinan sebaliknya. Mayoritas dari kalangan terakhir ini sebelumnya adalah kaum Yahudi.” (al-Husain bin Mas’ud al-Baghawy, Ma’alimut Tanzil, [Riyadl, Darut Thayyibah: 1409 H], Juz I, halaman 65).

Senada dengan dua mufassir di atas, Abu Abdillah al-Qurthuby dalam Al-Jami’ul Ahkamil Qur’an juga menyatakan hal yang sama.

Ia menjelaskan bahwa dalam surah Al-Baqarah terdapat empat ayat yang menyebutkan karakteristik orang-orang mukmin.

Beberapa ayat lainnya menegaskan karakteristik orang-orang kafir, termasuk mereka yang munafik.

At-Thabary menambahkan bahwa makna dari “an-nas” dalam surah Al-Baqarah ayat 8 tersebut adalah kalangan munafiqin.

Lalu, apa saja ciri ciri orang munafik dalam Al Qur’an jika merujuk pada ayat-ayat tersebut? Berikut beberapa di antaranya.

Gemar Berdusta dan Berkhianat

Salah satu tanda orang munafik adalah suka berdusta dan pandai berkhianat. Di depan mereka terlihat baik, tetapi di belakang, mereka sama halnya dengan orang-orang kafir.

Dalam kajiannya yang bertema Fitnah Kemunafikan, Buya Yahya menjelaskan bagaimana kaum munafik pada masa Rasulullah saw. membohongi orang-orang mukmin dalam hal keimanan.

Pada saat itu, ada golongan yang terlihat seolah mengikuti Nabi Muhammad saw.

Mereka bahkan shalat dan beribadah bersama Rasulullah pada siang hari. Akan tetapi, ketika malam tiba, mereka berkumpul dengan orang-orang kafir.

Keberadaan orang-orang munafik tersebut diandaikan seperti duri di dalam daging bagi orang-orang mukmin.

Untuk memperkuat fitnahnya, mereka akan membungkus kejahatannya dengan sampul yang terlihat islami. Padahal, di dalamnya ada berbagai jenis kebusukan.

Salah satu yang menjadi kedok bagi kaum munafik pada waktu itu adalah masjid. Mereka membangunnya bersama dengan orang-orang kafir untuk melancarkan perbuatan jahat.

Oleh karena itu, Rasulullah saw. pun menghancurkan masjid tersebut karena penuh akan fitnah dan membahayakan kaum muslim.

Membolak-balikkan Fakta

Dalam surah Al-Baqarah, Allah menegaskan bagaimana keutamaan orang-orang mukmin dan kaum munafiqin, kemudian membolak-balikkan fakta tersebut.

Mereka berusaha menyimpulkan bahwa dirinya sama saja dengan orang mukmin.

Oleh karena itu, Allah Swt. pun membantah pemahaman tersebut dalam penggalan surah Al-Baqarah ayat 8.

وما هم بمؤمنين

Artinya:

“Tiada mereka termasuk orang-orang yang beriman,”

Orang munafik cenderung suka membolak-balikkan fakta karena apa yang mereka katakan berbeda dengan apa yang mereka kerjakan.

Mereka mengaku beriman kepada Allah Swt. secara lisan, tetapi dalam hatinya, mereka mendustakan pernyataan tersebut dan perilaku mereka juga tidak mencerminkan hal tersebut.

Padahal, menurut sabda Nabi Muhammad saw. dalam hadits riwayat Ibnu Majah, rumusan orang yang beriman kepada-Nya adalah sebagai berikut.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: (الْإِيمَانُ مَعْرِفَةٌ بِالْقَلْبِ وَقَوْلٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ). أَخْرَجَهُ ابْنُ مَاجَهْ فِي سُنَنِهِ

Qala rasulullahu shalallahu’alaihissalam imanu ma’rifatun bilqalbi wa qaulu billasaani wa ‘amalum bil arkaani akhrajahub nu maajah fi sunanih.

Artinya:

“Rasulullah saw. bersabda, ‘Iman itu adalah mengenal dengan hati, mengucap secara lisan, dan beramal dengan anggota tubuh’.” (HR Ibnu Majah)

Berdasarkan hadits tersebut jugalah para ulama sufi menjelaskan bahwa beriman kepada Allah Swt. seharusnya bukan hanya dengan menghiasi jiwa kita dengan perkataan dan perbuatan.

Akan tetapi, iman kepada Allah Swt. seharusnya juga melahirkan kebahagiaan serta kehendak untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan.

Para ulama mengandaikan berfirman secara lahiriyah saja sama dengan orang yang telanjang.

Oleh sebab itu, al-Qurthuby dalam bukunya menyimpulkan bahwa beriman kepada Allah Ta’ala memiliki tiga rukun utama, yaitu:

  • mengucapkan secara lisan;
  • membenarkan di dalam hati; dan
  • mengamalkannya dengan anggota tubuh.

Tidak Bersedih dengan Kematian Ulama

Ciri ciri orang munafik yang satu ini memang tidak dibahas dalam hadits-hadits sahih.

Namun, ciri tersebut cukup populer karena menjadi bagian dari kitab syarah Maroqil-‘ubudiyah karya Imam Nawawi Al-Jawi.

Kitab tersebut merupakan penjelasan dari kitab karangan Imam al-Ghazali yang berjudul Bidayah Al-Hidayah.

Meskipun begitu, jika dilihat lebih jauh, ciri ciri orang munafik ini memang benar adanya, terutama jika kita memasukkan ilmu menjadi bahan pertimbangan.

Peran para ulama menjadi penting bagi umat Islam karena ilmunya dalam hal agama. Jika ada banyak ulama yang meninggal, akan banyak pula ilmu yang tidak tersampaikan.

Akibatnya, banyak umat Islam yang tidak memahami agamanya sendiri dan tidak punya tuntunan untuk mempelajarinya.

Dalam hadits riwayat Bukhori, disebutkan bahwa wafatnya para ulama merupakan cara Allah Swt. dalam menarik ilmu-Nya dari muka bumi.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa orang mukmin sudah sepantasanya bersedih ketika ada ulama yang wafat karena adanya ancaman dalam dunia keilmuan.

Sementara itu, orang yang munafik tidak akan merasakan hal tersebut karena ia bukan termasuk golongan orang-orang yang mukmin, seperti disimpulkan oleh Imam Nawawi Al-Jawi:

من لم يحزن بموت العالم فهو منافق

Artinya:

“Siapa yang tidak bersedih dengan kematian seorang ulama maka ia termasuk munafik.”

Meskipun demikian, bukan berarti kamu bisa tiba-tiba menilai seseorang munafik hanya karena ia tidak tampak bersedih pada saat ada ulama yang meninggal.

Ingatlah bahwa kesedihan tidak selalu terpancar dari cucuran air mata saja.

Tidak Dapat Melihat Kebaikan

Karena sifat dasarnya yang suka berdusta, ciri ciri orang munafik selanjutnya adalah tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada orang lain atau suatu hal yang sebenarnya bermanfaat baginya.

Mereka akan cenderung mendustai diri sendiri agar percaya bahwa mereka tidak melihat kebaikan dalam hal tersebut.

Sayyidina Umar r.a. pernah menjelaskan bahwa keadaan hati orang yang munafik seperti halnya haraj, yaitu rerimbunan pohon yang lebat dan bisa begitu saja ditembus atau dilewati.

Artinya, kebaikan tidak akan pernah bisa menjelajahi hati orang yang munafik.

Padahal, Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 125 yang berbunyi:

فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى ٱلسَّمَآءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجْسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Fa may yuridillāhu ay yahdiyahụ yasyraḥ ṣadrahụ lil-islām, wa may yurid ay yuḍillahụ yaj’al ṣadrahụ ḍayyiqan ḥarajang ka`annamā yaṣṣa”adu fis-samā`, każālika yaj’alullāhur-rijsa ‘alallażīna lā yu`minụn.

Artinya:

“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah akan memberikan petunjuk dan melapangkan dada orang-orang yang Dia kehendaki.

Namun, karena kemunafikan yang sudah mendarah daging, hati orang-orang munafik akan tertutup dan Allah menghendakinya kesesatan bagi mereka.

Adakah Hadits tentang Ciri-Ciri Orang Munafik?

Selain disebutkan beberapa kali dalam Al-Qur’an, ciri ciri orang munafik juga banyak dibahas dalam hadits.

Salah satu yang paling populer adalah hadits riwayat Bukhori dan Muslim berikut ini:

مِنْ عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ

Min ‘alamatil munafiqi tsalatsatun idzaa haddatsa kadzaba waidzaa wa’ada akhlafa waidzaa tuminakhana.

Artinya:

“Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia tidak menepati; jika diberi amanat, ia berkhianat.”

Kutipan hadits tersebut menjelaskan empat karaketeristik yang ada dalam diri orang munafik.

Dalam hadits riwayat At-Tabrani, ada satu jenis orang munafik yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah saw., yaitu orang munafik yang pandai bicara. Berikut bunyi hadits tersebut.

إِنَّ أَخْوَفَ مَــــــا أَخَــــافُ عَلَيْــكُمْ بَعْدِيْ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِـيمُ اللِّسَانِ

Inna akhwafa maa akhafu ‘alaikum ba’dii kullu munaafiqin ‘alimhullasaan.

Artinya:

“Sungguh, yang paling aku khawatirkan atas kalian semua sepeninggalku adalah orang munafik yang pintar berbicara.”

Apa Saja Perbedaan Orang Munafik dengan Orang Mukmin?

Seperti dijelaskan oleh Prof. Imam Suprayogo dari UIN Malang (Desember, 2015), terdapat perbedaan yang jelas antara kaum mukmin dan kaum munafik.

Menurutnya, orang mukmin adalah mereka yang percaya akan adanya Tuhan, rasul atau utusan-Nya, hari akhir, kitab-kitab Allah, malaikat, serta qadha’ dan qadar-Nya.

Definisi orang mukmin tersebut berkaitan erat dengan masalah keyakinan seseorang terhadap enam rukum iman atau tidak.

Artinya, definisi tersebut tidak berhubungan dengan perilaku seseorang.

Sebaliknya, munafik didefinisikan sebagai perbuatan seseorang yang tidak konsisten antara lisan dan perbuatan. Artinya, pengertian munafik lebih pada perilaku, bukan sesuatu yang diyakini.

Lalu, bagaimana perbedaan antara ciri ciri orang munafik dan orang mukmin?

Penjelasan Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Hadad dalam l-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah akan membantu kamu memahaminya.

Orang Mukmin

Dalam kitabnya tersebut, Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad menyampaikan pendapatnya mengenai orang mukmin sebagai berikut:

خُبْرُ المؤمن التقيِّ خيرٌوأطيب من خَبرهِ و ذِكره، وإن كان خَبره و ذكره حسنًا طيباً. و كلما ازددتَ به معرفة وله خلطة و معاشرة ازددتَ له محبةً و تعظيماً، لما تعرفه وتراه في مخالطته ومعاشرته من إقباله على الله، وتعظيمه لأمر الله، ومسارعته في مرضاة الله، ومواظبنه على طاعة الله، ومجانبته ومباعدته لمعاصي الله وشدةِ تحفُّظه واحترازه عن مساخط الله.

Artinya:

“Kenyataan orang mukmin yang bertakwa lebih baik daripada berita tentangnya dan lebih bersih daripada kesan yang ada dalam benak orang-orang betapa pun baiknya berita dan kesan orang itu mengenai dirinya. Setiap kali Anda mengenal lebih dekat dan lebih sering berinteraksi dengannya maka makin besar kecintaan dan penghormatan Anda kepadanya. Hal itu disebabkan sifat-sifat baik yang Anda saksikan dalam interaksinya dengan Anda diwarnai perjumpaan dirinya dengan Allah, pengagungannya terhadap perintah-Nya, kesegeraannya mencari ridha-Nya, ketekunannya dalam menaati-Nya, penjauhan dirinya dari segala kemaksiatan terhadap-Nya, kesungguhannya dalam menjaga diri dari kemurkaan-Nya.” (lihat Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal. 109)

Dari kutipan di atas, kamu dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, jika kamu memiliki kesempatan untuk mengenal orang mukmin, penghormatan dan kecintaan kepadanya akan makin besar.

Hal ini terjadi karena kebaikan-kebaikan yang ia lakukan dapat kamu saksian secara langsung dengan lebih dekat.

Kedua, kebaikan orang mukmin yang sungguh-sungguh bertakwa kepada Allah Swt. lebih dari yang orang-orang ketahui secara umum.

Ketiga, kebaikan yang kamu lihat dan rasakan dari orang mukmin adalah sifat yang mengekspresikan kedekatan orang tersebut dengan Tuhannya.

Ketaatannya kepada Allah Swt. dan ketekunannya dalam mengikuti ajaran-Nya membuat orang mukmin mempunyai sifat-sifat yang baik.

Jadi, sama halnya dengan ciri ciri orang munafik, karakteristik orang mukmin juga dapat kamu kenali dengan mudah.

Caranya adalah dengan melihat kebaikan-kebaikannya yang menunjukan kedekatannya dengan Allah.

Orang Munafik

Dalam kitabnya, Allamah Sayyid Abdullah juga membahas tentang bagaimana perilaku orang munafik dan egois yang selalu mengabaikan perintah Allah Swt. sebagai berikut:

و خُبْرُ المنافق الفاجر شرٌّ من خَبره وأخبث من ذكره. وإن كان خَبره و ذكره شراً وخبيثاً أيضاً. وكلما ازددْتَ به معرفةً وله مخالطةً ازددْتَ له بُغْضًا ومقتًا، لما تطَّلع عليه وتراه منه من التهاون بأمرالله، والمسارعة في مساخط الله، والتثاقل عن طاعة الله، وقلة المحافظة على فرائض الله.

Artinya:

“Fakta orang munafik yang durhaka lebih buruk daripada berita tentangnya dan lebih keji daripada kesan yang ada dalam benak orang-orang betapa pun buruk dan kejinya kedua hal itu. Setiap kali Anda mengenal lebih dekat dan lebih sering berinteraksi dengannya, makin besar kebencian Anda padanya. Hal itu disebabkan oleh sifat-sifat buruknya serta perilakunya yang selalu mengabaikan perintah-perintah Allah, bersegeranya melakukan perbuatan-perbutan yang dimurkai-Nya, bermalas-malas dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya serta kurangnya perhatian terhadap hal-hal yang diwajibkan Allah kepadanya.” (lihat Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal. 109)

Kamu dapat menyimpulkan ciri ciri orang munafik dari kutipan tersebut di atas.

Pertama, berbeda dengan orang mukmin, akan tumbuh kebencian yang makin besar jika kamu berkesempatan mengenal orang yang munafik lebih dekat.

Hal ini tak lain disebabkan oleh keburukan-keburukan yang ternyata jauh melebihi dugaan kamu sebelumnya.

Kedua, berbeda dengan orang mukmin, orang munafik cenderung durhaka kepada Allah Swt. dan fakta akan kemunafikan mereka melebihi yang umumnya orang lain ketahui.

Ketiga, sifat-sifat buruk yang ada pada orang munafik merupakan ekspresi pengabaiannya terhadap perintah Allah Ta’ala.

Itulah beberapa hal yang membedakan ciri ciri orang munafik dengan orang mukmin.

Dari uraian di atas, kamu juga dapat menyimpulkan bahwa seseorang yang gemar melakukan pencitraan untuk menutupi keburukannya termasuk dalam golongan orang munafik.

Bagaimana Cara Allah dan Rasulullah Mengatasi Orang Munafik?

Dalam kajian tafsir Al-Qur’an surah an-Nisa ayat 60-63, Prof. Dr. T.G.H. Fahrurrozi Dahlan (2020) menyampaikan bahwa Allah Swt. dan Nabi Muhammad saw. mempunyai cara berbeda dalam mengatasi orang munafik.

Allah Swt. mengatasi ciri ciri orang munafik dengan dua cara, yaitu ihsanan dan taufiiqon.

Sementara itu, sedangkan Nabi Muhammad saw. mengatasinya dengan tiga cara, yaitu al-izhoh, al-i’rodh, dan qaulan baliighan.

Dengan sifatnya yang Mahabaik, Allah Ta’ala memberikan bimbingan kepada siapa pun, termasuk orang munafik dan kafir.

Kebaikan yang Allah berikan tersebut menjadi pembelajaran bagi setiap manusia untuk kembali berada di jalan-Nya, termasuk orang munafik sekalipun.

Kemudian, Allah Swt. juga mengatasi ciri ciri orang munafik dengan memberikan mereka taufiq, yaitu bimbingan untuk menuju kebaikan.

Taufiq tersebut dikatakan lebih tinggi derajatnya dibanding hidayah karena tidak semua orang yang memperoleh hidayah bisa mendapatkan taufiq.

Nabi Muhammad saw. mengatasi orang munafik dengan al-izhoh yang berarti menasihati.

Dijelaskan bahwa orang munafik masih mempunyai sisi baik untuk menyadari bahwa perbuatannya keliru.

Dengan begitu, nasihat yang positif masih bisa diharapkan dapat mengubah sifat munafiknya tersebut.

Selanjutnya, Rasulullah saw. juga mengatasi ciri ciri orang munafik dengan al-i’rodh atau berpaling.

Dalam hal perjuangan, Allah Swt. memberi perintah kepada Nabi Muhammad saw. untuk berpaling dari orang-orang munafik karena mereka tak punya pendirian kokoh.

Mereka dapat terlihat bahagia di depan orang yang mereka benci, padahal orang yang dibenci tersebut memberikan kebaikan dan manfaat kepadanya.

Kemudian, Nabi Muhammad saw. juga menghadapi orang-orang munafik dengan cara qaulan baliighan, yaitu ucapan atau kata-kata yang jelas dan terang tanpa basa-basi.

Cara ini diyakini menjadi strategi yang paling tepat untuk mendekatkan orang-orang munafik ke jalan yang benar. Ungkapan ini bisa dicerna dengan cepat oleh logika mereka.

Qaulan baliighan juga disebut cocok untuk komunikasi rasional yang humanis bagi mereka yang lebih mementingkan logika daripada perasaan.

Apa Akibat Menjadi Orang Munafik?

Setelah memahami ciri ciri orang munafik dan bagaimana Allah Swt. mengatasi mereka, kamu juga perlu memahami akibat dari memiliki sifat tersebut.

Dibenci oleh Allah Swt.

Akibat yang paling nyata dari sifat munafik adalah dibenci oleh Allah Swt. karena sifat tersebut dianggap lebih berbahaya dari musuh yang terlihat.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 142 sebagai berikut.

إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Innal-munāfiqīna yukhādi’ụnallāha wa huwa khādi’ụhum, wa iżā qāmū ilaṣ-ṣalāti qāmụ kusālā yurā`ụnan-nāsa wa lā yażkurụnallāha illā qalīlā.

Artinya:

“Sesungguhnya. orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Orang munafik disebutkan mempunyai banyak kebencian di dalam hatinya, termasuk kebencian kepada Allah Swt.

Oleh karena itu, Allah pun tidak segan untuk membalas perbuatan mereka tersebut.

Dekat dengan Perbuatan Dosa

Selain itu, seseorang yang mempunyai ciri ciri orang munafik juga tidak jauh dari dosa.

Hal ini dipertegas dengan firman Allah Swt. dalam surah at-Taubah ayat 67 yang berbunyi:

إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

Innal-munāfiqīna humul-fāsiqụn.

Artinya:

“Sesungguhnya, orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.”

Sebagian ulama percaya bahwa orang-orang munafik dapat diibaratkan sebagai bunglon karena mereka dapat berubah-ubah pendirian dan perilakunya sesuai dengan tempatnya.

Ditempatkan di Dasar Neraka

Yang paling mengerikan dari bahaya memiliki ciri ciri orang munafik adalah akan ditempatkan di neraka paling dalam oleh Allah Swt.

Kamu bisa merujuk pada firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an surah an-Nisa ayat 145 berikut ini:

إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Innal-munāfiqīna fid-darkil-asfali minan-nār, wa lan tajida lahum naṣīrā.

Artinya:

“Sesungguhnya, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.”

Ayat tersebut dengan jelas menyatakan bahwa orang-orang munafik akan memperoleh balasan yang setimpal saat hari akhir nanti, yaitu ditempatkan di dasar neraka yang paling dalam.

Karena itulah, sudah sewajarnya kita berupaya menjauhkan diri dari sifat munafik. Dengan begitu, kita setidaknya bisa dapat terhindari dari keburukan-keburukan yang diakibatkannya.

Waspadalah terhadap seseorang atau kelompok yang memiliki ciri ciri orang munafik karena seperti di atas karena salah satu cara terbaik untuk menghadapi mereka adalah dengan berpaling.

Wallahu a’lam bishshowab.

Referensi:

https://islam.nu.or.id/post/read/122781/orang-mukmin-dan-orang-munafik–antara-fakta-dan-pencitraan

https://www.nu.or.id/post/read/73168/jenis-munafiq-yang-paling-dikhawatirkan-nabi

https://islam.nu.or.id/post/read/112068/ciri-ciri-orang-munafiq-dalam-al-qur-an

https://lirboyo.net/iman-itu-ketenangan-jiwa/

Cara Allah dan Manusia Dalam Menasehati Orang Munafik

https://rumahfiqih.com/y.php?id=124

https://buyayahya.org/fitnah-kemunafikan.html