Sebagai seorang muslim, tentu kamu mengetahui bahwa Allah Swt. memiliki sekian banyak nama, atau yang kita kenal dengan asmaul husna.
Akan tetapi, sejauh mana kamu mengenal nama-nama Allah itu?
Hasana.id hari ini mau membahas tentang asmaul husna secara lengkap dan terperinci. Semoga bermanfaat..
Apa itu asmaul husna?
Asmaul Husna terdiri dari dua suku kata: asma dan husna. Asma artinya nama-nama. Husna artinya baik atau indah. Jadi, secara singkat, asmaul husna adalah nama-nama Allah yang baik, indah, agung, dan mulia, sebagai penggambaran dari sifat-sifat-Nya.
Rasulullah saw sendiri mengungkapkan pentingnya seorang muslim mengenali nama-nama terseBut, hingga dijanjikan meraih surga.
Pentingnya Mengenal Allah
Seorang muslim tentu telah mengenal dzat yang telah menciptakan, mengurus, dan memeliharanya. Dia-lah dzat Yang Maha Agung dan Maha Tinggi. Dia-lah Allah.
Allah memperkenalkan diri-Nya melalui Al-Qur’an di banyak tempat dan dengan banyak nama. Setiap nama yang Allah gunakan mewakili sifat-Nya yang terbaik. Allah berfirman:
ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ
Artinya: “Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai asmaul husna (nama-nama yang baik).” (Q.S. Thaha : 8)
Proses mengenal Allah (ma’rifat) telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan seorang muslim. Rasulullah, sahabat, dan para ulama terdahulu menjadikan proses ini berkesinambungan yang menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan.
Dengan mengenal Allah, akan terlahir sikap yang agung, tetapi rendah hati. Manusia akan mengenali hakikat hidupnya sebagai seorang hamba di hadapan Rabb-nya.
Sikap rendah hati akan membuat seseorang waspada atas segala tindakan dan senantiasa berupaya untuk tetap berada di dekat-Nya. Rasulullah mengabarkan sebuah hadis guna menjembatani proses pengenalan terhadap Asmaul husna.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, yaitu 100 kurang satu. Siapa yang menghafalnya akan masuk surga.” (Sahih Bukhari)
Asmaul husna berarti nama-nama baik yang hanya dimiliki oleh Allah Swt. Sekumpulan nama tersebut mewakili sifat yang dimiliki oleh-Nya. Dengan nama inilah setiap hamba-Nya berinteraksi dan berdoa.
Adab dalam Menyebut Asmaul Husna
Nama Allah adalah hal yang disucikan, diagungkan, serta hanya boleh dipergunakan dalam keadaan dan kondisi tertentu. Kamu harus tahu kapan dan di mana menggunakannya sebagai bentuk penghormatan kepada asmaul husna.
Diucapkan Ketika Berdoa
وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِہَاۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِىٓ أَسۡمَـٰٓٮِٕهِۦۚ سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
Artinya: “Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam [menyebut] nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Al-A’raf : 180)
Pada ayat di atas kamu bisa tahu bahwa salah satu penggunaan asmaul husna yang dianjurkan adalah ketika dalam keadaan berdoa. Dalam kondisi ini, seorang hamba memohon kepada Allah dengan bersandar pada sifat-Nya.
Misalnya, ketika memohon ampunan Allah maka yang diserukan adalah Dia Yang Maha Pengampun (Ya Ghofur). Saat memohon dilapangkan rezeki, maka yang disebutkan adalah Dia Yang Maha Memberi Rezeki (Ya Rozak).
Kamu bisa menggunakan nama-nama agung Allah lainnya. Misalnya, saat melaksanakan sholat hajat, perbanyaklah menyeru Wahai Yang Maha Mengabulkan Do’a (Ya Mujiib).
Hal ini sesuai dengan apa yang telah dicontohkan Rasulullah. Anas bin Malik Ra berkata:
Nabi saw memasuki masjid. Sementara itu ada seorang sahabat yang telah selesai menunaikan salat dan tengah berdoa. Dalam doanya, ia berkata:
اللَّهُمَّ لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ
“Ya Allah, tiada Ilah yang berhak disembah selain Engkau, Engkau Maha Memberi karunia, Pencipta langit dan bumi, Pemilik keagungan dan kemuliaan.”
Maka, Nabi saw bertanya:
“Tahukah kalian dengan apa ia berdoa kepada Allah? Ia telah berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-Nya yang paling agung, yang jika berdoa dengannya niscaya dikabulkan dan jika meminta dengannya niscaya akan diberi.” (HR. Tirmidzi)
Tidak Menggunakan Asmaul Husna Sebagai Candaan
Sementara di bagian lain dari ayat di atas, Allah juga telah memperingatkan tentang orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-Nya tersebut. Salah satu hal yang dilarang adalah menggunakan asmaul husna untuk memperolok-olok dan menjadi bahan candaan.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Muhammad bin Kaab, Zaid bin Aslam, dan Qatadah, suatu hadis dengan rangkuman sebagai berikut:
“Bahwa ketika dalam peperangan tabuk, ada seseorang yang berkata: “Belum pernah kami melihat seperti para ahli membaca Alquran (qurra’) ini, orang yang lebih buncit perutnya, dan lebih dusta mulutnya, dan lebih pengecut dalam peperangan”, maksudnya adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabat yang ahli membaca Al-Qur’an.
Maka berkatalah Auf bin Malik kepadanya:
“Kau pendusta, kau munafik, aku beritahukan hal ini kepada Rasulullah”, lalu berangkatlah Auf bin Malik kepada Rasulullah untuk memberitahukan hal ini kepada beliau, akan tetapi sebelum ia sampai, telah turun wahyu kepada beliau.
Dan ketika orang itu datang kepada Rasulullah, beliau sudah beranjak dari tempatnya dan menaiki untanya, maka berkatalah ia kepada Rasulullah:
“Ya Rasulullah, sebenarnya kami hanya bersenda gurau dan mengobrol sebagaimana obrolan orang yang mengadakan perjalanan untuk menghilangkan penatnya perjalanan.”
Kata Ibnu Umar:
“Sepertinya aku melihat orang tadi berpegangan sabuk pelana unta Rasulullah, sedang kedua kakinya tersandung-sandung batu, sambil berkata: “Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain main saja.”
Kemudian Rasulullah bersabda kepadanya:
أبالله وآياته ورسوله كنتم تستهزؤون
“Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok olok.”
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengatakan seperti itu tanpa menengok dan tidak bersabda kepadanya lebih daripada itu.
Tidak Menggunakan Suara yang Terlalu Keras
Selain itu, ada juga adab-adab lain yang harus kita perhatikan dalam menyebut nama-Nya. Salah satunya tercantum dalam ayat berikut ini:
قُلِ ٱدۡعُواْ ٱللَّهَ أَوِ ٱدۡعُواْ ٱلرَّحۡمَـٰنَۖ أَيًّ۬ا مَّا تَدۡعُواْ فَلَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَلَا تَجۡهَرۡ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتۡ بِہَا وَٱبۡتَغِ بَيۡنَ ذَٲلِكَ سَبِيلاً۬
Artinya:
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna [nama-nama yang terbaik] dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”
Hendaknya menyebut nama Allah dengan suara yang tidak terlalu keras. Hal ini pernah terjadi di zaman Rasulullah saw. dan beliau mencegahnya.
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika sampai ke suatu lembah, kami bertahlil dan bertakbir dengan mengeraskan suara kami. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
“Wahai sekalian manusia. Lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah menyeru sesuatu yang tuli dan ghoib. Sesungguhnya Allah bersama kalian. Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Maha Berkah Nama dan Maha Tinggi kemuliaan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2830 dan Muslim no. 2704)
99 Asmaul Husna
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, yaitu 100 kurang satu (HR. Bukhori).
Sesuai dengan hadis di atas, nama-nama Allah dalam asmaul husna itu berjumlah 99. Sementara pada hadis lain yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, ke-99 asmaul husna disertai dengan nama-nama-Nya.
Berikut 99 asmaul husna beserta dengan artinya yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam kitab Sunan.
Allah الله Allah
1 Ar Rahman الرحمن Yang Maha Pengasih
2 Ar Rahiim الرحيم Yang Maha Penyayang
3 Al Malik الملك Yang Maha Merajai (bisa di artikan Raja dari semua Raja)
4 Al Quddus القدوس Yang Maha Suci
5 As Salaam السلام Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6 Al Mu`min المؤمن Yang Maha Memberi Keamanan
7 Al Muhaimin المهيمن Yang Maha Mengatur
8 Al `Aziiz العزيز Yang Maha Perkasa
9 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10 Al Mutakabbir المتكبر Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
11 Al Khaliq الخالق Yang Maha Pencipta
12 Al Baari` البارئ Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13 Al Mushawwir المصور Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)
14 Al Ghaffaar الغفار Yang Maha Pengampun
15 Al Qahhaar القهار Yang Maha Memaksa
16 Al Wahhaab الوهاب Yang Maha Pemberi Karunia
17 Ar Razzaaq الرزاق Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al Fattaah الفتاح Yang Maha Pembuka Rahmat
19 Al `Aliim العليم Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20 Al Qaabidh القابض Yang Maha Menyempitkan (makhluknya)
21 Al Baasith الباسط Yang Maha Melapangkan (makhluknya)
22 Al Khaafidh الخافض Yang Maha Merendahkan (makhluknya)
23 Ar Raafi` الرافع Yang Maha Meninggikan (makhluknya)
24 Al Mu`izz المعز Yang Maha Memuliakan (makhluknya)
25 Al Mudzil المذل Yang Maha Menghinakan (makhluknya)
26 Al Samii` السميع Yang Maha Mendengar
27 Al Bashiir البصير Yang Maha Melihat
28 Al Hakam الحكم Yang Maha Menetapkan
29 Al `Adl العدل Yang Maha Adil
30 Al Lathiif اللطيف Yang Maha Lembut
31 Al Khabiir الخبير Yang Maha Mengenal
32 Al Haliim الحليم Yang Maha Penyantun
33 Al `Azhiim العظيم Yang Maha Agung
34 Al Ghafuur الغفور Yang Maha Memberi Pengampunan
35 As Syakuur الشكور Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36 Al `Aliy العلى Yang Maha Tinggi
37 Al Kabiir الكبير Yang Maha Besar
38 Al Hafizh الحفيظ Yang Maha Memelihara
39 Al Muqiit المقيت Yang Maha Pemberi Kecukupan
40 Al Hasiib الحسيب Yang Maha Membuat Perhitungan
41 Al Jaliil الجليل Yang Maha Luhur
42 Al Kariim الكريم Yang Maha Pemurah
43 Ar Raqiib الرقيب Yang Maha Mengawasi
44 Al Mujiib المجيب Yang Maha Mengabulkan
45 Al Waasi` الواسع Yang Maha Luas
46 Al Hakiim الحكيم Yang Maha Maka Bijaksana
47 Al Waduud الودود Yang Maha Mengasihi
48 Al Majiid المجيد Yang Maha Mulia
49 Al Baa`its الباعث Yang Maha Membangkitkan
50 As Syahiid الشهيد Yang Maha Menyaksikan
51 Al Haqq الحق Yang Maha Benar
52 Al Wakiil الوكيل Yang Maha Memelihara
53 Al Qawiyyu القوى Yang Maha Kuat
54 Al Matiin المتين Yang Maha Kokoh
55 Al Waliyy الولى Yang Maha Melindungi
56 Al Hamiid الحميد Yang Maha Terpuji
57 Al Muhshii المحصى Yang Maha Mengalkulasi (Menghitung Segala Sesuatu)
58 Al Mubdi` المبدئ Yang Maha Memulai
59 Al Mu`iid المعيد Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60 Al Muhyii المحيى Yang Maha Menghidupkan
61 Al Mumiitu المميت Yang Maha Mematikan
62 Al Hayyu الحي Yang Maha Hidup
63 Al Qayyuum القيوم Yang Maha Mandiri
64 Al Waajid الواجد Yang Maha Penemu
65 Al Maajid الماجد Yang Maha Mulia
66 Al Wahid الواحد Yang Maha Tunggal
67 Al Ahad الاحد Yang Maha Esa
68 As Shamad الصمد Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69 Al Qaadir القادر Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70 Al Muqtadir المقتدر Yang Maha Berkuasa
71 Al Muqaddim المقدم Yang Maha Mendahulukan
72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Maha Mengakhirkan
73 Al Awwal الأول Yang Maha Awal
74 Al Aakhir الأخر Yang Maha Akhir
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Maha Nyata
76 Al Baathin الباطن Yang Maha Ghaib
77 Al Waali الوالي Yang Maha Memerintah
78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Maha Tinggi
79 Al Barru البر Yang Maha Penderma (Maha Pemberi Kebajikan)
80 At Tawwaab التواب Yang Maha Penerima Tobat
81 Al Muntaqim المنتقم Yang Maha Pemberi Balasan
82 Al Afuww العفو Yang Maha Pemaaf
83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Maha Pengasuh
84 Malikul Mulk مالك الملك Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
85 Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86 Al Muqsith المقسط Yang Maha Pemberi Keadilan
87 Al Jamii` الجامع Yang Maha Mengumpulkan
88 Al Ghaniyy الغنى Yang Maha Kaya
89 Al Mughnii المغنى Yang Maha Pemberi Kekayaan
90 Al Maani المانع Yang Maha Mencegah
91 Ad Dhaar الضار Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92 An Nafii` النافع Yang Maha Memberi Manfaat
93 An Nuur النور Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94 Al Haadii الهادئ Yang Maha Pemberi Petunjuk
95 Al Badii’ البديع Yang Maha Pencipta Yang Tiada Bandingannya
96 Al Baaqii الباقي Yang Maha Kekal
97 Al Waarits الوارث Yang Maha Pewaris
98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Maha Pandai
99 As Shabuur الصبور Yang Maha Sabar
Keutamaan Menghafal Asmaul Husna
Rasulullah saw mengabarkan tentang keutamaan yang bisa diperoleh dari asmaul husna, salah satunya adalah memperbesar kesempatan masuk surga. Hal ini bisa kita raih dengan menghapalkan nama-nama Allah tersebut.
Nabi saw mengisyaratkan untuk menghapal 99 nama Allah Swt. Namun, sebaiknya kita tidak berhenti sampai di sana. Tujuan tertinggi dari menghapal asmaul husna adalah untuk mengaji dan mengenal lebih dalam keagungan Allah Swt.
Proses ma’rifat ini tidak cukup hanya dengan menghapal saja. Kamu harus men-tadabburi dan merenungkannya dengan hati sehingga diperoleh sikap tepat dan ideal sebagai orang yang telah mengenal Allah.
Beberapa ulama di era saat ini pun menyadari hal ini, salah satunya KH. Abdullah Gymnastiar. Ulama yang mendirikan pesantren Daarut Tauhid tersebut menyelenggarakan kajian asmaul husna setiap minggu, guna menghapal dan membimbing jamaah dakwahnya agar lebih mengenal Allah SWT.
Di era digital seperti saat ini, menghapal asmaul husna bisa jadi lebih menyenangkan dan mudah. Ada beberapa syair dan lagu yang didesain untuk membantu proses hapalan dan merenungi setiap nama dalam asmaul husna.
Beberapa di antaranya adalah asmaul husna yang diterbitkan oleh ESQ-nya Ary Ginanjar, dan dibawakan oleh Haddad Alwi. Selain itu ada juga asmaul husna yang dibawakan oleh Ummi Maktum voice dan Raihan.
Berbagai media seperti mp3 asmaul husna atau file audio visual asmaul husna ini seharusnya dimanfaatkan umat muslim sebagai sarana agar lebih mudah dalam menghapal.
Memberikan Nama untuk Anak dari Asmaul Husna
Dalam hal ini, kita harus memahami jika asmaul husna ini dibagi ke dalam dua bagian, yaitu,
1. Nama-Nama yang Mengandung Sifat yang Hanya Khusus Dimiliki oleh Allah Swt
Misalnya, Ar-Rahmân, Al-Khâliq, Al-Bâri, Al-Qayyûm, Al-Ilâh, Ar-Razzâq, Ash-Shamad, dan lain-lain. Nama-nama yang seperti itu hanya milik Allah dan tidak boleh digunakan oleh makhluk-Nya.
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang diberi nama dengan Malikul-Amlâk (Raja semua raja), dengan sabdanya:
( إِنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللَّهِ رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الْأَمْلَاكِ… لَا مَالِكَ إِلَّا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ )
Artinya: “Sesungguhnya nama yang paling hina di sisi Allah adalah seseorang yang bernama Malikul-Amlâk (Raja semua raja)… Tidak ada raja kecuali Allah ‘azza wa jalla.”
Beberapa nama dalam Asmaul Husna khusus diperuntukkan hanya untuk Allah. Karena itu, sebaiknya hindari penggunaan nama-nama ini untuk dinisbatkan kepada makhluk.
2. Nama-Nama yang Mengandung Sifat yang Tidak Dikhususkan untuk Allah Swt
Misalnya adalah Al-Halîm, Ar-Rahîm, Ar-Ra-ûf, Al-‘Azîz, Al-Karîm, Al-Hakîm, Al-Hakam, Al-‘Aliy dll. Nama-nama Allah yang seperti itu boleh digunakan oleh makhluk-Nya.
Beberapa sahabat Rasulullah saw pun ada yang memiliki nama seperti Al-Hakam, Ali, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, ketika hendak menggunakan asmaul husna sebagai nama makhluk, dianjurkan untuk mendampinginya dengan kalimat penghambaan seperti Abdurrahman, Abdullah, dan lain-lain.
Penyalahgunaan Asmaul Husna
Setidaknya terjadi 4 jenis penyalahgunaan yang dilarang dalam penggunaan asmaul husna, yaitu:
1. Menamai Objek Pemusyrikan dengan Asmaul Husna
Hal ini terjadi di masa jahiliyah, di mana nama-nama Allah disematkan pada patung-patung yang disembah di sekitar Ka’bah. Diantaranya seperti Mannat, Latta dan Uzza.
Sebagaimana diketahui, syirik merupakan dosa besar yang tak terampuni kecuali dengan taubat nasuha. Menyekutukan Allah dengan objek telah dilakukan oleh kaum-kaum terdahulu hingga mereka mendapat azab dari Allah Swt.
2. Memberikan Nama/Sifat yang Tidak Layak Pada Allah
Seperti orang-orang Nasrani yang menisbatkan sifat pada Allah sebagai Tuhan Bapak, atau menyebut Allah dengan sifat-sifat kekurangan dan kehinaan, seperti faqir.
Baca juga: Baca Ini Jika Kamu Belum Cukup Paham Mengenai Mandi Wajib
3. Mengingkari Nama dan Sifat yang Dimiliki oleh Allah
Pengingkaran terhadap nama dan sifat, baik sebagai bentuk ketidakyakinan atau bahkan pengingkaran yang nyata. Kedua alasan tersebut adalah hal yang tidak diperbolehkan.
Di sinilah penting proses marifat sehingga kita bisa meminimalisir segala bentuk ketidak yakinan dan keraguan terhadap berbagai sifat yang dimiliki oleh Allah.
4. Melakukan Perumpamaan dan Perbandingan antara Allah dengan Makhluk
Menggunakan pemisalan asmaul husna kepada makhluk sehingga menimbulkan persepsi jika Allah menyerupai sifat makhluk. Padahal sudah jelas jika sifat Allah itu berbeda dan tidak dapat disamakan dengan makhluk apapun.
Demikian penjelasan tentang asmaul husna, semoga pemahaman tentang nama-nama Allah tersebut bisa mengantarkanmu lebih dekat dengan proses ma’rifat sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah, sahabat, tabiin, dan orang-orang salaf terdahulu.