Mengenal Wahabi: Sejarah, Ciri-Ciri, DLL [PENJELASAN LENGKAP]

Mungkin kamu pernah mendengar istilah Wahabi atau golongan wahabi disebut-sebut. Namun, apa sebenarnya kelompok tersebut? Mari mengenal wahabi melalui tulisan yang disiapkan oleh hasana.id berikut ini.

Ada beberapa ungkapan yang mutlak benar seperti ajakan mari kembali kepada Al-Quran dan hadis, beragama harus dengan dalil bukan ikut-ikutan, agama itu adalah Qala Allah dan Qala Rasul. Semua ungkapan tersebut adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi kebenarannya.

Sayangnya ungkapan-ungkapan tersebut ternyata hanya menjadi topeng untuk menyusupkan berbagai kebatilan.

Kenyataannya di balik topeng-topeng tersebut, tersimpan kampanye-kampanye untuk perlahan mulai meninggalkan dan merendahkan pendapat para ulama yang dikemas seolah bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis.

Di baliknya ternyata terdapat pikiran yang gemar menyesatkan, membidahkan bahkan mengkafirkan orang lain. Terdapat seonggok kegoisan yang memaksakan ijtihad mereka dan interpretasi mereka terhadap Al-Qur’an dan hadis sebagai satu-satunya kebenaran.

Masih ada banyak kebatilan lainnya yang disusupi di balik topeng-topeng tersebut. Tulisan ini hendak membahas lebih jauh sekelompok orang yang melakukan kampanye-kampanye kebatilan yang dibalut kebenaran tersebut.

Mereka disebut atau memperkenalkan diri dengan berbagai sebutan dan istilah. Namun, di sini kita akan menyebut mereka dengan panggilan yang paling familier dan dominan dipergunakan, yaitu Wahabi.

cara mengenal wahabi

Mengenal Wahabi

Wahabi adalah istilah yang merujuk pada pengikut Muhammad Ibn Abdul Wahab. Muhammad Ibn Abdul Wahab lahir pada tahun 1703 M/1115 H di ‘Uyainah. Ia berasal dari Najd, sebuah kawasan di belahan timur wilayaj kerajaan Saudi saat ini.

Dengan demikian istilah Wahabi sebenarnya diambil dari nama ayah beliau. Hal ini tentu saja disebabkan nama beliau sendiri, yaitu nabi Muhammad adalah nama Rasul pembawa risalah agama Islam, sekaligus nama yang terlalu umum dipergunakan.

Oleh karena itu nama Wahab-lah yang terpilih sebagai istilah yang merujuk pada pribadi,pemikiran dan para pengikut beliau.

Sebelumnya perlu diingat bahwa Abdul Wahab atau ayah dari Muhammad Ibn Abdul Wahab adalah seorang ulama yang tidak sepemikiran dengan prinsip wahabi tersebut. Ayahnya tersebut telah lama merasa janggal dengan pemikiran MBAW.

Bahkan saudara kandungnya sendiri yaitu Sulaiman Ibn Abdul Wahab secara tegas menentang pemikiran MBAW. Ia menulis sebuah buku berjudul الصواعق الإلهية فى ردّ على الوهابية

Pemikiran MBAW sendiri banyak digadang-gadang sebagai upaya purifikasi atau pemurnian ajaran Islam, tetapi seringkali visi tersebut hanya sebuah upaya memaksakan interpretasi beliau terhadap sumber ajaran Islam dan menganggap ijtihad yang lain sebagai racun yang merusak kemurnian Islam.

Apa yang ia sebut sebagai purifikasi itu ternyata hanya upaya menganulir intrepretasi yang tidak sesuai kemauannya.

Mengenal Wahabi: Beberapa Ciri-Ciri

Ciri-ciri wahabi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu corak pemikiran mereka dan hal-hal zahir yang seringkali melekat dan dimonopoli oleh mereka.

Jika merujuk pada pemikiran wahabi, kita dapat melihat beberapa karakter pemikiran berikut ini:

  1. Membenturkan simpulan dan dan ijtihad para ulama fikih dengan makna zahir satu dua ayat Al-Quran dan Hadis, kemudian mengajak untuk kembali kepada Al-Quran dan Hadis.
  2. Mengusung pemikiran tekstual terhadap Al-Quran dan hadis dengan mengabaikan kaidah-kaidah bahasa, ulumul quran, ulumul hadis, dan ushul fikih.
  3. Seringkali terburu-buru membuat kesimpulan dengan satu hadis atau ayat Al-Quran tanpa membuat perbandingan dan konfirmasi dengan ayat dan hadis-hadis yang lain.
  4. Membuat batasan yang sangat sempit tentang amalan-amalan dan hubungannya dengan dalil. Maksudnya menganggap sebuah amalan tanpa dalil spesifik dan eksplisist otomatis merupakan bid’ah.
  5. Meremehkan taqlid pada berbagai mazhab dan ulama fikih, tetapi dalam kesempatan yang lain justru menganjurkan untu taqlid pada ulama-ulama mereka.
  6. Seringkali melontarkan tuduhan tahayul, bid’ah, dan khurafat kepada pihak lain secara serampangan.

Jika melihat pada hal-hal yang melekat dan dimonopoli oleh mereka adalah:

  1. Gemar memonopoli istilah sunnah, dalil, salaf, manhaj yang lurus, dan lain sebagainya.
  2. Memaknai hadis semacam tentang kain di bawah mata kaki secara tekstual sehingga kebanyakan mereka menggunakan celana di atas mata kaki. Pemahaman seperti ini tentu kita hormati selama mereka tidak menyesatkan yang tidak sepaham dengan mereka dalam masalah celana di bawah mata kaki tersebut.
  3. Menunjukkan gelagat eksklusifitas dalam banyak hal seperti penampilan dan sosial kemasyarakatan karena merasa mayoritas umat islam yang berbeda pemikiran dengan mereka sebagai orang yang tidak sempurna keislamannya. Namun, ciri-ciri semacam ini tidak berlaku seratus persen, mengingat orang yang berafisiliasi pada pemikiran wahabi pun terbagi dalam sikap yang berbeda dalam hal interaksi mereka dengan umat Islam non-Wahabi. Ada yang sangat ekstrem, tetapi tidak sedikit pula yang mencoba moderat.

Mengenal Wahabi: Apakah Wahabi Sebuah Aliran?

Dalam tradisi ahlus Sunnah wa al-Jamaah perbedaan pendapat adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Perbedaan tersebut berlaku dalam masalah akidah maupun fikih. Meskipun perbedaan dalam masalah fikih lebih longgar untuk diakomodasi dibanding perbedaan dalam masalah akidah.

Berbagai perbedaan pendapat yang terbentuk itu diafisiliasi dalam sebuah aliran dengan nama dan corak tertentu. Ada sebagian aliran yang hilang ditelan sejarah, dan ada yang tetap eksis hingga sekarang.

Wahabi memiliki karakter pemikiran yang khas dalam memahami teks-teks dalil agama, baik berkaitan dengan persoalan fikih maupun akidah.

Jika melihat pada fakta tersebut, wahabi sejatinya dapat dikategorikan sebagai sebuah aliran. Karena memiliki metode interpretasi dan penggalian hukum serta pendapat-pendapat yang terkhusus dan membedakan mereka dengan mayoritas umat Islam di seluruh dunia.

Dengan demikian sebagian  bentuk interpretasi mereka tetap diterima, misalnya dalam masalah fikih, akan tetapi dalam masalah akidah dan pokok-pokok agama maka pendapat mereka harus diperjelas dan diklarifikasi kekeliruannya.

Dalam hal ini masalah yang lebih besar justru saat mereka sangat aktif menyesatkan dan mengkafirkan interpretasi yang berbeda dengan mereka. Hal inilah yang membuat pemikiran dan tokoh-tokoh wahabi gencar dilawan dengan berbagai bentuk, meskipun dalam banyak dimensi wahabi tetap diposisikan sebagai bagian dari umat Islam.

mengenal aliran wahabi

Sejarah Dalam Mengenal Wahabi

Paparan singkat sejarah mengenal Wahabi dapat dimulai dengan menjelaskan sejarah kehidupan Muhammad Ibn Abdul Wahab selaku pelopor dari muncul dan meluasnya gerakan pemikiran tersebut.

Muhammad Ibn Abdul Wahab lahir di ‘Uyainah (Najd), sebuah daerah yang berada sekitar 70 km ke arah barat laut dari kota Riyadh, lahir tahun 1115 H/1701 M. dan meninggal pada tahun 1206 H/1793 M.

Beliau mengusung sebuah gerakan dan pemikiran yang beliau klaim sebagai gerakan pemurnian tauhid dan penghidupan sunnah.

Namun, dalam praktek ke depannya cenderung serampangan memaksakan sudut pandangnya sendiri. Banyak pendapat dan amalan umat Islam yang bertentangan dengan pandangannya dituduh sebagai pelanggaran terhadap tauhid sekaligus anti tesis terhadap sunnah, yang kemudian dicap sebagai bid’ah.

Keadaan semacam ini membuat Muhammad Ibn Abdul Wahab menuduh segala bentuk ziarah ke makam nabi dan para ulama adalah bentuk kesyirikan secara mutlak, tanpa memisahkan mana yang benar dan mana yang menyimpang.

Hal yang sama dituduhkan kepada para pengajar dan pengamal tasawuf, yang ia klaim sebagai bid’ah secara mutlak.

Secara lebih jauh, bahkan ia cenderung meremehkan berbagai khazanah mazhab fiqih yang telah bertahan berabad-abad sebagai sebuah bentuk dualisme sumber kebenaran selain Al-Quran dan Hadis.

Simpulan hukum dan kaidah perumusan hukum para ulama dibenturkan dengan Al-Quran dan hadis. Tujuannya agar kemudian menjadikan pendapat dan interpretasi dirinya sebagai satu-satunya yang mendapat legalitas kebenaran.

Sejak masa pelopornya, gerakan wahabi telah menimbulkan konflik dan pertentangan dengan umat Islam mayoritas. Hal ini sudah berlaku di Najd sendiri sebagai negeri kelahiran Muhammad Ibn Abdul Wahab dan meluas ke daerah Arab yang lain.

Bahkan gerakan tersebut berkembang sampai pada tindakan fisik dimana wahabi memperoleh dukungan hingga menjadi kekuatan militer dan pasukan yang melakukan serangan dan perampasan kepada sesama umat Islam yang tidak sepaham dengan mereka. Hal ini secar detail dapat dibaca dalam buku-buku sejarah yang membahas Wahabi.

Mengenal Wahabi dan Salafi

Berbicara tentang mengenal wahabi, banyak yang enggan menyebut kelompok dan arah pemikiran mereka sebagai Wahabi. Hal ini sebagai penolakan terhadap istilah wahabi yang memiliki konotasi negatif.

Adapun istilah salafi dipilah dan dimonopoli atas dasar pengakuan bahwa mereka adalah gambaran pemikiran yang sama dengan generasi awal umat Islam, sebagai sebuah pemikiran murni yang kemudian dikotori sekian lama sebelum dimurnikan oleh mereka.

Namun, ini pengaburan istilah yang tidak berdasar. Salaf adalah sebutan untuk tiga kurun pertama umat Islam yang diklaim sebagai generasi terbaik oleh Rasulullah sendiri. Istilah salaf tidak pernah digunakan oleh ulama manapun selama berabad-abad sebagai afisiliasi pemikiran tertentu.

Monopoli istilah salafi oleh kelompok wahabi tidak lain merupakan upaya mengaburkan identitas dan sejarah mereka sekaligus usaha legalitas kebenaran pemikiran mereka sendiri.

mengenal paham wahabi

Mengenal Wahabi di Indonesia

Untuk mengenal Wahabi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Pada masa dahulu lembaga ini banyak mengirim para pelajar ke timur tengah berkat dukungan jamaah Wahabi. Alumni dari utusan merekalah yang kemudian menyebarkan aliran Wahabi di Indonesia.

Lembaga lainnya yang turut berperan adalah LIPIA, sebagaimana diketahui lembaga tersebut memberikan biaya penuh kepada pelajar sekaligus menghasilkan para pelajar berpaham wahabi.

Ustadz-ustadz yang sangat aktif berceramah sekaligus menyebarkan paham wahabi di berbagai media di indonesia di antaranya adalah: Yazid Ibn Abdul Qadir Jawwas, Farid Okbah, Ja’far Umar Thalib, Abdul Hakim Abdat.

Mereka sebagian di antara tokoh-tokoh senior. Adapun tokoh-tokoh yang lebih muda di antaranya adalah Firanda Andirja, Khalid Basalamah, Syafiq Basalamah, dan lain-lain.

Wahabi cukup berkuasa dan mendominasi berbagai media khsussnya internet. Beberapa website keislaman yang muncul di halaman pertama google adalah yang berisi pemikiran wahabi seperti Rumaysho, Konsultasi Syariah, Muslim id, Islamqa, al-Manhaj, era Muslim, dan lain-lain.

Kita mungkin tanpa sadar cukup sering mengambil info islam dari website tersebut. Namun ada baiknya harus diimbangi dengan website yang bukan wahabi seperti rumah fiqih, Nu Online, Nu garis lurus, dan lain-lain. Tujuannya agar sisipan pemikiran wahabi yang tertolak dapat kita filter dengan sumber informasi yang lain.

Adapun kanal youtube wahabi di antaranya adalah Yufid, pakdenono, rodja, Syiar tauhid, dan lain-lain. Secara umum arus pemikiran wahabi cukup deras berkembang dan didukung oleh dominasi merk di media dan internet. Untuk membendung pergerakan mereka maka kita juga harus perlahan mematahkan dominasi mereka tersebut.

Mengenal Wahabi dan Garis Besar Perbedaannya dengan Aswaja

Membahas beragam hal untuk mengenal wahabi tentu saja merupakan salah satu pembahasan yang sangat panjang. Namun, secara garis besar perbedaan wahabi dan Aswaja dapat dirangkum dengan penjelasan berikut ini:

  1. Wahabi memahami ayat dan hadis yang berisi keterangan tentang sifat Allah yang sekilas menunjukkan kesamaan dengan makhluk secara literal, sedangkan aswaja memahaminya dengan tafwidh (dibiarkan tanpa ditafsirkan), atau ditakwil (dibelokkan pada makna yang sesuai). Hal ini tujuannya agar tidak menyamakan Allah dengan makhluk. Adapun wahabi justru menolak pemahaman takwil dan tafwidh yang telah dijelaskan dalam kitab para ulama.
  2. Secara mutlak memvonis segala perkara baru sebagai bidah yang sesat. Adapun aswaja mengukur setiap perkara baru dengan dalil-dalil syariat. Baik secara eksplisit maupun dengan qiyas sehingga perkara baru itu ada yang baik dan buruk.
  3. Melarang mengamalkan hadis dhaif, padahal aswaja membolehkannya asalkan dhaifnya tidak parah, tidak berbicara tentang akidah dan hukum melainkan fadhailul amal, tidak bertentangan dengan dalil yang lain yang lebih kuat.
  4. Wahabi cenderung merendahkan mazhab termasuk mazhab besar yang telah berkembang sekian lama hal ini tentu saja untuk memonopoli pendapat mereka sendir. Sedangkan aswaja sangat mengakomodasi keberadaan mazhab khsusnya empat mazhab besar, serta menjadikan mazhab sebagfai pegangan awal dalam belajar fiqih.
  5. Cenderung mempersempit dalil kebenaran seolah hanya ada Al-Quran dan hadis, padahal sekian lama para ulama juga telah memberikan rumusan dalil yang lain seperti ijma’, qiyas, istihsan, maslahah mursalah, dan lain-lain.

mengenal salafi wahabi

Kiat Membendung Arus Penyebaran Wahabi

Saat ini dakwah Wahabi bergerak dengan cepat karena memanfaatkan celah terbuka yang tidak digunakan oleh pemikiran Ahlussunnah wal Jama’ah.

Di antaranya adalah pemanfaatan media dan kanal informasi seperti media sosial, halaman Web, kanal-kanal video seperti youtube maupun jejaring sosial seperti WhatsApp, Telegram dan sebagainya.

Mereka memanfaatkan media tersebut dengan baik sebagai celah untuk menyusupkan dan menyebarkan pemikiran mereka kepada umat. Pada celah-celah tersebut mereka unggul baik secara jumlah dan kualitas.

Artinya salah satu cara yang paling efektif untuk membendung arus  pergerakan Wahabi adalah mengalahkan mereka dalam celah-celah tersebut.

Celah Penyebaran Wahabi

Sudah saatnya para pegiat ilmu agama dan anak-anak muda berpartisipasi untuk menyebarkan pemikiran ahlussunnah Asy’ariyah melalui media, baik bersifat tulisan, gambar atau video. Semua itu itu harus diupayakan dan diterapkan dengan sebaik mungkin, menggunakan perencanaan yang serius dan digarap dengan seksama.

Namun, hal ini tentu saja membutuhkan modal dan sumberdaya yang memadai. Pada titik inilah kita juga mengalami hambatan besar. Mengingat media-media corong pemikiran Wahabi itu dapat digarap dengan baik dan serius tentu saja karena ditopang oleh dana yang cukup.

Celah kedua yang dimanfaatkan dengan baik oleh corong-corong wahabi adalah media-media cetak seperti buku dan kitab. Perlu disadari bahwa selama ini akses untuk menemukan buku-buka Wahabi jauh lebih mudah.

Ada banyak percetakan buku yang berafisiliasi pada pemikiran wahabi sehingga ada banyak buku yang ditulis oleh tokoh-tokohnya dari indonesia maupun kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama wahabi di Timur Tengah.

Buku-buku tersebut dicetak dengan tampilan yang baik dan dipasarkan dengan baik pula. Sehingga akses dan penyebarannya dapat menjangkau secara maksimal.

Bagian ini tentu saja juga perlu diperhatikan dengan baik. Sudah saatnya produksi karya tulis dari ulama dan pemikir Ahlussunah Asy’ariyah, kualitas percetakan serta pemasarannya digenjot secara maksimal agar dapat menyaingi peredaran buku-buku Wahabi.

Media Buku-Buku Karangan Para Ulama

Kita harus mengakui bahwa buku adalah media yang dapat memberikan pengaruh secara masif bagi masyarakat, khususnya di kalangan perkotaan, mahasiswa, dan para pelajar.

Hal ini tentu saja perlu benar-benar diwaspadai jika peredaran buku-buku Wahabi jauh mengungguli dan mendominasi, pada yang saat sama sektor tersebut diabaikan oleh kita ahlussunnah.

Wahabi juga melakukan transfer pemikiran para ulama-ulama besar Wahabi ke tengah masyarakat. Cara yang paling efektif adalah melakukan penerjemahan besar-besaran terhadap ulama mereka.

Ada banyak karya tulis ulama seperti Ibn Taymiyah, Ibn Al-Qayyim atau tokoh-tokoh kontemporer seperti Ibn ‘Utsaimin, Ibn Baz, dan al-Albany yang telah diterjemahkan dengan baik kedalam bahsa Indonesia, dicetak dan diedarkan secara luas.

Pada saat yang sama karya tulis banyak ulama  besar Asy’ariyah seperti Ramadhan al-Buthy, al-Sya’rawy, Nuruddin ‘Itr dan sebagainya yang bahkan belum pernah diterjemahkan, atau sudah diterjemahkan tetapi tidak maksimal sehingga kualitasnya tidak terlalu baik.

Hal yang sama berlaku pada kualitas cetakan dan pemasarannya yang juga tidak maksimal, sehingga tidak heran banyak pemikir Asy’ariyah yang justru jarang dikenal oleh umat Islam di Indonesia. Pada saat yang sama justru nama ulama-ulama besar salafi wahabi dari Saudi jauh lebih populer dan akrab didengar.

mengenal wahabi sebenarnya

Penggunaan Dalil oleh Wahabi

Celah berikutnya yang dimanfaatkan Wahabi adalah akses terhadap dalil untuk setiap yang mereka sampaikan. Mereka memanfaatkan hafalan Al-Quran dan Hadis untuk memperkuat argumentasi mereka, bahkan memberikan kesan tidak berdalil untuk pemikiran yang berbeda.

Hal ini perlu diantisipasi dengan baik. Bukan dengan meremehkan dan mengerdilkan urgensi menghafal Al-Quran dan hadis. Hal ini justru akan semakin mengentalkan kesan bahwa argumentasi ahlussunah Asy’ariyah itu kering dari dalil.

Cara yang lebih bijak justru dengan memproduksi para penghafal Al-Quran dan hadis dari kalangan kita. Nantinya mereka akan dapat menutup celah yang menjadi santapan empuk corong-corong wahabi  tersebut.

Oleh sebab itu, semangat membela pemikiran ahlussunah tidak cukup hanya sebatas kata-kata, melainkan diwujudkan dengan aksi-aksi nyata. Mulai dari pemanfaatan media, produksi, penyebaran dan pemasaran tulisan, penerjemahan dan produksi para penghafal Al-Quran dan Hadis.

Celah terakhir yang dimanfaatkan oleh Wahabi adalah mereka memonopoli beberapa term istilah primer agama Islam dalam setiap kesempatan. Contohnya istilah semacam sunnah, salaf, manhaj salafussalih, dan sebagainya.

Hal ini secara tidak langsung memberikan kesan bahwa hanya merekalah yang identik dengan istilah-istilah tersebut. Ini sekaligus mengecoh orang-orang awam.

Mungkin ada baiknya, kita mulai menggunakan strategi komunikasi tertentu untuk mematahkan monopoli istilah semacam itu. Agar di kemudian hari istilah-istilah tersebut dapat dimiliki oleh umat Islam secara umum. Bukannya alat propaganda sebagian pihak saja.

Penutup

Membendung pergerakan pemikiran wahabi tidak semata-mata dilakukan dengan mempelajari dan mengemukakan kekeliruan pendapat mereka.

Justru sebaliknya, cara yang paling baik adalah dengan tekun semua umat Islam mempelajari pemikiran aswaja dengan sebenar-benarnya. Kemudian, mengajarkannya dan menyebarkannya melalui media baik media tulisan maupun lisan.

Tujuannya adalah mematahkan dominasi mereka di internet dan pelan-pelan mengambil alih untuk memperkenalkan wajah islam dengan gambaran pemikiran aswaja.

Dengan demikian, secara perlahan namun pasti kekeliruan pemikiran wahabi yang tidak dapat diakomodasi dalam perbedaan pendapat bisa dihilangkan dalam masyarakat.