Pengertian Ikhtiar dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam mencapai tujuan hidup, manusia wajib untuk melakukan ikhtiar dan tawakal. Berusahalah semaksimal mungkin, lalu serahkan hasilnya kepada Allah Swt.

Selain itu, doa juga wajib dipanjatkan jika ingin dimudahkan dalam setiap urusan.

Selebihnya mengenai ikhtiar, Hasana.id akan membahasnya dalam artikel ini. Pastikan kamu menyimaknya sampai akhir, ya!

Pengertian Ikhtiar

Secara bahasa, pengertian ikhtiar artinya adalah memilih. Adapun secara istilah, ikhtiar berarti usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang menjadi kehendaknya.

Seseorang yang berikhtiar akan memilih suatu pekerjaan, kemudian dilakukannya dengan sungguh-sungguh dengan mengerahkan semua tenaga dan keterampilan yang dimiliki.

Biasanya, ikhtiar dilakukan oleh mereka yang memiliki target dalam pekerjaan atau demi meraih kesuksesan.

Sebagai seorang mukmin, kita diwajibkan untuk selalu berikhtiar sekuat mungkin dengan mengerahkan seluruh kemampuan.

Dalam Islam, seseorang yang sedang dihadapkan dengan cobaan atau ujian hidup juga tetap diwajibkan untuk berikhtiar.

Ingatlah bahwa Allah tidak akan memberikan ujian kepada hamba-Nya di luar kemampuan yang dimilikinya.

Cara Berikhtiar

Banyak cara yang bisa menjadi bentuk ikhtiar, di antaranya adalah bekerja keras, tidak mudah putus asa, dan bersungguh-sungguh.

Bekerja Keras

Salah satu bentuk ikhtiar yang harus dilakukan seseorang jika ingin mencapai kesuksesan atau keberhasilan dalam hidup adalah bekerja keras.

Jika diniatkan karena Allah Swt., bekerja bisa menjadi amal yang bernilai ibadah, bahkan memiliki plus di mata-Nya.

Karena itulah, sangat tidak layak bagi seorang muslim untuk bermalas-malasan.

Rasulullah saw. pernah bersabda mengenai kerja keras, yaitu:

اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ, اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ

Almukminul qawiyyu khoirun wa akhabbu ilallaahi minal muminiddha’iifi wa fii kullin khairun, ikhrish ‘alaa maa yanfa’uka wasta’in billaahi walaata’jaz.

Artinya:

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam (mengerjakan) hal-hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan dari Alloh dan janganlah bersikap lemah.” (HR Muslim)

Tidak bekerja adalah sifat setan, manusia selalu dibisiki agar meninggalkan ikhtiar.

Setan meniupkan rasa malas pada manusia supaya tidak mau berusaha dan cukup diam menunggu sampai takdir dari Allah datang menghampirinya.

Padahal, jika ingin mendapatkan rezeki atau sesuatu yang menjadi tujuannya, manusia harus mencarinya dengan kerja keras.

Orang yang bekerja keras membanting tulang untuk mendapatkan yang dikehendakinya lebih baik daripada mereka yang mendapatkan rezeki dari pemberian orang lain.

Orang yang cenderung suka bekerja keras menandakan keimanannya aktif dan dinamis.

Sebaliknya, sifat malas pada diri seseorang menandakan dirinya memiliki iman yang lemah. Terkait hal ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 105:

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Wa quli’malụ fa sayarallāhu ‘amalakum wa rasụluhụ wal-mu`minụn, wa saturaddụna ilā ‘ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi`ukum bimā kuntum ta’malụn.

Artinya:

“Dan katakanlah ‘Bekerjalah kamu maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Tidak Mudah Putus Asa

Orang yang malas biasanya akan mudah menyerah dan tidak memiliki daya juang.

Ia selalu pesimis dan berpikir berjuang tidak ada gunanya apabila akhirnya akan kalah juga. Inilah yang dinamakan “kalah sebelum bertanding”.

Seseorang bisa saja menghadapi cobaan yang berat dalam hidupnya, seperti terlilit utang, terserang penyakit, atau menerima berbagai fitnah, tetapi ia masih bisa bangkit lagi.

Agar bisa bangkit, berikhtiarlah dengan cara tidak mudah putus asa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Yusuf ayat 87 yang berbunyi:

يَٰبَنِىَّ ٱذْهَبُوا۟ فَتَحَسَّسُوا۟ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ

Yā baniyyaż-habụ fa taḥassasụ miy yụsufa wa akhīhi wa lā tai`asụ mir rauḥillāh, innahụ lā yai`asu mir rauḥillāhi illal-qaumul-kāfirụn.

Artinya:

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.”

Ayat di atas menggambarkan bahwa orang yang putus asa seolah tidak percaya bahwa Allah sebenarnya tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya.

Ia juga tidak percaya diri bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan sesuai dengan janji Allah Swt.

Apabila kamu sudah berikhtiar dengan bekerja keras, tetapi belum mendapatkan yang diinginkan, kurang memuaskan, atau tidak sesuai dengan harapan, teruslah mencoba.

Janganlah putus asa karena kegagalan adalah proses pembelajaran.

Bersungguh-sungguh

Apabila kamu memiliki impian atau tujuan, berikhtiarlah dengan sungguh-sungguh untuk mencapainya. Jika ingin mewujudkannya, jangan berusaha setengah hati.

Itulah ikhtiar yang sebenarnya.

Antara Ikhtiar dan Tawakal

Ikhtiar dalam mencapai tujuan memang dianjurkan. Akan tetapi, ketika tengah berupaya untuk mewujudkan impian, seseorang terkadang lupa untuk meminta kepada Allah.

Alangkah lebih baik jika ikhtiar dan tawakal memiliki porsi yang sama-sama besar. Kegigihan dalam berikhtiar jangan sampai melemahkan tawakal pada Allah Swt.

Begitu pula sebaliknya, kuatnya tawakal tidak boleh sampai melemahkan ikhtiar. Keduanya harus berjalan selaras, seimbang, dan beriringan.

Sesungguhnya, ikhtiar dan tawakal adalah kunci untuk mendapatkan pertolongan Allah Swt.

Cara untuk menyeimbangkan usaha dan tawakal adalah dengan meluruskan niat, bertaubat dengan serius, bagus dalam ibadah, dan serius dalam memperbaiki diri.

Jangan sampai sudah berdoa dan bertawakal sungguh-sungguh, tetapi usaha yang dilakukan alakadarnya atau yang lebih parah lagi hanya berpangku tangan.

Begitu pula dalam berikhtiar, sekeras apa pun usaha yang dilakukan, kalau Allah tidak meridhai dan memberikan pertologan, maka hasil yang baik tidak bisa diharapkan.

Untuk itu, maksimalkan upaya dengan tetap bergantung dan berserah kepada Allah Swt.

Ikhtiar dan tawakal hendaknya merupakan satu kesatuan, harus sama-sama serius, sama-sama kencang, sama-sama sungguh-sungguh.

Kewajiban Manusia untuk Melakukan Doa, Ikhtiar, dan Tawakal

Salah satu kewajiban mukmin adalah melakukan ikhtiar dan tawakal serta berdoa.

Ikhtiar yang dilakukan seseorang hendaknya tetap dikawal dengan tawakal dan doa kepada Allah Swt., Sang Maha Pemberi.

Meski begitu, jangan terlalu berharap pada doa supaya tidak kecewa.

Orang yang beranggapan bahwa rezeki yang diperoleh merupakan hasil dari doa yang dipanjatkannya sama saja seolah mengatur yang sudah memberi rezeki, yaitu Allah Swt.

Sesungguhnya, doa adalah perintah Allah dan tercatat sebagai amalan ibadah. Dalam konteks ini, doa dibutuhkan untuk mengimbangi usaha yang telah dilakukan.

Jadi, walaupun baik, doa haruslah diimbangi dengan usaha. Perkara berhasil atau tidak, serahkanlah sepenuhnya kepada Allah.

Manfaat Ikhtiar

Seseorang yang senantiasa melakukan upaya setiap kali menghendaki sesuatu akan mendapatkan manfaat yang baik dalam hidupnya.

Di antara manfaat itu adalah sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

Mendapatkan Kepuasan Batin

Dalam mencapai tujuan, seseorang yang berikhtiar dengan sungguh-sungguh bekerja keras dan pantang menyerah akan merasakan kepuasan batin tersendiri.

Walaupun pada akhirnya yang didapatkan tidak sesuai ekspektasi, setidaknya ia pernah mencoba.

Semua tenaga dan kemampuan yang telah dikerahkan selama ini tidaklah sia-sia. Jika gagal, ia tahu cara memperbaikinya.

Terhormat

Orang yang berikhtiar akan dipandang terhormat, baik di mata Allah Swt. maupun sesama manusia.

Usahanya dalam mencapai sesuatu menandakan bahwa dirinya bukanlah orang yang malas. Kegigihannya bisa jadi akan menginspirasi orang lain.

Dapat Berhemat

Dengan bekerja keras, seseorang akan lebih menghargai uang sehingga akan memanfaatkannya dengan lebih bijak.

Ia akan terhindar dari sifat-sifat boros karena tahu bagaimana susahnya mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau menafkahi keluarga.

Tidak Mudah Putus Asa

Ikhtiar akan membuat seseorang berusaha melakukan apa pun untuk meraih yang diimpikannya.

Selama tujuannya belum terwujud, ia tidak akan putus asa dan berhenti di tengah jalan. Untuk itu, ikhtiar sangat penting untuk dilakukan.

Selain untuk mendapatkan apa yang diinginkan, perilaku ini memiliki dampak yang positif, yaitu menjadikan seseorang tidak mudah menyerah atau putus asa.

Lebih Menghargai Jerih Payah

Ingin mencapai tujuan dalam hidup memang membutuhkan jerih payah. Jika sudah berikhtiar, kamu akan mengetahui bagaimana susahnya untuk mewujudkan impian.

Dengan begitu, kamu akan lebih menghargai jerih payahmu sendiri.

Jika melihat orang lain yang juga melakukan hal serupa, kamu bisa menghargai jerih payahnya karena telah merasakan hal yang sama.

Tidak Bergantung pada Orang Lain

Ikhtiar dapat membuatmu lebih mandiri. Dalam mengusahakan sesuatu, kamu akan bekerja keras untuk itu dan menyerahkan sisanya dengan berserah diri.

Jika kamu merasa mampu untuk melakukannya sendiri, pasti kamu pun merasa sungkan untuk meminta bantuan dari orang lain.

Terlebih lagi, bantuan orang lain terbatas, tidak semua persoalan di dunia ini bisa diselesaikan dengan bantuan orang lain.

Menyelamatkan Akidah

Yang dimaksud dengan menyelamatkan akidah dalam konteks ikhtiar ini masih ada hubungannya dengan poin 6 di atas.

Ikhtiar membuatmu tidak bergantung atau berserah diri kepada selain Allah, yaitu manusia. Karena tidak semua hal bisa dibantu oleh manusia, kamu harus bertawakal kepada Allah.

Setelah berikhtiar, mintalah bantuan hanya kepada Allah untuk memberikan yang terbaik untukmu.

Contoh Ikhtiar dalam Kehidupan Sehari-hari

Ada banyak sekali contoh ikhtiar yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa di antaranya akan Hasana.id uraikan di bawah ini.

Kepala Keluarga Bekerja Mencari Nafkah

Kepala keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Rezeki tentunya tidak bisa didapatkan hanya dengan berdoa. Seseorang haruslah berusaha untuk itu.

Cara berikhtiar untuk mencapai tujuan ini adalah dengan senantiasa bekerja keras.

Seorang ayah harus rela mengerahkan segala tenaga dan kemampuan agar keluarganya bisa bertahan hidup. Sekali lagi, bekerja keras juga hendaknya diiringi dengan tawakal.

Apabila Allah telah melimpahkan rezeki yang baik dan halal untuk keluarganya, hendaknya ia bersyukur atas itu.

Allah akan senantiasa menambahkan nikmat kepada hamba-Nya yang pandai bersyukur.

Belajar untuk Mendapatkan Nilai Baik

Ikhtiar bukan hanya kewajiban kepala keluarga, anggota keluarga yang lain juga perlu melakukanya.

Sebagai contoh adalah seorang anak yang masih berstatus sebagai pelajar. Nilai yang baik biasanya menjadi tujuan dari seseorang yang menuntut ilmu di sekolah.

Bukan sekadar angka, nilai yang memuaskan adalah bukti keseriusan seorang siswa dalam belajar di sekolah.

Untuk mendapatkannya tak bisa dilakukan dengan cara yang instan, misalnya menyontek, karena hal ini bukanlah bukti dari kesungguhan siswa dalam menuntut ilmu.

Nilai yang bagus menjadi sangat berharga apabila merupakan hasil jerih payah sendiri. Cara untuk mendapatkannya adalah dengan berusaha semaksimal mungkin dalam belajar.

Apabila menemukan kesulitan, cobalah untuk cari jalan keluarnya.

Di sini, ikhtiar juga memiliki tujuan untuk seseorang agar tidak mudah menyerah dan senantiasa mencari solusi dari semua persoalan yang dihadapi.

Menjalankan Pola Hidup Sehat agar Terhindar dari Penyakit

Memiliki tubuh yang sehat bugar adalah dambaan setiap orang. Untuk meraih tujuan ini, tentunya juga ada usaha yang harus dilakukan.

Kamu tidak bisa hanya duduk diam dan masih sering melakukan kebiasaan buruk, tetapi ingin terhindar dari berbagai penyakit. Berusahalah untuk itu.

Salah satu cara ikhtiar untuk memiliki tubuh yang sehat adalah dengan menerapkan pola hidup sehat.

Kamu bisa memulainya dari hal yang menurutmu paling mudah terlebih dahulu, misalnya rajin menjaga kebersihan, makan makanan bergizi, rutin berolahraga, dan lain sebagainya.

Setelahnya, jadikan itu sebagai kebiasaan. Dengan begitu, kamu bisa secara perlahan meninggalkan kebiasaan yang memiliki dampak tidak baik untuk kesehatanmu.

Kisah Mengenai Ikhtiar

Jika sebelumnya telah dibahas contoh ikhtiar dalam kehidupan sehari-hari, kali ini Hasana.id akan paparkan sebuah kisah mengenai ikhtiarnya orang sufi pada zaman dahulu.

Semoga cerita ini bisa kamu ambil hikmahnya, ya!

Kisah Seorang Sufi yang Ingin Berhenti Bekerja

Dikisahkan, Syaqiq al-Balkhi meminta izin kepada guru sufi bernama Ibrahim bin Adam untuk bekerja serta berniaga selama beberapa pekan.

Namun, baru beberapa hari saja, si murid sudah mendatangi Ibrahim bin Adam kembali.

Syaqiq menyampaikan keinginannya untuk berhenti bekerja setelah melihat seekor burung kecil yang patah sayapnya dan tidak bisa mencari makan.

Burung itu kemudian dibantu oleh burung besar yang tiba-tiba datang dari arah langit untuk menyuapi si burung kecil dengan makanan di paruhnya.

Syaqiq berpikir bahwa burung besar datang karena diperintahkan oleh Allah.

Dia kemudian berpendapat kapan pun dan di mana pun dia berada, Allah akan senantiasa memberikan rezeki kepadanya.

Dia pun menyatakan keinginannya untuk berhenti bekerja kepada Ibrahim bin Adam.

Ia hanya ingin berdiam diri di dalam masjid agar bisa fokus beribadah saja karena toh Allah sudah menjamin rezeki setiap hamba-Nya.

]Mendengar hal tersebut, Ibrahim bin Adam kemudian memberikan nasihat yang cukup bijaksana kepada muridnya. Ibrahim berkata:

“Apakah engkau mengira dengan engkau beribadah dan meninggalkan usaha perdaganganmu niscaya engkau meraih rida Allah? Mengapa engkau tidak meniru burung besar yang memberikan makan kepada burung kecil yang patah sayapnya? Burung besar itu berusaha mencari makan dan memberikan kepada burung kecil yang kesusahan. Apakah engkau belum mendengar sabda Rasulullah saw. ‘Tangan di atas (orang yang memberi) lebih baik dari tangan di bawah (orang yang meminta)’?”

Syaqiq al-Balkhi hanya bisa terdiam setelah mendengar nasihat tersebut. Kemudian, dirinya meminta maaf kepada gurunya.

Ibrahim menegaskan kembali bahwa seorang sufi seharusnya mencari derajat yang lebih tinggi di hadapan Allah dengan cara melakukan semua upaya terbaik.

Hikmah

Cerita di atas memberikan gambaran bahwa seseorang mestinya tidak hanya berserah diri, tetapi bersungguh-sungguh dalam berusaha dan memasrahkan hasilnya kepada Allah Swt.

Kamu tidak bisa berpangku tangan saja jika ingin mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Selain bertawakal, dia juga harus berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkannya.

Kisah ini juga mengingatkan kita akan kisah Khalifah Umar bin Khattab ketika beliau melewati sekelompok orang yang malas bekerja.

Ketika ditanya, mereka mengatakan kepada Khalifah Umar bahwa mereka adalah orang-orang yang bertawakal kepada Allah Swt.

Khalifah Umar pun mengatakan kepada mereka bahwa mereka bukanlah golongan orang yang bertawakal, melainkan hanya orang-orang yang putus asa.

Sang khalifah lalu menggambarkan orang yang bertawakal ibarat petani yang menanam benih di sawah sebagai bentuk ikhtiar, kemudian barulah memasrahkan hasilnya kepada Allah.

Tidak Berpangku Tangan dengan Ikhtiar

Ikhtiar mengajarkan seseorang akan pentingnya berusaha dan tidak hanya berpangku tangan apabila ingin mencapai tujuan.

Sebagai seorang mukmin, sudah semestinya untuk bersikap aktif dalam segala hal. Jika seseorang hanya berdiam diri, kebaikan tidak akan datang padanya.

Dari pembahasan di atas, semoga kamu bisa memahami esensi ikhtiar yang sebenarnya dan cara mengimbanginya dengan amalan-amalan lain, seperti doa dan tawakal.

https://jatim.nu.or.id/read/anjuran-bekerja-keras-dengan-niat-dan-cara-yang-benar

https://islam.nu.or.id/post/read/82082/trilogi-usaha-doa-dan-tawakal

https://islam.nu.or.id/post/read/118042/pentingnya-ikhtiar–doa–dan-tawakal-menghadapi-virus-corona

https://alif.id/read/mtf/tawakal-dan-ikhtiar-kisah-seorang-sufi-ingin-berhenti-bekerja-b227355p/