Kisah Teladan Khulafaur Rasyidin Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib, sebuah nama yang pastinya sangat sering kamu dengar. Tapi sudahkah kamu mengetahui lebih jauh tentang teladannya yang bahkan Allah dan Rasul-Nya pun sangat mencintai sosok tersebut.

Baiklah, pada kesempatan kali ini Hasana.id akan membahas tentang sosok yang sangat dicintai oleh Nabi saw ini.

Berikut akan saya tuliskan kisah teladan khulafaurasyidin yang keempat secara terperinci.

Siapakah Ali bin Abi Thalib itu?

Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu sahabat utama Nabi saw. Dari segi silsilah, Ali adalah sepupu dari pada Nabi saw. Dia juga merupakan menantu Nabi saw dari anaknya Fatimah az-Zahra binti Rasulullah saw.

Ali bin Abi Thalib lahir pada tahun 23 SH / 599 M dan wafat pada tahun 40 H / 661 M. Merupakan pemeluk Islam pertama dari golongan anak-anak.

Ali pernah ikut serta pada hampir semua perang yang diikuti oleh Nabi saw, kecuali Perang Tabuk. Ia juga pernah ditunjuk sebagai pemimpin pasukan dalam Perang Khaibar.

Beliau diangkat menjadi pimpinan umat Islam yang keempat setelah khalifah Utsman bin Affan.

Masa kepemimpinannya menjadi salah satu periode sulit dalam sejarah Islam karena pada saat itulah mulai terjadi peperangan antar saudara yang berawal dari terbunuhnya khalifah ketiga Utsman bin Affan.

Dan pada masa itu pula mulai terbelahnya umat Muslim menjadi dua golongan yang dikenal dengan kelompok Syi’ah dan kelompok Khawarij yang masih ada sampai saat ini.

Nasab Ali bin Abi Thalib

Dilahirkan di daerah Hejaz, Makkah pada 13 Rajjab 23 SH yang bertepatan dengan tahun 599/600 M.

Nasabnya ialah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah.

Ia adalah sepupu kandung Rasulullah saw yang kemudian menjadi menantunya.

Sang Ibu bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Qushay bin Kilab.

Ali memiliki kakak laki-laki, mereka adalah: Thalib, Aqil, dan Ja’far. Dan dua orang saudara perempuan yaitu Ummu Hani’ dan Jumanah.

Sifat Fisik Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib adalah laki-laki dengan kulit sawo matang dan memiliki bola mata yang besar dan agak kemerah-merahan.

Postur tubuhnya tidak begitu tinggi dengan dada dan kedua pundak yang lebar dan putih. Memiliki wajah tampan, gigi rapi, dan jenggot yang lebat.

Masa Remaja

Ali bin Abi Thalib merupakan orang pertama dari golongan anak-anak ataupun orang kedua setelah Sayyidatuna Khadijah isteri Rasulullah saw yang meyakini tentang wahyu kenabian Muhammad saw.

Saat itu usianya baru mencapai 10 tahun, dan setelah mencapai usia remaja ia banyak belajar langsung kepada Rasulullah saw.

Didikan langsung Nabi saw kepada Ali membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, tangguh, pemberani, dan bijaksana.

Keteladanan Ali bin Abi Thalib

Banyak sekali kisah-kisah yang dapat diambil hikmahnya dari perjalanan Khulafaur Rasyidin yang keempat ini.

Selain terkenal dengan kepandaiannya, kegigihan, dan sifat pemberaninya, Ali bin Abi Thalib juga terkenal dengan sifat keteladanannya.

Dekat dengan Rakyat

Khalifah Ali merupakan sosok pemimpin yang sederhana dan dekat dengan rakyat. Kedudukannya sebagai seorang Khalifah tidak membuatnya angkuh dan tidak pula menghalanginya untuk dapat berbaur dengan masyarakat.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, pernah pada suatu hari Khalifah keempat ini pergi menyambangi pedagang di pasar dengan menggunakan pakaian yang sederhana dan mengingatkan mereka untuk selalu bertakwa kepada Allah.

Amanah dan Bertanggung Jawab

Sifat amanah dari Khalifah Ali ini dibuktikan dari sebuah kisahnya yang dengan penuh tanggung jawabnya dalam mengembalikan semua barang kaum Quraisy yang dititipkan pada Nabi saw atas perintah Beliau saw.

Pemimpin yang Adil

Dalam masa kepemimpinannya, Ali dikenal sebagai pemimpin yang adil. Tak hanya dirasakan oleh kaum muslim saja, bahkan kaum non muslim juga mengakui keadilannya.

Hal ini terbukti dari sikapnya yang tetap menyerahkan masalah hukum yang terjadi terhadapnya kepada pihak yang berwenang.

Saat baju besinya dicuri, beliau tidak langsung memberikan keputusan ataupun menghakimi pencurinya sendiri, padahal beliau adalah pimpinan tertinggi.

Namun beliau tetap mengajak sang pencuri untuk menemui Hakim dan memutuskan perkara tersebut secara adil dan bijaksana hingga sang pencuri mengakui keadilan yang telah ditetapkan oleh Khalifah keempat ini.

Kecintaan Ali terhadap Rasulullah saw

Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang sahabat yang sangat mencintai Nabi Muhammad saw. Tak jarang ia mendahulukan kepentingan Nabi Muhammad saw dan mengakhirkan kepentingan pribadinya.

Salah satu bentuk kecintaan Sayyidina Ali kepada Nabi Muhammad adalah dengan memberikan bantuan dan pertolongan saat Nabi saw mengalami kesulitan.

Pada suatu saat Nabi saw sedang dalam kesulitan ekonomi dan membuat beliau saw tidak dapat makan. Ketika kabar tersebut sampai kepada Khalifah Ali, maka Sayyidina Ali langsung pergi untuk mencari pekerjaan.

Dan kemudian beliau akan memberikan upah pekerjaannya tersebut kepada Nabi saw.

Pada saat itu Ali rela mendatangi seorang Yahudi pemilik kebun kurma untuk meminta pekerjaan darinya.

Setelah terjadi permusyawaratan dan mencapai kesepakatan antara keduanya, Ali pun melakukan pekerjaannya untuk mengambil air dengan ember.

Setiap satu ember akan dihadiahi dengan satu kurma, dan saat itu Ali mampu mendapatkan tujuh belas ember, sehingga ia mendapatkan tujuh belas kurma. Kemudian kurma tersebut diberikan kepada Rasulullah saw.

Hal itu dilakukan semata-mata karena kecintaannya kepada Allah dan Rasulullah saw.

Sikap Ali bin Abi Thalib saat Ditunjuk Menjadi Khalifah

Jabatan sering membuat seseorang lalai bahkan membuat mata dan hati mereka buta. Berbagai upaya akan rela mereka lakukan hanya demi mendapatkan jabatan yang mereka inginkan.

Orang yang haus dengan dunia tidak akan mengenal yang namanya saudara, teman, kerabat, bahkan orang tua pun akan mereka anggap sebagai musuh.

Namun lain halnya dengan pemimpin umat Islam yang keempat, Khalifah Ali. Sayyidina Ali tidak memiliki ambisi besar terhadap jabatan dan perihal duniawi lainnya.

Beliau selalu memegang erat wasiat Nabi Muhammad saw tentang larangan untuk mengemis dan meminta-minta jabatan.

Pesan inilah yang selalu dengan erat dijadikan patokan dan pegangan oleh beliau untuk tidak terjerumus pada gelimang jabatan yang ditawarkan oleh para sahabat kepadanya.

Beliau tidak enggan untuk menolak saat para sahabat menunjuknya menjadi pengganti Khalifah keempat setelah sepeninggalan Khalifah Utsman bin Affan.

Dalam sebuah buku bahkan disebutkan beliau menolak tawaran tersebut hingga berkali-kali.

Namun penolakannya tersebut malah membuat umat Islam dari berbagai kalangan dan penjuru berbondong-bondong mendatangi kediamannya.

Mereka semua mendesak dengan sangat agar Sayyidina Ali bin Abi Thalib bersedia untuk dibaiat menjadi Khalifah keempat.

Desakan dan dorongan umat Islam yang begitu kuat membuat Khalifah Ali tidak bisa mengelaknya lagi. Akhirnya ia menerimanya dan bersedia untuk dibaiat menjadi penerus dari Khalifah Utsman bin Affan.

Demikianlah sikap daripada Ali bin Abi Thalib yang tidak pernah memiliki ambisi perihal jabatan dan duniawi.

Gelar Ali bin Abi Thalib

Pada umumnya gelar yang diberikan kepada para sahabat Nabi saw adalah radiyallahu ‘anhu (semoga Allah meridhainya).

Gelar tersebut disematkan sebagai doa dan penghormatan kepada sahabat Nabi Muhammad saw yang turut ikut memperjuangkan Islam.

Namun berbeda dengan para sahabat lainnya yang memiliki gelar radiyallahu ‘anhu (semoga Allah meridhainya), Khalifah Ali memiliki gelar lain yang khusus diberikan kepadanya, yaitu karamallhu wajhah (semoga Allah memuliakannya).

Gelar Ali bin Abi Thalib tersebut diberikan lantaran beliau yang tidak pernah menyembah berhala sepanjang hidupnya.

Gelar tersebut sebagai penghormatan untuk Ali yang tidak pernah melakukan perbuatan syirik kepada Allah.

Selain itu beliau diketahui merupakan seseorang yang tidak pernah melihat aurat orang lain, bahkan auratnya sendiri. Beliau selalu menjaga pandangannya sehingga terhindar dari satu maksiat mata tersebut.

Selain itu, Khalifah Ali merupakan seorang pria yang gagah, berwajah tampan, memiliki pikiran yang cerdas, menguasai berbagai ilmu pengetahuan, serta memiliki kelembutan hati yang luar biasa.

Julukan Ali bin Abi Thalib

Pintunya Ilmu (Babul Ilmi)

Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat yang pandai dan cerdas. Saat sahabat lainnya menemukan sebuah masalah dan membutuhkan jawaban, mereka akan menuju Sayyidina Ali untuk bertanya dan meminta jawabannya.

Nabi Muhammad saw pun juga mengakui perihal kecerdasan Ali bin Abi Thalib. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi saw mengatakan bahwa beliau adalah gudangnya ilmu, sedangkan Sayyidina Ali adalah pintunya.

Julukan tersebut diberikan lantaran Nabi saw telah mengakui betapa cerdas dan pandainya Ali serta betapa luas ilmu pengetahuan yang ia miliki.

Abu Turab

Julukan Abu Turab ini diberikan oleh Nabi saw kepada Ali yang berawal dari sebuah peristiwa sederhana.

Saat beliau saw sedang mencari Ali, ternyata beliau saw menemukan Ali sedang tertidur. Tidak sengaja bajunya tersingkap hingga terlihat sebagian punggungnya, dan nampak debu telah mengotori bagian punggung tersebut.

Melihat itu Nabi saw duduk sambil membersihkan punggungnya secara berkata “Duduklah wahai Abu Turab.”

Turab berarti debu, dan Abu Turab berarti Ayahnya debu. Dan julukan ini merupakan julukan yang paling disukai oleh Sayyidina Ali.

Ilmu atau Harta

Dalam sebuah cerita dikisahkan ada sekumpulan orang Khawarij yang meragukan kepandaian dan kecerdasan Ali bin Abi Thalib.

Mereka ingin menguji keilmuannya, begitupun tentang julukannya sebagai pintunya ilmu.

Mereka akhirnya menyusun strategi dan rencana yang matang untuk menguji Ali. Mereka akan memberikan pertanyaan yang sama namun pertanyaan itu akan disampaikan oleh orang berbeda.

Pertanyaan yang akan ditanyakan adalah, manakah yang lebih utama antara ilmu dan harta?

Dan jawaban yang mereka dapatkan adalah sama, yaitu Ilmu. Namun alasan yang mereka dapatkan berbeda satu sama lainnya.

Beberapa alasan dari ilmu lebih utama dibanding harta menurut Ali bin Abi Thalib adalah:

“Ilmu akan menjadi penjagamu, sedangkan harta harus kamu jaga.”

“Ilmu merupakan warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Firaun dan Qorun yang terkutuk.”

“Ilmu akan bertambah saat dibagikan, sedangkan harta akan berkurang saat dibagikan.”

“Ilmu akan menjadi penerang hati, sedangkan harta akan mengeraskan hati.”

“Ilmu akan menjadi penolongmu saat hari kiamat, sedangkan harta akan menambah lamanya hisab di hari akhir.”

Demilianlah berbagai alasan dari jawaban yang diberikan Sayyidina Ali yang pasti telah menunjukkan kecerdasan dan keluasan ilmunya.

Amalan dari Ali bin Abi Thalib untuk Menguatkan Ingatan

Lupa merupakan hal yang sering terjadi pada seseorang. Namun orang yang lupa tidak sama dengan orang yang memiliki ingatan lemah.

Khalifah keempat karamallhu wajhah mengutarakan ada beberapa amalan yang disinyalir dapat memperkuatan ingatan.

Kali ini Hasana.id akan menuliskan tiga amalan yang dapat menguatkan ingatan menurut Ali bin Abi Thalib.

Memakai Siwak

Memakai siwak merupakan sunnah Nabi saw yang memiliki banyak sekali manfaat. Rasulullah saw memerintahkan pemakaian siwak ini karena siwak dapat mensucikan mulut dan juga diridhai Allah swt.

Dalam sebuah hadits Beliau saw bersabda:

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ

laulā an asyuqqan ʿala ummatī au ʿala annāsi laʾamartuhum bissiwāki maʿa kulli ṣhalātin

“Seandainya menggunakan siwak itu tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan memerintahkan mereka bersiwak setiap hendak menunaikan sholat.”

Mengerjakan Puasa

Selain memakai siwak, amalan yang dapat dilakukan untuk memiliki ingatan yang kuat adalah dengan mengerjakan puasa.

Allah Swt berfirman dalam Al-quran surat Al-Baqarah ayat 184 yang berbunyi:

فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
famantathowwa’a khoiran fahuwa khoirun lahu wa antashūmū khoirun lakum inkuntum ta’lamūn

Barang siapa yang dengan rela hati mengerjakan kebaikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 184).

Memperbanyak Membaca Alqur’an

Amalan ketiga menurut Sayyidina Ali yang dapat memperkuat ingatan adalah memperbanyak untuk membaca Al-Qur’an.

Sering membaca Al-Qur’an secara tartil dan dengan mentadaburinya akan membantu seseorang menajamkan ingatannya.

Selain itu, membaca Al-quran juga memiliki banyak manfaat dan keutamaan. Dalam sebuah hadits disebutkan:

عَن ابنِ مَسعُودٍ رَضيَ اللٌهُ عَنهُ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلَى اللٌهُ عَلَي وَسَلَمَ مَن قَرَأ حَرفًا مٍن كَتَابِ اللٌه فَلَه بِه حَسَنَةُ وَالحَسَنَةُ عَشُرُ اَمُثَالِهَا لآ اَقُولُ الم حَرفُ وَلكِنُ اَلِفُ وَلآمُ حَرفُ وَميمُ حــَرُفُ.

)رواه الترمذي وقال هذا حديث حسن صحيح غريب اسنادا والدارمى(

“Dari Ibnu Mas’ud r.a berkata bahwa Rasulullah saw bersaba, “Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu sama dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).

Keistimewaan Ali bin Abi Thalib

Salah Satu Sahabat yang Dijamin Masuk Surga

Dalam sebuah hadis, Nabi saw bersabda:

أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِى الْجَنَّةِ وَعَلِىٌّ فِى الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِى الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِى الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِى الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِى الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِى الْجَنَّةِ

“Abu Bakar berada di surga, Umar berada di surga, Utsman berada di surga, Ali berada di surga, Thalhah di surga, az-Zubair di surga, Sa’ad bin Abi Waqqas berada di surga, Sa’id bin Zaid berada di surga, Abdurrahman bin Auf berada di surga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah berada di surga.” (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Albani).

Dicintai Allah dan Rasul-Nya

Saat Perang Khaibar, Rasulullah saw hendak memberikan bendera komando perang kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dia dicintai Allah dan Rasul-Nya.

Singkat cerita ternyata orang yang terpilih untuk memegang bendera tersebut adalah Ali bin Abi Thalib.

Ali Memiliki kedudukan Istimewa di sisi Rasulullah saw

Dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh Sa’d bin Abi Waqqash disebutkan:

عن سعد بن أبي وقاص قال خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم علي بن أبي طالب في غزوة تبوك فقال يا رسول الله تخلفني في النساء والصبيان فقال أما ترضى ان تكون مني بمنزلة هارون من موسى غير انه لا نبي بعدي

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ia berkata, “Rasulullah saw pernah memberi tugas kepada Ali bin Abi Thalib saat peristiwa perang Tabuk (untuk menjaga para wanita dan anak-anak di rumah). Ali pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, engkau hanya menugasiku untuk menjaga anak-anak dan wanita di rumah ?’ Maka beliau menjawab, ‘Tidakkah engkau rela mendapatkan kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku !”

Merupakan Ayah dari Pemimpin Pemuda di Surga

Ali bin Abi Thalib adalah ayah dari Hasan dan Husein, dua orang cucu kesayangan Nabi Muhammad saw. Kedua cucu tercintanya ini merupakan pemimpin para pemuda di surga.

Rasulullah saw bersabda:

الحَسَنُ وَالحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الجَنَّةِ

Al hasanu walhusainu sayyidā syabābi ahli aljannati

“Hasan dan Husein adalah pemimpin pemuda ahli Surga”

Itulah beberapa kisah teladan dari Khalifah keempat umat Muslim. Tentunya masih banyak lagi kisah-kisah inspiratif yang dapat dijadikan sebagai teladan dari sang Khulafaur Rasyidin keempat tersebut.

Semoga segelintir kisah teladan Sayyidina Ali ini bisa memberikan inspirasi dan semangat kepada pembaca untuk terus berjuang dalam hal kebaikan.

https://islam.nu.or.id/post/read/106736/ketika-sayyidina-ali-bin-abi-thalib-bekerja-pada-orang-yahudi

https://islam.nu.or.id/post/read/105166/ketika-sayyidina-ali-bin-abi-thalib-menolak-ditunjuk-menjadi-khalifah?_ga=2.150464630.1560992941.1612082823-855420044.1612082823

https://islam.nu.or.id/post/read/111126/di-balik-gelar-karramallahu-wajhah–ali-bin-abi-thalib?_ga=2.49070310.1560992941.1612082823-855420044.1612082823

https://republika.co.id/berita/qh4wks430/tiga-amalan-sayyidina-ali-bin-abi-thalib-agar-kuat-ingatan

http://www.pejuangislam.com/main.php

https://islam.nu.or.id/post/read/99020/cara-ali-bin-abi-thalib-memecahkan-persoalan-waris-yang-rumit

https://islam.nu.or.id/post/read/75723/keistimewaan-ali-bin-abi-thalib-dalam-sabda-nabi