Abu Bakar as Siddiq, Sahabat Terdekat Rasulullah dan Khalifah Pertama bagi Umat Islam

Sebagai khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah saw., nama Abu Bakar as Siddiq memang tidak asing bagi umat Islam.

Kisahnya saat mendampingi Rasulullah dan meneruskan kepemimpinan beliau pun patut dijadikan teladan bagi kaum Muslim di mana pun mereka berada.

Untuk mengenal sahabat Rasul ini lebih dalam dan meneladani kisah-kisahnya, Hasana.id telah merangkum informasinya di bawah ini. Langsung saja, yuk, simak!

Biografi dan Kisah Abu Bakar as Siddiq dari Lahir Hingga Wafat

Sebagai salah satu sahabat utama Nabi Muhammad saw., Abu Bakar diketahui menjadi laki-laki pertama yang memeluk agama Islam setelah Rasulullah.

Bahkan dalam suatu hadis, dikisahkan bahwa Abu Bakar memeluk agama Islam tanpa keraguan sedikit pun. Rasulullah menceritakan bahwa ia tidak tersendat-sendat dan tidak menunggu-nunggu untuk menerima Islam yang diserukan olehnya.

Sebagaimana tertulis dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, ia bahkan disebutkan sebagai salah satu orang yang dicintai oleh Nabi Muhammad saw.

أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ : عَائِشَةُ، فَقُلْتُ : مِنَ الرِّجَالِ؟ فَقَالَ : أَبُوهَا، قُلْتُ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ, فَعَدَّ رِجَالًا

Ayyunna si ahabbu ilayka? Qala ‘aisyatu faqultu minarrajali faqala abuhhaa qultu tsumma man qala tsumma ‘umarubnu khathabi fa’adda rijalan

Artinya:

“Siapakah orang yang paling engkau cintai? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Aisyah.’ Aku bertanya, ‘(Maksudku) dari kaum laki-laki?’ Beliau pun menjawab, ‘Ayahnya (yaitu Abu Bakar)’. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Umar bin Khattab.’ Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan beberapa orang yang dicintainya. (HR. Bukhari, no. 3662 dan Muslim, no. 2384)

Selengkapnya, kamu bisa membaca kisah perjalanan hidup Abu Bakar di bawah ini.

Kelahiran Abu Bakar as Siddiq dan Masa Mudanya

Abu Bakar as Siddiq lahir pada tahun 573 Masehi atau sekitar dua setengah tahun setelah Tahun Gajah. Ia lahir di Makkah dari pasangan Abu Quhafah at-Taimy dan Ummu al-Khair.

Nama asli ayah Abu Bakar adalah Utsman, sedangkan nama asli ibunya adalah Salma binti Sakhar.

Kemudian, jika nasab Abu Bakar, terutama dari ayahnya, ditarik ke atas, maka garis keturunannya akan bertemu dengan nasab Nabi Muhammad pada Murrah bin Ka’ab.

Jika dilihat dari tahun lahirnya, maka dapat dikatakan bahwa Abu Bakar lebih muda dua setengah tahun dari Nabi Muhammad saw.

Keluarga Abu Bakar sendiri cukup terpandang karena dikenal sebagai pedagang yang kaya raya. Hal ini mempengaruhinya menjadi seorang pedagang yang sukses saat dewasa.

Meskipun begitu, tidak ada cukup banyak informasi mengenai masa kecil atau pun masa remaja Abu Bakar sebelum ia bertemu dengan Rasulullah dan memeluk agama Islam.

Beberapa sumber menceritakan bahwa Abu Bakar as Siddiq tumbuh menjadi pribadi yang terpelajar dan sering kali pergi ke luar Makkah, seperti Syam dan Yaman.

Dalam Abu Bakr as-Siddiq, Muhammad Husain Haekal menjelaskan bahwa Abu Bakar muda sempat menjadi pedagang kain yang sukses.

Usaha tersebut kemudian berkembang pesat dan mendapatkan laba yang cukup besar, kendati saat itu Abu Bakar masih sangat muda.

Abu Bakar kemudian menikahi Qutailah binti Abdul Uzza dan dikaruniai dua orang anak, yaitu Abdullah dan Asma.

Abu Bakar Muda yang Tidak Percaya dengan Berhala

Pada saat ia masih kecil, masyarakat Arab yang masih berada di zaman jahiliyah memiliki kebiasaan menyembah berhala.

Saat itu, Abu Bakar pun sudah diajarkan untuk menyembah berhala-berhala tersebut sejak ia masih kecil.

Suatu ketika, Abu Bakar pernah meminta makanan dan baju kepada berhala yang disembahnya. Tentu saja berhala tersebut tidak memberikan apa yang diminta olehnya.

Karena tidak sabar, Abu Bakar pun mengangkat batu untuk mengancam berhala tersebut. Ia mengatakan bahwa berhala tersebut bukan lah Tuhan jika ia tidak dapat melindungi dirinya sendiri.

Setelah itu, Abu Bakar memukul berhala tersebut dengan batu hingga hancur berkeping-keping.

Peristiwa tersebut lah yang membuat ia tak lagi percaya pada berhala dan tidak menyembahnya lagi.

Abu Bakar Menerima Islam Tanpa Keraguan Sedikit Pun

Berhenti menjadi penyembah berhala sejak masih muda, Abu Bakar langsung menerima ajaran Islam saat Nabi Muhammad menyerukannya.

Bahkan Nabi Muhammad saw. mengatakan bahwa satu-satunya orang yang ia ajak memeluk Islam dan tidak ragu sedikit pun atas ajaran beriman kepada Allah Swt. hanya lah Abu Bakar as Siddiq.

Lalu, apa faktor yang mendorong Abu Bakar tidak ragu untuk memeluk agama Islam?

Sebagaimana dikisahkan oleh Husain Haekal, Abu Bakar sudah sangat mengenal Rasulullah saw. dengan kelurusan hatinya, kejernihan pikirannya, serta kejujurannya bahkan sebelum beliau diangkat menjadi seorang nabi dan rasul.

Oleh karena itu, Abu Bakar dapat mempercayai apa pun yang disampaikan oleh Rasulullah dengan penuh ketetapan hati. Tak ada yang membuatnya ragu akan Nabi Muhammad sejak awal.

Mereka tinggal di kampung yang sama di Makkah, termasuk rumah Sayyidah Khadijah. Itulah awal keduanya saling mengenal dan menjadi dekat.

Selain itu, Abu Bakar as Siddiq juga mempunyai pandangan bahwa menyembah berhala merupakan suatu kebodohan dan kepalsuan.

Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyah menggambarkan Abu Bakar sebagai sosok yang jauh dari kebiasaan buruk kaum Jahiliyah meskipun saat ia belum masuk Islam sekalipun.

Ia tidak bermain wanita atau meminum minuman keras layaknya masyarakat Makkah saat itu. Hal ini lah juga yang membuat Abu Bakar lebih mudah menerima ajaran Islam saat sudah diturunkan.

Asal Usul Nama dan Gelar Abu Bakar

Dalam Abu Bakar al-Shiddiq, Ali at-Tanthawy menjelaskan bahwa nama asli Abu Bakar as Siddiq sebelum masuk Islam adalah Abdul Ka’bah.

Nama tersebut diberikan oleh ibu Abu Bakar yang bernazar untuk memberi nama anaknya Abdul Ka’bah jika ia melahirkan seorang anak laki-laki.

Namun, dalam riwayat lain, diceritakan bahwa nama Abu Bakar sebelum masuk Islam adalah Atiq. Nama Atiq ini merupakan namanya setelah tumbuh besar, yang berarti ‘dibebaskan’.

Riwayat lain menjelaskan bahwa nama Atiq tersebut bukan nama Abu Bakar sebelum masuk Islam, tetapi merupakan julukannya karena memiliki kulit yang putih.

Ada juga yang berpandangan bahwa nama Atiq tersebut merupakan julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw.

Sedangkan setelah masuk Islam, Rasulullah saw. mengganti namanya menjadi Abdullah. Meskipun akhirnya ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar as Siddiq.

Menurut Muhammad Husain Haekal, ia dijuluki Abu Bakar karena menjadi orang yang paling dini (bakr) dalam memeluk agama Islam, dibandingkan dengan sahabat-sahabat Rasul lainnya.

Ali al-Tanthawi mempunyai pandangan berbeda mengenai hal ini. Menurutnya, al-bakru memiliki arti unta yang masih muda.

Artinya, julukan bakran merujuk pada sosok seorang pemimpin kabilah yang kedudukannya sangat terhormat dan terpandang.

Jadi, Abdullah diberi julukan Abu Bakar karena ia memiliki kedudukan yang terhormat di antara kaum Quraisy, baik dari segi strata sosial maupun nasab.

Sedangkan gelar as-Siddiq yang disematkan dibelakang nama Abu Bakar merupakan julukan yang diberikan padanya setelah peristiwa Isra Mi’raj.

Saat sahabat lainnya meragukan peristiwa tersebut, Abu Bakar membenarkan kisah Rasulullah yang melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha dalam waktu satu malam saja.

Berdasarkan Hadis dari Aisyah r.a.

Hal ini terekam dalam hadis riwayat Al-Hakim dari Aisyah r.a. yang berkata:

فَلِذَلِكَ سُمِّيَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ

Falidzalika summiya abu bakr ash-shiddiq

Artinya:

“Itulah mengapa beliau dinamakan Abu Bakar Ash-Shiddiq, orang yang membenarkannya.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 3:65. Al-Hafizh Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Abu Bakar as Siddiq Menjadi Khalifah Selama Kurang Lebih Dua Tahun

Tak lama setelah Nabi Muhammad saw. wafat, para sahabat mulai berunding mengenai siapa yang berhak menjadi pengganti beliau dan memimpin masyarakat.

Meskipun proses penunjukan tersebut berlangsung alot, akhirnya kaum Muslim sepakat untuk mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah pertama untuk menggantikan kepemimpinan Rasulullah saw.

Setelah didaulat sebagai pemimpin yang baru, Abu Bakar sempat menyampaikan sebuah pidato yang dapat menyatukan kaum Anshar dan Muhajirin yang awalnya berselisih saat menentukan pengganti Rasulullah saw.

Selama menjadi khalifah, terdapat beragam masalah dan persoalan yang harus dihadapi oleh Abu Bakar as Siddiq.

Mulai dari para kabilah yang memutuskan untuk murtad atau keluar dari Islam, hingga bermunculannya orang-orang yang mengaku sebagai nabi. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai persoalan-persoalan yang dihadapi Abu Bakar tersebut:

Munculnya Kelompok Murtad

Sepeninggal Rasulullah saw., banyak kabilah yang goyah akan keyakinannya memeluk agama Islam. Bahkan sebagian di antaranya memilih untuk keluar dari Islam.

Salah satu faktor yang mendorong hal tersebut adalah ajaran Islam yang mereka dapatkan belum sampai meresap dan mengakar ke hati mereka.

Keyakinan mereka terhadap ajaran Islam menjadi kacau karena tidak lagi bisa menyaksikan kegiatan Nabi Muhammad saw. secara langsung.

Faktor lain yang mendukung adalah keinginan untuk kembali pada kebebasan politik dan agamanya yang sebelumnya.

Menguatnya propaganda dari Imperium Persia dan Romawi Timur juga menjadi faktor lain yang mendorong kabilah-kabilah tersebut keluar dari Islam.

Sebagai solusi atas permasalahan tersebut, Abu Bakar as Siddiq pertama-tama mengirimkan surat kepada kabilah-kabilah yang keluar dari Islam tersebut.

Apabila mereka menyambut ajakan untuk kembali masuk Islam, mereka akan dibiarkan. Akan tetapi, jika mereka menolak maka akan ada tindakan lebih lanjut.

Puncak dari persoalan tersebut adalah saat pasukan kaum Muslim bertemu dengan pasukan orang-orang murtad dalam Perang Riddah.

Dalam perang tersebut, pasukan umat Islam akhirnya menang dan masyarakat Arab pun tidak jadi kembali ke dalam kehidupan di masa jahiliyah. Kabilah-kabilah yang murtad saat itu pun akhirnya kembali masuk Islam.

Munculnya Pembangkang Zakat

Selain persoalan di atas, Abu Bakar as Siddiq juga menghadapi kaum Muslim yang enggan menunaikan zakat dan menganggap hal tersebut seperti upeti.

Karena anggapan tersebut, mereka pun merasa tak perlu lagi membayar zakat dan menyetorkannya ke Madinah setelah Rasulullah saw. wafat.

Dengan kata lain, kaum Muslim yang bertindak demikian sebenarnya tidak mau membayar ke Madinah karena mereka tidak tunduk pada kepemimpinan Abu Bakar.

Sementara itu, ada juga umat Muslim yang tidak mau membayar zakat karena mereka mempunyai sifat kikir.

Kabilah yang enggan membayar zakat pada masa itu antara lain adalah Zubyan, Abs, dan Gatafan. Persoalan ini juga menyebabkan terjadinya peperangan yang terjadi di Zul Qassah.

Setelah peperangan tersebut, sebagian kabilah langsung menunaikan zakat dan mengakui kepemimpinan Abu Bakar.

Akan tetapi, sebagian yang lain memutuskan untuk meninggalkan kampung halaman mereka dan bergabung bersama nabi palsu, yaitu Tulaihah bin Khuwailid yang berasal dari Bani Asad.

Munculnya Nabi-Nabi Palsu

Kemunculan orang-orang yang mengaku sebagai nabi juga menjadi persoalan lain yang harus dihadapi Abu Bakar saat awal-awal kepeminpinannya sebagai khalifah pertama.

Para nabi palsu tersebut mengaku mendapatkan wahyu dari Tuhan untuk meyakinkan masyarakat. Selain Tulaihah bin Khuwalid, nabi palsu lainnya adalah Musailamah al-Kadzab di Yumamah.

Tulaihah dan pasukannya pada saat itu berhasil dikalahkan oleh Khalid bin Walid. Ia juga kembali masuk Islam setelah kabilah-kabilah yang mengikutinya kembali memeluk agama Allah Swt. tersebut.

Sedangkan Musailamah diketahui terbunuh saat terjadi Perang Yamamah di Wahsy, sosok yang membunuh Hamzah dalam Perang Uhud.

Pencapaian Abu Bakar as Siddiq Sebagai Khalifah Pertama

Meskipun hanya menjabat sebagai khalifah selama dua tahun tiga bulan, Abu Bakar telah mencapai beberapa hal, termasuk memperluas wilayah kekuasaan Islam.

Setelah berhasil mengatasi masalah-masalah internal, Abu Bakar mulai menyiapkan strategi-strategi untuk memperluas wilayah Islam.

Ia mulai mengirim pasukan kaum Muslim yang saat itu dipimpin oleh Mutsanna bin Haritsah as-Syaibani dan Khalid bin Walid untuk membebaskan Irak dari kekuasaan imperium Persia.

Saat itu, pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan Persia dan dapat menguasai sebagian wilayah di Irak, yaitu Anbar dan Hirah.

Selain mengatur pembebasan Irak, Abu Bakar juga berusaha untuk membebaskan Syria dari cengkeraman Romawi.

Akan tetapi,ekspedisi pembebasan Syria belum tuntas saat masa kekhalifahan Abu Bakar. Wilayah Syria baru berhasil dibebaskan saat kekhalifahan Umar bin Khattab.

Selain itu, kekhalifahan Abu Bakar as Siddiq juga menginisiasi penghimpunan Alquran. Saat itu, Umar bin Khattab lah yang mengusulkan untuk mengumpulkan Alquran padanya.

Salah satu yang mendorong usulan tersebut adalah kekhawatiran akan habisnya sahabat-sahabat yang hafal Alquran karena terbunuh dalam perang.

Setelah menyetujui usulan tersebut, Abu Bakar pun meminta Zaid bin Tsabit, selaku penulis wahyu Nabi Muhammad saw., untuk melacak dan mengumpulkan lembaran-lembaran Alquran.

Saat itu, selain dihafalkan oleh para sahabat, Alquran juga ditulis di atas berbagai media, termasuk pelepah pohon kurma, lempengan-lempengan, dan tulang-tulang bahu.

Proses penghimpunan Alquran tersebut berlanjut dari masa kekhalifahan Abu Bakar ke kekhalifahan Umar bin Khattab dan berhasil disempurnakan pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan.

Wafatnya Abu Bakar as Siddiq

Abu Bakar menghembuskan napas terakhir di umur 63 tahun, sama dengan usia saat Nabi Muhammad saw. wafat.

Ia wafat tepatnya pada hari Senin malam, tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah atau bertepatan dengan 22 Agustus 634 Masehi.

Setelah mengalami sakit demam selama beberapa hari, Abu Bakar wafat dan dimakamkan pada malam hari di samping makam Rasulullah saw.

Sebelum wafat, Abu Bakar telah berdiskusi dengan sahabat-sahabat lainnya mengenai siapa yang akan menggantikan dirinya.

Saat itu, Abu Bakar akhirnya berwasiat agar Umar bin Khattab lah yang menggantikan dirinya sebagai khalifah.

Di akhir-akhir hayatnya, Abu Bakar as Siddiq juga berwasiat agar ia dikafani dengan pakaian yang biasa ia kenakan sehari-hari dan dimandikan oleh istrinya, yaitu Asma binti Umais.

Abu Bakar juga meminta anaknya untuk menyerahkan seorang hamba sahaya, sepotong kain, wadah untuk mencelup makanan, unta penghasil susu, serta unta penyiram tanaman kepada Umar bin Khattab saat ia wafat.

Wasiat yang lain adalah untuk mengembalikan uang yang telah ia terima sebagai khalifah ke Baitul mal, yaitu lembaga keuangan pada masa Abu Bakar as Siddiq. Dengan begitu, ia bisa benar-benar bersih dari urusan dunia saat wafat.

Teladan yang Dapat Diambil dari Kisah Abu Bakar as Siddiq

Dari kisah-kisah di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa teladan kepemimpinan dari Abu Bakar selama menjadi sahabat Rasulullah dan khalifah bagi umat Islam pada masanya.

Kejujuran serta sifatnya yang amanah dan bertanggung jawab dapat menjadi contoh bagi pemimpin-pemimpin saat ini.

Sebagai khalifah, Abu Bakar selalu memperhatikan rakyatnya dan tidak menggunakan fasilitas negara demi kepentingan pribadi atau keluarganya.

Ia bahkan mengembalikan materi yang ia dapat sebagai khalifah kepada negara agar digunakan oleh khalifah selanjutnya, yaitu Umar bin Khattab.

Itulah kisah Abu Bakar as Siddiq dan teladan yang bisa diambil daripadanya. Semoga kisah tersebut menginspirasi kita agar semakin dekat pada kebaikan yang diridai Allah Swt. Aamiin.

Referensi:

https://islam.nu.or.id/post/read/122753/biografi-abu-bakar-kelahiran-hingga-memeluk-islam-tanpa-keraguan

https://islam.nu.or.id/post/read/123341/biografi-abu-bakar-menjadi-khalifah-hingga-wafat

https://islam.nu.or.id/post/read/120403/teladan-kepemimpinan-abu-bakar-ash-shiddiq