Rukun Iman [PENJELASAN LENGKAP]

Bagaimana pemahaman kamu sebagai seorang muslim mengenai rukun iman? Sejauh mana kamu menguasai perkara ini?

Jika kamu masih belum memahami rukun iman, segeralah belajar ke para ulama. Sebelumnya, kamu bisa membaca artikel ini untuk mempelajari sekelumit penjelasannya.

Ingat, jangan cuma belajar dari artikel ini saja, ya! Terlebih, rukun iman adalah perkara yang teramat penting.

Sebagai seorang Internet Marketer, saya tahu bahwa banyak pencarian dengan keyword “rukun iman” melalui mesin pencari google. Maksudnya, setiap hari ada banyak sekali orang Indonesia yang mencari tahu tentang rukun iman.

Sayangnya, artikel di halaman pertama Google rata-rata berasal dari situs web yang kurang tepercaya. Penjelasannya belum lengkap sebagaimana yang dijabarkan oleh para ulama Ahlussunnah Waljama’ah Asy’ariyah.

Hal inilah yang mendasari hasana.id membuat tulisan ini. Untuk memberikan penjelasan yang lebih baik dan benar mengenai rukun iman.

Tentu saya tidak bisa dan tidak berani mengarang-ngarang soal ini. Untuk itu, saya berpedoman pada penjelasan para ulama Ahlussunnah Waljama’ah. Informasi saya dapatkan melalui sebuah website, lbm.mudimesra.com dengan beberapa penambahan dan perubahan.

Sekarang, mari kita sama-sama belajar.

Mengenal Rukun Iman

Rukun diibaratkan seperti tiang iman bagi setiap mukmin. Maka, seseorang yang belum memiliki atau tidak percaya dengan rukun iman tidak diakui sebagai seorang mukmin.

Dengan kata lain, orang tersebut dapat dianggap sebagai orang kafir. Konsekuensi dari penggolongan seseorang sebagai kafir adalah orang tersebut akan kekal di dalam neraka.

rukun iman ada

Rukun Iman Ada Enam

Seperti yang sudah umum diketahui bahwa rukun iman ada enam, yaitu:

1. Iman kepada Allah
2. Beriman kepada Malaikat-malaikatNya
3. Iman kepada Kitab-kitabNya
4. Beriman kepada Para Nabi dan RasulNya
5. Iman kepada Hari Kiamat
6. Beriman kepada Qadha dan Qadhar Allah, yang baik ataupun yang buruk

 

Hadis yang Menjelaskan Tentang Rukun Iman

Hadis yang mendasari adanya rukun iman ini adalah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Hadisnya cukup panjang jadi akan dicantumkan sebagian saja.

فأخبرني عن الإيمان قال أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره

Artinya: “Maka kabarkan padaku tentang iman, Rasulullah bersabda: Iman adalah bahwa kamu beriman kepada Allah dan malaikatNya, segala kitabNya, dan RasulNya dan hari akhirat serta kamu beriman dengan qadar baik dan buruk.” (H.R. Imam Muslim)

Pengertian Iman

Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita juga mengetahui pengertian iman. Secara bahasa, iman berarti tashdiq atau membenarkan.

Sementara menurut istilah syara’, iman adalah tashdiq bil qalbi atau membenarkan dengan hati semua hal yang dibawa oleh Rasulullah saw. Iman juga membutuhkan pengakuan dengan lidah atau lisan.

Setelah mengenal rukun iman secara sekilas, kini saatnya kita bahas masing-masing rukun iman satu per satu secara mendetil.

Rukun Iman yang Pertama: Beriman kepada Allah

Untuk menjadi seorang mukmin, setiap orang harus mengenal Allah Swt terlebih dahulu. Mengenal Allah Swt sebagai Tuhan yang kita sembah.

Cara mengenal Allah Swt dilakukan dengan cara mengenal sifat yang wajib pada Allah, sifat mustahil pada Allah, dan sifat jaiz (boleh) pada Allah Swt.

Sifat yang wajib ada pada Allah jumlahnya 20 sifat sedangkan sifat yang mustahil ada pada Allah juga 20 sifat. Sementara, sifat jaiz pada Allah ada dua. Keseluruhan sifat ini sering kita kenal dengan sifat 20 atau sifat 50.

Para ulama Ahlussunnah Waljama’ah sepakat bahwa sifat Allah dan segala kesempurnaannya tidak hanya terbatas pada 20 sifat tersebut saja.

Bahkan, sifat-sifat keagungan dan kesempurnaaan (kamalat) Allah tidak hanya terbatas pada 99 sifat yang sudah umum kita ketahui itu saja.

Namun, 20 sifat yang sudah dirumuskan oleh Imam Hasan Asy’ariy ini hanya batas minimal yang harus diketahui oleh setiap muslim.

Apalagi untuk orang- orang awam, tentu akan sulit sekali untuk menghafal sifat-sifat Allah lainnya karena sangat banyak.

Sifat yang Wajib Ada pada Allah Swt

Seperti yang disebutkan sebelumnya, sifat yang wajib ada pada Allah berjumlah 20 sifat. Semua sifat ini harus diketahui dan diyakini oleh setiap muslim. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wujud (ﻭﺟﻮﺩ) artinya Ada
2. Qidam (ﻗﺪﻡ) artinya Terdahulu
3. Baqa (ﺑﻘﺎﺀ) artinya Kekal
4. Mukhalafatuhu lilhawadis (ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ) artinya Berbeda dengan makhluk-Nya
5. Qiyamuhu binafsih(ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ) artinya Berdiri sendiri
6. Wahdaniyah (ﻭﺣﺪﺍﻧﻴﺔ) artinya Esa (satu)
7. Qudrah (ﻗﺪﺭﺓ) artinya Kuasa
8. Iradah (ﺇﺭﺍﺩﺓ) artinya Berkehendak (berkemauan)
9. Baqa (ﻋﻠﻢ) artinya Mengetahui
10. Hayat (ﺣﻴﺎﺓ) artinya Hidup
11. Sam’un (ﺳﻤﻊ) artinya Mendengar
12. Bashar (ﺑﺼﺮ) artinya Melihat
13. Kalam (ﻛﻼ ﻡ) artinya Berbicara
14. Kaunuhu qaadiran (ﻛﻮﻧﻪ ﻗﺎﺩﺭﺍ) artinya Keadaan-Nya yang berkuasa
15. Kaunuhu muriidan (ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺮﻳﺪﺍ) artinya Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan
16. Kaunuhu ‘aliman (ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ) artinya Keadaan-Nya yang mengetahui
17. Kaunuhu hayyan (ﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺎ) artinya Keadaan-Nya yang hidup
18. Kaunuhu sami’an (ﻛﻮﻧﻪ ﺳﻤﻴﻌﺎ) artinya Keadaan-Nya yang mendengar
19. Kaunuhu bashiiran (ﻛﻮﻧﻪ ﺑﺼﻴﺭﺍ) artinya Keadaan-Nya yang melihat
20. Kaunuhu mutakalliman (ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺘﻜﻠﻤﺎ) artinya Keadaan-Nya yang berbicara

rukun iman ada berapa

Sifat yang Mustahil Ada pada Allah Swt

1. ‘Adam (ﻋﺪﻡ) artinya Tiada
2. Huduts (ﺣﺪﻭﺙ) artinya Baru
3. Fana (ﻓﻨﺎﺀ) artinya Berubah-ubah (akan binasa)
4. Mumathalatuhu lilhawadith (ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ) artinya Menyerupai sesuatu
5. Qiamuhu bighairih(ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻐﻴﺮﻩ) artinya Berdiri-Nya dengan yang lain
6. Ta’addud (ﺗﻌﺪﺩ) artinya Lebih dari satu (berbilang)
7. ‘Ajzun (ﻋﺟﺰ) artinya Lemah
8. Karahah (ﺇﻛﺮﺍﻫﻪ) artinya Tidak berkemauan (terpaksa)
9. Jahlun (ﺟﻬﻞ) artinya Bodoh
10. Al-Maut (ﺍﻟﻤﻮﺕ) artinya Mati
11. Shamim (ﺍﻟﺻمم) artinya Tuli
12. Al-Umyu (ﺍﻟﻌﻤﻲ) artinya Buta
13. Al-Bukmu (ﺍﻟﺑﻜﻢ) artinya Bisu
14. Kaunuhu ajizan (ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﺟﺰﺍ) artinya Keadaan-Nya yang lemah
15. Kaunuhu mukrahan (ﻛﻮﻧﻪ مكرها) artinya Keadaan-Nya yang tidak menentukan (terpaksa)
16. Kaunuhu jahilan (ﻛﻮﻧﻪ ﺟﺎﻫﻼ) artinya Keadaan-Nya yang bodoh
17. Kaunuhu mayitan (ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻴﺘﺎ) artinya Keadaan-Nya yang mati
18. Kaunuhu Kaunuhu ashamma (ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺻﻢ) artinya Keadaan-Nya yang tuli
19. Kaunuhu a’maa (ﻛﻮﻧﻪ ﺃﻋﻤﻰ) artinya Keadaan-Nya yang buta
20. Kaunuhu Kaunuhu abkam (ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺑﻜﻢ) artinya Keadaan-Nya yang bisu

Sifat yang Jaiz pada Allah Swt

Sifat yang jaiz atau boleh pada Allah Swt adalah Allah Swt mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu sesuai kehendaknya.

Kisah Tentang Iman Kepada Allah Swt

Setelah mengetahui sifat-sifat wajib dan mustahil yang ada pada Allah, ada kisah yang menarik tentang beriman kepada Allah.

Kisah ini menceritakan tentang seorang anak gembala yang hidup pada zaman Khalifah Umar Bin Khattab ra. Kisah ini juga bisa menjadi referensi untuk membentuk karakter pada diri anak.

Dengan diceritakannya kisah ini, diharapkan anak jadi tahu dan lebih paham tentang beriman kepada Allah Swt di manapun dan dalam kondisi apapun.

Dikisahkan ada seorang anak gembala yang tengah merebahkan badannya di atas padang rumput. Sementara itu, domba-domba ternak yang ia bawa sedang asyik mengunyah rerumputan.

Dari kejauhan, anak itu Tengah menikmati pekerjaannya sebagai pengembala. Setiap hari dia mengembalakan hewan-hewan ternaknya di padang rumput yang luas hingga sore hari.

Ketika sedang asyik bersantai, anak itu terkejut melihat kedatangan seorang bapak paruh baya menghampirinya. Bapak tersebut bukanlah orang biasa, melainkan beliau adalah Khalifah Umar bin Khattab ra.

Akan tetapi, anak ini tidak mengenali wajah Umar Bin Khattab ra. Dia tidak tahu bahwa yang berdiri di depannya tak lain adalah seorang Khalifah.

Khalifah Umar bin Khattab ra secara tidak sengaja melihat anak tersebut setelah berkeliling blusukan untuk mengontrol para rakyatnya.

rukun iman ada 6

Percakapan Khalifah Umar bin Khattab dengan Seorang Penggembala

Kemudian, terbesit keinginan untuk menguji keimanan seorang anak tersebut. Sesampainya di sana ia pun langsung bertanya kepada anak pengembala itu.

“Assalamualaikum,” sapa Khalifah Umar.

“Waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu, Tuan?” jawab si anak penggembala.

“Saya kesini ingin membeli seekor domba. Sudikah kiranya jika engkau menjual 1 ekor kepadaku? Aku lihat, dombamu memiliki perawakan yang gemuk,” kata Khalifah Umar.

Seketika anak itu pun menjawab:

“Wah, maaf sekali, Tuan. Domba-domba ternak ini bukanlah milik saya. Saya hanya menggembalakan saja. Jikalau tuan bermaksud untuk membeli domba-domba ini, maka datanglah ke rumah majikan saya. Nanti akan saya antarkan tuan.”

“Oh begitu, akan tetapi bagaimana jika dirimu jual saja 1 ekor kepada saya? Nantiku berikan semua uangnya untukmu. Saya sangat yakin, bahwa majikanmu tidak akan tahu karena domba-domba ini terlalu banyak untuk diingat. Kalaupun jika ia menanyakan, bilang saja dombamu ini mati diterkam oleh serigala. Benar, bukan?”

Lalu anak itu pun menghela nafas sejenak, seraya berkata:

“Begitu, ya Tuan. Akan tetapi, tolong jelaskan bagaimana dengan Allah? Apakah Dia tidur dan tidak mengetahui? Meski majikan saya tidak tahu, tetapi Allah Maha Mengetahui segala perbuatan hamba-hambaNya”

Seketika Khalifah Umar pun tersentak mendengar kata-kata anak tersebut. Dirinya sangat kagum dengan keimanan yang dimiliki oleh anak itu.

Tak disangka, walaupun hanya seorang pengembala aku tetapi dia memiliki keimanan kepada Allah Swt begitu kuat.

Mendengar penjelasan itu, akhirnya khalifah Umar Bin Khattab ra pun memberitahukan bahwa dirinya adalah seorang Khalifah. Dia juga memberitahu bahwa ia hanya bermaksud untuk menguji keimanannya.

Anak pengembala itu pun tersenyum. Hikmah dari kisah ini adalah, Allah Maha Mengetahui segala perbuatan hamba-hambaNya.

Oleh karena itu, janganlah kita pernah berpikir untuk melakukan keburukan sedikit pun. Meskipun orang lain tidak mengetahuinya, tetapi Allah Maha Melihat lagi Maha Mengetahui.

Rukun Iman yang Kedua: Beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya

Rukun iman yang kedua adalah beriman kepada malaikat-malaikatNya. Makna dari beriman kepada para malaikat adalah meyakini bahwa Allah telah menciptakan para malaikat dan meyakini bahwa:

1. Malaikat bukanlah laki-laki ataupun perempuan.
2. Semua malaikat tidak makan dan minum.
3. Malaikat tidak tidur.
4. Semua Malaikat tidak menikah dan tidak memiliki nafsu.
5. Malaikat adalah makhluk yang mulia.

Selain itu, malaikat merupakan makhluk yang selalu patuh kepada Allah sebagaimana firman Allah:

لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: “Tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (At Tahrim, 6)

Allah memiliki banyak sekali malaikat, tidak terhitung jumlahnya. Hanya Allah yang mengetahui persis jumlah malaikat tersebut. Namun hanya 10 malaikat yang wajib kita ketahui yaitu:

1. Jibril, bertugas menyampaikan wahyu.
2. Mikail, bertugas mengurusi rezeki para makhluk.
3. Israfil, bertugas meniup sangkakala.
4. Izrail, bertugas mencabut nyawa.
5. 6. Munkar dan Nakir, bertugas menanyakan mayat dalam kubur.
7. 8. Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal manusia.
9. Malik Zabaniyah, bertugas menjaga neraka.
10. Ridwan, bertugas menjaga surga.

Iman Kepada Malaikat dalam Kehidupan Sehari-hari

Beriman kepada malaikat, seharusnya memiliki dampak yang positif bagi diri kita. Khususnya, ketika menjalani kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi, bagaimanakah penerapan keimanan yang benar? Sikap positif bisa kita aplikasikan dengan beberapa contoh yang ada di bawah ini.

Selalu Rendah Hati

Sikap rendah hati muncul karena kita sadar bahwa, ada makhluk yang telah diciptakan juga oleh Allah dan mengawasi kita.

Bahkan, tak bisa dipungkiri bahwa di dalam ciri makhluk tersebut terdapat kelebihan sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh manusia.

Mengetahui hal tersebut, sepatutnya kita sadar bahwa tidak pantas untuk bersikap sombong. Karena masih ada yang lebih baik dibandingkan diri kita.

Kita dilarang untuk bersikap seenaknya di dalam menjalani hidup. Apalagi merasa sebagai makhluk yang terhebat dan paling bisa. Karena pada hakikatnya yang memiliki dan pantas untuk sombong hanyalah Allah Swt yang Mahasempurna.

Terpacu untuk Mempelajari Pengetahuan Tentang Malaikat

Mempelajari pengetahuan tentang malaikat harus mengacu pada kedua sumber pokok yang fundamental dalam Islam, yakni Al-Qur’an dan Hadis.

Seseorang yang mempunyai pengetahuan serta keilmuan yang benar terhadap malaikat maka ia akan terhindar dari kekeliruan dalam mengimaninya.

Contohnya, mengetahui bahwa malaikat hanyalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt. Dengan demikian, menunjukkan bahwa kita tidak berhak untuk menyembahnya atau meminta pertolongan pada malaikat.

Berhati-hati Dalam Bertindak

Seseorang yang mengimani adanya malaikat, tentu ia akan senantiasa berhati-hati dalam berbuat. Dirinya akan menyadari bahwa Allah mengutus para malaikat untuk mencatat seluruh perbuatan baik dan buruknya.

Malaikat diciptakan oleh Allah Swt dengan kelebihan-kelebihan sehingga tidak mungkin ada amal yang luput dan terlewat dari pencatatannya.

Giat Dalam Berusaha

Dengan menyadari bahwa malaikat ada di sekeliling kita, tentu hal tersebut bisa memacu kita bersikap optimis.

Contohnya, dalam hal rezeki kita yakin bahwa Allah Swt telah mengutus para MalaikatNya untuk membagikan rezeki. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk mudah menyerah dan khawatir bahwa Allah Swt tidak memberikan rezeki kepada kita.

Memiliki Semangat untuk Berbuat Positif

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa malaikat bertugas untuk mencatat perbuatan baik dan buruk. Tentunya dengan mengetahui hal ini, kita harus percaya bahwa di akhirat kita akan dibalas sesuai dengan amal dan perbuatan  di dunia.

rukun iman yang kelima adalah

Rukun Iman yang Ketiga: Beriman kepada Kitab-Kitab-Nya

Rukun iman yang ketiga adalah percaya kepada kitab-kitabNya.

Beriman di sini bermakna meyakini bahwa segala sesuatu yang Allah Swt turunkan adalah kalam yang bersifat azaly dan qadim. Artinya, berada pada zatnya dan tidak bersuara.

Singkatnya, kita harus meyakini bahwa kalam tersebut bukanlah makhluk, bukan ciptaan, melainkan menyatu dengan Zat Allah Swt.

Jumlah kitab yang Allah Swt turunkan berjumlah 4 kitab. Keempat kitab tersebut adalah Al-Qur’an (diturunkan untuk Nabi Muhammad saw), Injil (diturunkan untuk Nabi Isa), Taurat (diturunkan untuk Nabi Musa), dan Zabur (diturunkan untuk Nabi Daud).

Selain itu, Allah juga menurunkan beberapa shuhuf atau lembaran- lembaran. Jumlah shuhuf yang Allah turunkan berjumlah 100 shuhuf dengan perincian sebagai berikut:

1. 50 shuhuf untuk Nabi Syits.
2. 30 shuhuf untuk Nabi Idris.
3. 10 shuhuf untuk Nabi Ibrahim.
4. 10 shuhuf untuk Nabi Adam.

Di bawah ini akan kami rangkum beberapa isi serta dan makna dari masing-masing kitab.

Kitab Taurat

Kitab ini diwahyukan kepada Nabi Musa as sebagai petunjuk serta pedoman bagi Bani Israil. Seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya:

“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku” (QS. Al-Isra’ [17]: 2)

Adapun isi serta kandungan dari kitab Taurat adalah meliputi hal-hal berikut:

1. Kewajiban untuk meyakini keesaan Allah Swt.
2. Larangan untuk menyembah patung dan berhala.
3. Perintah untuk tidak menyebut nama Allah Swt dengan maksud sia-sia.
4. Anjuran untuk mensucikan hari Sabtu (sabat).
5. Berbakti kepada kedua orang tua.
6. Larangan membunuh manusia tanpa alasan yang dibenarkan.
7. Tegahan untuk mencuri.
8. Larangan untuk berbuat zina.
9. Tegahan untuk mengambil hak orang lain.
10. Larangan menjadi saksi palsu.

Kitab Zabur

Diturunkan kepada Nabi Daud as untuk petunjuk dan pedoman bagi umatnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an:

وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَىٰ بَعْضٍ ۖ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا

Artinya: “Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. Al-Isra’ [17]: 55)

Kitab Zabur, atau yang biasa disebut dengan Mazmur berisi kumpulan pujian dan nyanyian kepada Allah Swt atas nikmat yang telah diberikan serta dikaruniakan-Nya.

Tidak hanya itu, kitab ini juga berisi doa-doa, nasihat, dzikir serta kata-kata hikmah. Dalam keyakinan orang Yahudi dan Nasrani, kitab Zabur merupakan perjanjian Lama yang terdiri atas 150 pasal.

Kitab Injil

Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS sebagai pedoman serta petunjuk tuntunan untuk Bani Israil. Allah SWT berfirman:

وَقَفَّيْنَا عَلَىٰ آثَارِهِمْ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ

Artinya: “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah [5]: 46)

Di dalam kitab ini, dimuat beberapa ajaran-ajaran pokok antara lain:

1. Perintah untuk kembali kepada ajaran tauhid yang murni.
2. Ajaran untuk hidup sederhana dan meninggalkan segala sifat tamak.
3. Anjuran yang melengkapi serta menyempurnakan kitab Taurat.
4. Ajaran pembenaran terhadap kitab-kitab yang turun sebelumnya.

Kitab Al-Qur’an

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Kitab ini diturunkan sebagai pedoman serta petunjuk bagi seluruh umat manusia, bukan hanya untuk sebagian umat atau bangsa Arab saja.

Seperti yang difirmankan oleh Allah Swt dalam Al-Qur’an:

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al-Furqan [25]: 1)

Secara keseluruhan, Al-Qur’an memiliki isi sebagai berikut:

1. Membahas tentang prinsip-prinsip aqidah (keimanan)
2. Mengulas seputar prinsip-prinsip syariat.
3. Membahas tentang prinsip-prinsip ibadah.

Kedudukan yang dimiliki oleh Al-Qur’an adalah antara lain:

1. Sebagai wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw.
2. Al-Qur’an sebagai mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw.
3. Kitab Al-Qur’an sebagai dasar sumber dari segala sumber hukum Islam.

rukun iman terdiri dari

Rukun Iman yang Keempat: Beriman kepada Para Nabi dan Rasul-Nya

Beriman di sini bermakna meyakini bahwa Allah Swt telah mengutus para Nabi dan Rasul. Perbedaan Nabi dan Rasul adalah seorang Nabi belum tentu Rasul, sedangkan seorang Rasul sudah pasti seorang Nabi.

Jumlah keseluruhan para Nabi menurut satu riwayat adalah 124.000 Nabi. Sementara para Rasul keseluruhan berjumlah 313 orang.

Dari sekian banyak Nabi dan Rasul, yang wajib kita ketahui hanya 25 saja. Berikut daftar ke-25 Nabi dan Rasul yang wajib kita ketahui tersebut:

  1. Adam as
  2. Idris as
  3. Nuh as
  4. Hud as
  5. Shaleh as
  6. Ibrahim as
  7. Luth as
  8. Ismail as
  9. Ishak as
  10. Ya`qub
  11. Yusuf As
  12. Ayub as
  13. Syu`ib as
  14. Musa As
  15. Harun as
  16. Zulkifli as
  17. Daud as
  18. Sulaiman as
  19. Ilyas as
  20. Ilyasa` as
  21. Yunus As
  22. Zakaria as
  23. Yahya as
  24. Isa as
  25. Muhammad saw

Di antara 25 Rasul tersebut di atas, ada 5 Rasul yang diberi gelar Ulul Azmi. Itulah gelar yang diberikan karena mereka mendapat cobaan yang sangat berat.

Kelima Rasul tersebut adalah Nabi Muhammad saw., Nabi Ibrahim as., Nabi Musa as., Nabi Isa as., dan Nabi Nuh as.

Rukun Iman yang Kelima: Beriman kepada Hari Kiamat

Salah satu hal yang pasti akan terjadi adalah hari kiamat. Kapan terjadinya hari kiamat tidak ada yang tahu pasti.

Kita sebagai manusia hanya bisa menerka-nerka sesuai dengan tanda-tanda kiamat yang sudah dijelaskan oleh Rasulullah SAW.

Beriman di sini bermakna percaya dan yakin bahwa suatu ketika hari kiamat akan datang. Setiap manusia yang sudah mati akan dihidupkan kembali. Setiap manusia juga akan diperhitungkan semua perbuatannya selama di dunia.

Pengertian Hari Kiamat

Secara etimologi (bahasa) arti dari hari kiamat sendiri adalah kebinasaan atau kehancuran dunia. Namun, secara terminologi, hari kiamat berarti peristiwa ketika alam semesta beserta isinya hancur atau luluh lantak.

Peristiwa ini juga membunuh semua makhluk yang ada di dalamnya.

Hari akhir dibagi menjadi dua, yakni kiamat sugro dan kiamat kubro. Berikut penjelasannya.

Kiamat Sugro (Kiamat Kecil)

Kiamat sugro adalah terjadinya kejadian hancurnya jagat raya dengan skala yang kecil. Misalnya, bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus, banjir, dan sebagainya.

Kiamat Kubro (Kiamat Besar)

Kiamat Kubro adalah kiamat yang sesungguhnya. Kejadian ini merupakan proses hancurnya alam semesta beserta penghuni-penghuninya.

Adapun kiamat kubro merupakan salah satu tanda dimulainya kehidupan akhirat. Dengan demikian, manusia akan mulai ditimbang dan mempertanggungjawabkan segala amalannya di dunia.

Tanda-tanda hari kiamat kubro adalah munculnya Dajjal, turunnya Yakjuj dan Makjuj, terbitnya matahari dari barat dan lain-lain.

Pada masa ini, Al-Qur’an sudah tidak dianggap lagi sebagai pedoman hidup. Melainkan sebagai bahan bacaan saja. Tidak hanya itu, kekinian pun sudah banyak orang yang menjadi kufur dan murtad.

Peristiwa Setelah Hari Akhir

Ada banyak peristiwa yang akan dilewati oleh manusia setelah melalui hari akhir. Dimulai dari yaumul barzah, yaumul ba’as, yaumul hasyr, yaumul hisab, yaumul jaza, hingga masuknya ke surga dan neraka.

Yaumul Barzakh

Secara bahasa yaumul barzakh berarti dinding atau pembatas. Namun, secara pengertian, yaumul barzakh adalah hari bangkitnya seluruh makhluk yang dari kematiannya. Manusia sejak awal hingga terakhir.

Penegasan Yaumul barzakh ini terdapat pada surat an-nahl ayat 38 yang artinya:

“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh : “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati”. (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Q.S. An Nahl :38).

Yaumul Hasyr

Inilah hari ketika manusia digiring ke suatu tempat, yaitu Padang Mahsyar. Fase ini dimulai setelah seluruh makhlukNya dibangkitkan dari kubur.

Yaumul Hisab

Dikenal sebagai hari perhitungan yang pada masa ini, manusia dikumpulkan serta dihitung amal perbuatannya. Seluruh amal perbuatan yang dilakukan oleh manusia, dihitung, dihisab serta ditimbang.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah yang dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (Q.S. Al-Anbiya : 47).

Yaumul Jaza

Inilah hari pembalasan. Pada fase ini, Allah Swt memberikan keputusan kepada seluruh manusia apakah dia masuk surga atau neraka.

Surga merupakan tempat yang dipenuhi oleh berbagai macam kenikmatan. Itulah tempat yang disediakan Allah Swt untuk orang-orang yang bertakwa.

Sebaliknya, neraka adalah tempat yang dipenuhi oleh berbagai macam siksaan terberat yang pernah ada di alam semesta ini. Tempat ini dibuat oleh Allah Swt untuk orang-orang yang durhaka kepadaNya.

Rukun Iman yang Keenam: Beriman kepada Qadha dan Qadhar

Rukun iman yang terakhir adalah beriman kepada Qadha dan Qadhar, apakah itu yang baik maupun yang buruk.

Sebagai seorang yang mengaku mukmin, kita harus mengakui dan meyakini bahwa setiap hal yang terjadi di dunia ini atas izin Allah. Kita harus menerima dengan berlapang dada atas semua ketentuanNya.

Selain itu, kita tetap harus berbaik sangka kepada Allah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik untuk masing-masing umat.

Abu Bakar As-Shidiq yang Memiliki Keimanan Kuat Terhadap Allah dan Rasul-Nya

Berbicara soal iman terhadap Rasul, Abu Bakar bisa dibilang sebagai salah satu orang yang memiliki keimanan kuat.

Beliau merupakan salah satu sahabat yang pertama kali percaya dan mengimani rasul dan juga sahabat yang pertama kali mengimani peristiwa Isra Miraj.

Keimanannya yang luar biasa, menjadikan Abu Bakar sebagai sosok yang bisa kita teladani. Ketika Rasulullah saw selesai melaksanakan Isra Miraj, orang-orang serta merta datang kepada Abu Bakar untuk dimintai penjelasan.

Mereka sangat aneh mendengar cerita perjalanan yang diceritakan oleh Nabi Muhammad saw.

“Lihatlah! Apa yang diucapkan oleh temanmu (Muhammad),” ujar salah satu dari mereka.

“Apakah yang beliau ucapkan?” tanya Abu Bakar.

Mereka pun bercerita, bahwa Rasulullah saw mengaku telah melewati perjalanan ke Baitul Maqdis. Beliau juga bercerita bahwa ia diangkat ke langit hanya dalam waktu yang singkat, yakni semalam saja.

Mendengar pernyataan itu, Abu Bakar pun berkata:

“Sesungguhnya jika memang benar beliau yang mengucapkan, maka sungguh itu adalah berita yang benar. Sama seperti yang beliau ucapkan, karena beliau adalah orang yang jujur.” ungkap Abu Bakar.

Abu Bakar tidak banyak bertanya. Ia pun tidak meragukan sedikitpun atas keyakinannya kepada Nabi Muhammad saw. Dia hanya yakin bahwa Nabi Muhammad saw adalah Rasul-Nya.

Di kemudian hari, peristiwa ini pun dikenal sebagai peristiwa Isra Mi’raj. Peristiwa fenomenal yang dimulai ketika Nabi Muhammad menaiki Buraq hingga mencapai langit ke-7. Beliau juga melakukan perjalanan ke Masjidil Aqsa.

Infak Umar bin Khattab ra

Kisah lain yang juga dapat diambil adalah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta para sahabatnya agar menginfakkan hartanya untuk keperluan Perang Tabuk.

Diriwayatkan oleh Umar Bin Khattab ra bahwa kala itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengumpulkan para sahabat di masjid.

Dengan adanya momen ini, tentu saja Umar bin Khattab ra sangatlah bahagia. Karena saat inilah kesempatan dia untuk mengalahkan Abu Bakar dalam perbuatan kebaikan.

Pasalnya, Umar bin Khattab ra memiliki harta yang lebih banyak dibandingkan Abu Bakar ra. Jika dibandingkan, Umar bin Khattab ra. tentu bisa menyumbang lebih banyak dibandingkan Abu Bakar ra.

Ketika Umar bin Khattab ra membawa hartanya untuk diinfakkan di jalan Allah, Rasulullah saw pun bertanya:

“Wahai umar, apa yang kau bawa untukku dan apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”

Umar bin Khattab ra pun menjawab:

“Wahai Rasulullah, aku telah meninggalkan sesuatu untuk keluargaku”

Rasulullah saw pun bertanya lagi:

“Wahai Umar, apa saja yang kau tinggalkan?”

Umar bin Khattab ra pun menjawab:

“Wahai Rasul, aku telah membagi seluruh harta yang kumiliki ke dalam dua bagian. Aku meninggalkan separuhnya untuk keluargaku dan aku memberikan separuhnya lagi bentuk Allah dan rasul-Nya.”

Lalu Abu Bakar ra pun, datang dengan membawa harta di bahunya. Melihat hal tersebut Umar bin Khattab ra pun tersenyum gembira. Ia berujar bahwa hari itu dia akan mengalahkan Abu Bakar ra dalam melakukan amal kebaikan dan sedekah di jalan Allah Swt.

Ketika Rasulullah saw melihat Abu Bakar ra ia pun bertanya:

“Wahai Abu Bakar, apa yang kau bawa untukku dan apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”

Abu Bakar ra menjawab:

“Wahai Rasul, sesungguhnya aku membawa suruh hartaku untukmu dan aku meninggalkan Allah dan rasulnya untuk keluargaku. Sesungguhnya Allah yang akan menjaga keluargaku”

Penutup

Demikianlah penjelasan mengenai rukun iman sesuai dengan Ahlussunnah Waljama’ah Asy’ariyah. Asy’ariyah adalah sebutan untuk mazhab aqidah yang sesuai petunjuk Abu Hasan Asy’ariy.

Saya berharap pemahaman anda mengenai rukun iman semakin baik dan benar. Sekali lagi, perkara ini adalah perkara yang sangat penting dan mendesak. Setiap kita harus segera mempelajari, meyakini, dan mengerti dengan baik.

Mohon dibaca ulang jika ada bagian yang ada tidak mengerti dan silakan meninggalkan komentar jika ada yang ingin anda sampaikan.

Referensi:

lmb.mudimesra.com

lbm.mudimesra.com adalah Lajnah Bahtsul Masail MUDI Mesjid Raya Samalanga merupakan suatu lembaga resmi di LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga, Aceh. MUDI sendiri adalah salah satu pesantren atau dayah tertua, terbaik dan terbesar di Aceh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *